Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( CHF )

Dosen Pengampu : Erna Lestari,S.Kp., MPH.

Disusun Oleh :

Nama: Atika Purna

Nim: 8801190008

Kelas: 2A Keperawatan

D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan nikmat serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( CHF ) dengan baik
tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya
hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan dan dorongan bimbingan dosen pengampuh Erna Lestari,S.Kp., MPH.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki saya. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Dalam penulisan makalah inisaya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4


1.2 Tujuan............................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS........................................................................5

2.1 Definisi........................................................................................................... 5
2.2 Etiologi........................................................................................................... 5
2.3 Patofisiologi................................................................................................... 6
2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................................... 8
2.5 Penatalaksanaan............................................................................................. 9
2.6 Pathway CHF………………………………………………………………. 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................. 10

1. Identitas Klien ............................................................................10


2. Riwayat Penyakit ........................................................................11
3. Pengkajian Keperawatan ............................................................11
4. Pemeriksaan Fisik .......................................................................14
5. Pemeriksaan Laboratorium ........................................................ 15
6. Analisa Data................................................................................16
7. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 16
8. Intervensi/Perencanaan .............................................................. 16
9. Implementasi ...............................................................................20
10. Evaluasi ………………………………………………………...21

BAB IV PENUTUP............................................................................................22

4.1 Kesimpulan...................................................................................................22
4.2 Saran..............................................................................................................22

DAFTAR PUUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

CHF adalah kependekan dari congestive heart failure atau dalam bahasa Indonesia


diterjemahkan menjadi gagal jantung kongestif. CHF adalah sindrom klinis di mana jantung
tidak cukup mampu memompa darah untuk dialirkan ke seluruh organ dan jaringan tubuh
yang memerlukan oksigen dan nutrien. Akibatnya, terjadi penumpukan darah di area jantung
yang menyebabkan detak jantung melemah. Gagal jantung kongestif adalah penyakit jantung
yang bisa menimpa siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Akan tetapi, orang
dewasa—khususnya yang sudah berumur—lebih rentan terkena jenis serangan jantung ini
karena seiring bertambahnya usia, kontraksi pada jantung tidak lagi optimal, terlebih lagi jika
dibarengi dengan gaya hidup yang tidak sehat.

Penyebab CHF Secara garis besar, gagal jantung kongestif (CHF) disebabkan oleh fungsi
jantung yang abnormal, pun tidak lancarnya aliran darah akibat penyempitan pembuluh
darah. Lebih spesifik, CHF disebabkan oleh sejumlah gangguan klinis khusus.

1.2 Tujuan
 Tujuan umum
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan
keperawatan dengan gagal jantung kongestif
 Tujuan khusus
1. Menjelaskan tentang definisi gagal jantung kongestif
2. Menjelaskan etiologi pada gagal jantung kongestif
3. Menjelaskan tentang patofisiologi pada penderita gagal jantung kongestif
4. Menjelaskan tentang manifestasi klinis gagal jantung kongestif
5. Menjelaskan tentang penatalaksanaan pada penderita gagal jantung kongestif
6. Menjelaskan tentang konsep asuhan keperawatan pada penderita gagal jantung
kongestif
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi CHF


Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien.
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan
kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan

2.2 Etiologi CHF


Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit jantung lain


Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia dan anemia
diperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung

2.3 Patofisiologi CHF


Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem
tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai
dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu
keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon hemodinamik
yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari jantung
atau preload. Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi
yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan
pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan
aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam
oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.
Penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump function)
dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada beberapa keadaan
ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat
depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung
intrinsik tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung
yang ringan. Pada awal gagal jantung akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta
pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel
akan diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah
dan penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme
kompensasi neurohumoral. Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan
meningkatkan tekanan darah sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan
kontraktilitas jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera teratasi,
peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi dilatasi jantung akan lebih
menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang tidak terkompensasi.
Dilatasi ventrikel menyebabkan disfungsi sistolik (penurunan fraksi ejeksi) dan retensi
cairan meningkatkan volume ventrikel (dilatasi). Jantung yang berdilatasi tidak efisien
secara mekanis (hukum Laplace). Jika persediaan energi terbatas (misal pada penyakit
koroner) selanjutnya bisa menyebabkan gangguan kontraktilitas. Selain itu kekakuan
ventrikel akan menyebabkan terjadinya disfungsi ventrikel. Pada gagal jantung kongestif
terjadi stagnasi aliran darah, embolisasi sistemik dari trombus mural, dan disritmia
ventrikel refrakter. Disamping itu keadaan penyakit jantung koroner sebagai salah satu
etiologi CHF akan menurunkan aliran darah ke miokard yang akan menyebabkan iskemik
miokard dengan komplikasi gangguan irama dan sistem konduksi kelistrikan jantung.
Beberapa data menyebutkan bradiaritmia dan penurunan aktivitas listrik menunjukan
peningkatan presentase kematian jantung mendadak, karena frekuensi takikardi ventrikel
dan fibrilasi ventrikel menurun.WHO menyebutkan kematian jantung mendadak bisa
terjadi akibat penurunan fungsi mekanis jantung, seperti penurunan aktivitas listrik,
ataupun keadaan seperti emboli sistemik (emboli pulmo, jantung) dan keadaan yang telah
disebutkan diatas. Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari
curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan
CO= HR X SV dimana curah jantung adalah fungsi frekuensi jantung X volume
sekuncup. Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung, bila mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung. Tapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut
otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung
pada tiga faktor yaitu:
1. Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung.
2) Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
3) Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan oleh tekanan arteriole.

2.4 Manifestasi Klinis CHF

Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,


beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat,
apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan
jantung.

Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :

1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.

2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.

3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium
2.5 Penatalaksanaan CHF

Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:

1) Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

2) Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahanbahan


farmakologis.

3) Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan
istirahat.

2.6 Pathway CHF


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS FIKTIF

Seorang laki-laki berusia 40 th dirawat di RS mengeluh sesak dan nyeri dada, Tekanan darah
180/80 mmhg denyut nadi 85 x /menit pernafasan 28 x/menit, terpasang oksigen 2 lt/menit,
nafsu makan menurun ,nek-nek, turgor kulit agak kering, suhu 38oC, pemeriksaan darah Hb
12 mgr%, diberi obat anti nyeri sublingual 1x perhari

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

1. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama : Tn. R

Umur : 40 Th

Jenis kelamin : Laki - Laki

Alamat : Kp. Cilandak Ds. Bojong Menteng

Status Perkawinan: Kawin

Agama : Ialam

Suku Bangsa : Sunda

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Lama bekerja : 3 Tahun

Dx Medis : CHF

Tanggal MRS : 2 September 2020


No. RM : 57.15.34

Tanggal Pengkajian : 3 September 2020

Jam Pengkajian : 14.00

Sumber informasi : Pasien

2. RIWAYAT PENYAKIT
 Keluhan utama saat masuk RS:
Sesak dan Nyeri Dada
 Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengatakan mengeluh nyeri dada 2 hari sebelum masuk rumah sakit, timbul
terutama pada saat batuk dan sesak nafas dan apabila melakukan aktifitas sehari hari
bertambah sesak nafsu makan menurun dan mual.

P: Pasien Mengatakan nyeri dada, nyeri dikarenakan melakukan aktivitas berat

Q: Nyeri dada dirasakan sangat berat

R: Nyeri dirasakan menyebar ke daerah tangan kiri

S: Skala nyeri 6

T: Nyeri di rasakan saat 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan kadang-kadang

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sekitar 5 tahun lalu pasien menderita hipertensi sejak itu pasien
kontrol ke RSUD Kota Serang tapi tidak rutin

 Masalah atau Dx medis pada saat MRS


Diagnosa medik CHF

 Tindakann yang telah dilakukan di Poliklinik atau UGD


Pemeriksaan TTV TD: 180/80 mmHg, Suhu 38oC, Nadi 85 x/Menit, Frekuensi nafas
28 x/menit, Pemeriksaan Hb 12 mgr%, dipasang oksigen 2 lt/menit

3. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Persepsi dan pemeliharan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya sudah mengetahui tentang penyakit yang di
deritanya tetapi tidak sering kontrol ke rumah sakit, dan pasien mengatakan bahwa sering
melakukan aktivitas berat diluar rumah
b. Pola nutrisi/metabolic
Sebelum pasien merasakan sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi
cukup, Pada saat pasien sakit pasien mengatakan nafsu makan menurun, nek-
nek, turgor kulit agak kering, saat masuk rumah sakit pemenuhan nutrisi diit
jantung III dengan 1700 kal, minum 750 cc/24 jam, kesulitan tidak menelan ada,
keadaan yang mengganggu nutrisi tidak ada.

Intake cairan: Sebelum pasien sakit pasien hanya meminum air putih. Pada saat sakit
pasien juga hanya meminum air putih

c. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar ( BAB )
Sebelum sakit pasien mengatakan BAB pasien teratur, kadang 1x/hari atau 1x/ 2hari
tidak keras dan tidak cair, warna kecoklatan, dan bau yang khas. Saat sakit pasien
mengatakan BAB sedikit tidak teratur, kadang 1x/2 hari atau 1x/3 hari BAB, lunak,
warna coklat pekat, dan bau yang khas.
b. Buang Air Kecil ( BAK )
Sebelum sakit pasien mengatakan frekuensi BAK 5/6x sehari, warna kuning dan bau
yang khas. Saat sakit pasien mengatakan BAK sedikit sulit hanya 3/4x sehari, warna
kuning, dan bau yang khas.
c. Balance Cairan
Sebelum sakit cairan yang masuk kedalam tubuh pasien tidak teratur dan tidak
terkontrol, saat sakit dan dirawat di rumah sakit cairan yang masuk kedalam tubuh
pasien terkontrol.
d. Pola aktivitas dan latihan (Barthel index, resiko jatuh,)
Skor Barthel Index:

Skor Resiko Jatuh:


Faktor Resiko Skala Poin Skor pasien
Riwayat Jatuh Ya 0
Tidak 0
Diagnosis sekunder ( 4 Ya 15 15
Tidak
diagnosis medis )
Alat Bantu Berpegangan pada perabot 0
Tongkat / alat penopang 0
Terpasang infus Ya 10 20
Tidak
Gaya berjalan Tergangu 10
Lemah 10
Normal / tirah
baring/imobilisasi
Stasus mental Sering lupa akan keterbatasan
yang dimiliki
Sadar akan kemampuan sendiri 0 0
Total 45

Fungsi Respiratory:
Pernafasan pada pasien tidak normal dan pola nafas tidak efektif

Fungsi Cardiovaskular:
Pada sistem cardiovascular ada gangguan sehingga tekanan darah meningkat TD 180/80
mmHg, dan frekuensi nadi 85x/menit

Fungsi Neurologis:
Kelemahan, pusing, lethargi, dan mudah tersinggung

Fungsi Muskuloskeletal:
kekuatan tangan kiri tidak bisa bergerak normal karena terpasang infus
kekuatan tangan kanan pasien baik
kekuatan kiri kaki baik
kekuatan kanan kaki baik

e. Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit pasien mengatakan pola tidurnya teratur 6-7 jam/hari, pada saat sakit pasien
mangatakan kebutuhan tidurnya terganggu, kesulitan tidur, tidur tidak teratur kadang hanya
3-4 jam/hari kemudian terbangun lalu tidur lagi, pasien sering merasa gelisah, tidurnya tidak
nyenyak karena nyeri pada bagian dadanya dan bias tidur setelah minum obat

f. Pola perceptual
Sebelum pasien sakit, penglihatan pasien normal, indera pengecap tidak ada gangguan atau
masalah, keluarga pasien mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan
orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan baik
dengan orang-orang sekitar. Pada saat sakit adanya gangguan pada indera penglihatan,
penglihatan pasien sedikit kabur, penurunan nafsu makan dan turgor kulit mengering

g. Pola persepsi diri


Keluarga mengatakan sebelum pasien sakit pasien tidak pernah mengeluh, dapat
mengendalikan dirinya sendiri, pada saat sakit pasien merasakan cemas pada kondisi
penyakit yang di deritanya dan ingin segera sembuh dan pulang ke rumah

h. Pola seksualitas dan reproduksi (masalah sexual; fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi,
dll):
Seksualitas klien baik

i. Pola peran-hubungan (perubahan peran, komunikasi, hubungan dengan orang lain,


kemampuan keuangan, significant others; )
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak-anaknya maupun keluarga
lainnya sangat baik dan tidak ada masalah, pasien berperan sebagai kepala rumah tangga
dan bekerja sebagai buruh harian lepas. Pada saat sakit pasien tetap baik dan tidak ada
masalah kepada anak maupun keluarganya, dan selama sakit pasien dirawat sehingga tidak
bisa bekerja seperti biasanya.

j. Pola managemen koping-stress (Stressor saat ini; koping; perubahan terbesar dalam hidup
pada akhir-akhir ini/ kehilangan; dll)
Pasien mengatakan jika mengalami masalah pasien selalu bercerita dengan anak-anaknya
atau keluarganya dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Pada saat sakit pasien
mengatakan jika mengalami masalah masih selalu bercerita kepada anak-anak dan
keluarganya, dan jika merasa tidak nyaman atau sakit pasien selalu mengatakannya kepada
anak-anaknya atau keluarganya

k. Sistem nilai dan keyakinan (budaya terkait kesehatan; pandangan klien tentang agama,
kegiatan keagamaan, dll)
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu sholat 5 waktu, pada saat sakit pasien tetap
sholat 5 waktu tetapi di atas kasur dan anak-anaknya atau keluarganya selalu mendoakan
pasien agar pasien lekas sembuh.

4. PEMERIKSAAN FISIK
(Cephalocaudal)
Keluhan yang dirasakan saat ini:
Nyeri dada timbul terutama pada saat batuk dan sesak nafas dan apabila melakukan
aktifitas sehari hari bertambah sesak nafsu makan menurun dan mual

Kesadaran: Compos mentis

TD: 180/80mmHg P: 28 x/menit N: 85 x/menit S: 38oC

BB/TB : 65kg/170 cm

Kepala:
Bentuk kepala normal, bersih, tidak ada benjolan, rambut kriting berwarna hitam
sebagian putih.

Leher:
Bentuk leher simetris, kaku kuduk normal

Thorak:
Dada bentuk simetris, tidak terdapat bunyi ronchi maupun wheezing, vocal fremitus kuat
dan simetris

Abdomen:
Tidak ada benjolan, nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, pembesaran hepar 2 jari
lunak
Inguinal:
Bahu sejajar, bentuk tulang normal, pergerakan normal, tidak ada kelainan, tidak ada jamur/panu

Ekstremitas:
Ujung ekstremitas hangat, kekuatan ekstremitas 4/4

5. Hasil Pemeriksaan Laboratrium Dan Data Penunjang

JENIS HASIL NILAI NORMAL TANGGAL


PEMERIKSAAN PEMERIKSAA
N
Hemoglobin 12 .00 g/dl L 13–18; P 12–16 gr/dL

Hematocrit 41% 35.0- 47.0 %

Trombosit 280/uL 150-450x103/uL

Leukosit 7400/Dl 3600-11000/Dl

GDS 145 mg/dL < 100 : bukan DM


> 100-190: Belum tentu DM
> 200 : 200

6. TERAPI
Obat – obatan
a. INVFD : 20 tts/mnt
b. Lasix : 3x40 mg iv
c. Ascardia : 1 x 80 mg
d. Captropyl : 3 x 25 mg
e. O2 : 2 liter/mnt
Diet
Diet Jantumg III ( 1700 kal ) RG

7. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS: -Nyeri dada Nyeri akut
 Pasien mengatakan
nyeri dada
DO:
 Skala nyeri 6
 Pasien tampak
meringis

DS: -Sesak Pola nafas tidak efektif


 Pasien mengatakan -RR: 28x/menit
sesak -O2: 2ltr/menit
DO: ( Hambatan upaya nafas
 RR: 28x/menit mis: nyeri saat bernafas)
 Terpasang oksigen
2ltr/menit
DS: Suhu tubuh diatas Hipertermia
- normal -S=
DO: O
38 c/aktifitas berlebih
 S= 38oC
Defisit Nutrisi
DS:
 Pasien mengatakan
nafsu makan -Nafsu makan menurun
menurun -Turgor kulit menurun
 Mual ( Ketidak mampuan
DO: mengabsorpsi makan)
 Turgor kulit kering

8. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
2. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas
3. Hipertermia b/d proses penyakit
4. Defisit nutrisi b/d ketidak mampuan menelan makanan

9. INTERVENSI/PERENCANAAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaan


.
1. Nyeri akut beruhubungan Setelah dilakukan asuhan Observasi:
dengan agen pencedera keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi lokasi,
fisiologis diharapkan nyeri akut teratasi karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
 Nyeri terkontrol intensitas nyeri
 Skala nyeri berkurang  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non
verbal
 Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik:
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
analgtik, jika perlu
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Observasi:
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi adanya kelelahan
hambatan upaya nafas diharapkan pola nafas tidak otot bantu nafas
efektif teratasi dengan kriteria:  Identifikasi efek perubahan
 Pola nafas terkontrol posisi terhadap status
 Frekuensi nafas membaik pernafasan
 Monitor status respirasi dan
oksigenasi
Terapeutik:
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Berikan posisi fowler atau
semi fowler
 Fasilitasi mengubah
senyaman mungkin
 Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
 Gunakan bag-valve mask.
Jika perlu
Edukasi:
 Ajarkan melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam
 Ajarkan mengubah posisi
secara mandiri
 Ajarkan tekhnik batuk efektif
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
bronchodilator. Jika perlu
3. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan asuhan Observasi:
dengan proses penyakit keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi penyebab
di harapkan hipertermia hipertermia
teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh membaik (5)  Monitor kadar elektrolit
 Monitor keluaran urine
Terapeutik:
 Sediakan lingkungan yang
dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis ( keringat
berlebih )
 Lakukan pendinginan
eksternal
 Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
 Berikan oksigen. jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena.
Jika perlu
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi:
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan diharapkan defisit nutrisi  Identifikasi alergi dan
menelan makanan teratasi dengan kriteria hasil: intervensi makanan
 Nafsu makan membaik  Identifikasi makanan yang
disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogatrik
 Monitor asupn makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:
 Lakukan oral hygine seblum
maka, jika perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu ysng
sesuai
 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan
jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan posisi duduk jika
mampu
 Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

10. IMPLEMENTASI

Diagnosa Tanggal Implementasi


Nyeri akut 03-09-2020  Mengidentifikasi lokasi
beruhubungan dengan Jam 14:00 karakteristik, durasi frekuensi,
agen pencedera kualitas, intesitas nyeri
fisiologis R/= Lokasi nyeri: dada
-Nyeri seperti ditusuk-tusuk
-Durasi: ketika batuk sesak

 Mengidentifikasi skala nyeri


R/= Skala nyeri:6
 Memberikan teknik
Jam 14:15 nonfarmakologis (teknik nafas
dalam)
 Kolaborasi pemberian analgetik
obat sublingual
Jam 14:25

Jam 14:40
Pola nafas tidak 03-09-2020  Memonitor frekuensi irama,
efektif berhubungan Jam 15:00 kedalama, dan upaya nafas
dengan hambatan R/= Pasien tampak sesak
upaya nafas RR: 28x/menit
 Memonitor status respirasi dan
Jam 15:20 oksigen
R/= Terpasang oksigen 2ltr/mnt
 Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
Jam 15:30 R/= Pasien tampak melakukan
relaksasi nafas dalam

Hipertermia 04-09-2020  Mengidentifikasi penyebab


berhubungan dengan Jam 08:00 hipertermia
proses penyakit R/= Proses penyakit
Jam 08:20  Memberikan cairan oral
R/= Pasien tampak meminum air
putih
 Basahi permukaan tubuh
Jam 08:35 R/= Memberi kompres pada tubuh
pasien
Defisit nutrisi 04-09-2020  Mengidentifikasi makanan yang
berhubungan dengan Jam 10:00 disukai
ketidakmampuan R/= Pasien mengatakn menyukai
menelan makanan buah jeruk
 Memberikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
R/= Memberikan buah pisang

11. EVALUASI

Diagnosa Tanggal Evaluasi


Nyeri akut 05-09-2020 S: Pasien mengatakan nyeri
Jam 12:00 dada sudah tidak ada
O: Skala nyeri 2
A: Masalah nyeri akut
teratasi
P: Intervensi dihentikan
Pola nafas tidak efektif 05-09-2020 S: Pasien mengatakan sudah
Jam 12:30 tidak sesak
O: Pasien tampak tidak
sesak
A: Masalah pola nafas tidak
efektif teratasi
P: Intervensi dihentikan
Hipertermia 05-09-2020 S: -
Jam 13:00 O: S=36,5C
A: Masalah hipertermia
teratasi
P: Intervensi dihentikan
Defisit nutrisi 05-09-2020 S: Pasien mengatakan nafsu
Jam: 13:30 makan membaik
O: Turgor kulit normal,
nafsu makan membaik
A: Masalah defisit nutrisi
teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

4.3 Kesimpulan
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. Gagal
jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga
jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal
4.4 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini, semoga dapat mempermudah dan dapat
dimengerti sehingga penyakit Gagal jantung kongestif ini dapat dicegah, jika pun sudah
terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah ini obat serta penatalaksanaan,
asuhan keperawatan dapat membantu pembaca dan mempermudah.
DAFTAR PUSTAKA

Persatuan Perawat Indonesia.2016 SDKI. Jakarta: dewan pengurus pusat


Persatuan Perawat Indonesia.2016 SLKI. Jakarta: dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Indonesia.2016 SIKI. Jakarta: dewan pengurus pusat

Anda mungkin juga menyukai