Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan
terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok
umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi
demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang
disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga
menimbulkan kelumpuhan yang permanen. Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad
ke-18, dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga
menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi
terus meningkat dan rata-rata orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga
jumlah kematian meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika
Serikat tahun 1952, dengan penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini ( Miller,N.Z,
2004 ).

Jenis – jenis Polio antara lain :

1. Polio Non-Paralisis

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan sensitif. Terjadi kram
otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

1. Polio Paralisis Spinal

Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior
yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan
mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah
poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan
diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor yang
mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita
yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi
sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya
virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor. Neuron motor tidak
memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi
terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem
saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada)
dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.

1. Polio Bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf
kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata saraf
trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot
muka, saraf auditori yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu
proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf
yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher ( Wilson, 2001 ).
BAB II
PERMASALAHAN

I. Angka Kesakitan

Sejak 1979 Tidak ada laporan kasus infeksi poliovirus di Amerika Serikat. Sampai tahun
1998, rata-rata 8-10 kasus yang terkait dengan virus vaksin yang dilaporkan setiap tahun.
Karena dari semua lembaga vaksin inactivated poliovirus (IPV) kebijakan dalam jadwal
imunisasi rutin, jumlah vaksin-kasus terkait telah menurun secara signifikan. Empat kasus
vaksin berasal poliovirus diidentifikasi pada tahun 2005 di kalangan anak-anak di sebuah
unvaccinated masyarakat Amish di Minnesota. Insiden global mengenai infeksi poliovirus ini
telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988. Meskipun tidak ada wabah yang dilaporkan
di belahan bumi barat sejak 1991, Pan American Health Organization melaporkan sebuah
kejadian di Haiti dan Republik Dominika pada tahun 2001. Sejak 2001, tidak ada tambahan
wabah penyakit yang disebabkan oleh poliovirus di Amerika. Dari kelompok-jenis penyakit
masih ditemukan di beberapa daerah di Afrika dan Asia Tenggara. Semenjak tahun 2004,
hanya 5 negara dimana poliovirus transmisi tidak pernah terputus diantaranya adalah India,
Mesir, Nigeria, Pakistan, dan Afghanistan. Meskipun kemajuan signifikan telah dibuat
terhadap pemberantasan penyakit infeksi ini di negara-negara tersebut, peningkatan jumlah
kasus yang diamati pada tahun 2006 ini tetap ada ( L. Heymann, 2004 ).

II. Angka Kematian

Penyakit polio di Amerika Serikat menurut Dr. Robert Mendelsohn, ahli penyakit anak-anak
dan penyelidik medis, tidak ada bukti menunjukan bahwa pemberian vaksin dapat
menyembuhkan polio. Pada tahun 1923 – 1953, vaksin polio telah diperkenalkan dan
diberikan, tetapi angka kematian penyakit polio di Amerika Serikat dan Inggris masih tinggi
sekitar 47 persen sampai 55 persen. Pada data Statistik menunjukkan suatu kemunduran di
negara-negara Eropa. Dan ketika vaksin polio banyak tersedia di Eropa banyak orang
bertanya tentang manfaat dan efektivitas vaksin polio, karena banyak warga disana
menggunakan vaksin polio tetapi masih terserang polio( L. Heymann, 2004).

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. Keluhan dan Gejala Penyakit

Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki
atau tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan
syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.

kelumpuhan permanen hanya terjadi pada kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio.
Sebagian besar orang yang terinfeksi penyakit polio hanya merasa seperti sakit flu. Keadaan
ini menyebabkan virus polio dapat menyebar dengan cepat tanpa diketahui, karena sebagian
besar anak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang khusus.

II. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :

1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio.
Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang
mendapatkan hasil yang akurat.Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan
yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau
pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.

2. Uji Serology

Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah
ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah
benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat
pasien tersebut sakit.

3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)

CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan


jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan
protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).

III. Etiologi

Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus dan
family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran(feses) atau sekret tenggorokan
orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga menyebabkan infeksi. Hal
ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan terkontaminasi atau benda-benda yang
terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut.

Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak
ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan
dikeluarkan melalu tinja selama beberapa minggu kemudian.

IV. Cara Pencegahan

Dalam World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian besar negara di
penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (Erapo) tahun 2000,
artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program Eropa pertama yang dilakukan adalah

 Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh


 Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan 1997.
Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan
sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1½
tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun
 Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh
layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena
polio atau bukan.
 Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang
ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status
imunisasi polio sebelumnya.

V. Cara Pengobatan
Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan cara atau metode yang
paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin yang ada hanya untuk mencegah dan mengurangi
rasa sakit pada penderita.

VI. Rehabilitasi

Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan


anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena, alat
pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung
pernapasan diperlukan perawatan intensif.

VII. Prognosis

Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan
mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu karena
belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian vaksin juga masih
kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah diberi vaksin polio
tetapi masih terkena penyakit ini.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan:

1)      Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen, Jenis polio ada 3 yaitu Polio Non-
Paralisis, Polio Paralisis Spinal, Polio Bulbar.

2)      Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri
pada kaki/tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan
syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.

3)      Pencegahan polio antara lain melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan
menyeluruh, Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan
1997, Survailance Acute Flaccid Paralysis, melakukan Mopping Up.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

L. Heymann, David dan R. Bruce Aylward. 2004. Poliomyelitis. Switzerland : Geneva 1211
N.Z, Miller.2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history, efficacy, and
long-term health-related consequences. USA: Thinktwice Global Vaccine Institute.
M.D, Paul E. Peach.2004. Poliomyelitis. Warm Springs ; GA 31830.
Wilson, Walter R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. USA :
McGraw-Hill Companies, Inc
http://www.totalkesehatananda.com/polio3.html. Diakses tanggal 13 Maret 2009.
http://himapid.blogspot.com/2008/11/polio-masalahnya-dan-cara-pencegahannya.html.
Diakses tanggal 13 Maret 2009
MAKALAH HEPATITIS

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada
sel- sel hati yang menghasilakan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Sampai saat ini telah teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti: hepatitis A, B,
C, D, E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa ( jalur fekal – oral )
sedangkan hepatitis B, C, dan D memilki banyak karateristik yang sama.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan
virus-virus lainnya, seperti :
 Cytomegalovirus
 Virus Epstein-Barr
 Virus Herpes simplex
 Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai
penyakit liver residu. Meskipun angka kematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis virus
akut bisa berakhir dengan kematian.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui masalah tentang hepatitis dan asuhan keperawatan pada
klien dengan hepatitis.

1.2.2 Tujuan Khusus


Secara khusus “ Hepatitis “ ini disusun supaya:
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, manisfestasi
klinis,patofisiologi, pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan, serta proses
keperawatan.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan pada pasien
yang dirawat dengan keluhan hepatitis.
4. Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan hepatitis.
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai kausa,
termasuk infeksi virus atau pajana ke bahan – bahan toksik. Pada hepatitis virus, Peradangan
hati yang berkepanjangan atau berulang, yang biasanya berkaitan dengan alkoholisme kronik,
dapat menyebabkab sirosis, suatu keadaan berupa penggantian hepatosit yang rusak secara
permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki kemampuan mengalami regenerasi, dan
dalam keadaan normal mengalami pertukaran sel yang bertahap. Apabila sebagian jaringan
hati rusak, jaringan yang rusak tersebut dapat diganti melalui peningkatan kecepatan
pembelahan sel – sel yang sehat. Tampaknya terdapat suatu faktor dalam darah yang
bertanggung jawab mengatur proliferasi sel hati, walaupun sifat dan mekanisme factor
pengatur ini masih merupakan misteri. Namun, seberapa cepat hepatosit dapat diganti
memiliki batas. Selain hepatosit, di antara lempeng – lempeng hati juga ditemukan beberapa
fibroblast ( sel jaringan ikat ) yang membentuk jaringan penunjang bagi hati. Bila hati
berulang – ulang terpajan ke bahan – bahan toksik, misalnya alcohol, sedemikian seringnya,
sehingga hepatosit baru tidak dapat beregenerasi cukup cepat untuk mengganti sel – sel yang
rusak, fibroblast yang kuat akan memanfaatkan situasi dan melakukan proliferasi berlebihan.
Tambahan jaringan ikat ini menyebabkan ruang untuk pertumbuhan kembali hepatosit
berkurang.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.
(Sujono Hadi, 1999). Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar ,
hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan
peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan
kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral (IV) . Toxin dan Drug
induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin, seperti :
industri toxins, alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya
dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat
tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G.
Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik
(hepatitis B,C) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).
hepatitis  yang biasanya disebabkan oleh obat-obatan, alkohol (hepatitis alkoholik), dan
obesitas serta gangguan metabolisme yang menimbulkan nonalkoholik
steatohepatitis (NASH) disebut Hepatitis Nonvirus.
2.2 Epidemologi
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang
tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang
lama. 60% sampai 90% kasus–kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa
dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus–
kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan
yang kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di Amerika
Serikat telah memilki antibodi terhadap virus hepatitis A, banyak orang tidak mengingat
kembali episode atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis
2.3 etiologi
1. Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang
berbeda.
2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan

2.4 Klasifikasi
1. Virus Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual
Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji, prevalensi dari penyakit.
Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit.
Infeksi hepatitis B terdapat diseluruh dunia, menyebabkan 250.000 kematian per tahun. Sejak
1982, vaksin efektif dari hepatitis B tersedia dan adanya kampanye penurunan penyakit akan
memungkinkan penurunan dampak penyakit ini di masa depan.
Penularan. Daerah dimana penyakit ini endemik ( Kutub, Afrika, Cina, Asia Selatan dan
Amazon ), bentuk penularan yang sering adalah secara perinatal dari ibu terinfeksi pada
bayinya. Di Negara berkembang dengan prevalensi penyakit lebih rendah, rute utama
penularan adalah seksual dan parenteral. Di Amerika Serikat, populasi risiko tinggi meliputi
laki – laki homoseksual, pengguna obat intravena, petugas perawatan kesehatan dan mereka
yang mendapat transfusi darah.
Patofisiologi. Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung, melalui
mebran mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati, replikasi perlu inkubasi 6
minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu mengalami gejala. Beberapa infeksi tidak terlihat
untukmereka yang mengalami gejala, tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dengan
demam yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis, nyari perut, dan mual. Pada kasus yang
ekstrem, dapat terjadi kegagalan hati yang diikuti dengan ensefalopati. Mortalitas dikaitkan
dengan keparahan mendekati 50%.
Infeksi primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh sendiri dalam 1 sampai 2
minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat menetap selama
beberapa dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi kronik pada saat pasien
mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi berhubungan dengan hepatitis kronik
dapat menjadi parah, dengan kanker hati, sirosis dan asites terjadi dalam beberapa tahun
sampai dengan puluhan tahun setelah infeksi awal.
Diagnosis. Tes serologik untuk hepatitis akan member informasi diagnostik dan informasi
tentang tingkat penularandan kemungkinan tahap penyakit. Tes dilakukan langsung
berhubungan dengan virus dan antibodi yang dihasilkan penjamu dalam merespons protein
tersebut. Virus mempunyai inti dan bagian luar sebagai pelindung. Protein behubungan
dengan bagian antigen inti dan antigen permukaan. Tes laboratorium untuk antigen inti tidak
tersedia, tetapi antigen permukaan sering menunjukan HBsag, yang dapat didetekasi, dalam
beberapa minggu awal infeksi. Peningkatan titer selama beberapa minggu dan juga terjadi
penurunan pada tingkat yang tidak dapat dideteksi. Adanya HBsag menadakan infeksi saat itu
dan tingkat penularan relative tinggi. Antigen lain yang merupakan bagian dari virus disebut
e antigen ( HBeag ). HBeag adalah penanda ketajaman yang sangat sensitive karena dapat
dideteksi dalam perkiraan terdekat pada waktu penyakit klinis dan pada saat di mana tampak
risiko menjadi lebih besar untuk menular.
Vaksin. Vaksin hepatiis B dihasilkan dengan menggunakan antigen hepatitis B untuk
menstimulasi produksi antibodi dan untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi,
keamanan, dan keefektifannya mendekati 90% dari vaksinasi. Karena virus hepatitis B
mudah ditularkan dengan jarum suntik di area perawatan kesehatan. Penurunan infeksi
perinatal dan risiko penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan secara
rutin pada bayi setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang sebelumnya tidak terinfeksi ) akan
memiliki serologi hepetitis B yang positif hanya pada HBsab. Ini menjamin kekebalan yang
dihasilkan olah vaksin yang dapat dibedakan dari produksi alami, saat inti antbodi juga ada.
Hepatitis C
Sampai saat ini, hepatitis Non- A, Non- B menunjukan gambaran virus hepatitis yang
bukan hepatitis A, B atau agens penyebab lain. Banyak dari hepatitis Non- A, Non- B
ditularkan melalui parenteral. Hal ini sebelumnya tidak diketahui dan virus ini juga tidak
diketahui dan sekarang teridentifikasidan disebut hepatitis C. Kemudian, tes antibodi untuk
memeriksa pasien terhadap agens ini telah tersedia.
Patofisiologi. Hepatitis C sekarang diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 150.000 orang
per tahun di Amerika Serikat. Hal ini dianggap menjadi penyakit yang ditularkan hampir
selalu melalui transfusi darah. Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui cara
perenteral lain ( menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh pengguna obat
intravena dan tusukan jarum yang tidak disengaja dan cedera lain pada petugas kesehatan ).
Terdapat bukti lanjut dimana virus ditularkan melalui kontak seksual.
Diagnosis. Tes serologik saat bisa dilakukan untuk mendeteksi virus hepatitis C dengan
antibodi yang diinterpretasi secara terbatas. Banyak pasien yang memiliki gejala klinik dari
virus hepatitis perlu dilakukan tes.
Tes fungsi hati digunakan untuk mendapat status hepatitis. Penyakit ini tidak terlalu
dipahami pada saat ini, tapi peningakatan dan biasanya ditemukan penurunan berulang enzim
hati. Dengan informasi ini dan tanda klinis lain, dipercaya bahwa sebanyak separuh dari
semua pasien mengalami infeksi hepatitis C yang berkembang menjadi infeksi kronik. Hal ini
telah menunjukan penyebab utama penyakit hati kronik dan sirosis di Amerika Serikat.
Penatalaksanaan. Saat ini, tidak diketahui terapi, vaksin atau agens profilaktik pasca
pemajananyang diakui untuk hepatitis C. Petugas perawatan kesehatan harus mengikuti
prinsip kewaspadaan umum untuk meminimalkan risiko penularan karena pekerjaan. Prinsip
ini didasarkan pada pemahaman bahwa populasi yang terinfeksi adalah carrier penyakit ini.
Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan yang tepat harus digunakan pada semua pasien.
Hepatitis D
Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih kompleks
untuk bertahan. Hepatitis D hanya merupakan risiko untuk mereka yang mempunyai antigen
permukaan hepatitis B positif
Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru atau berulang dan
sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai carrier hepatitis B.
Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan untuk virus ini dicapai sebagai
keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B. Perilaku preventif terhadap virus darah ini
( tidak menggunakan jarum bergantian dan menggunakan kondom pada saat berhubungan
seksual ) harus ditekankan pada orang yang terinfeksi hepatitis B yang tidak terinfeksi
hepatitis D.
2. Virus hepatitis yang Ditularkan melalui Rute Fekal – Oral
Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal – oral. Virus ini
menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang ditunjukan oleh
virus hepatitis darah.
Pada anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan keluhan tidak parah. Gejala
lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat berupa kelemahan sampai dengan demam, ikterik,
mual dan muntah. Penyakit ini baisanya berlangung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pada saat gejala timbul, sangat kecil
kemungkinan menular pada orang lain.
Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang terkontaminasi, hepatitis A dapat
menjadi potensi epidemic di Negara dengan penanganan yang buruk. Petugas penyiapan
makanan yang terinfeksi mempunyai potensi penularan penyakit pada orang lain jika
kebersihan diri tidak dilakukan dengan baik.
Tes antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM yang menunjukan infeksi akut atau
yang baru terjadi.atau IgG yang menunjukan infeksi yang sudah sembuh.

Hepatitis E
Hepatitis E adalah infeksi virus yang menyebar melalui kontaminasi makanan dan air
melalui jalur fekal – oral. Sampai dengan saat ini, infeksi disebut dengan hepatitis enteric
Non- A Non- B. Diagnosa dibuat dengan menyingkirkan hepatitis A, B, dan C dan
menentukan yang paling mungkin dari sumber makanan atau air yang terkontaminasi.
Sekarang tes untuk antibodi untuk hepatitis E telah tersedia, studi epidemologi akan sangat
terfasilitasi
Hepatitis E telah jarang ditemukan di Amerika Serikat, tetapi berhubungan dengan
epidemic dari air yang terkontaminasi di Asia, Afrika, dan Republik Soviet. Di Amerika
Serikat, hepatitis E harus dipertimbangkan pada beberapa orang yang telah melakukan
perjalanan keluar negeri dan mempunyai gejala virus hepatitis tetapi serologic negative untuk
virus hepatitis lain.

5. Gambaran klinis
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit
mencolok, kegagalan hati dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis:
stadium prodromal, stadium ikterus, dan periode kovalensasi (pemulihan)
1. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas
virus selesai dan pasien mulai memperlhatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini
disebut praikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan sangat infeksius pada
stadium ini. Antibody terhadap virus biasanya belum dijumpai. Stadium ini
berlangsung 1-2 minggu ditandai oleh :
 Malese umum
 Rasa lelah
 Gejala-gejala infeksi saluran napas atas
 Mialgia (nyeri otot)
 Keengganan terhadap sebagian besar makanan
2. Stadium ikterus adalah stadium kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung 2-3
minggu atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh, seperti
diisyaratkan oleh namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah :
 Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodormal
 Pembesaran dan nyeri hati
 Splenimogali
 Mungkin gatal (pruritus) di kulit
3. Stadium pemulihan dalah stadium ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul dalam4
bulan untuk hepatitis B dan C dan dalan 2-3 bulan untuk hepatitis A. Selama periode
ini :
 Gejala-gejala mereda, termasuk ikterus
 Nafsu makan pulih

2.6 Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel
perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati,
sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan
empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga
meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan
kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala
ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat
bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat
permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan
sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker
hati.
1. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai
untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
2. AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai
dua minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
3. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
4. Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
5. Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
6. Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
7. Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
8. Albumin serum : menurun
9. Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
10. Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
11. HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic
sebelum terjadi gejala kinik
12. Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
13. Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
14. Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
15. Biaosi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
16. Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
17. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :
 Istirahat sesuai keperluan
 Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain
 Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga
 Keluarga dan pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang
spesifik terhadap HAV atau HBV yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap
infeksi. Imunitas ini bersifet sementara
 Baru-baru ini FDA memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini
dibuat dari virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini
96% efektif setelah pemberian satu dosis.
 Tersedia vaksin untuk HBV, Karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi
menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang
termasuk dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau orang-
orang yang terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk
divaksinasi dalah orang-orang yang beresiko terhadap virus, termasuk kaum
homoseksual atau heteroseksual yang aktif secara seksual, pecandu oabat bius, dan
bayi.
 Vaksinasi terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus DNA
rekombinaan sebanyak tiga kali pada interval –interval yang telah ditentukan. Dosis
pertama dan kedua diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan
setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan.

2.9 Komplikasi
Komplikasi hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronik yang terjadi apabila individu terus
memperlihatkan gejala dan antigen virus menetapkan lebih dari 6 bulan. Gambaran klinis
hepatitis aktif kronik atau fulminan mungkin mencengkup gambaran kegagalan hati diatas,
dengan kematian timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian.

Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan


untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks
viseral), empedu tertahan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

1. Kesimpulan.

Hepatitis merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera


ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan hepatitis.
Penularan hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah / produk darah, saliva, semen, alat-
alat yang tercemar hepatitis dan inokulasi perkutan dan subkutan secara tidak sengaja.
Penularan secara parenteral dan non parenteral serta vertikal dan horizontal dalam keluarga
atau lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis di masyarakat berkaitan dengan kebiasaan
hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya hidup bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan
kontak dengan darah dan material penderita. Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan
melalui pencegahan dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan
dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan
Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif
atau kronik aktif dimana terjadi kerusaklaan hati seperti digerogoti ( piece meal ) dan
berkembang sirosis. Kondisi ini dibedakan dari hepatitis kronik persisten dengan biopsy hati.
Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati, namun prognosis tetap
buruk. Kematian biasanya terjadid alam 5 tahun akibat gagal ginjal atau komplikasi sirosis.
Hepatitis kronik aktif dapat berkembang pada hampir 50 % pasien dengan HCV; sedangkan
troporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil ( sekitar 1 – 3 %). Sebaiknya hepatitis
kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Tidak semua kasus hepatitis
kronik aktif terjadi menyusul hepatitis virus akut. Obat-obatan yang dapat terlibat dalam
patogenesis kelainan ini termasuk alfametildopa ( aldomet, isoniazid, sulfonamide dan
aspirin).

2. Saran

Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti hepatitis ini,
tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita. Setelah membaca dan mengetahui cara
penularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita kerjakan supaya
terhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan terutama lewat suntikan, maka
setiap kali disuntik harus yakin bahwa jarumnya steril. Yang praktis adalah penggunakan
jarum baru atau disposibel ( sekali pakai buang). Dan yang paling penting adalah melakukan
vaksinasi, vaksin merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke dalam tubuh kita
dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan zat anti ( antibody) terhadap
antigen tersebut.
Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan perawatan secepatnya agar
tidak bertambah parah hingga menyebabkan kanker hati. Dan perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga klien yang belum megetahui bahaya dan
cara pencegahan hepatitis sedini mungkin.

Daftar Pustaka

Daft Chandrasoma, parakrama. 2006. Patologi Anatomi. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Smeltzer, suzzane C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2 Jakarta:Buku Kedokteran

EGC.

Anda mungkin juga menyukai