Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sekar Dewi Larasati

NIM : 19312241011

Resume Six Thinking Hats

1. Topi Putih (fakta dan angka objektif)


Warna putih pada topi dimaksudkan untuk memberikan gambaran sebagai hal yang
bersifat netral dan obyektif. Informasi merupakan hal yang berada dalam naungan topi
putih. Informasi bisa terdiri atas fakta-fakta yang tidak bisa disangkal serta
angka-angka yang bisa diperiksa kebenarannya.
Tujuan proses berpikir topi putih ialah menjadi praktis.Topi putih memberikan
pemaparan cara mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau mengisi kekosongan
informasi serta menentukan pertanyaan yang harus diajukan.

Pemikiran ala topi putih memberikan cara memisahkan informasi dari hal-hal lain
yang masih berupa dugaan, instuisi, penilaian yang didasarkan pada pengalaman,
perasaan, kesan serta opini.

Sesuatu yang diyakini sebagai fakta bisa jadi belum dibuktikan secara menyeluruh.
Padahal sebuah fakta harusnya berhubungan dengan peristiwa yang dapat dibuktikan
kebenarannya.Topi putih biasanya digunakan sebagai topi pertama karena bisa latar
belakang dalam proses berpikir.Topi putih dipakai sebagai pembuka dalam rapat guna
mencari pemecahan sebuah masalah. Meski demikan bisa juga dipakai di akhir sesi
sebagai bahan pertimbangan.
2. Topi Merah (emosi dan perasaan)
Merah pada topi merupakan perlambang dari pandangan emosional seperti
kemarahan/rasa jengkel, murka serta emosi. Pemikiran dasar topi merah adalah
perihal emosi, perasaan, serta aspek tidak rasional dari pemikiran.

Topi merah memberikan sebuah kesempatan unik dan spesial untuk dapat
menyampaikan perasaan, emosi dan intuisi sebagaimana adanya. Topi merah
memberikan kondisi di mana perasaan patut diperhatikan.

Penggunaan topi merah dilakukan secara personal. Setiap peserta rapat secara
bergantian mengungkapkan perasaan mengenai persoalan yang sedang
didiskusikan.Perasaan dapat diarahkan kepada pelaksanaan rapat itu sendiri, tak hanya
pada topik yang sedang dibahas dalam rapat. Dengan menggunakan topi ini, seorang
pemikir dapat menggali perasaan orang lain dengan menanyakan pandangannya.

Pikiran bisa mengubah emosi seseorang karena merupakan bagian dari metode
berpikir atau masalah yang dipikirkan. Saat memandang suatu hal secara berbeda,
emosi juga akan berubah bersamaan dengan persepsi yang berubah.Menolak godaan
untuk membenarkan emosi yang diutarakan, merupakan hal tersulit dalam pemakaian
topi merah. Topi merah lebih menyerupai cermin yang memantulkan emosi-emosi
dalam segala kompleksitasnya.
3. Topi Hitam (kelemahan)
Untuk mengingatkan orang akan kelemahan dari sebuah gagasan, maka digunakanlah
warna hitam. Hitam bermakna suram dan serius, serta pertanda untuk bersikap
hati-hati dan waspada pada banyak kemungkinan yang bisa terjadi.

Memakai topi hitam bermakna kita harus bersikap waspada dan hati-hati. Topi ini
menunjukkan potensi masalah dan kesulitan. Dengan memakainya maka Anda
berupaya menghindari bahaya untuk diri sendiri, orang lain serta masyarakat.

Kegunaan utama dari topi hitam adalah untuk memperkirakan risiko, bahaya,
tantangan, masalah potensial dan kekurangan dari suatu usulan. Topi hitam dapat
digunakan juga sebagai tantangan terhadap apa yang dihasilkan dari penggunaan topi
kuning. Tentu merupakan tindakan yang sangat tidak bijaksana jika langsung
menindaklanjuti suatu usulan tanpa melakukan pertimbangan mendalam. Berdasarkan
pertimbangan masak-masak akan risiko dan potensi masalah yang mungkin dihadapi,
sebuah tindakan baru bisa dilakukan.
4. Topi Kuning (optimis dan spekulatif)
Topi kuning bisa dikatakan berlawanan dengan topi hitam. Warna kuning
menyimbolkan keadaan terang serta optimisme. Jika topi hitam mencari aspek negatif,
maka topi kuning mencari kebalikannya. Dengan topi kuning peserta rapat diajak
untuk memilih aspek-aspek positif dari sebuah gagasan yang disampaikan.

Dengan topi ini, pemikir berusaha melihat kemungkinan hasil dari menjalankan
sebuah gagasan. Anda juga bisa memeriksa serta menyelidiki nilai dan manfaat dari
sebuah usulan yang disampaikan dalam rapat. Melalui topi ini, seseorang juga dipaksa
untuk mencari nilai. Sebuah gagasan biasa bisa menjadi sebuah gagasan yang
menarik. Sesuatu yang dianggap tidak bernilai juga bisa mendadak memiliki nilai
tinggi.

Seseorang sangat perlu untuk mengembangkan kepekaan sehingga bisa mengetahui


mana gagasan kreatif dan berusaha mencari kemungkinan yang muncul dari
pelaksanaan gagasan tersebut. Keefektifan merupakan tujuan dari pemikiran
kosntruktif topi kuning. Pemikiran topi kuning mencakup penilaian positif. Pemikiran
topi kuning tidak ada hubungannya dengan topi merah yang mengusung euforia
positif saja, serta tidak secara langsung berhubungan dengan penciptaan gagasan baru
yang merupakan tugas dari topi hijau.
5. Topi Hijau (kreativitas)
Topi hijau menandakan kreativitas serta gagasan baru. Aneka gagasan yang
bermunculan diasumsikan sebagai warna hijau yang berarti rumput,
tumbuh-tumbuhan, dan dedaunan yang subur. Demikian juga kreativitas dan gagasan
yang diharapkan selalu tumbuh.

Sebenarnya topi hijau tidak bisa membuat seseorang menjadi kreatif dengan
sendirinya. Topi hijau mengusung nilai bahwa setiap orang diberikan waktu khusus
untuk melakukan upaya kreatif. Melalui topi hijau, berbagai gagasan diubah dan
disempurnakan. Berbagai pilihan dan alternatif disampaikan melalui topi hijau,
sehingga diharapkan akan muncul ide-ide baru, baik dari kreativitas yang “disengaja”
maupun “tanpa persiapan.” Formalitas dari topi hijau membuat pemikir kreatif
menjadi bagian penting dari sebuah proses pengambilan keputusan.

Dalam pemikiran topi hijau, pemikir berusaha bergerak maju dari sebuah gagasan
atau ide untuk mendapat sebuah gagasan atau ide baru yang lebih baik.
6. Topi Biru (pengatur dan pengendali keharmonisan)
Biru sering dianggap sebagai warna yang menenangkan, serta warna langit yang lebih
tinggi dari wana-warna lainnya. Dengan topi biru, kita tidak lagi memikirkan tentang
pokok persoalan, sebaliknya memikirkan mengenai pemikiran yang diperlukan untuk
menelaah pokok persoalan tersebut. Topi biru berperan sebagai membuat rencana
untuk berpikir mengenai apa yang sehrusnya terjadi dalam susunan yang ditentukan.

Struktur dari topi biru dapat memberikan sebuah rancangan mengenai apa yang
mungkin terjadi di setiap waktu. Seringnya pemikiran topi biru mengendalikan
pemikiran berjenis diskusi. Pemikiran topi biru tidak terbatas pada pengaturan
topi-topi lainnya, namun juga bisa dipergunakan untuk mengatur aspek lain.

Fokus merupakan aspek penting dalam pemikiran topi biru. Hal ini juga yang
membedakan antara pemimpin baik dan pemimpin buruk. Topi biru dapat
menentukan bidang pemfokusan yang memerlukan konsep-konsep baru, sementara
topi hijau akan mencoba menghasilkan konsep-konsep baru.

Hal itu dilakukan secara bergantian sehingga ada jeda bagi topi hijau untuk
menjalankan proses kreatifnya. Segala sesuatu menjadi lebih jelas. Sekalipun ada satu
orang yang diserahi tugas secara spesifik untuk menjadi pemikir dari topi biru, namun
masih terbuka bagi siapa saja untuk memberikan komentar dan usulan.
Kesimpulan Buku

1. Penggunaan topi dengan aneka warna bertujuan untuk memudahkan


proses kerja metode ini. Bisa dipergunakan dalam bentuk imajinasi atau
membuat ilustrasi topik yang ditempelkan di ruangan rapat.
2. Konsep sederhana ini dapat membantu seorang pemikir untuk
melakukan satu hal secara berurutan, mampu memisahkan emosi dari logika,
serta kreativitas dari informasi.
3. Mengingat pada tiga pasangan topi berikut saat mempergunakan metode
ini: i) putih dengan merah; ii) hitam dengan kuning; dan iii) hijau dengan biru.
4. Tiap topi memiliki kegunaannya masing-masing, dalam sebuah rapat.
5. Topi putih berguna untuk menguraikan mengenai fakta serta angka
sedangkan topi merah berguna untuk menjelaskan mengenai emosi dan
perasaan.
6. Topi hitam sebagai pedoman untuk kehati-hatian serta peringatan
sedangkan topi kuning berguna untuk pedoman spekulatif-positif.
7. Topi hijau berguna untuk membantu pemikiran kreatif sedangkan topi
biru berguna sebagai pengendalian berpikir.

Anda mungkin juga menyukai