HAYATUL LISA
kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau lebih
yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan pelarut air. Perbedaan potio dan
larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk konsumsi obat secara
oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa digunakan
secara oral, topikan, parenteral dan sebagainya.
zat aktif
pelarut
pelarut pembantu
pengawet
pewarna
pendapar
pengaroma dan pewarna
antioksidan dan sebagainya
Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekular dalam pelarut
yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam pelarut terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan menjadi tipe larutan
sebagai berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A
yang terlarut.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang
terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A
yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya didalam air pada temperature tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut
solute. Solvent yang biasa dipakai :
1. Air, untuk macam-macam garam.
2. Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.
3. Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6. Parafin, liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer,
menthol dan klorbutanol.
7. Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak lemak.
B. Faktor yang mempengarui kelarutan
1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-
garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent
yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut
dalam kloroform.
2. Cosolvensi
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar
larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan
dalam farmasi umumnya adalah :
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam
nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO 4,
PbSO4, CaSO4.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut,
zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya
menghasilkan panas.
c. Saturatio
5. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut
dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
1. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
3. Pengadukan.
Larutan oral
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam
air atau campuran cosolvent-air.
2. Sirup
b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat
tambahan digunakan untuk pengobatan.
c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau
penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau
bau obat yang tidak enak.
3. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan
(pemanis, pengawet, pewarna dan pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa
yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air – etanol.
Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat pula
ditmbahkan glicerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti
gula bisa digunakan sirup gula.
5. Guttae (drops)
Guttae / obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi,
apabila tidak dinyatakan lain maka dimaksudkan untuk obat dalam.
6.Dll
Larutan topikal
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali
juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk
penggunaan topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi
disebut lotio. Sediaan-sediaan termasuk larutan topikal :
1. Collyrium
2. Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
3. Gargarisma
Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk
ditelan.
5. Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi,
pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh
digunakan sebagai cairan pembawa.
6. Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan. Tetesan
butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai
bronkhioli.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui
kulit atau selaput lendir.
Adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat kedalam
vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karena larutan
ini mengandung bahan obat atau antiseptik. Contoh : Betadin Vagina Douche.
Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-
tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan
tekanan osmose digunakan untuk mngeringkan luka bernanah. Contoh :
Rivanol.
Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan
dalam mulut. Contoh larutan 10 % Borax dalam gliserin.
lebih mudah ditelan daripada sediaan yang lain, sehingga dapat lebih
mudah digunakan bayi, anak-anak, dewasa, maupun usia lanjut
segera diabsorpsi karena telah berbentuk sediaan cair (tidak mengalami
proses disintegrasi maupun pelarutan seperti pada tablet/pil dsb
obat secara homogen terdistribusi keseluruh bagian sediaan
mengurangi resiko terjadinya iritasi lambung oleh zat zat iritan (Aspirin,
KCl) karena larutan langsung diencerkan dalam lambung
lebih mudah untuk menutupi rasa dan bau tidak enak pada obat dengan
cara penambahan pemanis dan pengaroma