Anda di halaman 1dari 2

Beberapa bulan setelah ayahku meninggal akupun selesai semeter 2 perkuliahku, libur semseterpun

tiba.

Disaat ini akupun mulai bimbang untuk melanjutkan kuliah tau tidak aku mulai ragu untuk
melanjutkan kuliah, semangat untuk kuliah mulai hilang aku memutuskan untuk pulang kampung
untuk istirahat sejenak sambil mencari perkerjaan untuk biaya kuliah nantinya.

Selang beberapa hari aku di kampung aku mendapat telpon dari saudara sepupuku amirnanda

Amirnanda adalah adik dari faizal rahmat yang tinggal di rumah cadek baet setelah faizal rahmat
memutuskan untuk berangkat ke malaysia stelah ia lulus kuliah.

Ku angkat telpon yang berbunyi dari amirnanda

Dia berkata

“lul untuk kedepannya rumah di baet aku sewakan jadi bagaimana?”

Aku terkejut dan diam sejenak lalu menjawab

“iya bang tunggu bebrapa hati ya, nanti aku kasih tau jawabannya”

Aku bingung harus mencari uang kemana, sedang untuk biaya spp kuliah saja belum ada, aku berbifir
tak disewakan sebab dia sendiri yang berkata jika kuliah nanti tinggal aja di cadek tidak perlu sewa
kosan lagi, namun sekarang malah terbalik.

Beberapa hari sehari berselang handphone ku berbunyi.

Panggilan masuk dari amirnanda.

Ku angkat telpon darinya

Dia berkata “bagaimana? Masaalah sewa rumah di cadek”

Lalu ku jawab “gak apa apa bang sewa aja sama orang lain, aku sudah punya tempat tinggal lain,
untuk barang barang aku abang letakan saja di ruang tamu”.

“oh ya sudah, abang sewakan sama orang lain” balasnya

Setelah pembicaraan itu berakhir akupun bingung harus tinggal dimana nanti sebab aku tidak ada
tempat tinggal lain, hingga aku memutuskan untul menelpon sahabatku julizar.

“jul bisa tinggal di tempat mu sementara?”

“bisa lul tapi ini kan toko, mengenai barang barang mu bawanya diam diam aja jangan sampai
ketahuan sama bapak toko”

“baiklah kalau begitu, gak apa apa yang penting ada tempat tinggal sementara waktu”

Aku memutuskan untuk kembali ke banda aceh dan menumpang diam bersama sahabatku di toko
tersebut.
Pada saat malam aku tak tau jelas kapan harinya, yang jelas pada malam itu gerimis kami berangkat
stelah magrib aku bersama gadis gayoe dan abang becak pergi ke rumah cadek untuk mengambil
barang barangku.

Beberapa menit setelah perjalanan kamipun sampai.

Aku ambil barang satu persatu, ku letakkan di atas becak hingga barang selesai.

Sedih yang terasa dalam hati aku coba tahan meski mataku memerah namu tetap santai dan
tersenyum.

Setealah itu aku letakan surat yang kutulis untuk amirnanda.

“assalamualaikum, bang terimakasih untuk tumpangan selama ini dan mohon maaf apabila ada
salah dari saya, dan terimakasih juga atas bantuan selama saya kuliah, mungkin untuk saat ini saya
tak bisa membalasnya untuk abang, dan mohon maaf sebesar besarnya.

Kamipun berangkat meninggalkan rumah di cadek tersebut gadis gayoe mencoba menghiburku.

Aku berkata “dek barang barang abang ini abang letakan di kos adek dulu ya untuk sementara”

“Boleh bang bang”

Kami pun sampai di kosan lalu meletakkan barang barang di tempat yang rapi.

Tiga bulan lamanya aku menumpat tinggal di toko sahabatku di neusu yang jaraknya hampir 7 km
lebih yang terkadang aku memilih untuk tidur di sekretariat himpunan di malam hari, bahkan
sahabatku bertanya

“kok gak pulang pulang beberapa hari?

“gak apa apa, aku tidur di tempat orang lain” sambil tersenyum menyimpan sedih.

Anda mungkin juga menyukai