Kondisi tanah ideal untuk budidaya terong adalah tanah lempung berpasir dengan kisaran pH 6,5-7.
Terong berproduksi maksimal pada kisaran suhu 22-30oC. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari
yang cukup, oleh karena itu cocok ditanam pada musim kemarau.
Terong masih satu keluarga dengan cabe, tomat dan kentang. Hama dan penyakit yang biasa
menyerang tanaman-tanaman tersebut bisa juga mengganggu budidaya terong. Oleh karena itu dalam
melakukan rotasi tanaman, usahakan tidak dengan tanaman-tanaman tersebut.
Langkah pertama siapkan dulu tempat penyemaian benih. Buat bedengan dengan lebar satu meter dan
tinggi 20 cm. Bedengan dibuat dari campuran tanah, arang sekam dan kompos dengan perbandingan
1:1:1. Atau, silahkan baca cara membuat media persemaian. Kemudian berikan naungan terhadap
bedengan tersebut.
Rendam benih terong dalam air hangat selama 10-15 menit, kemudian bungkus benih dengan kain basah
dan diamkan selama 24 jam. Buat alur berjarak 5-10 cm diatas bedengan untuk menebarkan benih.
Kemudian tebarkan benih dan tutup dengan tanah tipis-tipis. Setelah itu, tutup bedengan dengan daun
pisang atau karung goni basah. Siram dengan air untuk menjaga kelembaban persemaian.
Setelah 2-3 hari kecambah mulai tumbuh menjadi tanaman, buka daun pisang atau karung goni tersebut.
Kemudian siram setiap hari tanaman tersebut. Setelah 10-15 hari, pindahkan bibit tanaman kedalam
bumbunan daun pisang atau polybag kecil (9X10 cm), satu polybag satu tanaman. Isi polybag atau
bumbunan daun pisang dengan tanah dan kompos, perbandingan 1:1. Silahkan baca cara
membuat media tanam polybag.
Sirami tanaman yang ada dalam polybag tersebut setiap hari. Setelah tanaman berumur 1-1,5 bulan atau
telah memiliki minimal 4 helai daun, tanaman tersebut siap dipindahkan ke lahan terbuka.
Pengolahan tanah dan penanaman
Lahan untuk budidaya terong dicangkul atau dibajak dengan kedalaman 30 cm. Bersihkan tanah dari
gulma dan kerikil. Bentuk bedengan dengan lebar 1 meter tinggi 30 cm dan panjang disesuaikan dengan
bentuk lahan. Jarak antar bedengan 40 cm.
Gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar, bisa berupa kompos atau pupuk kandang sebanyak 15 ton
per hektar. Taburkan di atas bedengan dan aduk hingga merata. Budidaya terong menghendaki tingkat
keasaman tanah sekitar pH 5-6. Apabila pH kurang dari 5 tambahkan kapur pertanian atau dolomit
sebanyak 1-2 ton per hektar satu minggu sebelum tanam.
Buat lubang tanam secara berbaris, satu bedengan sebanyak dua baris. Jarak tanam antar lubang tanam
60 cm dan jarak antar baris 70 cm. Lebar lubang dan kedalaman disesuaikan dengan ukuran polybag
bibit.
Sebelum bibit dipindahkan, siram bedengan dengan air. Tanaman terong cenderung tidak tahan dengan
kekeringan. Pindahkan bibit tanaman satu lubang diisi satu bibit tanaman. Hati-hati dalam memindahkan
tanaman, jaga agar akar tanamah tidak putus atau rusak.
Pemupukan tambahan dilakukan mulai dari 2 minggu setelah bibit ditanam. Untuk budidaya terong non-
organik berikan pupuk urea dengan dosis 80 kg/ha dan KCl 45 Kg/ha. Sedangkan untuk budidaya terong
organik berikan pupuk kompos atau pupuk kandang, masing-masing satu kepal atau kira-kira 0,5 kg per
tanaman.
Ulangi pemberian pupuk susulan pada minggu ke-5 dan ke-7 setelah bibit ditanam. Sambil memberikan
pupuk susulan, siangi gulma yang terdapat dalam bedengan tanaman. Bersihkan juga semak belukar
yang terdapat disekitar area tanaman.
Pemasangan ajir atau bilah bambu untuk menopang tanaman dilakukan setelah tanaman berumur 3
minggu. Penancapan ajir hendaknya berjarak 5-7 cm dari pangkal batang. Jangan sampai penancapan
ajir melukai akar tanaman. Ikat tanaman pada ajir dengan tali rafia.
Apabila tidak turun hujan penyiraman hendaknya dilakukan setiap tiga hari sampai tanaman berbunga.
Setelah tanaman berbunga, tingkatkan frekuensinya hingga dua hari sekali.
Waktu yang tepat untuk panen adalah pagi dan sore hari. Buah dipetik dengan tangkainya, buah terung
tidak tahan lama. Oleh karena itu harus segera dipasarkan begitu selesai panen. Sortasi untuk budidaya
terong dilakukan berdasarkan ukuran dan warna buah.