Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas Polychaeta pada kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-
15 cm pada 4 stasiun dengan dominasi mangrove Avicennia alba, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, dan
Bruguiera gymnorrhiza di kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang. Parameter fisika kimia
yang diukur meliputi suhu, pH, DO, salinitas, analisa granulometri (tipe sedimen) dan TOM (Total Organic
Matter). Analisa data menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode ordinasi dengan menggunakan
program Canoco for Windows 4.5. Hasil penelitian menunjukkan di kawasan mangrove muara sungai kali
Lamong-pulau Galang ditemukan 7 jenis dari 7 famili Polychaeta. Jenis Polychaeta terbanyak adalah spesies
Capitella sp. yang ditemukan di stasiun M1 pada kedalaman 5-10 cm, yaitu sebanyak 11 individu (47.5 %) dari
total individu yang ditemukan. Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang
memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat.
Identifikasi Mangrove
Pengamatan dan identifikasi mangrove dilakukan di
lapangan dengan menggunakan buku Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia (Noor, dkk,
2006), dan A Guide To The Mangroves of Singapore I
(Sivasothi and Peter, 2002).
2
Analisis data metode ordinasi dilakukan dengan %) pada kedalaman 0-5 cm, Hauchiella sp. sebanyak 1
menggunakan bantuan program Canoco for windows individu (4.318 %) pada kedalaman 5-10 cm, dan
4.5. Analisa ini digunakan untuk melihat preferensi Arenicola sp. sebanyak 1 individu (4.318 %) pada
pemakaian habitat oleh Polychaeta pada tiap stasiun kedalaman 10-15 cm.
dan pada kedalaman 0-5, 5-10, serta 10-15 cm.
Tabel 4.Data sebaran Polychaeta pada setiap stasiun dan
kedalaman sedimen
III. HASIL DAN DISKUSI
3
stasiun M3 tidak dapat dihitung indeks dominasinya
karena tidak ditemukan individu Polychaeta.
4
baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik menyokong kehidupan berbagai organisme akuatik.
tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam (Zamroni & Rohyani 2008). Kandungan bahan organik
tanah, pada ekosistem mangrove humus diperoleh dari tanah dihitung dari kandungan C-organik. Sifat kimia
serasah yang berjatuhan dari mangrove. Serasah yang tanah berdasarkan kandungan C-organik terbagi
jatuh akan mengalami proses dekomposisi oleh menjadi lima yaitu; sangat rendah (<1,00% C), rendah
mikroorganisme menjadi detritus. (1,00-2,00% C), sedang (2,01-3,00% C), tinggi (3,01-
Salah satu organisme yang terpengaruh dengan 5,00% C), dan sangat tinggi (>5,00% C)
bahan organik adalah makrobenthos. Makrobenthos (Hardjowigeno 2003).
berhubungan dengan tersedianya bahan organik yang Ilustrasi distribusi Polychaeta (gambar 8)
terkandung dalam substrat, karena bahan organik menunjukkan bahwa bahwa faktor fisika-kimia
merupakan sumber nutrien bagi biota laut yang pada lingkungan lain yang berupa suhu, pH, dan DO kurang
umumnya terdapat pada substrat dasar sehingga berpengaruh terhadap distribusi dan keberadaan
ketergantungannya terhadap bahan organik sangat Polychaeta pada tiap kedalaman dan jenis mangrove.
besar. Namun jika keberadaan bahan organik melebihi Kisaran suhu di Kawasan Mangrove Muara Sungai
ambang batas sewajarnya maka kedudukan bahan Kali Lamong-Pulau Galang adalah 28.5°C-30°C.
organik tersebut dianggap sebagai bahan pencemar. Hutagalung (2007) mengatakan bahwa, pada umumnya
Ketersediaan bahan organik dapat memberikan variasi nilai kisaran untuk suhu optimum bagi Polychaeta
yang besar terhadap kelimpahan organisme yang ada. benthik berkisar antara 15°C-28°C. suhu yang
Persentase nilai bahan organik terendah berada tergolong tinggi ini dipengaruhi kondisi cuaca yang
pada stasiun M1 (Avicennia alba) pada kedalaman cerah dan panas pada saat pengambilan data di
sedimen 10-15 cm, yaitu 4.37 % sementara nilai bahan lapangan. Tetapi kisaran suhu ini termasuk kisaran
organik yang tertinggi berada pada stasiun M3 hidup untuk Polychaeta.
(Rhizophora mucronata) pada kedalaman sedimen 10- Nilai pH yang diperoleh dari hasil pengamatan
15 cm, yaitu 16.09 %. Menurut Nurhajati et al. (1986) pada setiap stasiun adalah netral, yaitu 7. Menurut
dalam Safitri (2003) terdapat hubungan antara Asikin (1982), pH optimum untuk kehidupan
kandungan bahan organik dengan ukuran tekstur organisme laut adalah antara 6-8. Kisaran nilai DO
sedimen (substrat) dimana pada tekstur yang lebih yang diperoleh dari hasil pengamatan pada setiap
halus persentase kandungan bahan organik lebih tinggi stasiun adalah antara 4.28 mg/L-7.51 mg/L. Stasiun
bila dibandingkan dengan tekstur yang lebih kasar. M1 memiliki nilai DO terendah yaitu 4.28 mg/L dan
Pada stasiun M2 (Bruguiera gymnorrhiza) pada setiap stasiun yang memiliki nilai DO tertinggi adalah stasiun
kedalaman juga memiliki kandungan bahan organik M4 yaitu 7.51 mg/L. Nilai kisaran DO di Kawasan
yang relatif lebih rendah daripada stasiun-stasiun yang Mangrove Muara Sungai Kali Lamong-Pulau Galang
lain. Pada stasiun M2 ini fraksi pasir memiliki tersebut masih dalam kisaran yang kondusif dan
persentase yang tinggi dibandingkan dengan stasiun optimal untuk kehidupan biota benthic (Witasari &
yang lain. Substrat pasir memungkinkan oksidasi yang Rubiman dkk, 2003). Nilai konsentrasi DO yang
baik sehingga bahan organik akan cepat habis, dengan optimum dan sesuai untuk kehidupan Polychaeta
demikian kandungan organik menjadi lebih rendah. adalah 4.0 mg/L-6.6 mg/L.
Sementara pada stasiun M3 (Rhizophora mucronata) Proses biogeokimia pada sedimen berasosiasi
dan stasiun M4 (Sonneratia alba) relatif memiliki nilai dengan komunitas mikroba di dalam sedimen. Proses
kandungan bahan organik yang lebih tinggi ini terjadi lapis demi lapis tergantung dari mekanisme
dibandingkan stasiun yang lain. Pada stasiun M3 transportasi vertikal di dalam sedimen, sehingga
banyak ditemukan seresah-seresah dari pohon kandungan oksigen didalam sedimen mempunyai
Rhizophora mucronata yang berasal dari daun maupun stratifikasi yang sangat terbatas (Levinton, 1995; dan
ranting yang membusuk dan terakumulasi pada Ziebis et al., 1996). Biasanya kandungan oksigen
sedimen. Hal tersebut dapat meningkatkan kandungan terbatas pada lapisan beberapa millimeter di bagian
bahan organik. Pada stasiun M4 memiliki persentase lapisan atas sedimen di wilayah pesisir (Furukawa et
fraksi Silt yang lebih besar sehingga dimungkinkan al., 2004).
tidak terjadi oksidasi yang maksimal, sehingga
D. Analisa Data dengan Metode Ordinasi untuk
memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Mengetahui Distribusi Polychaeta Berdasarkan
Produksi serasah merupakan bagian yang penting Hubungan antara Titik, Spesies, dan Faktor
dalam transfer bahan organik dari vegetasi ke dalam Lingkungan Terukur
tanah. Unsur hara yang dihasilkan dari proses
Distribusi Polychaeta pada penelitian ini
dekomposisi serasah di dalam tanah sangat penting
menggunakan metode ordinasi Canoco yang ditinjau
dalam pertumbuhan mangrove dan sebagai sumber
berdasarkan perbedaan jenis mangrove dan pada
detritus bagi ekosistem laut dan estuari dalam
5
kedalaman sedimen yang berbeda. Korelasi yang Pada kedalaman substrat 0-5 cm keberadaan spesies
dikaitkan mencakup tiga kombinasi (triplot) yaitu titik, Sigambra sp., dan Prionospio sp. di stasiun M4
spesies Polychaeta, dan faktor lingkungan terukur yang (Sonneratia alba) dipengaruhi oleh besarnya nilai
terdiri dari suhu, salinitas, pH, DO, TOM serta salinitas, clay, dan TOM. Keberadaan spesies
persentase fraksi sedimen. Dendronereis sp. dan Capitella sp. di stasiun M1
(Avicennia alba) dipengaruhi oleh besarnya persentase
1.0
1 Silt
Ca
silt. Keberadaan spesies Dendronereis sp. pada stasiun
M2 (Bruguiera gymnorrhiza) dipengaruhi oleh
Dn besarnya nilai persentase sand.
4Sg
Pr
Pada kedalaman substrat 5-10 cm keberadaan spesies
Clay
Hu
Np
Ar
Salinita
Sigambra sp., dan Dendronereis sp. pada stasiun M4
TOM (Sonneratia alba) dipengaruhi oleh besarnya nilai
salinitas, persentase clay, dan TOM. Keberadaan
2
3
DO
spesies Capitella sp. dan Nephtys sp. pada stasiun M1
Suhu (Avicennia alba) dipengaruhi oleh besarnya nilai
-1.0
Sand
Clay
spesies Dendronereis sp. pada stasiun M4 (Sonneratia
TOM
Silt
alba) dipengaruhi oleh besarnya nilai persentase clay.
Salinita
Keberadaan spesies Dendronereis sp. pada stasiun M1
Suhu DO
(Avicennia alba) dipengaruhi oleh besarnya nilai
Pr
Ar 1Ca
Np persentase silt. Keberadaan spesies Arenicola sp. pada
stasiun M2 (Bruguiera gymnorrhiza) dipengaruhi oleh
besarnya nilai persentase sand.
3
2
Hu
Sand
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
-1.0
3
-1.0 1.5
Gambar 5. Diagram RDA Distribusi Polychaeta pada UCAPAN TERIMA KASIH
kedalaman sedimen 10-15 cm.
Penulis M.R mengucapkan terima kasih kepada Pak
Kode Spesies Polychaeta: Aunurohim, serta dosen penguji, terima kasih atas
Sg: Sigambra sp. Hu: Hauchiella sp. waktu dan bimbingannya. Kepada Bapak, Ibu, dan
Pr: Prionospio sp. Ca: Capitella sp. kakak tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan,
Dn: Dendronereis sp. Np: Nephtys sp. kasih sayang, dan do’anya. Kepada teman-teman
Ar: Arenicola sp. Biologi ITS angkatan 2009 atas dukungan dan
motivasinya, dan kepada seluruh anggota Laboratorium
Kode Titik: Ekologi Biologi ITS atas ilmu, arahan, motivasi, dan
1: Stasiun M1 3: Stasiun M3 semangatnya. Terima kasih………
2: Stasiun M2 4: Stasiun M4
6
DAFTAR PUSTAKA [14] Sanders, H. L., Marine Benthic Diversity:
[1] Dewiyanti, I., Struktur Komunitas Moluska Comparative Study, American Naturalist, Vol. 102
(Gastropoda dan Bivalvia) dan Asosianya (1968) 243-282.
dengan Ekosistem Mangrove du Pantai Ulee- [15] Silence J, Polk PH, Fiers F., Influence of
Lheue, Banda Aceh, Skripsi, Program Studi Ilmu macrofauna on the vertical distribution of
Kelautan, Institut Pertanian Bogor (2004). meiobenthos in an Avicennia mangal, Gazi Bay,
[2] Etter R. J., Grassle J. F., Patterns Of Species Kenya, Belg J Zool, Vol. 123(Suppl.1): 67.
Diversity in The Deep Sea as A Function of (1993).
Sediment Particle Size Diversity, Nature, Vol. 360 [16] Sivasothi, N and Ng K. L. Peter., A Guide To The
(1992) 576-578. Mangroves of Singapore II (Animal Diversity),
[3] Fauchald, K., The Polychaeta Worms. Definitions Singapura: Singapore Science Centre (2002).
and Keys to the Orders, Families and Genera. [17] Susetiono., Perilaku Meiofauna dalam Padang
Los Angeles : Natural History Museum of Los Lamun Enhalus acoroides Teluk Kuta, Lombok,
Angelos County (1977). Dalam: Dinamika Komunitas Biologis pada
[4] Gwyther J., Meiofauna in phytal-based and Ekosistem pada Ekosistem Lamun di Pulau
sedimentary habitats of a temperate mangrove Lombok, Indonesia (S. Soemodiharjo, O. H.
ecosystem – a preliminary survey, Proceed Roy Arinardi dan I. Aswandy eds.) Puslitbang
Soc Vict, Vol. 112 (2) (2000) 37-151. Oseanologi – LIPI. Jakarta, (1999) 34-46.
[5] Hardjowigeno S., Ilmu Tanah, Jakarta: Akademika [18] Whitlatch R. B., Animal-Sediment Relationships
Pressindo (2003). in Intertidal Marine Benthic Habitats: Some
[6] Hewitt, J. E., R. D. Pridmore, S. F. Thrush and V. Determinants of Deposit Feeding Species
J. Cummings., Assessing The Short Term Stability Diversity, J exp mar Biol Ecol, Vol. 53 (1981) 31-
of Spatial Patterns of Macrobenthos in A Dynamic 45.
Estuarine System, Limnol, Oceanogr., Vol. 42 [19] Wibisono, M.S., Pengantar Ilmu Kelautan.
(1997) 282-288. Jakarta: PT. Grasindo (2004).
[7] Higgins RP, Thiel H., Introduction to the Study of [20] Wilhm, J. L., and T. C. Doris., Biological
Meiofauna, Washington DC: Smithsonian Parameter for Water Quality Criteria. Bio.
Institution Press (1988) Science, Vol. 18 (1986)
[8] Holmer, M., V.E. Forbes, and T.L. Forbes., Impact [21] Witasari, Y. & Rubiman., Sedimen Selat Sunda:
of The Polychaete Capitella sp. I on Microbial komposisi, asal-usul, proses pengendapan dan
Activity in An Organic-rich Marine Sediment pengaruh lingkungan. Dalam: Ruyitno, Pramudji
Contaminated With The Polycyclic Aromatic & I. Supangat (eds). 2003. Pesisir dan Pantai
Hydrocarbon Fluoranthene, Mar. Biol. Vol. 128 Indonesia IX. Jakarta (2003) 31-38.
(1997) 679-688. [22] Zamroni, Y. dan I. S. Rohyani., Produksi serasah
[9] Hutchings, P., Biodiversity and Functioning of hutan mangrove di perairan pantai Teluk Sepi,
Polychaetes in Benthic Sediments, Biode, Lombok Barat, Biodiversitas Vol. 9 No. 4, (2008)
Conserv., Vol. 7 (1998) 1133-1145. 284-287.
[10] Marinelli RL, Woodin SA., Experimental [23] Ziebis, W., S. Forster, M. Huettel & B.B.
evidence for linkages between infaunal Jorgensen., Complex burrows of the mud shrimp
recruitment, disturbance, and sediment surface Callianassa truncate and their geochemical
chemistry, Limnol Oceanogr, Vol. 47(1) (2002) impact in the sea bed, Nature, Vol. 382 (1996)
221- 229. 619-622.
[11] Nacorda, H. M. E. & H. T. Yap., Preliminary
Overview of Structure and Distribution of
Sediment Communities in Southeast Asia, In:
Chou, L.M. & C.R. Wilkinson (Eds.), Third
ASEAN Sciences and Technology Work
Conference, Proceedings, Marine Sciences:
Living Coastal Resources, Vol. 6 (1992) 171-174.
[12] Noor R. Y, Khazali M, Suryadiputra I. N. N.,
Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia,
Bogor: Ditjen PHKA/WI-IP (2006).
[13] Odum, E. P., Fundamental of Ecology, Third
Edition, W.B. Soundeerss, London: Company
Phyladelphia (1971).