Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI


(TBC Paru)

Disusun oleh
Laily
(21220033)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020
KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. Defenisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya
kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-
selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran
berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke
lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

B. Etiologi
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-
waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita
anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi dan penurunan
kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh
mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot,
penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis
(TBC,Asma, Bronkhitis)
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi
surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan
baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas,
seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:
makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus,
dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat
ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan
saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman
pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb
dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di
dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada
orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur
berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

C. Clinical Manifestation
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau
proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru
untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya
sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps
dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat
dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan
pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat
dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama
dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan
co2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel
alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena pulmonalis (masuk
dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh
c02, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan
hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan
co2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan
larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%).
Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan
kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan
mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya jantung
menkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk
meningkatkan transport oksigen
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan
penggunaan o2 oleh sel.
D. Complication
1. Perubahan Pola nafas
a. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau
hipoksemia.
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat pada
orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan pada kasus
alkalosis metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
d. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjad
saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk pembuangan
karbondioksida.
e. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi
saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic
untuk penyaluran oksigen dan pembuangan karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
g. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau berdiri.
h. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.
E. Implementation
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan, proses
implementasi akan memastikan asuhan keperawatan yang efisien, aman, dan efektif
(Potter & Perry, 2009). Tindakan kolaborasi adalah tindakan berdasarkan bersama
profesi lain (Tarwoto & Wartonah, 2015) Implementasi yang di lakukan
mengajarkan batuk efektif dan napas dalam tujuannya agar dapat meningkatkan
pengembangan paru-paru, mencegah penumpukan sekret, mengeluarkan sekret, dan
membersihkan jalan napas. Batuk efektif dilakukan dengan posisi duduk tegak,
perawat memberikan contoh penempatan tangan di bawah garis tulang iga dan
instruksikan menarik napas secara perlahan sampai pengembangan dada tercapai
setelah itu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan napas secara perlahan sampai
kontraksi maksimal dada tercapai melalui mulut. Saat sekresi terdengar, setelah itu
perawat memberi instruksi untuk batuk dengan kekuatan abdominal (Somantri,
2008). Setelah di ajarkan batuk efektif, pasien dapat mengeluarkan sekret.

Menurut teori fisioterapi dada yang bertujuan membuang sekresi bronkial agar
dapat memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efisiensi otot pernapasan (Muttaqin,
2008). Tindakan fisioterapi dada dengan cara perkusi dada pengetukan dada dengan
menggunakan tangan agar dapat melepaskan sekret, vibrasi dada agar dapat
meningkatkan kecepatan dan menghilangkan sekret (Muttaqin, 2008). Tujuan dari
fisioterapi dada juga dapat mengurangi sesak nafas, nyeri dada karena terlalu sering
batuk, penurunan ekspansi thoraks, dan jalan nafas yang terganggu diakibatkan oleh
sekresi yang berlebihan, sehingga mampu meningkatkan kemampuan fungsional dan
pasien akan merasa lebih rileks (Meidania, 2015).

Menurut teori memposisikan semi fowler dengan derajat 45° C, yang bertujuan
agar gaya gravitasi dapat membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan
dari abdomen pada diafragma. Hasil penelitian pemberian posisi semi fowler
didapatkan adanya efektifitas hal ini dapat diketahui sebelum dan sesudah pemberian
posisi semi fowler (Safitri & Andriyani, 2011). Selain membantu pengembangan
pada paru, tindakan memposisikan pasien setengah duduk ini juga dapat
meningkatkan ekspansi dada (Muttaqin, 2008).

F. Pathofisiology and Patways

Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Gangnguan Batuk Adanya sumbatan


pada jalan napas Difusi

Ketidakefektifan
Obstruksi jalan napas
jalan napas

Ketidakefektifan
pola napas
G. Observation Chart
a. Assessment
1. Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang ,
gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk
gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Paparan lingungan
2) Batuk
3) Bunyi nafas
4) Faktor resiko penyakit paru
5) Frekuensi infeksi pernapasan
6) Masalah penyakit paru masa lalu
7) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur
tubuh, kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga
interkosta, diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding
dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi
dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya
menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan
terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ
dalam sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop.
bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi
dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat,
sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
3. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi
dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik
antara lain:
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.
b. DX nursing
Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :
1. Ketidakefektifan bersiihan jalan nafas yang berhubungan dengan gangguan
batuk.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
c. Nursing Intervention

Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
DX (NANDA)
( NOC ) (NIC )

1 Ketidakefektifan polanafas Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management


selama 1 x 24 jam - Jaga kepatenan jalan napas: buka jalan
berhubungan dengan obstruksi
Respiratory : airway patency napas, suction, fisioterapi dada sesuai
jalan napas - Klien mampu mengidentifikasi dan indikasi
mencegah faktor yang dapat - Monitor pemberian oksigen, vital sign
menghambat jalan napas tiap .... jam
- Menunjukan jalan napas yang paten: - Monitor status respirasi: adanya suara
klien tidak merasa tercekik, tidak tambahan
terjadi aspirasi, frekuensi napas dalam - Ajarkan teknik batuk napas efektif
rentang normal - Kolaborasi dengan tim medis pemberian
- Tidak ada suara napas abnormal o2
- Mampu mnegeluarkan sputum dari - Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan
jalan napas aspirasi
- Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-
45 derajat setelah makan untuk
mencegah aspirasi dan mengurangi
dispnea
2 Ketidakefektifan bersiihan Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management
jalan nafas yang berhubungan selama 1 x 24 jam - Pantau addanya pucat dan sianosis
dengan gangguan batuk Respiratory : ventilation - Pantau efek obat pada status respirasi
- Pasien akan menunjukan pernapasan - Pantau bunyi respirasi, pola respirasi,
optimal pada saat terpasang ventilator dan vital sign
makanis’mempunyai kecepatan dan Informasikan kepada klien dan keluarga
irama respirasi dalam batas normal tentang teknik relaksasi
- Mempunyai dalamfunsi paru dalam - Ajarkan cara batuk efektif
batas normal - Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan
aspirasi

d. Evaluasi
1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal
2. Tidak adanya hambatan pada pola napas
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta:
EGC

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3,
jakarta, EGC.

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.

Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai