Anda di halaman 1dari 7

BAHAN AJAR 4: MATA KULIAH

PERLINDUNGAN HUTAN
Oleh: Dr.Ir. Andi Sadapotto, MP

Mata Kuliah : Perlindungan Hutan


Kode Mata Kuliah / SKS : 304 M 1113
Semester : Awal
Program Studi : Kehutanan
Mata Kuliah Prasyarat : Biologi Dasar
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir. Andi Sadapotto, MP
Tim Dosen 1. Dr.Ir. Sitti Nuraeni, MP
:
2.Ir. Budiaman, MP
3. Gusmiaty, SP.MP
Mahasiswa mampu mengidentifikasi, mendiagnosa dan
Sasaran Belajar/Learning
: menentukan strategi pencegahan dan/atau pengendalian
outcome
faktor-faktor penyebab kerusakan hutan
Mata kuliah ini membahas tentang batasan dan prinsip dalam
perlindungan hutan, faktor-faktor penyebab kerusakan hutan,
identifikasi dan klasifikasi semua faktor penyebab kerusakan
Deskripsi Mata Kuliah hutan, faktor fisik penyebab kerusakan hutan, faktor biologis
penyebab kerusakan hutan dan faktor sosial penyebab
kerusakan hutan, desain program pencegahan dan atau
pengendalian semua faktor penyebab kerusakan hutan .

1. PENDAHULUAN
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan IV:

Pokok bahasan keempat ini terkait dengan faktor-faktor fisik penyebab kerusakan hutan yaitu
faktor air dan gas-gas di udara

b) Sasaran Pembelajaran/Learning objective:

Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor fisik penyebab kerusakan hutan yaitu faktor
cahaya dan angin.

c) Perilaku Awal/Entry behavior:

Mahasiswa mampu membedakan dan mengelompokkan faktor fisik penyebab kerusakan


hutan.

d) Manfaat Pokok Bahasan:

1
Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami faktor fisik penyebab kerusakan hutan.

e) Urutan Pembahasan:
Faktor fisik penyebab kerusakan hutan akan meliputi:
- Faktor suhu
- Faktor air
- Faktor gas-gas di udara
- Faktor cahaya
- Faktor angin
- Faktor pengelolaan tanah yang kurang baik
- Kerusakan karena faktor kimia dan mekanis

f) Petunjuk Belajar/instructional orientation:

Pada materi bahasan kedua ini dikemukakan landasan hukum perlindungan dan
pengamanan hutan. Selanjutnya memahami isu strategi dalam perlindungan dan
pengamanana dikaitkan dengan pengelolaan hutan

2. PENYAJIAN MATERI BAHASAN

a. Uraian Materi bahasan


1. Gas-gas di Udara

Gas-gas yang diperlukan untuk pertumbuhan pohon-pohon dan yang dapat


menimbulkan hal kritis hanyalah oksigen. Pengaruh kekurangan oksigen yang disebabkan
oleh air tanah telah dibicarakan sebelumnya. Pusat-pusat jaringan pada daging buah dan
sayur-sayuran dapat menderita defisiensi oksigen jika disimpan dengan suhu tinggi. Proses
difusi yang memerlukan oksigen tidak mampu lagi membantu terjadinya respirasi normal dan
akan terjadi reaksi enzim yang tidak normal. Sebagai suatu contoh adalah penyakit “black
heart” pada kentang.

2. Cahaya

Gejala penyakit yang disebabkan oleh pengaruh cahaya kadang-kadang sangat sukar
dipisahkan dari penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan lainnya. Intensitas cahaya

2
yang berlebih-lebihan menyebabkan reaksi photochemical menjadi tidak normal karena tidak
aktifnya beberapa enzim dan oksidasi klorofil. Pengaruh tersebut hanya dapat dikatakan
apabila oksigen terdapat dalam jumlah yang cukup. Dengan demikian proses foto-oksidasi
dapat menyebabkan daun berwarna pucat dan kadang-kadang daun mati. Peranan cahaya
ultra violet dalam proses foto-oksidasi belum banyak diketahui. Tetapi ultra violet telah
dipergunakan dalam penyinaran kacang-kacangan yang ditanam dalam pot di daerah altitud
tinggi.
Penyinaran yang tidak cukup akan menghambat formasi klorofil dan merangsang
“photomorphogenetic”, proses mana menyebabkan tumbuhan menjadi pucat. Tumbuhan
seperti ini mempunyai batang yang panjang, pertumbuhan daun sangat kerdil, daun berwarna
hijau kekuning-kuningan dan sangat peka terhadap serangan perusak.

3. Angin

Angin disebut faktor cuaca lainnya dapat memberikan pengaruh baik dan buruk
terhadap hutan. Pengaruh yang baik misalnya dalam hal penyerbukan dan penyebaran biji.
Disini hanya akan dibahas mengenai pengaruh yang merugikan pohon-pohon hutan baik yang
langsung maupun yang tidak langsung. Pengaruh angin yang merugikan dapat dibagi menjadi
:
a. Pengaruh terhadap tanah hutan

Pengaruh angin terhadap tanah hutan dapat menyebabkan terjadinya erosi angin dan
menyebabkan tanah menjadi kering. Erosi angin terjadi karena perpindahan tanah dari
tempatnya karena tiupan angin.Biasanya butir-butir tanah yang halus sewaktu tanah sedang
kering akan mudah untuk ditiup angin. Tertiupnya butiran-butiran tanah terus menerus akan
menyebabkan tanah menjadi kurus atau tidak subur lagi. Sering pula serasah hutan juga
tertiup sehingga tanah menjadi terbuka dan ditempat lain terdapat timbunan dari serasah yang
tebal.

b. Pengaruh terhadap cuaca hutan

Angin kuat yang meniup di hutan dapat mengganggu atau menyebabkan terjadinya
gangguan terhadap penguapan, transpirasi, suhu, kelembaban, karbondioksida, dan lain-
lainnya. Akibatnya cuaca dari hutan dapat berubah menjadi dingin atau menjadi panas.

c. Pengaruh terhadap fisiologi pohon

3
Akibat fisiologi pohon karena tiupan angin dapat berbentuk :
- Bentuk dari tajuk yang tidak normal
- Merubah sistem dari perakarannya
- Berkurangnya tinggi dari pohon
Perubahan-perubahan fisiologi pohon tersebut adalah merupakan usaha dari pohon
untuk mempertahankan diri agar tetap hidup dalam menghadapi angin. Gejala-gejala ini
tampak jelas pada pohon-pohon yang tumbuh di pinggir hutan karena merupakan pohon yang
langsung menahan tiupan angin. Makin ke dalam hutan akibat ari angin akan makin
berkurang.
d. Kerusakan mekanis pada pohon
Kerusakan mekanis yang disebabkan oleh angin dapat berbentuk :
- Ranting-ranting patah
- Daun-daun berguguran
- Akar-akar mudah patah
- Batang-batang pohon patah
- Pohon-pohon terbongkar dengan akarnya
Kerugian besar biasanya terjadi bila ada angin taupan, sehingga banyak pohon akan tumbang
dan patah. Angin yang kecil saja tidak akan menimbulkan kerusakan mekanis. Kerusakan
mekanis terjadi bila angin mempunyai kecepatan ± 45 km per jam ke atas.

e. Penyemprotan garam pada hutan


Hutan yang menderita penyemprotan garam adalah yang berada di pantai. Angin yang
keras dengan kecepatan ± 150 km per jam akan mampu meniup butir-butir air laut sampai
sejauh 45 – 70 km. Hutan yang tersiram air garam daunnya akan menjadi kuning kemerah-
merahan. Dalam keadaan yang merana ini sering hama dan penyakit akan datang menyerang
hingga dapat mempercepat kematiannya. Hutan yang menderita hebat akan tampak seperti
terbakar.
Mencegah sama sekali timbulnya kerusakan hutan akibat angin sangatlah sulit, tetapi
mengurangi besarnya kerusakan dapatlah dilakukan dengan jalan mengusahakan agar pinggir
hutan terutama yang berbatasan dengan tanah terbuka, ditutupi vegetasi secara rapat dan
vertikal dengan daun-daunnya yang lebat, sehingga angin tidak dapat masuk ke dalam hutan.
Usaha untuk membuat pohon-pohon hutan tahan terhadap angin dapat dilakukan dengan
pengaturan penjarangan. Mempercepat penjarangan yang keras dan secara bertahap
membiasakan pohoj untuk menghadapi angin (karena perubahan fisiologi pohon) akan dapat

4
membuat hutan lebih tahan dalam menghadapi angin. Tebang pilih terutama yang berbentuk
jalur-jalur banyak memberikan keuntungan dalam nmenghadapi angin. Mengingat pohon-
pohon tua akan lebih menderita daripada yang muda di dalam menghadapi angin, maka
sering daur tebang hutan dipendekkan.
Untuk mencegah terjadinya erosi tanah oleh angin, jalan yang baik adalah selalu
mengusahakan agar tanah selalu tertutup oleh humus, serasah dan tanaman bawah. Apabila
terdapat tanah yang terbuka terutama banyak mengandung pasir, untuk menghindari
terjadinya erosi angin sebelum tanaman hutan dapat menutup, dapat diusahakan dengan
menanami jenis rumput-rumputan atau semak-semak yang cepat dapat menutup tanah.
Menutup tanah dengan batang-bantang rumput kering yang diberi pemberat dapat pula
dilakukan selama bibit-bibit pohon hutan masih kecil.

b. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan
bertanya atau membentuk kelompok diskusi atau kegiatan brain storming dengan tetap berada
dalam kendali atau pengawasan fasilitator untuk tetap berfungsinya expert jugments sebagai
nara sumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.

c. Penelitian:
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta
prospective dari berbagai bakteri yang telah diisolasi dan yang sedang dalam rencana
kegiatan penelitian dari berbagai dosen dalam lingkup laboratorium sendiri maupun peneliti
terkait secara nasional maupun internasional. Demikian pula mahasiswa dapat megutarakan
hal-hal terkait yang diperoleh dan diketahuinya.

d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang Penghiliran/penerapan dari berbagai jenis bakteri
yang telah berhasil diisolasi oleh sumber daya manusia Prodi Biologi maupun yang lainnya
baik dalam bentuk kegiatan mandiri maupun kerjasama antar dan interdisiplin ilmu.
Pemberian contoh jenis bakteri dan produk yang dihasikannya dapat diuraikan secara umum.
Demikianpula mahasiswa dapat megutarakan hal terkait yang diketahuinya.

5
e. Latihan:
Mahasiswa di dalam kelas melakukan kegiatan berupa menuliskan beberapa
kelompok dan jenis bakteri yang berperan dan terlibat dalam berbagai aspek kehidupan
manusia, hewan dan tumbuhan serta bakteri yang hidup bebas di alam.

f. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk mahasiswa menambahkan dengan mencari tambahan
materi terkait materi bahasan ini tentang kelompok dan jenis bakteri yang berperan dan
terlibat dalam berbagai aspek kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Begitupula
distribusinya di alam yang dilengkapi dengan gambar jenis bakteri dalam bentuk berwarna.

3. PENUTUP
a. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya.

b. Tes Formatif:

Fasilitator memberikan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan


pengetahuan yang diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan memberikan
pertanyaan antara lain sebagai berikut:

a. Perbedaan faktor penyebab kerusakan hutan karena faktor gas-gas di udara,


cahaya dan angin
b. Perbedaan cara penanggulangan penyebab kerusakan hutan karena faktor gas-
gas di udara, cahaya dan angin.

c. Umpan Balik:

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan


diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.

6
4. DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kehutanan. 2004. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004.


2. Sitorus, T. 2006. Pola Perlindungan Hutan pada Tingkat Hulu. Surili Vol.
41/No.4/Desember 2006 hal 14-17
3. Suratmo, F.G. 1976. Ilmu Perlindungan Hutan. Lembaga Kerja sama Fakultas
Kehutanan IPB.

Anda mungkin juga menyukai