Anda di halaman 1dari 36

MANEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE

PATOLOGI PADA NY. “S” G2P1A0 UK 7 MINGGU DENGAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI
PUSKESMAS RANDUAGUNG KECAMATAN
RANDUAGUNG KAB. LUMAJANG

DISUSUN OLEH:
ERLIK WAHYUNI
15301.11.19059

PRODI D-IV KEBIDANAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “S” G2P1A0 Uk 7Minggu
dengan Dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I Di Puskesmas
Randuagung Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang telah disetujui
untuk dipertahankan pada seminar praktik klinik kebidanan

Tanggal juli 2020

Disusun Oleh:

Erlik Wahyuni

15301.11.19059

Pembimbing Akademik Pembimbing Wahana Praktik

TUTIK HIDAYATI.,S.ST.,M.Kes. UMI ZAHROH S.ST

NIDN 0702089004 NIP...........................

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “S”G2P1A0 Uk 7


Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I di Puskesmas
Randuagung telah diseminarkan dihadapan penguji
pada seminar praktik klinik kebidanan
Tanggal agustus 2020

Disusun Oleh:

Erlik Wahyuni

15301.11.19059

Penguji I

Fifin Maulidatul A.,S.ST.,M.Kes.

NIDN 07031090

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadiran Allah swt, karena hanya


dengan Rahmat dan hidayahNya menejemen asuhan kebidanan tentang “ Ny. “S”
G2P1A0 Uk 7 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I di Puskesmas
Randuagung ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Adapun tujuan penulisan menejemen asuhan kebidanan ini adalah untuk


memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan. Selain itu,
untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan kami tentang Hiperemesis
Gravidarum Tingkat I.

Dalam kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan keikhlasan kami


menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah., SH., M.M., selaku Ketua Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo.
2. Bapak Dr. H Nur Hamim., SKM., S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Ketua
STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
3. Ibu Tutik Hidayati., S.ST., M.Kes. selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan dan selaku pembimbing 1 asuhan kebidanan di STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
4. Ibu Umi Zahroh S.ST selaku bidan koordinator sebagai lahan praktek
klinik kebidanan dan semua rekan seperjuangan dalam suka dan duka yang
membantu demi terselesaikan menejemen asuhan kebidanan komprehensif
ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa menejemen kebidanan komprehensif
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan dan kelengkapan tugas selanjutnya.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat


digunakan sebagaimana mestinya.

Probolinggo, 20 Juli 2020

Penulis

Erlik Wahyuni

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR. iv
DAFTAR ISI v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 4
1.3 Manfaat 4
1.4 Sistematika Penulisan 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan 6
2.2 Fisiologi pertumbuhan janin 10
2.3 Usia Kehamilan 11
2.4 Tanda dan gejala kehamilan 12
2.5 Konsep hyperemesis gravidarum 14

BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN


3.1 Pengkajian Data Subyektif 19
3.2 Pengkajian Data Obyektif 20
3.3 Analisa Data 20
3.4 Penatalaksanaan 20
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Data Subyektif 22
4.2 Data Obyektif 23
4.3 Analisa Data 24
4.4 Penatalaksanaan 24
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 27
5.2 Saran 27

v
DAFTAR PUSTAKA 29

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan angka kematian ibu


sebesar 500.000 jiwa dan angka kematian bayi sebesar 10 juta jiwa setiap
tahun (Salome Umboh, 2014). Menurut World Health Organization(WHO),
pada tahun 2012, sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau
persalinan (Astriana, 2015). Menurut definisi World Health Organization
(WHO) terjadi hiperemesis gravidarum pada kehamilan adalah 1.500 wanita
(Tri Yanti, 2015).
Hasil survey Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2010 menyatakan bahwa
angka kematian ibu (AKI) di indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran
hidup (Astriana, 2015). Berdasarkan survei demografi dan kesehatan
indonesia (SDKI) 2012 rata-rata angka kematian ibu tercatat mencapai 359
per 100 ribu kelahiran hidup (Yanti, 2014). Di indonesia keluhan mual dan
muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida, satu
diantara seribu kehamilan gejala- gejala ini menjadi berat (Sartika, 2013).
Kejadian hiperemesis di Indonesia tahun 2013 adalah 1,5-3% dari wanita
hamil (Anggraeni, 2015).
Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Propinsi Jawa Timur pada
tahun 2011 mencapai 10-15% dari jumlah ibu hamil yang ada yaitu
sebanyak 182.815 orang (Acy, 2012) dalam (Anggraeni, 2015). Menurut
data dari (Dinkes kota Surabaya, 2013) pada tahun 2013 sebanyak (26,3%)
(Anggasari, 2016). Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh
penulis pada tahun 2018, tahun 2015 terdapat 8,7% pasien hiperemesis
gravidarum yang di rawat inap di RSUD dr.Soebandi, pada tahun 2016
terdapat 8,9%, dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu sebanyak
10,8%.

Pada masa kehamilan sekitar 50-90% perempuan mengalami mual muntah


yang secara umum dikenal sebagai morning sickness (Setiawati, 2016).

1
2

Muntah yang lebih dari sepuluh kali sehari atau mual terus menerus yang
terjadi selama 20 minggu terakhir kehamilan ini akan berlanjut menjadi
hiperemesis gravidarum sehingga tubuh ibu menjadi lemah (Marinatari,
2014). Apabila mual dan muntah yang dialami menganggu aktivitas sehari-
hari atau menimbulkan komplikasi disebut hiperemesis gravidarum (Setiawati,
2016).
Mual dan muntah berlebihan atau hiperemesis gravidarum dimana
perasaan tidak enak yang dialami ibu hamil pada masa kehamilan dengan
mual dan mutah secara berlebihan dalam waktu yang lama dan dapat
menganggu keadaan umum ibu hamil dan pekerjaan sehari-hari (Putri, 2013).
Selain itu muntah yang terus menerus yang dialami ibu hamil tiap kali minum
maupun makan, mengakibatkan tubuh ibu menjadi sangat lemah (Juwita,
2015). Karena mual muntah yang berlebihan sehingga juga berdampak pada
gangguan aktivitas sehari-hari atau bisa disebut dengan intoleransi aktivitas
dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil (Sumai, 2014).

Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan human chrorionic


gonadotropin (Hcg) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah.
Peningkatan kadar progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan
penggosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas
lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah (Runiari, 2010).
Mual dan muntah diawali dengan stimulasi pusat muntah di medula, yang
mengendalikan otot polos dalam dinding lambung dan otot skeletal di
abdomen serta sistem pernapasan, dan zona pemicu kemoreseptor di dasar
ventrikel keempat, didekat nervus vagus. Karena zona pemicu kemoreseptor
berada diluar sawar darah otak, zona pemicu kemoreseptor berespon terhadap
stimulus kimia dari obat-obatan dan toksin yang dihasilkan dalam kondisi
patologis tertentu; zona pemicu kemoreseptor juga bertanggungjawab atas
terjadinya mual atau muntah akibat pergerakan. Stimulus dalam zona pemicu
kemoreseptor dihantarkan ke pusat muntah yang menyebabkan otot dalam
saluran gastrointestinal dan pernapasan memulai terjadinya muntah (Tiran,
3

2008)

Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun pada tingkatan


yang berat dapat mengancam jiwa ibu dan janin (Sumai, 2014). Komplikasi
yang ditimbulkan akibat hiperemesis gravidarum berupa dehidrasi berat,
ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan, gangguan emosional
yang berhubungan dengan kehamilan, serta hubungan keluarga, menarik diri,
dan depresi (Hutahean, 2013). Hiperemesis gravidarum tidak hanya
mengancam kehidupan wanita, namun juga menimbulkan efek samping pada
janin seperti abortus, berat bayi lahir rendah, kelahiran premature, serta
malforasi pada bayi baru lahir (Runiari, 2010).

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada


bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan
saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisia.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa
penulis antara lain; 1) Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah
primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda, 2) Masuknya vili khorialis
dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic hamil serta resistensi yang
menurun, 3) Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, 4)
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini (Jannah,
2012). Adapun Akibat dari hiperemesis gravidarum dapat membahayakan kondisi
ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Mual dan muntah yang berlebihan akan
menyebabkan ibu hamil kehilangan banyak cairan, sehingga berisiko mengalami
dehidrasi dan gangguan elektrolit. Jika dibiarkan tanpa penanganan, kedua kondisi
ini dapat menimbulkan deep vein thrombosis (trombosis vena dalam) pada ibu
hamil.(Alodokter,2019).

Muntah bila terjadi terus menerus akan menyebabkan satu robekan


atau lebih pada esophagus maupun lambung yang biasa disebut dengan
sindrom mallory weiss. Robekan pada organ tubuh ini dapat menimbulkan
rasa nyeri bahkan perdarahan yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan
janin (Saswita, 2011). Selain itu juga dapat menyebabkan dehidrasi dan terjadi
4

hemokonsentrasi yang mengakibatkan aliran darah kejaringan menurun dan


metabolisme intrasel menurun sehingga otot menjadi lemah sehingga
mengakibatkan terjadinya kelemahan pada tubuh dan terjadi gangguan pada
aktivitasnya sehingga muncul masalah keperawatan intoleransi aktivitas
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Bagi ibu yang mengalami hiperemesis gravidarium beberapa langkah
dibawah ini akan membantu ibu dalam mengatasinya seperti: 1) Mengkonsumsi
susu dan vitamin, 2) Menu makan yang sedikit akan tetapi sering, 3) Dalam
mengurangi rasa pusing ketika bangun tidur ibu dapat memiringkan badan
kesebelah kanan ataupun kiri kemudian duduk secara perlahan, setelah merasa
kuat ibu dapat berdiri (Rukiyah, 2010).

Dari data tersebut merupakan salah satu masalah yang cukup penting
mengingat resikonya sangat tinggi dan dapat mengakibatkan kematian ibu.
Sehubungan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membahas mengenai kasus
yang berjudul “Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny. “S” dengan
Hiperemesis Gravidarum di Pustu Glundengan Kec. Wuluhan Kab. Jember
Tahun 2020.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan secara komprehensif pada Ny. S sehingga
dapat mengaplikasikan teori ke dalam praktik dan pengalaman nyata yaitu
melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dengan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum di Pustu Glundengan Kec. Wuluhan Kab. Jember Tahun
2020.

1.2.2 Tujuan Khusus


Mampu melaksanakan asuhan kebidanan dari pengkajian sampai evaluasi
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan meliputi:
5

1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny.“S”G2P1A0 Uk 7


minguu dengan Hyperemesis Gravidarum di Pustu Glundengan.
2. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny.“S” G2P1A0 Uk 7
minguu dengan Hyperemesis Gravidarum di pustu Glundengan.
3. Mampu merumuskan diagnosa dan masalah pada Ny.“S” G2P1A0 Uk 7
minguu dengan Hyperemesis Gravidarum di Pustu Glundengan.
4. Mampu memberikan penatalaksanaan tindakan sesuai dengan tencana
pada Ny.“S” G2P1A0 Uk 7 minguu dengan Hyperemesis Gravidarum di
Pustu Glundengan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi sumber kepustakaan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan Asuhan Kebidanan dan tambahan referensi bagi
peserta Praktik Klinik selanjutnya.

2. Bagi Peserta Praktik


Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam
pengembangan Asuhan Kebidanan tentang kehamilan patologi
khususnya Hiperemesis Gravidarum

1.3.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Institusi Tempat Praktik
Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
Asuhan Kebidanan Kehamilan Patologis Hiperemesis
Gravidarum bagi tenaga kesehatan setempat.
2. Bagi Profesi Kebidanan
Dapat memberikan masukan dan informasi tentang Asuhan
Kebidananan Kehamilan Patologis Hiperemesis Gravidarum
pada bidan sehingga dapat dibuat acuhan dalam melakukan
tindakan pelayanan kesehatan bagi ibu .
3. Bagi Pasien
6

Dapat merasakan manfaat Asuhan Kebidanan Kehamilan


Patologis Hiperemesis gravidarum sehingga ibu sehat dan
mengerti tentang pentingnya kesehatan selama hamil.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan menejemen kebidanan terdiri dari :
1. Pengkajian data subyektif (S)
Data Subjektif :Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa.
2. Pengkajian data obyektif (O)
Data Objektif : Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan dignosa. Data fisiologis, hasil observasi
yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X,
rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini
3. Analisa (A)
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan
secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu proses
yang dinamik
4. Penatalaksanaan (P)
Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan, atau
mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh
pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak
mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
7

(Eva. Dokumen Kebidanan Dian Husada. Mine coins - make money:


http://bit.ly/money_crypto).
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasentadan tumbuh kembang hasil sampai
aterm. (Manuaba, 2010).
2.1.1 Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35
tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi
ovulasi. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi
folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan
folikel. Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan
dan disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf,
ovarium mengeluarkan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari
tuba yang makin mendekati ovarium, gerka sel rambut lumen tuba makin tinggi,
peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam
tuba makin deras menuju uterus.
Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang mendadak,
terjadi pelepasan ovum yang disebut ovulasi. Dengan gerak aktif tuba yang
mempunyai umbai (fimbraie) maka ovum yang telah dilepaskan segera ditangkap
oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism.
Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus dalam bentuk
pematangan pertama artinya telah siap untuk dibuahi. (Manuaba, 2010).

2.1.2  Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus menjadi spermatosit pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks
dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstisial leydig sehingga

8
9

spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual


dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa
setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan
ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat
bergerak). Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa
ratus yang dapat mencapai tuba falopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat
genitalia wanita dapat hidup selama tiga hari sehingga cukup waktu untuk
mengadakan konsepsi  (Manuaba, 2010).

2.1.3 Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi
dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah
ini.
a.       Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata yang
mengandung persediaan nutrisi.
b.      Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yang
disebut vitelus.
c.       Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus melalui saluran pada zona pelusida.
d.      Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh nonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.
e.       Ovum siap dibuah setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa
menyebar masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum
uteri, terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga
mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba
falopi

2.1.4  Proses Nidasi atau Implantasi


Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma, ‘vitelus”
membangktkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan
“metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan
10

telofase sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa


dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan
bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk
“autosom” sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai pembawa tanda seks. Wanita
selalu resesif dengan kromosom  X. Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom
seks yaitu kromosom X dan Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum,
terjadi jenis kelamin wanita sedangkan bila kromosom seks Y bertemu sel ovum,
terjadi jenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu, pihak wanita tidak dapat
disalahkan dengan jenis kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan
jenis kelamin adalah pihak suami. Setelah pertemuan kedua inti ovum dan
spermatozoa, terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah
dirinya menjadi dua dan seterusnya.berbarengan dengan pembelahan inti, hasil
konseps terus berjalan menuju uterus. Pembelahan berjalan terus dan didalam
morula terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang disbut blastula.
Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili korealisnya
yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi.

2.1.5 Pembentukan plasenta


Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau
belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata sehingga
bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam
endometrium.terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula mengadakan
diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselon membentuk “entoderm”
dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm”
dan ruangan amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion
dan kantung yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoterm dan
mesoderm. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan
yang terdapat di antara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali
pusat.
11

Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati,


limpa dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga terbentuk bakal
jantung dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat).
Jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan
menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.

2.2 Fisiologi pertumbuhan janin


Kehamilan berlangsung selama 40 minggu dengan perhitungan bahwa satu
bulan sama dengan 28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42
minggu. (Manuaba, 2010). Pada dua minggu pertama, hasil konsepsi masih
merupakan perkembangan dari ovum yang dibuahi, dari minggu ke-3 sampai ke-6
disebut mudigah (embrio) dan sesudah minggu ke-6 mulai disebut fetus.
Perubahan-perubahan dan organogenesis terjadi pada berbagai periode kehamilan.

Tabel 2.2
Proses Pertumbuhan Janin
Umur Panjang Pembentukan organ
kehamilan fetus
4 minggu 7,5-10 mm Rudimental mata, telinga dan tulang
8 minggu 2,5 cm Hidung, kuping, jari jemari mulai dibentuk, kepala
menekur ke dada
12 minggu 9 cm Daun kuping lebih jelas, kelopak mata melekat,
leher mulai berbentuk, alat kandungan luar
terbentuk namun belum berdiferensisasi
16 minggu 16-18 cm Genitalia eksterna berbentuk dan dapat dikenal,
kulit tipis dan warna merah
20 minggu 25 cm Kulit lebih tebal, rambut mulai tumbuh dikepala
dan rambut halus (lanugo) tumbuh di kulit
24 minggu 30-32 cm Kedua kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata
serta kulit keriput, kepala besar. Bila lahir dapat
bernapas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam
12

saja
28 minggu 35 cm Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa. Bila
lahir dapat bernapas, menangis pelan dan lemah.
Bayi imatur
32 minggu 40-43 cm Kulit merah dan keriput, bila lahir kelihatan seperti
orang tua kecil (little old man)
36 minggu 46 cm Muka berseri tidak keriput. Bayi prematur
40 minggu 50-55 cm Bayi cukup bulan. Kulit licin, verniks kaseosa
banyak, rambut kepala tumbuh baik, organ-organ
baik. Pada pria, testis sudah berada dalam skrotum
sedangkan pada wanita labia mayora berkembang
baik. Tulang-tulang kepala menulang

2.3  Usia kehamilan


Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan. Ibu
termuda yang hamil dan melahirkan adalah Lina Medina berumur 4 tahun 8 bulan,
ibu tertua yang hamil dan melahirkan berumur 52 tahun. Kehamilan dibagi atas 3
triwulan (trimestes): kehamilan triwulan I antara 0-12 minggu, kehamilan triwulan
II antara 12-28 minggu dan kehamilan triwulan III antara 28-40 minggu (Mochtar,
1998).
Usia kehamilan dapat ditentukan dengan:
a.       Menggunakan rumus Naegele. Rumus Naegele menggunakan usia kehamilan
yang berlangsung selama 288 hari. Perkiraan kelahiran dihitung dengan
menentukan hari pertama haid terakhir yang kemudian ditambah 288 hari. Rumus
Naegele dapat dihitung dengan menambahkan hari pertama haid terakhir dengan
tujuh dan bulannya ditambah sembilan. Contoh: HPHT tanggal 15 January 1993,
maka perhitungan perkiraan kelahiran adalah 15 + 7 = 22; 1 + 9 = 10 sehingga
dugaan persalinan adalah 22 Oktober 1993.
b.      Gerakan pertama janin. Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama janin
pada usia kehamilan 16 minggu, maka perkiraan usia kehamilan dapat ditetapkan.
Perkiraan ini tidak akurat.
13

c.       Perkiraan tinggi fundus uteri. Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk


memperkirakan usia kehamilan terutama tepat pada hamil pertama. Pada
kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.

Usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri.


Tinggi Fundus Uteri Usia kehamilan
1/3 di atas simfisis 12 minggu
½ di atas simfisi pusat 16 minggu
2/3 di atas simfisis 20 minggu
Setinggi pusat 22 minggu
1/3 di atas pusat 28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus 36 minggu
Dua jari (4 cm) dibawah prosesus xifoideus 40 minggu

d.      Penentuan usia kehamilan dengan ultrasonografi. Dengan menentukan usia


kehamilan melalui ultrasonografi dapat diketahui: diameter kantung gestasi, jarak
kepala-bokong, jarak tulang biparietal, lingkaran perut dan panjang tulang femur
(sumber: Manuaba, 2010).

2.4 Tanda dan gejala kehamilan


2.4.1 Tanda-tanda presumptif
a.       Amenorea (tidak dapat haid)
b.      Mual dan muntah (nausea and vomiting)
c.       Mengidam (ingin makan sesuatu)
d.      Tidak tahan suatu bau-bauan
e.       Pingsan
f.       Tidak ada selera makan (anoreksia)
g.      Lelah (fetique)
h.      Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
i.        Miksi sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.
j.        Konstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
14

k.      Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka


(chloasma gravidarum), areola payudara, leher dan dinding perut (linea nigra =
grisea).
l.        Epulis: hipertrofi dari papil gusi.
m.    Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva biasanya
dijumpai pada triwulan akhir.
2.4.2 Tanda-tanda kemungkinan hamil
a.       Perut membesar
b.      Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari
rahim.
c.       Tanda Hegar
d.      Tanda Chadwick
e.       Tanda Piscaseck
f.       Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang = Braxton-Hiks
g.      Teraba Ballotement
h.      Reaksi kehamilan positif
2.4.3Tanda pasti (tanda positif)
a.       Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian
janin.
b.      Denyut jantung janin
1)      Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2)      Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
3)      Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4)      Dilihat pada ultrasonografi
c.       Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

2.5    Konsep Hiperemesis Gravidarum 


2.5.1 Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 2011).
15

Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah dengan kondisi


yang lebih serius. (Debbie Holmes dan Philip N. Baker)
Hiperemesis gravidarum adalah emosi gravidarum yang berat dan
berlangsung sampai 4 bulan sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi buruk.
(Sarwono Prawiharjo, 2012).
 Hiperemesis gravidarum  adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk, paling sering
dijumpai pada kehamilan trimester I terutama ditemukan pada primigravida. (Arif
Mansjoer, 2012).
 Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang berat yang
dapat berlangsung sampai 4 bulan yang di sebabkan karena meningkatnya kadar
hormone estrogen dan HCG dalam serum. (Sarwono Prawirohardjo, 2012).
2.5.2 Etiologi
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan – perubahan yang cukup
besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam tubuh, terutama perubahan
endokrin misalnya hipofungsi cortex gland suprarenalis, perubahan metabolik dan
kurangnya pergerakan lambung. Tetapi bagaimana reaksi seorang wanita terhadap
kejadian kejadian tersebut diatas, tergantung pada kekuatan jiwanya dan
bagaimana penerimaan ibu itu  terhadap kehamilannya.
Pada Hiperemesis yang berat dapat di ketemukan Necrose di bagian
sentral lobulus hati atau degenerasi lemak pada hati. Kelainan ini rupa-rupanya
disebabkan oleh kelaparan bukan karena adanya toksin-toksin.Mungkin juga
terdapat kelainan degenerative pada ginjal. Kadang-kadang ada polyneuritis
akibat kekurangan vitamin B karena muntah. Secara pendek etiologi belum
jelas,tetapi factor psikis sangat mempengaruhi penyakit  ini.( Sastrawirsata
Sulaeman, 2011 )
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
faktor yang telah ditemukan yaitu :
1. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah prininggravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda.
16

2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini
merupakan faktor organic.
3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. Takut
terhadap tanggug jawab sebagai ibu, di duga dapat menjadi factor kejadian
hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit,
penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.
5. Faktor adaptasi dan hormonal, pada ibu hamil yang kekurangan darah labih sering
terjadi hyperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam ruuang lingkup adaptasi
adalah ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim
pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum
mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin chorionic,
sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormone yang
dekeluarkan terlalu tinggi, dan menyebabkan terjadi hyperemesis gravidarum.
(Sarwono P, 2012).

2.5.3   Gejala dan Tingkatannya


Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah akan
tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3
tingkatan.
Tingkat 1    : Ringan
Mual muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, tidak nafsu makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada epigastrium, nadi
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
mengurang, lidah kering, mata cekung.
17

Tingkat 2     : Sedang


Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah kering dan
kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, dan mata sedikit
ikterik, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri
dan konstipasi. Dapat pula terjadi acetonuria dan nafas bau aceton.
Tingkat 3      : Berat
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat  kesadaran, suhu badan
meningkat, tensi menurun, icterus, komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf
pusat (ensefalopati wernicks) dengan gejala : nistagmus, diplopia, perubahan
mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk
vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Sarwono P, 2012).

2.5.4 Patofisiologi
     Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah
terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremi, hipokloremia,
penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi
perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak
tidak sempurna. (Mansjoer, arif, dkk. 2012).  
Karena  oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton asetic, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstrseluler dan plasma berkurang. Dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini  menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang
pula dan tertimbunyya zat metabolic yang toksik. Terganggunya keseimbangan
elektrolit seperti hipokalimia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya dapat menambah frekuensi muntah dan merusak hepar, selaput
lendir esophagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga
terjadi perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan
18

perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfuse atau


tindakan operatif.(Sarwono P, 2012)

2.5.5    Penatalaksanaan
2.5.5.1 Pencegahan
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan pada ibu-ibu
dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diet ibu
hamil, makan dalam porsi kecil /sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri
waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah. Defekasi hendaknya
diusahakan teratur. (Ida Ayu C. Manuaba, 2012).
2.5.5.2  Terapi Obat
Terapi obat diberikan apabila cara di atas tidak mengurangi keluhan dan
gejala. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Dapat
menggunakan sedativa (luminal, stesolid), vitamin (BI dan B6), anti muntah
(mediamer B6, drammamin, acopreg, avomin, torecan) antasida dan anti mulas.
Pada keadaan lebih berat diberikan anti emetic seperti disiklomin hidrokloride atau
khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola
di Rumah Sakit. (Sarwono P, 2012).
2.5.5.3 Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara
baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang tanpa pengobatan. (Sarwono, 2012).

2.5.5.4 Terapi Psikologik


Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
dengan menghilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, mengurangi pekerjaan
serta menghilangkan masalah atau konflik yang kiranya menjadi latar belakang
penyakit ini. (Sarwono, 2012).

2.5.5.5 Cairan Parenteral


Cairan parenteral yang diberikan cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glucose 5% dalam cairan garam fisiologissebanyak 2-3 liter sehari. Bila
19

perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C. Dibuat daftar control caran yang masuk dan dikeluarkan. Dengan
penanganan ini umumnya gejala-gejala akan berkurang  dan keadaan bertambah
baik. (Sarwono, 2012).     
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PATOLOGI PADA NY ”S”


G2P1A0 UK 7 MINGGU DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
TINGKAT I DI PUSKESMAS RANDUAGUNG KECAMATAN
RANDUAGUNG KAB LUMAJANG TANGGAL 23 JULI 2020

Tempat : PUSKESMAS RANDUAGUNG


Tanggal/waktu : Kamis, 23 Juli 2020 / 08.15 wib
Pengkaji/NIM : Erlik Wahyuni / 15301.11.19059

No.Register                 : 000000917
Tanggal kunjungan      : 23 juli 2020                   jam 08.15 wib
Tanggal pengkajian     : 23 juli 2020                   jam 08.25 wib
 IDENTITAS ISTRI/SUAMI
            Nama               : Ny “S” / Tn “M”
            Umur               : 26 tahun / 34 tahun
            Nikah              : 1 kali
            Suku                : Jawa / Jawa
            Agama             : Islam / Islam
            Pendidikan      : SMP / SD
            Pekerjaan         : IRT / Wiraswasta
            Alamat            : Dusun Krajan Rt 45 Rw 15 desa Gedangmas

3.1  SUBJEKTIF (S)


Ibu mengatakan telat haid 1 bulan lebih, haid terakhir tanggal 7
juni 2020, mengalami mual dan muntah sebanyak ± 6x sehari dan setiap
makanan yang dimakannya dimuntahkan, nyeri ulu hati, merasa pusing,
merasa lemas, dan berat badan sebelum hamil 48 kg, dan sekarang merasa
berat badan menurun.

20
21

3.2 OBJEKTIF (O)
            Dari hasil pemeriksaan :
keadaan ibu lemah, wajah pucat,
berat badan 45 kg, tinggi badan 150 cm, Lila 26 cm,
TTV : (TD : 90/70 mmHg, N : 80 x/menit, S :37o C, P : 20 x/menit)
Abd ; Tfu tidak teraba, letak tidak teraba, djj tidak terdengar
Kaki tidak odem
Lab : PP tes (+) 2 garis, Hb 9,8 gr%
ibu muntah ± 6x, muntah yaitu makanan bercampur lendir berwarna
kuning keorengan, turgor kulit kurang baik, mata agak cekung,
conjungtiva pucat, lidah kotor dan bibir kering, tercium keton dalam hawa
pernapasan.

3.3 ANALISA DATA (A)


Diagnosa : Ny “S”G2 P1 A0 umur kehamilan 7 minggu dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I dengan gangguan cairan dan elektrolit

3.4 PLANNING (P)
Tanggal 23 juli 2020, jam 08.25 wib
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu lebih baik
dari sebelumnya, ibu mengerti
e/ibu memgerti tentang penjelasan dari bidan
2. Menjelaskan tentang masalah yang dihadapinya, ibu mengerti dan
memahami keadaannya
e/ibu mengerti dan memahami keadaanx saat ini
3. Menimbang berat badan menggunakan alat yang sama, berat badan
ibu sekarang 45 kg
e/ibu mengerti tenteang berat badan saat ini
4. Mengobservasi mual dan muntah, ibu muntah sebanyak 6X
e/ ibu memgerti tentang penjelasan dari bidan
5. Menganjurkan kepada ibu untuk :
22

a. Mengkomsumsi makanan yang bernutrisi selama kehamilan,


ibu bersedia mengkomsumsinya
b. Memperbanyak minum air, ibu bersedia melakukannya
c. Mengurangi makanan yang berlemak dan berbumbu, ibu
bersedia melakukannya
d. Makan sedikit-sedikit tapi sering, ibu melakukannya
e. Makan - makanan salingan seperti biscuit dan roti kering, ibu
bersedia makan makanan yang dianjurkan
6. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman,
e/ ibu memilih posisi setengah duduk untuk mengurangi rasa mual
7. Mengobservasi TTV, TD : 90/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37 o C,
P : 20 x/menit
e/ibu mengerti penjelasan yang dibeikan bidan
8. Mengobservasi pengeluaran urine, pengeluaran urine sebanyak ±50
ml
e/ibu merasa tenang saat pemeriksaan
9. Menganjurkan pemberian teha hangat, roti/biscuit
e/ibu merasa lebih baik dari sebelumnya
10. Memberikan dukungan psikologi pada ibu dan memberikan
kesempatan mengungkapkan perasaannya, ibu merasa lebih baik
dan lebih tenang dengan kondisinya
e/ibu merasa lebih baik dan lebih tenang dengan kondisinya
11. Melakukan tindakan yang diberikan :
a. Cairan teh hangat dan roti/biskuit
b. Berikan obat B6 1 tablet bila mual dan muntah
e/ ibu merasa lebih baik dari sebelumnya
12. Menganjurkan bila keadaan tetap masih mual dan muntah dan
tubuh ibu tambah lemas segera di bawa ke puskesmas.

e/ibu dan keluarga sudah mengerti penjelasan yang disampaikan


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Data Subjektif

Setelah dilakukan anamnesa tanggal 23 juli 2020 pada Ny. “S”


G2P1A0 uk 7 minggu umur 26 tahun yang mengeluh mual dan muntah
sebanyak ± 6x sehari dan setiap makanan yang dimakannya dimuntahkan,
nyeri ulu hati, merasa pusing, merasa lemas, dan berat badan sebelum hamil
48 kg, dan sekarang merasa berat badan menurun.. Dari anamnesa tersebut
dapat dikatakan bahwa Ny.”S”G2P1A0 uk 7 minggu mengalami
hiperemesis gravidarum tingkat I (ringan).

Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang


berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis
gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-12
minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik akan
menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin. Prevalensi
hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan
(Winkjosastro, 2010).

Hiperemesis gravidarum diawali dengan mual dan muntah yang


berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan
diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan, menutup untuk
memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Oleh karena itu dapat terjadi
perubahan metabolisme menuju arah anaerobik dengan menimbulkan benda
keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan
elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu semua
masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi alat vital (Manuaba
2010).

Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya


dimulai pada usia kehamilan 9- 10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan
11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan

23
24

12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut


melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita
hamil. J. Fitzgerald (1938-1953) melakukan studi terhadap 159 wanita hamil
di Aberdeen, Skotlandia, menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan
pertama merupakan faktor risiko untuk terjadinya hiperemesis pada
kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang kembali
hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7
dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga (Gunawan,
2011).

Berdasarkan hal diatas maka opini dalam data subyektif ini adalah
saat pasien datang mengeluh mual dan muntah sebanyak ± 5x sehari dan
setiap makanan yang dimakannya dimuntahkan, nyeri ulu hati, merasa
pusing, merasa lemas, dan berat badan sebelum hamil 50 kg, dan sekarang
merasa berat badan menurun itu sudah menandakan adanya tanda – tanda
hyperemesis gravidarum saat masa kehamilan.

4.2 Data Objektif


Setelah dilakukan pengkajian data objektif pada Ny. “S” G2P1A0
Uk 7 minggu didapatkan hasil keadaan umum ibu lemah, Tekanan Darah:
90/70 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 20x/menit, umur
kehamilan: 7 minggu, pada pemeriksaan fisik didapatkan mata agak
cowong, conjungtiva agak pucat dan bibir kering.

Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang


berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien
dapat mengalami syok. Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat
tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari
apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan
frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi
subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis
lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis,
serta penurunan berat badan (Gunawan, 2011).
25

Opini berdasarkan data Obyektif untuk menegakkan diagnosa,


bidan belum melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dari kepala
sampai kaki.. Namun bidan langsung melakukan pemeriksaan dari awal
pendaftaran, dan pemeriksaan fisik tidak menyeluruh.

4.3 Analisa Data

Ny “S” G2 P1000 Ab000 usia kehamilan 7 minggu dengan hyperemesis


gravidarum tingkat 1
Analisa adalah Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan
data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi
baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara
terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.
Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui
dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan dengan tepat.
Opini bidan pada pasien tersebut bahwa penegakan diagnosa
hyperemesis gravidarum harus tepat agar dapat memgambil tindakan apa
yang pelu dilakukan pada ibu sehingga bisa mencegah terjadinya komplikasi
seminal mungkin.
4.4 Penatalaksanaan

Pelaksanaan pada Ny. “S”G2P1A0 Uk 7 minggu dengan hyperemesis


gravidarum tingkat 1 yaitu :

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu lebih baik


dari sebelumnya, ibu mengerti
e/ibu memgerti tentang penjelasan dari bidan
2. Menjelaskan tentang masalah yang dihadapinya, ibu mengerti dan
memahami keadaannya
e/ibu mengerti dan memahami keadaanx saat ini
3. Menimbang berat badan menggunakan alat yang sama, berat badan
ibu sekarang 45 kg
26

e/ibu mengerti tenteang berat badan saat ini


4. Mengobservasi mual dan muntah, ibu muntah sebanyak 6X
e/ ibu memgerti tentang penjelasan dari bidan
5. Menganjurkan kepada ibu untuk :
a. Mengkomsumsi makanan yang bernutrisi selama kehamilan, ibu
bersedia mengkomsumsinya
b. Memperbanyak minum air, ibu bersedia melakukannya
c. Mengurangi makanan yang berlemak dan berbumbu, ibu
bersedia melakukannya
d. Makan sedikit-sedikit tapi sering, ibu melakukannya
e. Makan - makanan salingan seperti biscuit dan roti kering, ibu
bersedia makan makanan yang dianjurkan
6. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman,
e/ ibu memilih posisi setengah duduk untuk mengurangi rasa mual
7. Mengobservasi TTV, TD : 90/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37o C,
P : 20 x/menit
e/ibu mengerti penjelasan yang dibeikan bidan
8. Mengobservasi pengeluaran urine, pengeluaran urine sebanyak ±50
ml
e/ibu merasa tenang saat pemeriksaan
9. Menganjurkan pemberian teha hangat, roti/biscuit
e/ibu merasa lebih baik dari sebelumnya
10. Memberikan dukungan psikologi pada ibu dan memberikan
kesempatan mengungkapkan perasaannya, ibu merasa lebih baik
dan lebih tenang dengan kondisinya
e/ibu merasa lebih baik dan lebih tenang dengan kondisinya
11. Melakukan tindakan yang diberikan :
f. Cairan teh hangat dan roti/biskuit
g. Berikan obat B6 1 tablet bila mual dan muntah
e/ ibu merasa lebih baik dari sebelumnya
12. Menganjurkan bila keadaan tetap masih mual dan muntah dan
tubuh ibu tambah lemas segera di bawa ke puskesmas.
e/ibu dan keluarga sudah mengerti penjelasan yang disampaikan
27

Kasus hiperemesis gravidarum memiliki penatalaksanaan dengan


memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan, memberikan
penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda.
Menganjurkan ibu untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Menganjurkan pada waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat. Menghindari kekurangan karbohidrat
merupakan faktor yang penting dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula. Obat – obatan sedative adalah phenobarbitol. Vitamin
yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan
seperti dramamin, avomin (Manuaba 2010).

Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi


tergantung pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan
peneriamaan penderita terhadap rencana pemberian makanan. Pada
prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus digunakan. Obat-
obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin,
antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid.
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine
(vitamin B6) (Widayana,2013)

Opini dalam melakukan penatalaksanaan sudah tepat karena pada


kasus hyperemesis gravidarum pada ibu perlu dilakukan observasi dulu
dan setelah tidak ada kemajuan pembukaan maka segera dilakukan
rujukan untuk mendapatkan tindakan sesuai penatalaksanaan hyperemesis
gravidarum yaitu rujuk ke puskesmas.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengumpulan data dasar terhadap Ny.“S”G2P1A0 Uk 7 minggu dengan
hiperemesis gravidarum, meliputi data subyektif yaitu: mengeluh muntah-
muntah, mual, pusing, tidak ada nafsu makan dan nyeri ulu hati.
2. Didapat dari data obyektif yaitu k/u ibu lemah, TTV : TD : 90/70-mmHg,
Nadi: 80/menit, suhu 37 RR: 20 x/menit, kemudian perubahan berat
badan antara sebelum hamil sampai dengan hamil .
3. Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut dapat di diagnose terhadap
Ny. “S” yaitu umur 26 tahun G2P1A0 usia kehamilan 7 minggu dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I, dehidrasi, penurunan berat badan.
4. Penatalaksanaan terhadap Ny. “S” G2P1A0 Uk 7 minggu dengan
hyperemesis gravidarum Pelaksanaan dilakukan berdasarkan hasil
perencanaan yang telah dituliskan sebelumnya dimana perencanaan
dilaksanakan secara efisien dan aman berdasarkan kebutuhan klien.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuhan di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) HAFSHAWATY Zainul Hasan Prodi DIV
Kebidanan untuk Praktik Klinik selanjutnya.
5.2.2 Bagi Profesi
Dapat digunakan bidan sebagai wacana dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu sesuai dengan Asuhan Kebidanan secara
tepat.
5.2.3 Bagi Lahan Penelitian
Sebagai tambahan pengetahuan bahwa masih perlu ditingkatkan
lagi pemahaman dan pengetahuan bagi Tenaga Kesehatan setempat
dengan menggunakan Asuhan Kebidanan dengan benar.
5.2.4 Bagi Peserta Praktik

28
29

Dapat menambah pengetahuan serta lebih memahami tentang


ASKEB sehingga dapat diterapkan dalam pelayanan di tempat kerjanya.
5.2.5 Bagi Pasien
Dapat memperoleh pelayanan kebidanan dari tenaga kesehatan
dengan menggunakan ASKEB secara tepat sehingga ibu sehat.
30

DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/hiperemsis-gravidarum#:~:text=Komplikasi
%20Hiperemesis%20Gravidarum&text=Mual%20dan%20muntah%20yang
%20berlebihan,vena%20dalam)%20pada%20ibu%20hamil. (diakses pada
tanggan 18 Jul 2019)

Manuaba, IGB. 2012. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC


Manuaba, IGB. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, arif ,dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Mochtar R.. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Cetakan ke-II. Jakarta : EGC.

Marinatari, Y. 2014. Hubungan Dukungan Suami, Usia Ibu, dan Gravida Terhadap
Kejadian Emesis Gravidarum. Jom PSIKVolume 1 No 2 Oktober 2014. 1.

Nurarif, A., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan Nanda Nic - Noc. Yogyakarta: Mediaction.

Prawirohario. Sarwono, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohario. Sarwono, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Runiari, N. 2010. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hiperemesis Gravidarum :


Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Sastrawirsata Sulaeman, 2011. Obstetri Patologi. Bandung : FKUP Bandung.

Setiawati, S. E. 2016. Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum.


Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum , 129.

Sumai, E., & dkk. 2014.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Tiran, D. 2008. Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta: EGC.

Taylor, C.M. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, Edisi 10,


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai