DISUSUN OLEH:
ERLIK WAHYUNI
15301.11.19059
Disusun Oleh:
Erlik Wahyuni
15301.11.19059
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Erlik Wahyuni
15301.11.19059
Penguji I
NIDN 07031090
iii
KATA PENGANTAR
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah., SH., M.M., selaku Ketua Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo.
2. Bapak Dr. H Nur Hamim., SKM., S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Ketua
STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
3. Ibu Tutik Hidayati., S.ST., M.Kes. selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan dan selaku pembimbing 1 asuhan kebidanan di STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
4. Ibu Umi Zahroh S.ST selaku bidan koordinator sebagai lahan praktek
klinik kebidanan dan semua rekan seperjuangan dalam suka dan duka yang
membantu demi terselesaikan menejemen asuhan kebidanan komprehensif
ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa menejemen kebidanan komprehensif
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan dan kelengkapan tugas selanjutnya.
Penulis
Erlik Wahyuni
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR. iv
DAFTAR ISI v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 4
1.3 Manfaat 4
1.4 Sistematika Penulisan 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan 6
2.2 Fisiologi pertumbuhan janin 10
2.3 Usia Kehamilan 11
2.4 Tanda dan gejala kehamilan 12
2.5 Konsep hyperemesis gravidarum 14
v
DAFTAR PUSTAKA 29
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Muntah yang lebih dari sepuluh kali sehari atau mual terus menerus yang
terjadi selama 20 minggu terakhir kehamilan ini akan berlanjut menjadi
hiperemesis gravidarum sehingga tubuh ibu menjadi lemah (Marinatari,
2014). Apabila mual dan muntah yang dialami menganggu aktivitas sehari-
hari atau menimbulkan komplikasi disebut hiperemesis gravidarum (Setiawati,
2016).
Mual dan muntah berlebihan atau hiperemesis gravidarum dimana
perasaan tidak enak yang dialami ibu hamil pada masa kehamilan dengan
mual dan mutah secara berlebihan dalam waktu yang lama dan dapat
menganggu keadaan umum ibu hamil dan pekerjaan sehari-hari (Putri, 2013).
Selain itu muntah yang terus menerus yang dialami ibu hamil tiap kali minum
maupun makan, mengakibatkan tubuh ibu menjadi sangat lemah (Juwita,
2015). Karena mual muntah yang berlebihan sehingga juga berdampak pada
gangguan aktivitas sehari-hari atau bisa disebut dengan intoleransi aktivitas
dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil (Sumai, 2014).
2008)
Dari data tersebut merupakan salah satu masalah yang cukup penting
mengingat resikonya sangat tinggi dan dapat mengakibatkan kematian ibu.
Sehubungan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membahas mengenai kasus
yang berjudul “Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny. “S” dengan
Hiperemesis Gravidarum di Pustu Glundengan Kec. Wuluhan Kab. Jember
Tahun 2020.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan secara komprehensif pada Ny. S sehingga
dapat mengaplikasikan teori ke dalam praktik dan pengalaman nyata yaitu
melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dengan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum di Pustu Glundengan Kec. Wuluhan Kab. Jember Tahun
2020.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi sumber kepustakaan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan Asuhan Kebidanan dan tambahan referensi bagi
peserta Praktik Klinik selanjutnya.
2.1.2 Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus menjadi spermatosit pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks
dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstisial leydig sehingga
8
9
2.1.3 Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi
dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah
ini.
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata yang
mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yang
disebut vitelus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus melalui saluran pada zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh nonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.
e. Ovum siap dibuah setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa
menyebar masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum
uteri, terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga
mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba
falopi
Tabel 2.2
Proses Pertumbuhan Janin
Umur Panjang Pembentukan organ
kehamilan fetus
4 minggu 7,5-10 mm Rudimental mata, telinga dan tulang
8 minggu 2,5 cm Hidung, kuping, jari jemari mulai dibentuk, kepala
menekur ke dada
12 minggu 9 cm Daun kuping lebih jelas, kelopak mata melekat,
leher mulai berbentuk, alat kandungan luar
terbentuk namun belum berdiferensisasi
16 minggu 16-18 cm Genitalia eksterna berbentuk dan dapat dikenal,
kulit tipis dan warna merah
20 minggu 25 cm Kulit lebih tebal, rambut mulai tumbuh dikepala
dan rambut halus (lanugo) tumbuh di kulit
24 minggu 30-32 cm Kedua kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata
serta kulit keriput, kepala besar. Bila lahir dapat
bernapas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam
12
saja
28 minggu 35 cm Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa. Bila
lahir dapat bernapas, menangis pelan dan lemah.
Bayi imatur
32 minggu 40-43 cm Kulit merah dan keriput, bila lahir kelihatan seperti
orang tua kecil (little old man)
36 minggu 46 cm Muka berseri tidak keriput. Bayi prematur
40 minggu 50-55 cm Bayi cukup bulan. Kulit licin, verniks kaseosa
banyak, rambut kepala tumbuh baik, organ-organ
baik. Pada pria, testis sudah berada dalam skrotum
sedangkan pada wanita labia mayora berkembang
baik. Tulang-tulang kepala menulang
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini
merupakan faktor organic.
3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. Takut
terhadap tanggug jawab sebagai ibu, di duga dapat menjadi factor kejadian
hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit,
penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.
5. Faktor adaptasi dan hormonal, pada ibu hamil yang kekurangan darah labih sering
terjadi hyperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam ruuang lingkup adaptasi
adalah ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim
pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum
mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin chorionic,
sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormone yang
dekeluarkan terlalu tinggi, dan menyebabkan terjadi hyperemesis gravidarum.
(Sarwono P, 2012).
2.5.4 Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah
terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremi, hipokloremia,
penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi
perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak
tidak sempurna. (Mansjoer, arif, dkk. 2012).
Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton asetic, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstrseluler dan plasma berkurang. Dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang
pula dan tertimbunyya zat metabolic yang toksik. Terganggunya keseimbangan
elektrolit seperti hipokalimia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya dapat menambah frekuensi muntah dan merusak hepar, selaput
lendir esophagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga
terjadi perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan
18
2.5.5 Penatalaksanaan
2.5.5.1 Pencegahan
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan pada ibu-ibu
dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diet ibu
hamil, makan dalam porsi kecil /sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri
waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah. Defekasi hendaknya
diusahakan teratur. (Ida Ayu C. Manuaba, 2012).
2.5.5.2 Terapi Obat
Terapi obat diberikan apabila cara di atas tidak mengurangi keluhan dan
gejala. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Dapat
menggunakan sedativa (luminal, stesolid), vitamin (BI dan B6), anti muntah
(mediamer B6, drammamin, acopreg, avomin, torecan) antasida dan anti mulas.
Pada keadaan lebih berat diberikan anti emetic seperti disiklomin hidrokloride atau
khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola
di Rumah Sakit. (Sarwono P, 2012).
2.5.5.3 Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara
baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang tanpa pengobatan. (Sarwono, 2012).
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C. Dibuat daftar control caran yang masuk dan dikeluarkan. Dengan
penanganan ini umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan bertambah
baik. (Sarwono, 2012).
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN
No.Register : 000000917
Tanggal kunjungan : 23 juli 2020 jam 08.15 wib
Tanggal pengkajian : 23 juli 2020 jam 08.25 wib
IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny “S” / Tn “M”
Umur : 26 tahun / 34 tahun
Nikah : 1 kali
Suku : Jawa / Jawa
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP / SD
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Dusun Krajan Rt 45 Rw 15 desa Gedangmas
20
21
3.2 OBJEKTIF (O)
Dari hasil pemeriksaan :
keadaan ibu lemah, wajah pucat,
berat badan 45 kg, tinggi badan 150 cm, Lila 26 cm,
TTV : (TD : 90/70 mmHg, N : 80 x/menit, S :37o C, P : 20 x/menit)
Abd ; Tfu tidak teraba, letak tidak teraba, djj tidak terdengar
Kaki tidak odem
Lab : PP tes (+) 2 garis, Hb 9,8 gr%
ibu muntah ± 6x, muntah yaitu makanan bercampur lendir berwarna
kuning keorengan, turgor kulit kurang baik, mata agak cekung,
conjungtiva pucat, lidah kotor dan bibir kering, tercium keton dalam hawa
pernapasan.
3.4 PLANNING (P)
Tanggal 23 juli 2020, jam 08.25 wib
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu lebih baik
dari sebelumnya, ibu mengerti
e/ibu memgerti tentang penjelasan dari bidan
2. Menjelaskan tentang masalah yang dihadapinya, ibu mengerti dan
memahami keadaannya
e/ibu mengerti dan memahami keadaanx saat ini
3. Menimbang berat badan menggunakan alat yang sama, berat badan
ibu sekarang 45 kg
e/ibu mengerti tenteang berat badan saat ini
4. Mengobservasi mual dan muntah, ibu muntah sebanyak 6X
e/ ibu memgerti tentang penjelasan dari bidan
5. Menganjurkan kepada ibu untuk :
22
23
24
Berdasarkan hal diatas maka opini dalam data subyektif ini adalah
saat pasien datang mengeluh mual dan muntah sebanyak ± 5x sehari dan
setiap makanan yang dimakannya dimuntahkan, nyeri ulu hati, merasa
pusing, merasa lemas, dan berat badan sebelum hamil 50 kg, dan sekarang
merasa berat badan menurun itu sudah menandakan adanya tanda – tanda
hyperemesis gravidarum saat masa kehamilan.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengumpulan data dasar terhadap Ny.“S”G2P1A0 Uk 7 minggu dengan
hiperemesis gravidarum, meliputi data subyektif yaitu: mengeluh muntah-
muntah, mual, pusing, tidak ada nafsu makan dan nyeri ulu hati.
2. Didapat dari data obyektif yaitu k/u ibu lemah, TTV : TD : 90/70-mmHg,
Nadi: 80/menit, suhu 37 RR: 20 x/menit, kemudian perubahan berat
badan antara sebelum hamil sampai dengan hamil .
3. Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut dapat di diagnose terhadap
Ny. “S” yaitu umur 26 tahun G2P1A0 usia kehamilan 7 minggu dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I, dehidrasi, penurunan berat badan.
4. Penatalaksanaan terhadap Ny. “S” G2P1A0 Uk 7 minggu dengan
hyperemesis gravidarum Pelaksanaan dilakukan berdasarkan hasil
perencanaan yang telah dituliskan sebelumnya dimana perencanaan
dilaksanakan secara efisien dan aman berdasarkan kebutuhan klien.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuhan di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) HAFSHAWATY Zainul Hasan Prodi DIV
Kebidanan untuk Praktik Klinik selanjutnya.
5.2.2 Bagi Profesi
Dapat digunakan bidan sebagai wacana dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu sesuai dengan Asuhan Kebidanan secara
tepat.
5.2.3 Bagi Lahan Penelitian
Sebagai tambahan pengetahuan bahwa masih perlu ditingkatkan
lagi pemahaman dan pengetahuan bagi Tenaga Kesehatan setempat
dengan menggunakan Asuhan Kebidanan dengan benar.
5.2.4 Bagi Peserta Praktik
28
29
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/hiperemsis-gravidarum#:~:text=Komplikasi
%20Hiperemesis%20Gravidarum&text=Mual%20dan%20muntah%20yang
%20berlebihan,vena%20dalam)%20pada%20ibu%20hamil. (diakses pada
tanggan 18 Jul 2019)
Mochtar R.. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Cetakan ke-II. Jakarta : EGC.
Marinatari, Y. 2014. Hubungan Dukungan Suami, Usia Ibu, dan Gravida Terhadap
Kejadian Emesis Gravidarum. Jom PSIKVolume 1 No 2 Oktober 2014. 1.
Nurarif, A., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan Nanda Nic - Noc. Yogyakarta: Mediaction.