Anda di halaman 1dari 10

KONSTRUKSI IDENTITAS BERDIMENSI KULTURAL PADA

ORANG TERKAYA DI INDONESIA VERSI FORBES


Condra Antoni. Politeknik Negeri Batam
condra@polibatam.ac.id
Abstract
People use language to construct their identity or identities and narrative is one of the forms of the
language use. The narrative functions as a site for enacting what they are, who they are, and how
they view the others (Gee, 2011). This paper discusses the identity construction in the narrative of
the 2015 richest Indonesian people ranked by Forbes magazine. A discourse analytic approach is
employed in this study. The analysis shows that the identity constructions are relevant to the cultural
dimensions proposed by Hofstede (1987, 2016) in which the collectivistic culture emerged
predominantly in the narrative. Since the data were taken from English narratives in business, the
implication for the use of English as a business’ lingua franca is also discussed.

Key words: konstruksi identitas, narasi bisnis, dimensi kultural, analisis wacana

I. Pendahuluan Daftar nama di atas bukanlah orang-


Makalah ini menjelaskan sejauh orang baru dalam pemeringkatan orang
mana dimensi kultural yang dirumuskan oleh terkaya di Indonesia. Rata-rata mereka telah
Hofstede (Hofstede, 1987, 2016) terefleksi menduduki peringkat tersebut dalam
dari konstruksi identitas pada narasi para beberapa tahun.
pebisnis Indonesia. Data diambil dari ujaran Meneliti penggunaaan bahasa para
para pebisnis besar Indonesia yang orang terkaya dan pebisnis besar Indonesia
merupakan orang-orang terkaya di Indonesia paling tidak bisa berkontribusi pada;
versi Forbes. Bahasa yang digunakan dalam pertama, memahami sejauh mana konstruksi
narasi adalah bahasa Inggris sebab dunia identitas mereka relevan dengan kategorisasi
bisnis dan penggunaan bahasa Inggris pada dimensi budaya Hofstede untuk konteks
saat ini tidak bisa dipisahkan karena bahasa orang Indonesia; kedua, menjawab
Inggris merupakan bahasa bersama (lingua pertanyaan tentang apakah sebagai pebisnis
franca) bagi para pebisnis abad ini (Gerritsen besar mereka tercerabut dari akar budaya
& Nickerson, 2009). Apalagi, jika konteks Indonesia, paling tidak sesuai model
data penelitian difokuskan kepada narasi para Hofstede tersebut; ketiga, melihat pentingnya
pebisnis yang merupakan orang terkaya di penggunaan bahasa Inggris sebagai lingua
Indonesia. Diantara data terbaru orang franca dalam bisnis, terutama kaitannya
terkaya di Indonesia adalah yang dirilis oleh dengan tampilan ke-Indonesia-an dalam
majalah Forbes yang dikenal luas sebagai konteks bisnis global.
sumber pemeringkatan orang-orang terkaya Dengan demikian, rumusan masalah
di dunia. yang diangkat adalah apakah konstruksi
Pada tahun 2015 Forbes identitas dalam ujaran para pebisnis besar
memeringkatkan orang terkaya di Indonesia Indonesia merefleksikan identitas berdimensi
sebagaimanaterlihat pada gambar di bawah kultural (budaya) yang diklaim oleh
ini: Hofstede? Untuk mengetahui jawaban dari
rumusan masalah ini maka metode yang
digunakan guna mengelaborasi dimensi
kultural Indonesia dalam ujaran para pebisnis
besar Indonesia adalah dengan menganalisis
dimensi kultural yang dikembang Hofstede
melalui kerangka analisis wacana yang
dikembangkan oleh James Paul Gee (Gee,
2011).

II. Kerangka Teori Dan Metode


a. Konstruksi Identitas Melalui Narasi
Figure 1: Indonesia’s 10 richest in 2015
Bisnis
(Forbes, 2015)
Bahasa adalah sarana untuk
mengungkapkan pandangan pembicaranya

33
terhadap dunia. Di dalamnya termasuk asing dan lingua franca dalam konteks bisnis
bagaimana pembicara tersebut menggunakan adalah sumbangan akademis yang patutu
pilihan kata, klausa, dan kalimat untuk menjadi perhatian serius para peneliti bahasa.
mempersepsikan dirinya dan b. Dimensi Kultural dalam Bisnis
mempersepsikan orang lain berdasarkan Faktor komunikasi antar manusia
budaya, sistem kepercayaan, dan merupakan hal yang vital dalam tatakelola
pengalaman, baik di lingkungan sehari-hari sebuah organisasi bisnis, dan hal tersebut
maupun di lingkungan profesional. Melalui mesti dipahami secara berbeda dibandingkan
bahasa juga seseorang mengkonstruksi dengan aspek-aspek teknis bisnis (Hofstede,
identitas apakah dia orang biasa atau 1987). Dengan demikian, sisi komunikasi
berafiliasi pada profesi tertentu seperti kemanusiaan tersebut tidak terlepas dari sisi
dokter, guru, pengusaha, dan kebudayaaan karena setiap tindakan, ucapan,
sebagainya(Gee, 2011). Dengan demikian, dan keputusan manusia dipengaruhi oleh latar
pengguna bahasa dapat juga merefleksikan belakang budaya. Selain pengalaman dan
identitasnya sebagai bagian dari kelompok sistem kepercayaan (belief system), latar
sosial dan kebudayaan tertentu. belakang tersebut dibawa serta baik dalam
Narasi adalah pengisahan suatu kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia
cerita atau kejadian (KBBI Online, 2016). bisnis. Oleh karena itu, sisi kultural individu
Dalam narasi, peristiwa dipaparkan melalui dalam dunia bisnis sudah menjadi perhatian
medium bahasa (lisan)ketika berinteraksi para ahli (Du-Babcock & Tanaka, 2016;
dengan orang lain.Narasi juga merupakan Dubina & Ramos, 2016; Hofstede, 1987).
medium dimana seseorang bisa Adapun model dimensi kultural
merefleksikan dirinya, orang lain, peristiwa, dalam konteks bisnis banyak mengacu pada
lalu pada gilirannya narasi merupakan pada pemetaan perilaku dan sikap para
mediaum dimana seseorang mengkonstruksi individu dalam dunia bisnis yang
identitas dirinya sebagai bagian dari individu, dikembangkan oleh Hofstede (Dubina &
kelompok sosial, atau komunitas tertentu Ramos, 2016), apalagi sejak
(Brown, 2013; Labov & Waletzky, 1997; dikembangkannya model tersebut secara
Ladegaard, 2012).Dengan merujuk pada virtual yang bisa diakses online(Hofstede,
pengertian narasi tersebut, dapat dijelaskan 2016). Menurut Hofstede, ada enam dimensi
bahwa narasi bisnis merupakan pengisahan budayayang merupakan karakteristik pola
kejadian yang terkait dengan dunia bisnis dan nilai dominan yang dianut oleh orang-orang
bagaimana identitas dikonstruksi melalui di lebih dari 50 negara di dunia.
pengisahan-pengisahan tersebut. Power Distance
Perhatian peneliti terhadap narasi Power distance berkenaan dengan
bisnis banyak ditujukan kepada penggunaan bagaimana masyarakat memandang
bahasa Inggris dalam dunia bisnis, seperti ketidaksetaraan.Large power distance
yang dijelaskan oleh Gerritsen & Nickerson merupakan keberterimaan ketidaksetaraan
(2009). Sedikit perhatian dalam penelitian dalam masyarakat dalam intensitas yang
telah difokuskan pada pengaruh budaya tinggi. Ketidaksetaraan diakui eksistensinya
pengguna bahasa (interactants) ketika lalu masyarakat mengembangkan sistem
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa penyesuaian diri berdasarkan ketidaksetaraan
asing dalam komunikasi bisnis internasional. tersebut. Maka ditatalah sedemikian rupa
Dalam komunikasi antarbudaya, identitas cara bersikap sesuai berdasarkan tingkatan-
budaya lebih penting daripada tingkatan sosial yang ada. Sebaliknya,
kewarganegaraan dari penutur bahasa dan masyarakat yang menganut small power
identitas tersebut dinegosiasikan melalui distance tetap mengakui ketidaksetaraan
komunikasi (Gerritsen & Nickerson, 2009). tersebut.Namun, alih-alih membuat sistem
Selanjutnya, karena masalah globalisasi, sikap dan perilaku, justru ada upaya
interaksi antara orang-orang dari berbagai sistematis untuk menurunkan derajat
negara lebih intens dari sebelumnya. Identitas ketidaksetaraan tersebut.
budaya terkait dengan bahasa Inggris sebagai Individualism
bahasa asing (Louhiala-Salminen, 2009) Dimensi ini terkait dengan
difokuskan pada pemahaman bahwa budaya kedekatan hubungan antara satu individu
memiliki pengaruh terhadap penggunaan dengan yang lainnya.Dalam masyarakat
bahasa. Oleh karena itu, penelitian lebih individualistik, kedekatan hubungan antar
lanjut dalam domain konstruksi (budaya) individu begitu rendah.Sebaliknya, ketika
identitas dalam bahasa Inggris sebagai bahasa intensitas kedekatan hubungan individu

34
begitu tinggi maka masyarakat tersebut Dengan demikian, maka yang dijelaskan
disebut masyarakat kolektivistik. adalah makna ujaran para pebisnis yang
Dalam masyarakat kolektivistik, diwawancarai kemudian direkam dan
pengambilan keputusan baik terkait disebarluaskan melalui jejaring internet baik
kehidupan sehari-hari maupun secara oleh website ternama BBC, The University of
profesional tergantung pada keputusan Pennsylvania, Wharton School maupun oleh
orang-orang terdekatnya, misalnya melalui channelInside-RGE dan Credit Suisse di
hasil musyawarah dengan keluarga youtube.
inti.Meskipun kalau dilihat secara seksama Adapun metode yang digunakan
keputusan yang diambil itu tidak begitu adalah sebagai berikut. Pertama, melakukan
berdampak pada keluarga inti tersebut. transkirpsi terhadap video wawancara dengan
Masculinity model micro-lines terhadap ujaran-ujaran
Masyarakat maskulin diindikasikan dalam data transkrip bisa dibagi menjadi
oleh kecenderungan untuk berkompetisi dekomposisi klausa atau kalimat(Gee, 2011).
dalam kehidupan supaya mencapai (atau Kemudian klausa atau kalimat tersebut diberi
disebut) sukses, dimana hasrat untuk menjadi nomor untuk memudahkan analisis linguistik
pemenang begitu tinggi. Kebalikan dari nilai setiap ujaran.
ini adalah femininitas dimana masyarakat Kedua, melakukan analisis
menganggap bahwa yang paling penting konstruksi identitas pembicara dalam
dalam kehidupan adalah keharmonisan antar transkrip dengan menelaah faktor linguistik
sesame, bukan yang satu mengalahkan yang dan faktor non-linguistik dalam ujaran.
lain. Faktor linguistik mengacu pada kata-kata
Uncertainty avoidance yang digunakan dan konteks yang
Dimensi ini terkait dengan mendukungnya, konteks makna (situated
bagaimana ketidakpastian masa depan meaning), bahasa sosial (social language),
dipandang sebagai sesuatu yang lumrah dan sementara faktor nonlinguistik terkait dengan
tidak perlu dicemaskan atau justru sesuatu pandangan dunia yang dibangun oleh
yang harus dipersiapkan sebaik mungkin. Di pembicara (figured world), isu-isu sosial
masyarakat di dunia, dua cara berseberangan yang relevan pada pada saatujaran tersebut
dalam memandang masa depan ini selalu ada. digunakan (Big “D” Discourse), dan
Sebagian memandang masa depan sebagai perdebatan-perdebatan yang mencuat dan
sesuatu yang harus dihadapi dengan ikhlas, berhubungan dengan tema-tema diskusi
sementara sebagian yang lain begitu ambisius pembicara dalam data penelitian (Big “C”
mempersiapkan masa depan yang akan Conversation)(Gee, 2011).
dihadapi. Ketiga, setelah konstruksi identitas
Long term orientation diperoleh maka dilakukan kategorisasi
Dimensi ini terkait dengan apakah konstruksi identitas tersebut ada
bagaimana suatu masyarakat hubungannya dengan model dimensi kultural
mempertahankan nilai-nilai masa lalu dalam yang dirumuskan oleh Hofstede (Hofstede,
menghadapi masa kini dan masa depan. 1987, 2016) untuk konteks Indonesia.
Sebagian masyarakat cenderung d. Konteks Data
mempertahankan nilai-nilai tradisi, Untuk konteks penelitian ini yang
sementara sebagian yang lain cenderung akan dianalisis adalah cuplikan narasi dari
adaptif terhadap perubahan zaman. Mochtar Riady dan Chairul Tanjung. Ada
Indulgence beberapa alasan untuk pemilihan data ini.
Dimensi ini terkait dengan Pertama, cuplikan data tersebut berasal dari
bagaimana cara hidup masyarakat dalam wawancara dengan durasi yang cukup
mengontrol keinginan untuk menikmati panjang. Wawancara Mochtar Riady
hidup, apakah dengan bersenang-senang atau dilakukan oleh Digital Narrative of
justru dengan mengekang diri atas hasrat dan Asia(DNA) sebagai bagian dari program
keinginan. pembelajaran dari para pemimpin Asia
c. Metode melalui pendapat mereka secara langsung
Pendekatan kualitatif digunakan dalam bentuk wawancara terstruktur (Digital
dalam penelitian ini. Pendekatan ini Narrative of Asia, 2015). Narasi Chairul
memungkinkan peneliti untuk fokus pada Tanjung diperoleh dari sesi diskusi panel
elaborasi makna berdasarkan konteks ketika beliau menjadi pembicara kunci pada
penggunaan bahasa dalam interaksi yang real forum Credit-Suisse Annual Asian
di lapangan (Du-Babcock & Tanaka, 2016). Investment Conference pada tahun 2013.

35
Forum tersebut merupakan sebuah wadah Jawaban yang disampaikan oleh
para pemimpin negara, politik, bisnis, dan MR dimulai dari penjelasan tentang gurunya
para penentu kebijakan berkumpul setiap yang bernama Mr. Low yang mengarahkan
tahun untuk berbagi tentang investasi bisnis dia untuk membaca banyak buku supaya
dari berbagai aspek dan berbagai wilayah di mengetahui jawaban pertanyaan kenapa di
dunia (Credit-Suisse, 2016). dalam masyarakat ada orang kaya dan miskin
Kedua, durasi pembicaraan cukup (baris 435-441). Ketika menceritakan
panjang dibandingkan dengan beberapa tentang gurunya dia mempersepsikan dirinya
orang terkaya lainnya.Video wawancara sebagai orang muda yang beruntung karena
Mochtar Riady berdurasi 28 menit sedangkan memiliki seorang guru yang bijaksana (baris
video wawancara Chairul Tanjung berdurasi 435-436). Penggunaan kata-kata “beruntung
sekitar 30 menit (dari total presentasi dan karena memiliki seorang guru yang
diskusi sekitar 54 menit).Durasi tersebut bijaksana” (fortunately I have one teacher,
memungkinkan peneliti melakukan analisis Mr Low, my teacher is very wise man)
dan pemilahan ujaran-ujaran yang relevan merefleksikan pengakuan seseorang sebagai
dengan maksud dan tujuan penelitian pribadi yang mendapat keberkahan karena
ini.Durasi ujaran yang pendek bisa kehadiran orang lain yang dianggap layak
membatasi keleluasaan peneliti bahasa untuk diikuti arahan, nasihat, dan sarannya yakni
memilah ujaran mana yang relevan dengan seorang guru. Pandangan dunia (figured
konteks penelitian.Oleh sebab itu, dipilih world) terhadap guru dalam tradisi keilmuan
durasi narasi yang bisa menyediakan adalah seseorang yang dihormati dan
keleluasaan tersebut. dipandang mampu mengarahkan kehidupan
muridnya. Jadi, ketika digunakan ujaran
III. Hasil Dan Pembahasan “saya memiliki seorang guru” (I have one
a. Konstruksi Identitas teacher) maka yang mengatakan tersebut
Cuplikan berikut adalah ketika posisinya adalah sebagai murid.Dalam
Mochtar Riady (MR) ditanya oleh Sabrina kontek ujaran MR di atas, terlihat bahwa
Chua (SH), Senior Manager Digital Narrative keberkahan atau keberuntungan diperoleh
of Asia (DNA) tentang alasan MR ikut dalam bukan karena usaha-usaha dirinya sendiri
pertempuran melawan Belanda. Untuk melainkan karena posisinya sebagai murid
diketahui, MR berumur sekitar 87 tahun didampingi oleh seorang guru yang
(Forbes, 2015) dan dia mengalami masa bijaksana.Lalu MR mematuhi apa yang
muda saat masa perjuangan melawan disampaikan oleh gurunya, yakni mengikuti
penjajah Belanda. sarannya untuk membaca buku tentang
Cuplikan 1 kapitalisme dan imperialisme (baris 441-
SH: Why was it so important to you to fight 442).Pada akhirnya dia menemukan dan
the Dutch? memahami bahwa imperialisme merupakan
435. MR: When I was young and then sesuatu yang tidak baik untuk sebuah bangsa
fortunately I have one teacher, Mr (baris 444).Hal inilah yang memotivasinya
Low, untuk ikut berjuang melawan Belanda pada
436. my teacher is very wise man. masa muda.
437. So when I was a child I always eee Dalam konteks yang lebih luas (Big
raising question to him. “D” Discourse), keikutsertaan anak muda
438. Why so many my classmate they sipil seperti MR dalam perjuangan melawan
are very rich but not me. penjajah lazimnya tumbuh dari kesadaran
439. What is the reason that in the sebagai bagian dari anak bangsa yang terjajah
society yang ingin merdeka. Namun MR menyatakan
440. they have the rich and they have the bahwa motivasinya adalah berawal dari saran
poor. gurunya untuk membaca buku, lalu ia
441. And my teacher introduce menemukan dari hasil bacaan bahwa ia ikut
ee..many..ee..ideas, many books berjuang karena penjajah membawa nilai-
442. talking about capitalism and then nilai imperialisme, dan MR memahami
imperiali…imperialism. bahwa nilai-nilai tersebut bertentangan
443. So this is the reason why when I dengan hakikat kebangsaan. Dengan kata
was child, lain, ia mengkonstruksi dirinya sebagai
444. I was young, only in my mm..my seorang murid yang mematuhi nasihat guru
mind that imperialism is not good dalam rangka motivasi untuk melawan
for the nation. penjajah. Dalam masyarakat kolektivisme,

36
menjadikan guru sebagai sumber inspirasi pembelajaran tentang uang sebagaimana
kehidupan selain sumber inspirasi keilmuan terlihat dari cuplikan data di bawah ini.
menunjukkan sebuah ketergantungan guru- Cuplikan 3
murid layaknya ketergantungan orangtua- SH: What did he teach you?
anak.Jadi, konstruksi identitas yang dibangun 447. MR: Yaa..he teach me how
MR menunjukkan dimensi kultural to…e..work hard, work smart, learn
masyarakat kolektivistik. hard,
Namun demikian, perdebatan (Big 448. and also how to say…ee..saving
“C” Conversation) bisa muncul ketika MR money.
menyebutkan bahwa dia membaca buku- 449. That’s it.
buku kapitalisme dan imperialism (baris 442) 450. I learnt from my father.
namun justru yang ditonjolkan adalah MR mengkonstruksi dirinya sebagai
elaborasi tentang imperialisme saja.Adapun pribadi yang mengerti tentang
elaborasi tentang kapitalisme tidak uang.Pemahaman tersebut diperoleh dari
ditemukan di cuplikan di atas.Sebagian orang ayahnya yang mengajarkan tentang
bisa saja beranggapan bahwa MR lebih bagaimana menyimpan uang, disamping
terinspirasi untuk menolak imperialisme saja, bekerja keras, bekerja cerdas, dan belajar giat
sementara yang bersangkutan terkesan setuju (baris 447-550).
dengan kapitalisme. Sebab, MR membangun Cuplikan data 2 dan 3 menunjukkan
jaringan bisnis yang begitu besar mulai dari bahwa pilihan kata (situated meaning)
perbankan, rumah sakit, pusat perbelanjaan, merefleksikan kombinasi konstruksi identitas
dan lain sebagainya (Forbes, 2015). MR sebagai pebisnis sekaligus sebagai
Sehingga, pemahamannya tentang bagian dari relasi guru-murid walaupun
imperialisme menginspirasinya untuk bahasa sosial (social language) nya dengan
melawan penjajah sedangkan ide-ide tentang jelas menggunakan kata “ayah” (father),
kapitalisme dijadikan rujukan untuk bukan lagi kata “guru” (teacher)
membangun konglomerasi di Indonesia. sebagaimana du cuplikan satu. Namun cara
Terlepas dari perdebatan tersebut, MR melihat (world view) guru yang
konstruksi identitas MR berdimensi kultural sebenarnya dan ayahnya sendiri adalah sama,
sangat kentara sebagaimana terlihat dari yakni relasi guru-murid. Dengan demikian,
bagaimana ujaran-ujarannya merefleksikan wacana yang ditonjolkan (Big “D”
kepatuhan terhadap orang yang Discourse) dalam tiga cuplikan di atas adalah
dihormatinya, dalam hal ini guru, tanpa sikap konstruksi identitas seorang murid, walaupun
kritis atau bantahan.Ujaran yang pada saat MR melontarkan ujaran-ujaran
mereleksikan konstruksi identitas MR tersebut ia diposisikan oleh Digital Narrative
sebagai murid juga terlihat dari cuplikan data of Asia (DNA) sebagai salah satu pemimpin
di bawah ini. bisnis yang sangat berpengaruh di Asia
Cuplikan 2 (Digital Narrative of Asia, 2015). Posisi
SH: Do you have any other mentor when tersebut tidak mempengaruhi MR untuk
you were growing up the influenced you? mengakomodir orang-orang terdekat sebagai
445. MR: Yes, my father. bagian dari inspirasi suksesnya menjadi
446. He is also my good mentor pribadi yang berdampak luas bagi kegiatan
he..he..he..he.. bisnis di Indonesia maupun di Asia. Dengan
SH menanyakan tentang kemungkinan kata lain, konstruksi identitas dan cara orang
adanya mentor lain selain MR. Low yang lain memposisikan dirinya tidak saling
mempengaruhi masa-masa perkembangan berpengaruh mutlak. Ada irisan-irisan yang
MR dalam kehidupan. Dia menjawab bahwa tidak masuk dalam lingkaran pengaruh
bapaknya sendiri merupakan mentor yang tersebut.Irisan itu adalah konstruksi diri
bagus (baris 445-446). Di sini terlihat bahwa masyarakat kolektif dalam konteks narasi
orangtua, dalam hal ini ayah kandung, bukan yang diharapkan untuk menonjolkan faktor-
saja dikonstruksi sebagai ayah biologis faktor individualistik karena diwawancarai
melainkan juga sebagai guru. Jadi, dalam sebagai individu pebisnis sukses, bukan
melihat hubungan antara dia dengan ayahnya, sebagai bagian dari sebuah keluarga.
MR mengkonstruksi dirinya (world view) Selain mengkonstruksi dirinya sebagai
sebagai murid dan ayahnya sebagai guru. bagian dari masyarakat kolektif, MR juga
Hubungan guru-murid selain dari ayah-anak mengkonstruksi orang lain dengan identitas
ini juga dikonstruksi lebih jauh dalam hal serupa, misalnya, dalam cuplikan berikut
disampaikan bahwa pertemanan merupakan

37
hal yang penting dalam bisnis perbankan. kehidupan sehari-hari maupun dalam
Jadi, relasi perusahaan-konsumen tidak kehidupan profesional.
dilihat sebagai relasi transaksional atau Pemahaman tentang konstruksi identitas
hubungan profesional dimana ikatan orang lain ini juga menjadi strategi bisnis
dibangun berawal dari siklus permintaan- yang digunakan oleh Chairul Tanjung (CT)
penawaran dalam ilmu ekonomi bisnis.Alih- sebagaimana terdapat dalam cuplikan
alih, hubungan dengan konsumen harus tersebut. Cuplikan di bawah ini diambil dari
dimulai dari pertemanan sebagaimana terlihat transkrip video Asian Investment
dari cuplikan berikut. Conference(AIC) 2013.CT menjadi salah
Cuplikan 4 satu pembicara kunci pada event tersebut.
SH: And you started your banking career Cuplikan 5
with Bank Kemakmuran, correct? (yes, yes, Audience : Basically I completely agree that
MR interrupted). And you actually In the long term I think Indonesia will be
convinced the owner Andi Gappa to make successful and developed a lot but what type
you a director even though you did not have of thing, if any, you would be worried about
any banking knowledge. How did you which could go wrong in short term.
manage to persuade him? 48. CT: I am not so worry, ya.
451. MR: ee..actually I just told him that 49. I give you the example.
banking business actually is the 50. More than 99 % of my portfolio in
selling trust, Indonesia.
452. selling connection. 51. Do you think I am stupid (audience
453. So you don’t have the connection, laugh)
454. I have the connection, 52. if..if..a a a a you know I am not
455. so I will invite some of my friends sure about the political a a a a can
456. who is e..say..very famous control,
businessman in Jakarta 53. I put 99 % of my wealth in my
457. and they can attract many of their country.
friends to be our customer then the 54. So, this the the the..this is the the
Bank will run well example to do it.
MR mengkonstruksi jaringan konsumen 55. And, do not worry we have also the
(connection, baris 452-454) sebagai culture to protect us, why.
kumpulan orang yang terikat hubungan 56. We have a soft culture.
pertemanan, bukan hanya sebatas database 57. More than 50% of Indonesian is
calon konsumen potensial. Dengan demikian, come from Java, ya.
hubungan pertemanan dengan orang-orang 58. Java have a soft culture.
terkenal (baris 455-457) akan meningkat 59. So because of that, ya, if you want
menjadi hubungan konsumen dengan to succeed Indonesia
perusahaan, yang pada gilirannya bisa 60. You have to learn about the
membuat sebuah bisnis perbankan berjalan Javanese culture, ya.
lancar. CT menjawab pertanyaan dari audience
Mengandalkan strategi bisnis pada terkait hal apa yang kira-kira menjadi
hubungan pertemanan paling tidak agak kekhawatiran tentang menjalankan bisnis di
berbeda dengan konteks bisnis pada Indonesia. Lalu CT menjawab bahwa dia
lazimnya. Dalam “Wacana” (Big “D” tidak khawatir sama sekali, terbukti dengan
Discourse) dunia bisnis, hubungan keputusannya untuk mengalokasikan
perusahaan dengan konsumen lazimnya sahamnya dalam jumlah dominan di
diawali dengan promosi, gala dinner, atau Indonesia (baris 48-53). Keputusan alokasi
even-even profesional sejenis. Namun MR saham tersebut dilatarbelakangi oleh faktor
mengkonstruksi identitas konsumen bukan kelembutan budaya Jawa (baris 55-57).
sebagai orang-orang yang dihimpun melalui CT mengkonstruksi orang Indonesia
even-even tersebut, melainkan diinisiasi yang dipengaruhi budaya Jawa sebagai
melalui hubungan kedekatan personal dan pelindung bagi bisnisnya (world view). Hal
emosional, lalu dari kedekatan pribadi ini terlihat dari ujarannya (social language)
tersebut bisa berpotensi menjadi kedekatan yang menyatakan bahwa dengan mempelajari
antara perusahaan dengan konsumen. Dalam budaya Jawa maka akan berpengaruh pada
masyarakat kolektif, kedekatan personal kesuksesan bisnis di Indonesia (baris 59-60).
merupakan faktor sentral baik dalam Sebagaimana lazim diketahui bahwa
“Wacana” (Big “D” Discourse) tentang

38
budaya jawa adalah pembahasan tentang 247.buying directly the land from the
budaya patuh, menerima keadaan, dan penuh people with the business
dengan kesantunan. Menurut CT dalam mechanism, ya.
cuplikan di atas, budaya Jawa sangat
menguntungkan bagi pengambilan keputusan Penggunaan kata (social language) “I”
dan perlindungan usaha. Artinya, dengan di baris 235-237 yang kemudian diganti
bekerja bersama orang Jawa atau orang yang dengan “we” pada baris 244 menunjukkan
menginternalisasi budaya Jawa dalam perubahan identitas yang pada awalnya
tindakannya, maka pemilik usaha akan individualis menjadi kolektif. Penggunaan
beruntung. Melalui konstruksi identitas orang orang pertama tunggal dalam ujaran tersebut
lain ini pula CT terlihat memaknai dimensi menunjukkan CT berbicara atas nama dirinya
budaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan sendiri. Namun, ketika kata ganti berubah
dalam pengambilan keputusan seorang menjadi orang pertama jamak “kita” (we)
pemilik besar. maka ia bukan hanya bicara atas dirinya
Pada cuplikan data yang lain, CT sendiri, melainkan bahasa sosialnya (social
mengkonstruksi identitas dirinya sebagai language) merepresentasikan anggota dari
bagian dari masyarakat kolektif. Pertanyaan sebuah kelompok sosial, yang dalam hal ini
ini sebenarnya muncul setelah diskusi tentang kelompok masyarakat dalam sebuah negara.
bagaimana CT menjelaskan ide tentang Dalam bahasa, seseorang bisa
pembangunan jembatan antara Jawa dan mengkonstruksi identitasnya secara dinamis
sumatera, yang mana tidak ditampilkan dimana pada rangkaian ujarannya bisa
dalam makalah ini. Penjelasan tersebut terefleksi identitas yang berbeda (Gee, 2011,
kemudian dijadikan landasan oleh penanya 2015). CT menjadi individualis ketika
untuk menanyakan prosedur pembebasan menjelaskan tentang posisinya sebagai
lahan di Indonesia. Konstruksi identitas pebisnis, sebagai pembeda dari bagian dari
kolektif CT terlihat dari cuplikan 6 berikut. pemerintahan, namun pada beberapa saat
Cuplikan 6 kemudian posisinya menjadi bagian dari
Audience: Thank you very much. You anggota masyarakat kolektif ketika
mentioned had the bridge between Java and mengatakan dirinya sebagai bagian dari
Sumatera. Can I just I mean in terms of sebuah negara, yakni Indonesia, untuk
infrastructure, the land for form acts (laws) membedakan posisi negaranya dari negara
to be able for building infrastructure came China. Artinya, CT mengalami dinamika
in nearly I think December 2011 planed by konstruksi identitas dari yang awalnya
the parliament and still nothing happen. And individualis menjadi kolektif.
so, I mean, you tell a wonderful story but in Dari enam cuplikan data di atas terlihat
a practical sense why is not infrastructure bahwa baik CT maupun MR mengkonstruksi
developing more than that is given you think dirinya dan orang lain melalui bahasa. Yang
they have a will to do so. paling dominan adalah konstruksi diri
235.CT: I am a businessman. sebagai bagian dari masyarakat kolektif.
236.I am not the government official. b. Dimensi Kultural Hostede dalam
237.So, I can tell you the truth what Konstruksi Identitas
happen. Dimensi kultural yang dominan
238.So, a lot of businessman is thinking muncul dari data di atas adalah dimensi
about Indonesia like before. individualistik yang rendah atau dimensi
239.Like Soeharto era. kolektivistik yang tinggi. Ujaran yang
240.You can clean the land by the power disampaikan oleh MR dan CT dalam bahasa
of the government. Inggris menunjukkan bahwa identitas budaya
241.Now the era is changed. mereka sebagai orang Indonesia masih
242.Is this democracy era (this is dominan. Untuk konteks Indonesia, Hofstede
democracy era). (2016) mengkategorisasikan dimensi budaya
243.You cannot the government to tersebut seperti gambar di bawah ini:
cleaning the land, ya.
244.So, we Indonesia is not china.
245.So because of that the businessman
have to understand about this
situation.
246.So you have to do cleaning the land,

39
antarbudaya.Demikian juga halnya bahasa
sosial (social language) yang digunakan
adalah bahasa bisnis.Jika dihubungkan lebih
jauh dengan penelitian ini maka narasi bisnis
merupakan bahasa yang digunakan oleh para
pebisnis terkait dengan pembahasan yang
bersifat transaksional atau diskusi terkait
pengelolaan usaha, yang dalam
pembahasannya menggunakan bahasa
Inggris sebagai lingua franca dalam
komunikasi bisnis.
Pendefinisian ini kiranya diperlukan
Figure 2: Kategorisasi dimensi kultural di untuk membantu peneliti lain memahami apa
Indonesia (Hofstede, 2016) yang dimaksud dengan narasi bisnis. Definisi
Peringkat dimensi budaya tersebut di atas kiranya bisa dipertimbangkan karena
mengalami peningkatan jika dibandingkan mencakup model bahasa yang digunakan,
dengan beberapa decade yang lalu. Sekitar jenis bahasa yang digunakan, dan disesuaikan
tahun 80-an, ditemukan bahwa untuk konteks dengan pemetaan konstruksi identitas dalam
Indonesia tingkat power distance memiliki analisis wacana, komunikasi bisnis, dan
skor 44, individualism 6, masculinity 22, mempertimbangkan bahasa Inggris sebagai
uncertainty avoidance 12, sementara long bahasa bisnis saat ini.
term orientation dan indulgence tidak Kemudian orang bisa saja
disebutkan (Hofstede, 1987). Peningkatan menggunakan bahasa Inggris sebagai bagian
tersebut bukanlah fokus penelitian ini, namun yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis
yang perlu digarisbawahi adalah bahwa global, namun dimensi kultural yang
eksistensi kategorisasi budaya di Indonesia tergambar melalui konstruksi identitas
sudah dirumuskan oleh Hofstede paling tidak mereka dalam narasi bisnis memperlihatkan
sejak lebih kurang 30 tahun yang lalu.Dan bahwa identitas budaya mereka tetap
dimensi kultural tersebut tergambar dari terinternalisasi walaupun bisnis mereka
ujaran-ujaran dari narasi orang terkaya di sudah besar dan mengglobal serta walaupun
Indonesia seperti yang sudah dijelaskan pada mereka menggunakan bahasa Inggris yang
beberapa analisis cuplikan di atas. merupakan bahasa asing dan bukan bahasa
c. Identitas kultural dalam bahasa kedua bagi orang Indonesia seperti mereka.
Inggris sebagai lingua franca dalam Dari data ditemukan bahwa secara gramatikal
konteks bisnis bahasa Inggris mereka memiliki beberapa
Narasi bisnis erat kaitannya dengan ketidaksesuaian dengan grammar bahasa
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa Inggris pada umumnya.
bersama untuk komunikasi antarbudaya atau
komunikasi antarnegara yang berbeda IV. Simpulan Dan Saran
(Gerritsen & Nickerson, 2009). Narasi Dimensi kultural termanifestasi dalam
tersebut merupakan wadah bagi konstruksi bahasa karena antara bahasa dan budaya
identitas naratornya, sekaligus juga terdapat keterkaitan yang tidak bisa
menunjukkan bahasa sosial yang digunakan dipisahkan (Dubina & Ramos, 2016; Gee,
dalam pembicaraan.Artinya, ketika dia 2011; Ladegaard, 2012). Narasi merupakan
seorang pebisnis, maka dalam konteks narasi medium yang bisa menunjukkan dimensi
bisnis adalah sesuatu yang wajar mereka kultural (Hofstede, 2016) bagian mana yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa terefleksi dari ujaran-ujaran orang terkaya
penyampai pesan karena yang dibicarakan Indonesia. Ditemukan bahwa dimensi
adalah persoalan bisnis. Dengan demikian, kultural kolektivistik dikonstruksi melalui
sejalan dengan konsep wacana bahasa narasi-narasi mereka. Adalah jelas bahwa
seseorang merefleksikan afiliasi kategorisasi dimensi kultural Hostede
pembicaranya pada kelompok-kelompok (Hofstede, 1987, 2016) masih relevan jika
sosial tertentu (Gee, 2011, 2015). Seseorang dilihat dari sudut pandang analisis linguistik.
yang menggunakan bahasa Inggris dalam Hanya saja dimensi kultural yang lain belum
diskusi tentang transaksi, promosi usaha, ditemukan dalam beberapa cuplikan data di
strategi mengembangkan usaha atau bisnis atas. Perlu penelitian lebih jauh tentang
atau hal-hal serupa, bisa dikatakan sebagai dimensi kultural dalam narasi bisnis tersebut.
anggota kelompok pebisnis Selain itu, ke depan eksplorasi lebih jauh

40
perlu dilakukan paling tidak pada beberapa DAFTAR PUSTAKA
hal.Pertama, perlu diinvestigasi apakah Brown, E. K. (2013). The Cambridge
dimensi kultural juga tergambar pada narasi dictionary of linguistics /. Cambridge
bisnis orang terkaya Indonesia lainnya, University Press,.
paling tidak mencakup narasi sepuluh orang Credit-Suisse. (2016). The Conference.
terkaya Indonesia. Kedua, analisis berikutnya Retrieved September 19, 2016, from
perlu menggabungkan antara kualitatif dan https://www.credit-
kuantitatif dengan tujuan supaya analisis suisse.com/microsites/conferences/aic/
narasi bisnis juga bisa berkontribusi pada en/the-conference.html
ranah keilmuan yang bersinggungan dengan Digital Narrative of Asia. (2015). Digital
bisnis seperti kepemimpinan bisnis dan Narratives of Asia | Institute for
tatakelola organisasi bisnis (Du-Babcock & Societal Leadership. Retrieved
Tanaka, 2016). Dengan demikian, bidang September 19, 2016, from
ilmu linguistik bukan hanya berkontribusi http://isl.smu.edu.sg/DNA
pada ranah kebahasaan namun juga bisa Du-Babcock, B., & Tanaka, H. (2016). A
memberikan pencerahan ilmiah lintas bidang. Linguistic Approach to Management
Research: Leadership in Intercultural
English Meetings in Asia. Bulletin of
the Transilvania University of Braşov,
Series VII: Social Sciences and Law,
9(1), 119–130.
Dubina, I. N., & Ramos, S. J. (2016). Cultural
Underpinnings in Entrepreneurship. In
Creativity, Innovation, and
Entrepreneurship Across Cultures,
Theory and Practices (pp. 147–153).
Springer New York.
http://doi.org/10.1007/978-1-4939-
3261-0_12
Forbes. (2015). Indonesia’s 50 Richest List.
Retrieved September 14, 2016, from
http://www.forbes.com/indonesia-
billionaires/list/
Gee, J. P. (2011). An Introduction to
Discourse Analysis: Theory and
Method (3rd ed.). New York:
Routledge.
Gee, J. P. (2015). Discourse, Small d, Big D.
In The International Encyclopedia of
Language and Social Interaction (pp.
1–5). Hoboken, NJ, USA: John Wiley
& Sons, Inc.
http://doi.org/10.1002/9781118611463
.wbielsi016
Gerritsen, M., & Nickerson, C. (2009).
BELF: Business English as a lingua
franca. In F. Bargiela-Chiappini (Ed.),
The Handbook of Business Discourse
(pp. 180–192). Edinburgh: Edinburgh
University Press.
Hofstede, G. (1987). The Applicability of
McGregor’s Theories in South East
Asia. Journal of Management
Development, 6(3), 9–18.
http://doi.org/10.1108/eb051642
Hofstede, G. (2016). The hofstede centre.
Retrieved from https://geert-
hofstede.com/

41
KBBI Online. (2016). Arti kata narasi -
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Online. Retrieved September
15, 2016, from
http://kbbi.web.id/narasi
Labov, W., & Waletzky, J. (1997). Narrative
Analysis: Oral Versions of Personal
Experience. Journal of Narrative and
Life History, 7(1), 3–38.
http://doi.org/10.1075/JNLH.7.02NAR
Ladegaard, H. J. (2012). The discourse of
powerlessness and repression: Identity
construction in domestic helper
1
narratives . Journal of
Sociolinguistics, 16(4), 450–482.
http://doi.org/10.1111/j.1467-
9841.2012.00541.x

42

Anda mungkin juga menyukai