Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan makalah ini
tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk segala bentuk bantuannya, kami sampaikan rasa terimakasih yang
tulus kepada semua pihak yang membantu kami dan memperlancar dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala
dari-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Namun, penulis akan berusaha belajar dari kesalahan itu. Penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Rawang Empat, 25 maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I            
PENDAHULUAN                                                                
A. Latar Belakang Masalah                                                 
                        B. Rumusan Masalah                                                           
                        C. Tujuan Penulisan                                                             
                        D. Manfaat Penulisan                                                           

BAB II           
 PEMBAHASAN                                                                   
A. Kedatangan Jepang dan Pendudukannya                    
di Indonesia
B. Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap                      
Pendudukan Jepang
  C. Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia                       

BAB III          
PENUTUP                                                                             
              Kesimpulan                                                                                
DAFTAR PUSTAKA                                                                                  
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Sebelum mencapai kemerdekaan, Indonesia telah melalui perjalanan perjuangan yang
sangat panjang. Setelah perginya kekuasaan Hindia Belanda, bangsa Indonesia kemudian
dihadapkan dengan kehadiran Jepang. Meski dalam kurun waktu tidak sepanjang Hindia
Belanda, namun Jepang juga berhasil melahirkan kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat
Indonesia. Hingga karena penderitaan tersebutlah rakyat Indonesia berjuang bersama untuk
menuntut kemerdekaan. Jepang merupakan negara yang memiliki banyak perkembangan
dalam berbagai aspek seperti Teknologi, Informasi, Pendidikan, Ekonomi, Industri dan
berbagai hal lainnya. Nama resmi Jepang ialah Nipponkoku/Nihonkoku  yang artinya adalah
sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah
timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-
pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok
pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga
dengan Taiwan.
Dalam kurun waktu 1942 – 1945 bangsa Indonesia berjuang menghadapi penjajahan
yang dilakukan Jepang. Hingga perjuangan tersebut mencapai puncaknya pada 17 Agustus
1945 dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari
sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia selama menghadapi penjajahan yang dilakukan
oleh Jepang.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas mengenai masa pendudukan Jepang di
Indonesia. Kondisi ketika Jepang berada di Indonesia, serta perjuangan-perjuangan yang
dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam menunjukkan perlawanan terhadap Jepang. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah
Pergerakan Nasional Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pendudukan Jepang di Indonesia?
2.      Bagaimana perlawanan bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang?
3.      Bagaimana akhir pendudukan Jepang di Indonesia?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan mengenai kondisi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
2.      Menerangkan berbagai jenis perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia terhadap Jepang.
3.      Menjabakan tentang akhir pendudukan Jepang di Indonesia.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Memberi tambahan pengetahuan ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu
sejarah, khususnya yang berkaitan dengan Sejarah Indonesia pada masa pendudukan Jepang
serta perlawanan bangsa Indonesia terhadap Jepang.
2.      Menyelesaikan tugas kelompok sebagai pengganti Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kedatangan Jepang dan Pendudukannya di Indonesia


Sejarah masuknya Jepang ke Indonesia merupakan wujud atas keinginan Jepang
untuk membentuk imperium di Asia. Jepang telah berhasil menghancurkan pangkalan
Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941.
Penyerangan tersebut bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat yang di
perkirakan akan menjadi ganjalan bagi ekspansi jepang di Asia. Dalam gerakannya ke
selatan, Jepang juga melakukan penyerangan ke Indonesia yang pada waktu itu masih berada
dalam kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Pada tanggal 11 januari 1942 tentara jepang
telah mendarat di tarakan (kalimantan timur )[1], lalu selanjutnya Panglima Tertinggi
Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung,. Jepang tanpa
banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, pada awal
masuknya ke indonesia terutama pada bulan pertama , kedua dan ketiga pada tahun 1942
nampaknya tentara jepang diterima dengan sambutan baik dari rakyat Indonesia . Tokoh-
tokoh Nasionalis Indonesia seperti Soekarno, Muhammad Hatta dan yang lainya yang masih
dalam tahanan belanda dibebaskan oleh Jepang. tanggapan tokoh nasionalis Indonesia
terhadap tawaran kerja sama dari pihak jepang pun sangat baik . dengan berbagai cara jepang
mengupayakan agar rakyat dan pimpinan nasional Indonesia mau mendukung kebijakan
Jepang .[2]
Seperti yang sudah diketahui pada masa sekarang bahwa sebenarnya, semboyan
Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’[3] yang disampaikan Jepang merupakan
tipu muslihat agar bangsa Indonesia dapat menerima kedatangan Balatentara Jepang. Pada
awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan hangat oleh bangsa Indonesia. Namun
dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan negara imperialis lainnya.
 Jepang termasuk negara imperialis baru, seperti Jerman dan Italia. Sebagai negara
imperialis baru, Jepang membutuhkan bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan
industrinya dan pasar bagi barang-barang industrinya. Oleh karena itu, daerah jajahan
menjadi sangat penting artinya bagi kemajuan industri apabila tidak didukung dengan bahan
mentah (baku) yang cukup dengan harga yang murah dan pasar barang industri yang luas.
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan Jepang ke Indonesia adalah untuk
menanamkan kekuasaannya, untuk menjajah Indonesia. Yang dapat diartikan bahwa,
semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’ merupakan semboyan yang
penuh kepalsuan. Hal itu dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan yang terjadi selama
pendudukan Jepang di Indonesia. Bahkan, perlakuan pasukan Jepang lebih kejam sehingga
bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan. Sumber-sumber ekonomi dikontrol secara ketat
oleh pasukan Jepang untuk kepentingan peperangan dan industri Jepang melalui cara berikut :
1. Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan Romusha. Dimana
Romusha sendiri adalah  tenaga kerja paksa yang diambil dari para pemuda dan
petani untuk bekerja paksa pada proyek-proyek yang dikembangkan pemerintah
pendudukan Jepang. Banyak rakyat Indonesia yang meninggal ketika menjalankan
romusha, kebanyakan dari mereka menderita kelaparan dan berbagai penyakit.
Jepang berupaya menghapus pengaruh kultural barat yang telah hinggap di Hindi
Belanda, dan yang kedua Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam strategi
yang ada di Indonesia. Luasnya daerah pendudukan Jepang membuat Jepang
memerlukan tenaga kerja yang begitu besar. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk
membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan
raya dan jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa yang
cukup padat. Para tenaga kerja ini dipaksa yang popular di sebut denga Romusha.
Jejaring tentara Jepang untuk menjalankan Romusha hingga ke desa desa. Setidaknya
terdapat 300.000 tenaga Romusha yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara,
70.000 orang diantaranya dalam kondisi menyedihkan dan berakhir pada kematian.
Para Romusha juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming-
iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa ke kampong-kampung
tertutup untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu).  Romusha juga melibatkan
tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang untuk menjadi tenaga kerja
paksa tersebut. Seiring dengan pelaksanaan Romusha yang kejam di Indonesia,
Jepang sendiri berhasil memanipulasi keberadaan Romusha ini ke dunia
internasional. Untuk menyamarkan keberadaan Romusha, Jepang memperhasul
istilah Romusha dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja. Pada pertengahan
tahun 1943, para Romusha semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan
Jepang pada Perang Pasifik, Romusha Romusha ini digunakan sebagai tenaga
swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan
perang Jepang membutuhkan tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan
biaya perang Jepang. Pada situasi seperti ini, permintaan terhadap Romusha semakin
tak terkendali.
2. Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan kepada
Pemerintah Jepang.
3. Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk dipotong guna memenuhi
kebutuhan konsumsi perang. Romusha (rōmusha: "buruh", "pekerja") Kebanyakan
Romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para
petani menjadi Romusha. Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di
Indonesia serta Asia Tenggara. Jumlah orang-orang yang menjadi Romusha tidak
diketahui pasti  perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta.

      B. Perlawanan Rakyat Indonesia pada Masa Kedudukan Jepang


Propaganda Jepang Untuk menciptakan kemakmuran bersama diantara bangsa-bangsa asia
jauh dari kenyataan. Jepang justru secara terang-terangan menindas bangsa Indonesia secara
kejam. Tata kehidupan rakyat dijungkirbalikan. Norma-norma yang berlaku di Masyarakat
diinjak-injak . Akibatnya , dibeberapa tempat kemudian muncul perlawanan terhadap
pendudukan militer Jepang
Perjuangan para pemimpin bangsa dalammelawan penduduk jepang dan memperjuangkan
kemerdekaan dilakukan dengan cara strategi kooperasi , gerakan di bawah tanah (ilegal) dan
perlawanan bersenjata.
A.    Perlawanan dengan strategi Kooperasi

Perlawanan dengan strategi kooperasi (bekerja sama) muncul disebabkan jepang melarang
berdirinya semua organisasi pergerakan Nasional.  Pemerintahan Jepang mengeluarkn
kebijakan yang hanya mengakui  organisasi-organisasi bentukanya yang di tunjukan bagi
kemenangan Perang Asia Timur Raya. Tokoh-tokoh pejuang Nasionalis kemudian
memanfaatkan semua organisasi bentukan jepang itu dengan cara menggembleng kaum muda
agar terus berusaha mewujudkan kemerdekaan Indinesia. Selain itu mereka merhasil
merumuskan UUD dan dasar negara yang akan di perlukan apabila negara telah merdeka.
[4] Adapun bentuk perjuangan bangsa Indonesia dengan strategi kooperasi dilakukan melalui
organisasi-organisasi seperti berikut.
1.      Putera (Pusat Tenaga Rakyat )
2.      Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa )
3.      Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI)dan Masyumi
4.      Cuo sangi In ( Badan Pertimbangan Pusat )
5.      BPUPKI dan PPKI

B.     Perlawanan Dengan Strategi Gerakan Dibawah Tanah (ilegal)


Munculnya perlawanan gerakan dibawah tanah atau ilegal karena terlalu kuatnya
pemerintahan jepang menekan dan melarang Golongan Oposisi.Gerakan Nasionalisme yang
ternyata tidak mampu menandingi kekuatan pemerintahan Jepang . Oleh karena itu , beberapa
pejuang Nasinalis mengambil jalan melakukan gerakan di bawah tanah (ilegal )[5]. Strategi
perjuangan tersebut ternyata dapat terorganisir secara rapi dan dilakukan secara rahasia .
mereka diam dan bersembunyi untuk menghimpun kekuatan rakyat . mereka pun berusaha
menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia . jaringan hubungan khusus terus dilakukan dengan tokoh-tokoh pergerakan
nasional yang kooperatif terhadap jepang. Selain itu mereka membentuk jaringan kekuatan
dengan melakukan sabotase dan tindakan destruktif (perusakan ) terhadap sarana/prasarana
vital milik jepang .
A.    Kelompok Sutan Syahir
Kelompok ini merupakan pendukung demokrasi parlementer model Eropa barat dan
menentang Jepang karena merupakan negara fasis. Sering mendapatkan panggilan untuk
mengisi kursus politik bagi kaum pelajar. Pengikut dari kelompok ini terutama para pelajar
dari kota Jakarta, Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang dan lain-lain. Mereka berjuang dengan
cara sembunyi-sembunyi atau dengan strategi gerakan ”bawah tanah”.
B.     Kelompok Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Mereka selalu
menggalang dan membina kemerdekaan dengan berhubungan kepada tokoh-tokoh Angkatan
Laut Jepang yang simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Kelompok ini mendirikan
asrama Indonesia Merdeka di jalan Bungur Besar No. 56 Jakarta. Asrama ini didirikan atas
inisiatif dan bantuan kepala perwakilan Kaigun di Jakarta, Laksamana Muda Maeda pada
bulan Oktober 1944. Dengan demikian kelompok ini merupakan kelompok yang paling akhir
terbentuk. Sebagai pengurus asrama oleh Maeda ditunjuklah Mr. Ahmad Subardjo
Djoyohadisuryo sebagai ketua dibantu tokoh-tokoh muda Wikana. Di dalam asrama ini
mendapat pendidikan politik dari tokoh-tokoh nasionalis seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, Sutan Syahrir, Iwa Kusuma Sumantri, Latuharhary, R.P. Singgih, Ratu Langie,
Maramis, dan Buntaran. Kelompok ini menjalin kerja sama dengan kelompok bawah tanah
yang lain tetapi dengan hati-hati agar tidak dicurigai Jepang. Walaupun para pejuang terbagi
dalam kelompok-kelompok di atas dan menggunakan strategi perjuangan yang berbeda, akan
tetapi mereka memiliki kesamaan tujuan yakni mencapai kemerdekaan Indonesia.
C.  Kelompok Sukarni
                    “Kelompok ini sering mengadakan kursus polotik yang pengajarannya diambil dari
tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti Soekarno, Moh Hatta, dan Sutan Syahrir.”[6].
Tokoh-tokoh yang tergabung dalam kelompok Sukarni antara lain Adam Malik, Pandu
Kartawiguna, Chaerul Saleh,, Maruto Nitimihardjo dan yang lainnya.
D.    Kelompok Amir Syarifuddin
Menjelang kedatangan Jepang di Indonesia, Amir Syarifuddin berhubungan erat dengan
P.J.A. Idenburg (pimpinan departemen pendidikan Hindia Belanda). Melalui Dr. Charles Van
der Plas, P.J.A. Idenburg membantu uang sebesar 25.000 gulden kepada Amir Syarifuddin
guna mengorganisir gerakan bawah tanah melawan Jepang. Oleh karena itu kelompok ini anti
fasis dan menolak kerja sama dengan Jepang. Karena sangat keras dalam mengkritik Jepang
maka Amir Syarifuddin ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang pada tahun 1944.
Atas bantuan Ir. Soekarno, hukumannya diubah menjadi hukuman seumur hidup akan tetapi
setelah Jepang menyerah dan Indonesia merdeka, ia terbebas dari hukuman.
C perlawanan Bersenjata
Kedatangan bangsa jepang ke Indonesia semula mendapatkan sabutan hangat rakyat karena
mereka mepropagandakan akan membebaskan rakyat dari penindasan barat . Namun tindakan
itu hanya dilakukan untuk beberapa bulan . pada hari selanjutnya , jepang justru lebih kejam
dari belanda mereka secara terang-terangan menindas rakyat dan mengambil paksa sumber
daya alam indonesia perlakuan buruk yang di perlihatkan jepang mendorong timbulnya
perlawanan rakyat dibeberapa tempat.
Perlawanan bersenjata rakyat indonesia yang dilakukan berbagai daerah meliputi perlawanan
rakyat dan tentara Peta.

1)      Peristiwa Cot Plieng. Aceh 


Pemberontakan Cot Plieng terjadi di Aceh dengan puncak dari perlawanan yang telah
berulang kali dilakukan terjadi pada 10 November 1942 yang dipimpin seorang ulama muda
Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng Lok Seumawe. Pemberontakan ini
disebabkan karena sebagain para ulama non PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) waktu
itu menolak masuknya Jepang setelah Belanda menyerah. Teungku Abdul Jalil tidak
menyetujui kerja sama dengan Jepang, berbeda dengan ulama PUSA yang melakukan taktik
perjuangan kerja sama untuk mengusir Belanda. Hal itu pula yang kemudian membuat
perbedaan ijitihad antara kelompok tua dan kelompok muda dalam menghadapi Jepang.
Teungku Abdul Jalil dan kawan-kawannya secara diam-diam melakukan dakwah anti Jepang
dan seruan jihat fi sabilillah dari desa ke desa. Menjelang akhir tahun 1942, dakwah diam-
diam tersebut menjadi terang-terangan, setelah kekejaman tentara Jepang menjadi
pengalaman pahit bagi masyarakat. Para santri di Dayah Cot Plieng sudah siap untuk
berperang. Hal itu kemudian diketahui oleh intelijen dan kampetai Jepang. Jepang berusaha
meredam upaya pemberontakan Teungku Abdul Jalil tersebut dengan menggunakan orang
Aceh yang bekerja untuk Jepang dan para Uleebalang yang telah diangkat menjadi Gunco
(wedana) dan sunco (camat). Selain itu ulama PUSA/Pemuda Pusa juga diminta Jepang untuk
melakukan dakwak tandingan. Meski tidak menolak permintaan Jepang tersebut, ulama
PUSA/Pemuda PUSA lebih bersikap melihat saja apa yang dilakukan Teungku Jalil.
Sementara kaum Uleebalang yang menjabat sebagai Gunco dan Sunco terus membujuk
Teungku Abdul Jalil agar mengurungkan niatnya memberontak terhadap Jepang. Namun hal
itu tidak berhasil. Akhirnya Jepang memutuskan menghentikan upaya pemberontakan
tersebut dengan kekuatan bersenjata. Pertempuran yang tak berimbang pun terjadi. Perang
sengit yang digerakkan Teungku Abdul Jalil dibantu oleh adiknya Teungku Thaib itu
berlangsung sehari suntuk. Korban kedua belah pihak berjatuhan. Pertempuran baru reda
pada sore hari setelah Teungku Abdul Jalil dan pasukannya meninggalkan Dayah Cot Plieng
menuju pedalaman. Dalam perjalanan Teungku Abdul Jalil singgah di Meunasah Baro. Dari
sana ia dan pasukannya melanjutkan perjalanan hingga berhenti di Alue Badeeh untuk
menyusun kekuatan sambil menunggu pasukan lain dari Bayu. Tiga hari kemudian, Jumat 9
November 1942, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya kembali turun ke Meunasah Blang
Buloh, untuk melaksanakan shalat Jumat. Keberadaan mereka diketahui oleh Jepang.
Pasukan Jepang dengan tambahan tentara menyerbu ke desa tersebut. Jepang ingin
menangkap Teungku Abdul Jalil tanpa pertempuran, yakni menunggunya di luar mesjid
ketika ulama dan pasukannya tersebut sedang shalat Jumat bersama penduduk setempat.
Namun, ketika pasukan Jepang tiba ke Blang Buloh, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya
baru saja selesai melaksanakan shalat Jumat. Penangkapan itu pun gagal. Pertempuran sengit
pun terjadi, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya gugur.

2)      Pemberontakan di Singaparna
Peristiwa Pemberontakan Singaparna mempunyai dasar keagamaan dan
kebangsaan yang kuat. Cita-cita negara Islam dijunjung tinggi dalam hati sanubari
rakyat sesuai dengan ajaran agama. Demikian pula semangat kemerdekaan sangat
tebal dalam masyarakat Singaparna, yang terkenal kebenciannya terhadap
penjajahan.  Adapun hal yang menjadi latar belakang  terjadinya Pemberontakan
Singaparna diantaranya, yaitu:
1)      Adanya “Seikerei” yaitu mengheningkan cipta membungkuk (menghormat) kearah Tokyo.
Hal inilah yang sangat dibenci oleh santri-santri karena berarti mereka disuruh menyembah
matahari.
2)      Adanya kewajiban meyerahkan beras kepada Jepang pada setiap panen sebanyak 2 kwintal.
Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan daerah sekitar Singaparna sangat berat.
3)      Terjadinya penipuan terhadap wanita-wanita dan gadis-gadis yang dijanjikan akan
disekolahkan di Tokyo, sehingga banyak yang mendaftarkan diri. Tapi sebenarnya wanita-
wanita tersebut dikirim ke daerah pertempuran seperti Birma dan Malaya untuk menghibur
tentara-tentara Jepang.
4)      Pemberontakan di Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban
menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah
mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini dipimpin oleh
Haji Madriyas dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang  bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan
Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang
dilakukan pada setiap pemberontakan.

3)      Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh


Pemberontakan ini terjadi pada bulan November 1994 yang di pimpin oleh Teuku
Hamid, dia adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya
melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Menghadapi kondisi tersebut,
pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika
tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah,
sehingga akhirnya dapat ditumpas.
4)      Pemberontakan Peta di Blitar
Pemberontakan PETA di Blitar, terjadi pada tanggal 14 Februari 1945 yang dipimpin
oleh Soepriyadi, yang disebabkan oleh ketidak tahanan anggota PETA melihat kesengsaraan
rakyat dan banyaknya rakyat yang meninggal akibat romusa di daerah mereka. Dengan,
melakukan serangan terhadap gudang senjata. Tetapi, pemberontakan mampu  dipadamkan
oleh pihak jepang, serta semua yang terlibat dalam pemberontakan dijatuhi hukuman mati
termasuk pemimpin lapangan yang banyak dilupakan yaitu Moeradi. Sementara, Soprijadi
yang paling bertanggungjawab akan pemberontakan menghilang tanpa diketahui sampai saat
ini.

C.    Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia


Pendudukan Jepang di Indonesia mulai melemah seiring kekalahan Jepang di Perang
Dunia. Jepang juga terus berupaya untuk mebuat bangsa Indonesia mendukung Jepang dalam
peperangannya, Perdana menteri Koiso penganti perdana menteri Tojo mengumumkan
tentang pendirian pemerintahan kemaharajaan Jepang, bahwa Hindia timur atau Indonesia
diperkenankan Merdeka kelak dikemudian hari[7]
Hingga kemudian Hiroshima yang merupakan kota pelabuhan di tepi Laut Pedalaman
Seto yang dikenal sebagai pusat industri tekstil dan barang-barang dari karet terkena Bom
Atom oleh sekutu. Kota ini didirikan pada abad ke-16 sebagai kota istana di delta Sungai Ota.
Sejak zaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II, Hiroshima merupakan pusat industri
militer dan logistik untuk keperluan perang. Di antara produk kebanggaan kota Hiroshima
adalah mobil Mazda, makanan ringan merek Calbee dan saus merek otofuku.
Selain Hiroshima, Nagasaki yang merupakan ibu kota dan kota terbesar di Prefektur
Nagasaki yang terletak di pesisir sebelah barat daya Kyushu, Jepang juga dikenai Bom Atom.
Lokasi geografisnya adalah 32°44′ LU 129°52′ BT. Nagasaki adalah pusat pengaruh Eropa di
Jepang pada zaman pertengahan. Kota Nagasaki yang merupakan kota pelabuhan di Jepang
merupakan kota yang tidak terisolasi pada waktu jepang menerapkan politik Isolasi
(SAKKOKU). Pengaruh Eropa juga sangat terlihat dengan pesatnya perkembangan agama
kristen di kota Nagasaki pada zaman tersebut dan banyaknya peninggalan bersejarah berupa
bangunan-bangunan Gereja yang masih terawat hingga saat ini dan dijadikan.sebagai objek
wisata. Jepang mengalami pengeboman oleh Amerika serikat atas Hiroshima dan Nagasaki
dengan Bom Atom, sedangkan Uni sovyet menyatakan perang terhadap jepang seraya
melakukan penyerbuan ke Mancuria[8]
Pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan nuklir selama Perang
Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh Amerika Serikat atas perintah Presiden Amerika
Serikat Harry S. Truman. Setelah enam bulan pengeboman 67 kota di Jepang lainnya, senjata
nuklir "Little Boy" dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti dengan
pada tanggal 9 Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir "Fat Man" di atas Nagasaki. Kedua
tanggal tersebut adalah satu-satunya serangan nuklir yang pernah terjadi.
        Bom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada
akhir tahun 1945. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan
dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom. Pada kedua kota, mayoritas yang tewas adalah
penduduk. Enam hari setelah dijatuhkannya bom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang
mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani
instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara resmi mengakhiri Perang Pasifik
dan Perang Dunia II. (Jerman sudah menandatangani menyerah pada tanggal 7 Mei 1945,
mengakhiri teater Eropa.) Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi
Three Non-Nuclear Principles,melarang negara  itu memiliki tenaga nuklir. Setelah
menyerahnya jepang atas sekutu membuat pergerakan nasional yang saat itu Indonesia masih
diduduki Jepang lebih leluasa. Hal ini yang memicu para nasionalis, terutama pemuda untuk
segera memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga akhirnya Indonesia
mencapai puncak perjuangannya dengan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.[9]

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Adanya pendudukan Jepang merupakan salah satu bagian besar dalam sejarah panjang
perjalanan bangsa Indonesia dalam upaya mencapai kemerdekaannya. Ketika awal
kedatangannya Jepang sempat disambut hangat oleh penduduk pribumi karena dianggap akan
mengakhiri penderitaan mereka yang disebabkan oleh Belanda. Selain itu Jepang juga
mengumbar berbagai janji untuk memperdaya bangsa Indonesia agar mau mendukung Jepang
dalam Perang Pasifik.
            Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya watak asli Jepang terlihat dengan
kebijakannya mengeksploitasi bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang pun sama saja juga
menghadirkan kesengsaraan bagi rakyat. Penderitaan tersebut lah yang kemudian
memunculkan pergerakan-pergerakan perjuangan untuk membebaskan diri dari Jepang dan
mencapai Kemerdekaan. Terbukti dengan munculnya berbagai organisasi pergerakan
nasional. Juga adanya reaksi perlawanan dari rakyat, baik yang menggunakan senjata maupun
yang tanpa menggunakan senjata.
            Pendudukan Jepang semakin melemah sejalan dengan melemahnya Jepang dalam
Perang Pasifik. Jepang kembali mendekati bangsa Indonesia dengan janji-janji kemerdekaan.
Hingga kemudian Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu yang membuat Jepang
bertekuk lutut menyerah. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh nasionalis untuk mewujudkan
kemerdekaan. Dan, puncaknya adalah ketika Indonesia berhasil melaksanakan proklamasi
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 pada masa Vacum of power.
DAFTAR PUSTAKA
Budi utomo, Cahyo. 1995. Dinamika Pergerakan kebangsaan Indonesia. Semarang: IKIP
Semarang press.
Djoened,  Marwari dan  Nugroho Notosusanto. 1984.Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta:
Balaipustaka
Kurnia, Anwar.2007. Sejarah Smp Kelas IX. Semarang : Yudhistira Ghalia Indonesia
Muljana, Slamet.2008. Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan.
Yogyakarta: Pt Lkis Pelangi aksara Yogyakarta
Rukmayani, Ratna. 2008. Ilmu pengetahuan sosial 3.Jakarta: Pt Gramedia

Anda mungkin juga menyukai