Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

DisusunOleh :

1. Rizky Perdana (18.001)


2. Firda talita nasution (18,012)
3. Qotrun nada (18.027)
4. Nur Azizah ( 18.0

AKADEMI KEPERAWATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Adapun maksud dan
tujuan dari penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pada mata kuliah KMB III ini.

Dalam proses penyusunan tugas ini pasti mejumpai hambatan, namun berkat dukungan
dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat meyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, segala
kerendahan hati saya ingin meyampaikan terima kasih kepada dosen KMB III akademi
keperawatan dian husada.

Besar harapan saya, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya
dan dapat membantu teman-teman yang lain dikemudian hari. Akhir kata, penulis memohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Madura, September 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia menbungkus otot-otot dan organ
dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi
pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti
kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi
raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan.
Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan lemak subkutan.
Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan
stratum malfigi.

Dermis terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen,
elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-
pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang
tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan
invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan
bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi.

Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang lebih dikenal
sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi
karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya
enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,
penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul
dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). Dermatitis adalah
radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar matahari, gigitan
nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia. Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim,
merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. (Adhi Juanda,2005)

2.2 Etiologi

Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan respon


kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat
berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan
spesifik untuk bereaksi.

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri,
jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005)

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi
penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering
kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit
tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang
terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-
bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang
yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
a. Dermatitis Kontak

Adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang disertai dengan adanya spongiosis/edema
interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak
atau terpajan pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti
racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit
memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang,
disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya
sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam,
perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

Dermatitis kontak terbagi 2 yaitu :

1. Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)


Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik
merusak kulit tanpa dasar imunologik, biasanya terjadi sesudah kontak pertama dengan
iritan.
2. Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan
alergik.

2.3 Patofisiologi

a) Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Pada fase
elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah
tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi
gejala klinis.

Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang
dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan berikatan
dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses
lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang
belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit
yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan
sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan
sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.

b) Dermatitis Atopic

Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi
dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel
mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan
histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut
menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi
ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan
diturunkan secara genetic.

c) Neurodermatitis

Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter
bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk
krusta. bagian tubuh.

d) Dermatitis Statis

Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar.
Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan
terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti
ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak
merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila
berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih
hitam.

e) Dermatitis Seboroik

Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau
kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah
nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat
paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila
basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.

2.4 Manifestasi Klinis


Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama
palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal dermatitis memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

2.5 Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan non medis


Pemberian kompres yang sejuk dan kasar juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis yang
kecil. Remukan halus es pada air kompres sering kali memberikan efek antipruritus.
- Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi ekzema yang mengeluarkan
secret
- Kompres dingin untuk mengurangi peradangan
- Mengatasi kerusakan integritas kulit
- Mengatasi hipotermia
- Meningkatkan konsep diri klien
- Emolient untuk mengurangi kulit kaku

 Penatalaksanaan medis
Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis. Umumnya lotion
yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak-bercak eritema
(inflamasi trout) yang kecil.
- Preparat krim atau salep yang mengandung salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-
tipis
- Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan untuk dermatitis dengan
daerah-daerah lesi yang lebih luas
- Pada dermatitis yang menyebar luas, pemberian kortikosteroid jangka pendek dapat
diprogramkan
- Terapi anti inflamasi topikal jangka pendek misalnya steroid dapat digunakan untuk
menghentikan peradangan

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument
yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang
terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau
infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit.
Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada
obat – obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil
eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan Darah
Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui apakah lesi
tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, mengidentifikasi respon alergi. Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana
reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya
positif.

2.7 KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

 Identitas Pasien : Nama Pasien, Alamat, Pekerjaan Pasien, Umur, Agama/Suku

 Keluhan Utama : Nyeri, Gelisah, Gatal, Kerusakan intergitas kulit

 Pemeriksaan Fisik : Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan, Suhu, Skala Nyeri

 Riwayat Kesehatan.

- Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya. Klien merasa nyeri, Terdapat
Vesikel/ bula pada Kulit Klien, Gatal dan Lesi

- Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya. Apa Klien
Pernah Mengalami Penyakit yang sama sebelumnya

- Riwayat Penyakit Keluarga :


Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
Apakah terdapat keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama. Apakah ada keluarga klien
mengalami penyakit Kulit

- Riwayat Psikososial :

Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan. Perasaan klien saat ini, Respon klien terhdap penyakitnya, Tingkat kecemasaan
klien

- Riwayat Pemakaian Obat :

Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien
tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

- Pemakaian obat sebelumnya

Klien pernah alergi terhadap obat.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ganguan integritas kulit b.d Vesikel/bula yang pecah

2. Resiko infeksi,b.d vesikel/bula yang pecah (garukan terus menerus)

3. Gangguan konsep diri,b.d perubahan body image

C. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit, b.d Vesikel/bula yang pecah.) :

DS : –

DO : Pada seluruh tubuh terdapat kondisi bula/vesikel yang pecah akibat garukan

Tujuan :

Integritas kulit pasien kembali utuh


Kriteria hasil :

- Kulit utuh, eritema dan skuama hilang

- Krusta menghilang

- Daerah axilla dari inguinal tidak mengalami maserasi

- Lakukan inspeksi lesi setiap hari

- Pantau adanya tanda-tanda infeksi

- Ubah posisi pasien tiap 2-4 jam

- Bantu mobilitas pasien sesuai kebutuhan

- Pergunakan sarung tangan jika merawat lesi

- Jaga agar alat tenun selau dalam keadaan bersih dan kering

2. Resiko infeksi,b.d vesikel/bula yang pecah (garukan terus menerus) ditandai dengan :

DS : –

DO : Seluruh tubuh berwarna kemerahan dengan skuama berwarna putih diatasnya dan
mengelupas

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

Hasil pengukuran tanda vital dalam batas normal.

– RR :16-20 x/menit
– N : 70-82 x/menit

– T : 37,5 C

– TD : 120/85 mmHg

Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)

Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal Leuksosit darah : 5000-10.000/mm3

- Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien

- Ukur tanda vital tiap 4-6 jam

- Observasi adanya tanda-tanda infeksi

- Batasi jumlah pengunjung

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP

- Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien

3. Gangguan konsep diri,b.d perubahan body image

DS : Pasien menyatakan “mengapa saya kelihatan aneh seperti ini?”

DO : Pasien sering menutupi tubuhnya dengan selimut dan menyendiri

Tujuan :

Pasien tidak mengalami gangguan konsep diri body image

Kriteria hasil :

- Pasien tidak menarik diri dari kontak social

- Pasien mau berpartisipasi dalam perawatan dirinya

- Ekspresi wajah pasien tidak menunjukkan tanda berduka


D. Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi, maka dilakukan evaluasi terhadap keluhan pasien.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat kita ambil
sebuah kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan peradangan kulit epidermis dan dermis
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis pada kulit.

Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan


dasar klien dan mengembalikan kondisi klien seoptimal mungkin dengan cara memberikan
beberapa tindakan dan perawatan secara profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA.MediAction Publishing.Edisi Revisi Jilid 1. 2013.

Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA.MediAction Publishing.Edisi Revisi Jilid 2. 2013.

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Salemba Medika. Jakarta.

Djuanda, Prof. DR. Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Volume 3.

Mansyoer, arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Jilid
2.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
jilid 2

Anda mungkin juga menyukai