Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demensia adalah sebuah sindrome karna penyakit otak, bersifat
kronis atau progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang
lebih tinggi termasuk : memori, berfikir, orientasi, pemahaman,
perhitungan, belajar, kemampuan dan penilaian kesadaran tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif yg biasa di tandai, kadang kadang di
dahului oleh penurunan dalam pengendalian emosi, perilaku social atau
motivasasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer di penyakit
serebrovaskuler dan dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang
mempengaruhi otak. (Durand dan barlow 2006)
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa
demensia seringkali terjadi pada usia lanjut yg telah berumur kurang lebih
60 tahun demensia tersebut dapat di bagi menjadi 2 bagian yaitu:
Demensia senilis dan Demensia pra senilis sekitar 56,8% lansia
mengalami demensia dalam bentuk demensia Alzheimer (4% dialami
lansia yg telah berusia 75 tahun, 16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada
usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan 30 juta penduduk dunia
mengalami demensia dengan berbagai sebab.
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru
saja terjadi tetapi bisa saja bermula sebagai depresi, ketakutan,
kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainya. Terjadi
perubahan ringan dalam pola berbicara, penderita menggunakan kata kata
yg lebih sederhana menggunakan kata kata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata kata tepat, ketidakmampuan mengartikan tanda-
tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada
akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi social.

1
B. Tujuan Khusus
Mengetahui tentang teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
demensia (kepikunan)
C. Tujuan Umum
1. Mengetahui pengertian demensia
2. Mengetahui epidemologi demensia
3. Mengetahui etiologi demensia
4. Mengetahui manifestasi klinis demensia
5. Mengetahui patofisiologi demensia
6. Mengetahui pathway demensia
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang demensia
8. Mengetahui penatalaksanaan klinis demensia
9. Mengetahui pencegahan dan perawatan demensia
10. Mengetahui komplikasi demensia
11. Mengetahui konsep asuhan keperawatan demensia
12. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demensia ?
2. Bagaimana epidemologi demensia ?
3. Jelaskan etiologi demensia?
4. Bagaimana manifestasi klinis demensia?
5. Bagaimana patofisiologi demensia?
6. Bagaimana pathway demensia?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang demensia?
8. Apa saja penatalaksanaan klinis demensia?
9. Bagaimana pencegahan dan perawatan demensia?
10. Apa saja komplikasi demensia?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan demensia?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia?

2
BAB II

TEORI

A. Definisi Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan
fungsi vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum,
pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan
lisan dapat terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan
hilangnya independensi sosial. (William F. Ganong, 2010)
Demensia adalah kumpulan gejala yang disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku. (Grayson, 2004)
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari – hari. Demensia merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang
secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari – hari. (Nugroho,
2008)
Demensia adalah suatu sidrom yang dikarakteristikkan dengan
adanya kehilangan kapasitas intelektual melibatkan tidak hanya ingatan
(memori), namun juga kognitif, bahasa, kemampuan visuospasial, dan
kepribadian. (Josep J.Gallo, 1998)
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya
fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen, 1987).
B. Epidemiologi Demensia
Usia di atas 65 tahun mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
demensia dan hal ini tidak bergantung pada bangsa, suku, kebudayaan dan
status ekonomi. Hasil penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa
demensia terjadi sekitar 8 % pada warga di atas usia 65 tahun dan

3
meningkat sangat pesat menjadi 25 % pada usia di atas 80 tahun dan
hampir 40 % pada usia di atas 90 tahun.
C. Etiologi Demensia
1. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzaimer,
yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti. Penyakit
Alzaimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau
adanya kelainan gen tertentu. Bagian otak mengalami kemunduran
sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap
bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Jaringan
abnormal ditemukan di dalam otak (disebut plak senilitis dan serabut
saraf yang tidak teratur) dan protein abnormal.
2. Serangan stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal yang ukurannya
kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang
timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan
kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan
akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark.
Demensia yang disebabkan oleh stroke kecil disebut juga demensia
multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan darah tinggi
atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di otak.
3. Menurut Nugroho (2008), penyebab demensia dapat digolongkan
menjadi 3 :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau
secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum
dapat diobati, penyebab utama dalam golongan : Penyakit
degenerasi spino serebral
c. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati :
gangguan nutrisi, akibat intoksikasi menahun, penyakit – penyakit
metabolisme.

4
D. Manifestasi klinis Demensia
1. Perjalanan penyakit yang bertahap
2. Tidak terdapat gangguan kesadaran
3. Rusaknya fungsi kognitif
4. Gangguan kepribadian dan perilaku
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, paranoid
7. Keterbatasan dalam ADL
8. Inkontenensia urine
9. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk
10. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting
11. Lupa meletakkan barang penting
12. Gangguan orientasi waktu dan tempat : lupa hari, minggu, bulan, tahun
dan tempat dimana penderita berada
13. Ekspresi berlebihan : menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar terhadap kesalahan yang kecil, rasa takut dan
gugup yang tidak beralasan.
14. Adanya perubahan perilaku : acuh tak acuh, menarik diri, gelisah.
E. Patofisiologi Demensia
Demensia biasanya terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul
yaitu perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi
aktivitas sehari – hari. Lansia penderita demensia tidak memeperlihatkan
gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana lansia pada
umumnya mengalami proses penuanaan dan degeneratif. Kejanggalan
awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat dan
sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup –
nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada
usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang – orang
terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa kawatir terhadap
penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga
merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu banyak istirahat.

5
Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik
penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala dimensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi
pada lansia. Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih senditif.
Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan
biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja
lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah
keluarga membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit, dimana
demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan. Seringkali
demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji
dan mengenali gejala demensia.

6
F. Pathway Demensia
Faktor genetik Infeksi Virus Lingkungan Imunologi Trauma

Kekusutan neuro Hilangnya serat – serat

hh
fibriliar yg difus koligemik di korteks
dan plak senilis

atropi otak penurunan sel neuro koligemik yg


berproyeksi dihimokampus dan
amigdala

degenerasi neuron kelainan neurotransmiter


irreversibel

Demensia asetilkoin

Daya Gangguan Gangguan Gangguan Perubahan Perubahan Kehilangan


Ingat kognitif memori fungsi bhs intelektual perilaku fungsi tonus otot

Kemampuan Mudah Muncul gejala -Kehilangan Tingkah laku


melakukan lupa neuro psikiatrik kemampuan berubah
aktivitas menyelesaikan
MK :
perubahan nafsu masalah Risiko
perubahan
makan -Emosi labil, trauma pola
MK : Defisit
pelupa, apatis eliminasi
perawatan diri
urine

MK :
ketidakseimbang MK : MK :
an ntrisi kurang
Koping
dari kebutuhan Perubahan proses pikir
Individu
tubuh
Hambatan interaksi tidak efektif
Kesulitan Perubahan persepsi sosial

Hambatan komunikasi
verbal
7
transmisi dan
integritas sensori

MK :
Perubahan MK : Perubahan
pola tidur persepsi sesori

G. Pemeriksaan Penunjang Demensia


1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis
demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia
khususnya pada demensia reversibel, walaupun 50% penyandang
demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium
normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati,
hormon tiroid, kadar asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan
demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram)
Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik dan pada
sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat
memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia
akut, penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan
meningen dan panas, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT
scan.
5. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari / fungsional
dan aspek kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologis penting

8
untuk sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama
pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi,
memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem
solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada
kasus yang sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau
proses depresi.
H. Penatalaksanaan Klinis Demensia
1. Farmakoterapi
Sebagian demensia tidak dapat disembuhkan
a. Pengobatan demensia alzheimer digunakan obat – obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine,
Memantine.
b. Demensia vaskuler membutuhkan obat – obatan anti platelet
seperti Aspirin, Ticlopidine, Clopidogrel untuk memperlancar
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut – turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
d. Obat antidepresan seperti Sertraline dan Citalopram
e. Pengendalian agitasi dan perilaku yang meledak – ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat
antipsikotik misalnya Haloperidol, Quetiapine dan Risperidone.
Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang
serius. Obat antipsikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.
2. Dukungan dan peran keluarga
a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya
yang terang, jam dinding dengan angka – angka yang besar atau
radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.

9
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu
bisa membantu mencegah terjadinya kecelakaan pada penderita
yang senang berjalan – jalan.
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya
secara rutin bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu,
bahkan akan memperburuk keadaan.
e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial
dan perawatan akan sangat membantu.
3. Terapi simtomatik
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah
I. Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat – zat yang dapat merusak sel – sel otak
seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berfikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
a. Kegiatan rohani dan memperdalam ilmu agama
b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman
yang memiliki persamaan minat dan hobi
4. Mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap rileks
dalam kehidupan sehari – hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
J. Komplikasi Demensia
a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh tubuh
b. Ulkus dekubitus

10
c. Pneumonia
d. Kejang
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan yang berkurang
g. Kehilangan kemampuan untuk berinteraksi
h. Harapan hidup berkurang
K. Konsep Asuhan keperawatan Demensia
a. Pengkajian
Indentitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang
berobat. Gejala utamanya adalah kesadaran menurun.
c. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tekanan
darah menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan
yang menurun dan tidak mau makan.
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agaman dan keyakinan masih kuat tetapi
tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
e. Status mental
Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya
sendiri, pembicaraan keras, cepat dan koheren, aktivitas motorik dan
perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan
kegiatan motorik, gelisah, impulsif.
f. Alam perasaan
Klien tampak ketakuan dan putus asa
g. Afek dan emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan
perasaan tertentu, jika langsung mengalami perasaan tersebut dapat

11
menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang
digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah
berubah klien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari
lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin biasa dan tidak
sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah.
Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai dan berlebihan.
h. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu objek. Perubahan persepsi dapat terjadi padaa satu atau
lebih panca indera yaitu pendengaran, penglihatan, perabaan,
penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang,
dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering
ditemukan adalah halusinasi
i. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya suka berperilaku kohern, tindakannya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang
tidak sesuai dengan penilaian umum. Penilaian realitas secara pribadi
oleh klien merupakan penilaian subjektif yang dikaitkan dengan orang,
benda atau kejadian yang tidak logis. Penilaian autistik, klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan
proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikiran primitif,
hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi.
j. Tingkat kesadaran
Kesadaran umum klien bingung, disorientasi waktu, tempat dan orang
1. Memori : gangguan daya ingat sudah lama terjadi
2. Tingkat konsentrasi : klien tidak mampu berkonsentrasi
3. Kemampuan penilaian : gangguan dalam penilaian atau keputusan
k. Kebutuhan sehari – hari
1. Tidur : klien susah tidur karena cemas, gelisah. Kadang – kadang
terbangun tengah malam dan susah untuk tidur kembali. Tidur yang

12
terganggu di tengah malam sehingga klien tidak merasakan segar
dipagi hari.
2. Selera makan : klien tidak mempunyai selera makan atau makan
hanya sedikit, karena merasa putus asa dan tidak berharga, aktivitas
terbatas sehingga dapat terjadi penurunan berat badan.
3. Eliminasi : klien terganggu pada proses buang air kecil, kadang –
kadang lebih sering daripada biasanya, karena susah tidur dan
stres. Dapat juga terjadi konstipasi karena pola makan yang
terganggu.
l. Mekanisme koping
Klien mengurangi kontak mata, memakai kata – kata yang cepat dan
keras dan menutup diri

13
BAB III

KASUS

Ny.R berusia 67 diantar keluarganya ke RS Citra Medika. Melalui data


yang diperoleh dari anak pasien didapatkan keterangan bahwa pasien 1 bulan
terakhir menjadi pelupa, mudah sering lelah, pasien sering mengulang
pembicaraan, pertanyaan, dan kegiatan yang telah dilakukan seperti mandi. Pasien
juga sering lupa meletakkan benda-benda yang baru saja diletakkan. Terkadang
tertukar jika menyebutkan nama anak. Keluhan diperberat karena pasien sering
melamun dan berdiam diri ( depresi karena ditinggal suaminya ) pasien sering
merasa bahwa suaminya masih ada, pasien sulit untuk makan, sehingga berat
badan pasien turun 6kg dari berat awal 46kg menjadi 40kg. Selama mengalami
gejala ini pasien belum pernah berobat karena keluarga menganggap hanya
penyakit tua biasa. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat TD : 160/90 mmHg,
R : 18x/m, N : 85x/m, S : 37oC

14

Anda mungkin juga menyukai