Anda di halaman 1dari 4

A.

Kerusakan Lingkungan Perkotaan


Menurut Otto Soemarwoto (2009), jika dilihat dari segi ilmiah, suatu lingkungan
disebut sudah rusak/tercemar bila memiliki beberapa unsur, diantaranya: (1) kalau suatu
zat, organisme atau unsur lainnya seperti gas, cahaya, energi telah tercampur ke dalam
sumber daya/lingkungan tertentu; (2) dan karenanya mengganggu fungsi atau
peruntukkan daripada sumber daya/lingkungan tersebut.
Berdasarkan Pasal 1 butir 14 Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran/kerusakan lingkungan
hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Undang Undang No. 23 Tahun 1997 menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan
hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yuridiksinya.
Sehingga dapat dipahami bahwa Status Lingkungan Hidup Perkotaan Berkelanjutan
memiliki tingkat urgensitas yang tinggi sebagai dasar dalam menentukan arah
pembangunan suatu wilayah perkotaan.
Menurut Bintarto (1997), kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi
yang heterogen dan bercorak materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli
daerah tersebut dan pendatang.
Kerusakan Lingkungan Kota yaitu, dimana lingkungan kota tercemar atau rusak
karena masuknya komponen atau zat yang bersifat merusak dan mencemari lingkungan
hidup. Dalam lingkungan hidup terdapat kesatuan ruang termasuk manusia dan
perilakunya. Kota sendiri ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
Kepadatan penduduk agar tidak melampaui daya dukung lingkungan, dapat
menggunakan mekanisme migrasi penduduk. Salah satu migrasi yang banyak terjadi yaitu
migrasi desa ke kota yang disebut urbanisasi. Proses urbanisasi umumnya makin kuat
seiring dengan makin banyaknya fasilitas pada suatu kota.
B. Faktor Penyebab Kerusakan Lingkuan Perkotaan
1. Urbanisasi
2. Industrialisasi
3. Sampah
4. Pencemaran udara (emisi kendaraan)
5. Asap dan limbah industri
6. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang rusak dan tercemar
7. Kepadatan penduduk dengan permukiman padat yang tidak tertata
8. Kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) dan fasilitas publik
9. Rendahnya komitmen pro-lingkungan pemerintah daerah setempat
10. Ketiadaan sistem pengelola sampah yang modern dan layak
Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), laju
urbanisasi Indonesia tertinggi di Asia mengalahkan Tiongkok dan India. Diprediksi, pada
tahun 2035, masyarakat yang tinggal dikawasan urban mencapai 68 persen. Urbanisasi
merupakan pertambahan penduduk di wilayah perkotaan, entah karena kelahiran atau
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Proses urbanisasi umumnya meningkat seiring
dengan makin meningkatnya fasilitas suatu kota. Faktor yang mempengaruhi
perpindahan penduduk ke kota salah satunya adalah industrialisasi.
Industrialisasi di perkotaan memungkinkan tersedianya lapangan pekerjaan. Tidak
tersedianya lapangan pekerjaan di desa dan keinginan memperoleh pekerjaan yang layak
di kota. Faktor daya tarik kota yang megah, fasilitas kota yang memadai, dan lain-lain.
Hal tersebut menyebabkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota untuk
mendapatkan kehidupan lebih baik karena kota menyediakan berbagai macam kegiatan
ekonomi (baik formal maupun onformal).
Urbanisasi dan dengan adanya industrialisasi di perkotaan mempengaruhi
pertumbuhan populasi, peningkatan aktivitas manusia berdampak pada bertambahnya
material sampah, limbah dan emisi. Banyaknya populasi penduduk berdampak pula
dengan banyaknya sampah yang dihasilakn, misalkan sampah rumah tangga. Masih ada
masyarakat di perkotaan yang membuang sampah tidak pada tempatnya atau bekerja
sama dengan membayar petugas kebersihan daerah sekitar setiap bulannya untuk
mengambil sampah dan disalurkan ke TPA. Penduduk yang tinggal di pinggiran DAS
biasanya membuang sampah langsung pada sungai tanpa peduli lingkungan yang
tercemar. Sampah yang tertimbun dibuang sembarangan akan mengeluarkan bau tidak
sedap dan mencemari udara. Timbunan sampah dapat berdampak negatif terhadap DAS
dan fasilitas publik lainnya yang amat berpotensi menimbulkan genangan atau banjir saat
musim hujan dan tinggi debit air sungai dari hulu karena DAS menjadi dangkal,
tersumbat, dan saluran air terpadati oleh material sampah padat yang bermacam-macam.
C. Contoh dan Dampak Kerusakan Lingkungan Perkotaan
1. Banjir
Pertumbuhan penduduk di perkotaan semakin tinggi. Sedangkan pertumbuhan
penduduk di dalam kota itu sendiri sudah berlangsung secara alamiah. Sebagai
contoh, kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya mengalami
jumlah perkembangan penduduk yang pesat, yang berasal dari daerah sekitarnya
atau bahkan dari daerah yang jauh.
Proses ini merupakan konsekuensi logis dari pembangunan yang cendeung pro
kota. Pembangunan yang dilakukan terus menerus tanpa henti telah menurunkan
kemampuan lingkungan hidup (degradasi). Seiring dengan hal ini berlanjut,
berbagai permasalahan lingkungan hidup mulai muncul dan makin kompleks
karena dibiarkan berlarut-larut.
Contoh nyata adalah Jakarta, banjir setiap tahun, mulai dari banjir kecil hingga
banjir besar. Masalah lingkungan hidup ini muncul sebagai akibat pengaruh dari
beratnya beban jumlah penduduk beserta aktivitasnya yang harus ditanggung
Jakarta. Keamampuan lingkungan hidup di Jakarta sudah tidak sepadan lagi
dengan daya dukungnya untuk menunjang kehidupan warga Jakarta.
Banjir disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:
 Adanya pengurugan (reklamasi) pada daerah resapan air sebagai akibat
terbatasnya lahan
 Makin berkurangnya kemampuan tanah untuk meresap air akibat
perkerasan permukaan tanah
 Kecilnya kemiringan lahan (topografi) untuk mengalirkan air
 Menyempitnya badan sungai akibat bangunan rumah dan pemukiman di
area pinggir sungai
 Berkurangnya vegetasi hijau di bagian hulu sungai untuk membantu
penyerapan air, dan
 Aliran air di sungai tersumbat sampah

2. Pencemaran
Lingkungan hidup yang berhubungan dengan industrialisasi terkait dengan
pencemaran atau buangan yang dihasilakan (emisi). Industrialisasi di sini diartikan
bukan kegiatan industri di pabrik, tetapi segala aktivitas di kota yang
menghasilkan dampak negatif lingkungan. Misalkan pencemaran udara dari
kendaraan bermotor dan aktivitas pabrik, pencemaran air dari rumah tangga,
pabrik, rumah sakit, hotel, restoran dan sebagainya, dan pencemaran akibat
pengelolaan sampah yang buruk dan sebagainya.
Polusi udara dari waktu ke waktu makin mencemaskan pengaruhnya bagi
kesehatan warga kota. Penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) mulai banyak
diderita warga kota. Polusi udara makin meningkat dikarenakan makin
bertambahnya penggunaan jumlah kendaraan bermotor seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatannya. Sementara itu prasarana jalan
cenderung tetap, sehingga kapasitas jalan menjadi sangat sempit jika dilalui
banyak kendaraan. Akibatnya terjadi pelambatan arus lalu lintas dan kemacetan
pun terjadi. dampaknya akumuasi gas buang kendaraan makin banyak, sehingga
terjadilah polusi udara. Polusi pun makin buruk bila kendaraan bermotor yang
digunakan usia pakainya sudah tua.

3. Penyediaan air bersih terbatas dan kondisi sanitasi yang buruk


Ketersediaan air bersih di perkotaan jumlahnya terbatas. Sedangkan
peningkatan jumlah penduduk kota menuntut bertambahnya kebutuhan akan air
bersih. Mayoritas penyediaan air bersih di kota masih ditopang oleh air tanah
permukaan yaitu, sumur. Namun kebersihan air tanah secara perlahan mulai
tercampur oleh air kotoe dan sampah yang dihasilakn manusia. Skala pencemaran
semakin naik seiring meningkatnya populasi penduduk kota. Kualitas air tanah
permukaan pun makin lama makin menurun. Berbagai penyakit pencernaan dan
penyakit kulit mulai menyerang manusia karena kualitas air yang jelek.
Keadaan ini menyebabkan banyak penduduk kota yang mengambil air tanah
dalam. Asumsinya, kualitas air tanah dalam masih bagus dan bebas dari
pencemaran. Namun pengambilan air tanah dalam yang berlebihan melalui sumur
bor artesis oleh rumah tangga, pabrik, hotel, restoran dan lainnya, telah
mengakibatkan penurunan permukaan air tanah dalam.
Untuk menunjang keberlangsungan hidup, manusia memerlukan air. Selain
dipasok oleh air tanah, warga kota umumnya disediakan air bersih hasil
penyulingan dari air sungai. Namun, kualitas air sungai di kota-kota besar telah
makin memburuk. Kebanyakan air sungai di kota telah tercemar oleh limbah air
kotor dari rumah tangga dan limbah industry. Selain itu sampah-sampah yang
dibuang ke sungai, juga membuat kualitas air sungai makin parah.

D. Solusi
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, diperlukan manajemen pengelolaan
sampah yang apik dan modern yang diserta Law enforcement tegas bagi pencemar
lingkungan dengan penanganannya bersifat komprehenship. Selain itu juga diperukan
pendekatan secara law compliance yaitu, menumbuhkan ketaatan masyarakat terhadao
kaidah-kaidah hidup di perkotaan secara apik dan ramah lingkungan, hal ini dapat ditepuh
dengan cara edukasi dan sosialisasi SNI Ekolabel yang telah ditetapkan oleh kementerian
LHK. Dengan demikian masyarakat memperoleh pengertian yang benar tentang perilaku
ramag lingkungan yang berkelanjutan.

Daftar Rujukan
Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University,
Yogyakarta, 2009, hlm.18-19
Undang Undang Republik Indonesia Pasal 1 butir 14 Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lngkungan
Hidup
Bintarto,R 1977. Pengantar Geografi Kota, Yogyakarta: Spring.
R Fikran Maulana, 2018 Degradasi Lingkungan Hidup di Perkotaan
https://www.kompasiana.com/firkan/5b7531576ddcae0eba0c1f02/degradasi-
lingkungan-hidup-di-perkotaan?page=3 diakses online pada tanggal 10 Oktober
2020
Marcelina Mia Amelia, 2019 Urbanisasi dan Masalah Lingkungan Hidup Perkotaan
https://www.qureta.com/post/urbanisasi-dan-masalah-lingkungan-hidup-perkotaan
diakses online pada tanggal 10 Oktober 2020
Faktor Penyebab Rusaknya Lingkungan Kota 2017
https://nusantara.rmol.id/read/2017/03/02/282174/Ini-Faktor-Penyebab-Rusaknya-
Lingkungan-Kota-. diakses online pada 10 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai