Anda di halaman 1dari 2

Pembicara

Saya selaku pembicara 1 ingin menguraikan tentang posisi kami sebagi pihak kontra
dalam penghapusan peradilan hokum anak di Indonesia, menurut kami penghapusan
peradilan hokum anak Indonesia, ini akan menjadi sebuah polemic atau persoalan yang
luar biasa dalam kehidupan social kita. selaku warga Negara Indonesia, dalam hal ini
UUD sudah menobatkan bahwa Negara menjamin system keamanan warga indonesia
termasuk kelompok anak-anak. Tentunya, dengan rencana pengapusan ini akan
menyebabkan terjadinya pembiaraan tindak kekeran terhadap anak yang akan
berdampak pada perkembangan psikiologi pd anak itu sendiri dan berdampak pada
prestasi pendidikan anak tersebut. Perlu di ketahui, kami sangat tidak setuju bilamana
UU peadilan anak di Indonesia ini dihapuskan dengan rencana-rencana penghapusan
itu, tentunya perdilan UU yang berlaku secara umum dan tentu tidak adil karena anak
dan orang dewasa berbeda, pertama dari karekter tingkah laku dan perilaku, anak itu
perlu di lindungi karena mereka masih dalam usia pertembuhan dan perkembangan,
walaupun pada dasaranya banyak sekali anak Indonesia yang melakukan pelanggaran-
pelanggaran yang termasuk dalam pelanggaran tindak kekerasan, perjudian, dll. Tetapi
perlu ada pembedaan batasan-batasan yang mengatur tentang itu, walaupun pd
dasarnya, UU anak ini perlu direvisi sehingga UU anak ini sangat mendukung bagi efek
jera anak yang melakukan pelanggaran.
PEMBICARA 2
Dan juga sebagai pihak kontra juga akan mewujudkan adanya suatu produk hokum
yang dapat mencegah maupun dapat mengurangi kasus kekerasan atau perbuatan yang
tak terpuji bagi anak, dan juga memberikan perlindungan yang optimal kepada seluruh
warga Negara sesuai dengan amanat dari tujuan Negara, yang terdapat dalam alinea ke
-4 pembukaan UUD NRI TAHUN 1945. Dimana kami berdiri pada posisi kontra sejatinya
adalah dalam rangka mewudujkan dua tujuan utama, pertma adalah untuk mewujudkan
suatu produk hokum yang dapat mengatur bentuk kekerasan yang baru, yang kedua
adalah mewujudkan suatu produk huikum yang dapat, mengatur berkaitan dengan
adanya tahapan pencegahan,penanganan, perlindungan, pemenuhuna hak korban, dan
penindakan bagi pelaku kejahatan agar tidak mengulangi perbuatannya kembali.
Namun, kami tidak akann mengakamodir dengan menggunakan instrument dari UU
penghapusan peradilan hokum anak indonesia melainkan kami menggagas suatu konsep
pembaharuan hokum nasional secara komperhensif yakni dengan melakukan revisi
terhadap dalam kitab UU hokum peradilan anak membentuk lembaga pemulihan
korban, lantas mengapa kami menolak kaitan dengan adanya RUU penghapusan
peradilan hokum anak di Indonesia yang hal tersebut dilandasi dengan adanya bidang
pencegahan, pemidanaan, dan juga pemulihan di dalam hokum anak Indonesia. Dan
juga Pada prinsipnya sy tdk setuju dengan peraturan perundang2an itu dihapus, anak2
juga perlu diawasi, knapa? Karena ketika dihapus, tentu anak2 akan se enaknya sja
berbuat sesuatu yg menyimpang, kita sdh banyak kejadian, disekolah org2 yg dibuly
oleh tman2nya, di jalanan anak2 dimanfaatkan oleh oknum untuk mengemis, anak2
memang sdh perlu dan selayaknya di kenalkan dengan aturan hukum yg berlaku, tentu
sja jika ada yg melanggar hukum, sanksinya tdk harus lebih berat atau setara dengan
sanksi org dewasa, tetapi lebih kepada sanski hukum yg bersifat mendidik, dan
mengedukasi,
PEMBICARA 3
Dewan juri yang terhormat, terdapat suatu keselahan fatal ketika kemudian dan
memutuskan untuk mengesahkan penghapusan peradilan hokum anak, yang pertama
adalah keterkaitan dengan nomenklatur dari nama UU itu sendiri yakni kekerasan, yang
bersifat inkonsisten dengan KUHP, menhgapa? Karena KUHP hanya mengenal istilah
kejahatan yang bersifat konkret dewan juri, dimana kekerasan menunjukkan adanya
suatu perbuatan yang tidak membutuhkan adanya sanksi pidana yang bersifat berat
berbeda dengan kejahatan yang membutuhkan adanya sanksi yang bersifat berat dewan
juri yang terhormat, sehingga dalam hal ini kami ingin menggagas kembali bagaimana
solusi yang kami tawarkan yaitu Mengoptimalkan keluarga sebagai agen sosialisasi
primer untuk menanamkan nilai moral,etika,dan karakter bagi setiap individu agar tidak
terjadinya tindakan kekeran, kejahatan, perjudian, pembullyan, dll.

[21:05, 2/24/2020] Sastra Co One: Adapun kontraku to' saya tidak setuju klau di hapus
karna kita liat saja dlu anak akan seenaknya saja memperbuat
Dan juga anak dri umur brapa dlu klau masih usia balita sampai 10+ wajar kita
menasehati klau diataas perlu kita tegasi dan tindak
Dan jga pembullyan bemana itu dengan korban pembullyan klau misalnya dia balas
dendam itu jga ndak di tau
[21:06, 2/24/2020] Sastra Co One: Dan jga bemana itu anak² sudah lepas dari aturan
orang tua

Anda mungkin juga menyukai