Serupa PDF
Serupa PDF
PT. XYZ dalam memproduksi tepung kacang hijau harus memenuhi syarat
keamanan produk, sehingga diperlukan penerapan program sanitasi yang memadai.
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas proses sanitasi, mencari
sumber rekontaminasi produk penyebab mutu mikrobiologis melebihi standar dan
merumuskan tindakan perbaikan terhadap hasil evaluasi. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan delapan aspek kunci SSOP
(Sanitation Standard Operating Procedures) dengan cukup baik, hanya dua aspek
kunci yang belum dilakukan dengan baik diantaranya kebersihan permukaan yang
kontak dengan pangan dan pencegahan kontaminasi silang. Berdasarkan hasil
evaluasi proses sanitasi pekerja, lingkungan dan peralatan, masih diperlukan
peningkatan efektivitas untuk sanitasi peralatan. Hal ini diperkirakan disebabkan
oleh petugas yang mengerjakan proses pembersihan dan sanitasi berbeda setiap
minggunya atau penggunaan konsentrasi desinfektan A yang belum dapat
mengurangi mikroba cemaran TPC dan koliform. Setelah dilakukan tindakan
perbaikan berupa penggantian desinfektan A (2000 ppm) dengan desinfektan B
(5000 ppm) dan petugas diberi pengarahan sebelum proses pembersihan dan
sanitasi, maka hasil uji sanitasi peralatan yang melebihi standar dapat menurun
sehingga berdampak pada menurunnya reject tepung kacang hijau yang dihasilkan
walaupun reject produk berdasarkan cemaran koliform masih perlu diperhatikan.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
tugas akhir yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Mei 2016 di PT. XYZ
ialah “Evaluasi Efektivitas Sanitasi pada Produksi Tepung Kacang Hijau”
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Budi Nurtama, MAgr dan
Bapak Luslidianto Gandawijaya, SSi selaku pembimbing, Ibu Diana Eka Purwanti,
STP dan Bapak Edi Purnomo yang telah memberi bimbingan dan saran, serta Ibu
Prof Dr Ir Winiati Pudji Rahayu, MS selaku dosen penguji. Selain itu, terima
kasih penulis sampaikan kepada Bapak Wiropo Indra yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan kegiatan magang di PT. XYZ, Bapak Yudhi Karistian,
ST beserta staf laboratorium dan Bapak Argan Caesar Budiatmaja, SGz beserta
staf quality control field mung bean powder yang telah membantu penulis dalam
pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu,
kakak dan teman-teman, atas doa, kasih sayang dan semangat yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan 2
Manfaat 2
PROFIL PERUSAHAAN 2
Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan 2
Lokasi Perusahaan 2
Struktur Organisasi 2
Sumber Daya Manusia 3
METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3
Bahan dan Alat 3
Metode 3
Peninjauan tingkat penerapan SSOP 4
Evaluasi efektivitas proses sanitasi 4
Tindakan perbaikan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Peninjauan Tingkat Penerapan SSOP 9
Evaluasi Efektivitas Proses Sanitasi 10
Tindakan Perbaikan 18
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 24
RIWAYAT HIDUP 32
vi
DAFTAR TABEL
1 Syarat mutu tepung kacang hijau 7
2 Batas maksimum jenis cemaran mikroba pada tepung kacang hijau 8
3 Rata-rata diameter zona daya hambat desinfektan A dan B terhadap
bakteri Escherichia coli ATCC 25922 16
4 Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri 16
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir kegiatan penelitian 4
2 Persentase reject tepung kacang hijau Oktober 2015 – Februari 2016 7
3 Skema keputusan penolakan atau penerimaan tepung kacang hijau
berdasarkan analisis cemaran mikroba produk di PT. XYZ 9
4 Frekuensi reject tepung kacang hijau Oktober 2015 - Februari 2016 9
5 Densitas mikroba ruangan output dan grinding saat awal produksi pada
22 Februari – 25 April 2016 11
6 Jumlah mikroba cemaran kapang hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 20 Februari – 25 April 2016 11
7 Jumlah mikroba cemaran khamir hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 20 Februari – 25 April 2016 12
8 Jumlah mikroba cemaran TPC hasil swab alat pengolahan setelah proses
pembersihan pada 20Februari - 25 April 2016 12
9 Jumlah mikroba cemaran TPC hasil swab alat pengolahan sebelum
proses produksi pada 20 Februari – 25 April 2016 13
10 Jumlah mikroba cemaran koliform hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 20 Februari – 25 April 2016 13
11 Jumlah mikroba cemaran koliform hasil swab alat pengolahan sebelum
proses produksi pada 20 Februari – 25 April 2016 14
12 Jumlah mikroba cemaran TPC, khamir, koliform dan Staphylococcus
aureus hasil swab pekerja pada 22 Februari – 25 April 2016 15
13 Jumlah mikroba cemaran khamir hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 30 April – 17 Mei 2016 18
14 Jumlah mikroba cemaran TPC hasil swab alat pengolahan pada 30 April
– 17 Mei 2016 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir proses pembuatan tepung kacang hijau 24
2 Evaluasi penerapan SSOP pada produksi tepung kacang hijau di PT.
XYZ 25
3 Layout ruang produksi tepung kacang hijau PT. XYZ 28
4 Hasil pengolahan ANOVA dengan SPSS 22.0 29
5 Hasil pengolahan paired samples T-test dengan SPSS 22.0 30
6 Hasil pengolahan nonparametric tests related samples dengan SPSS 22.0 31
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
PROFIL PERUSAHAAN
Lokasi Perusahaan
Struktur Organisasi
Karyawan PT. XYZ harus lulus pelatihan GMP-5R (Ringkas, Rapih, Resik,
Rawat, Rajin), attitude, keselamatan dasar dan keamanan pangan. Semua
keterampilan tersebut akan mengembangkan kemampuan dan pengetahuan
karyawan, sehingga ISO 22000 dapat diterapkan dengan baik. Waktu bekerja
adalah enam hari dalam seminggu dengan delapan jam kerja untuk hari Senin
hingga Jumat dan lima jam kerja untuk hari Sabtu.
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan adalah media Plate Count Agar (PCA), media
Potatoes Dextrose Agar (PDA), media Violet Red Bile Glucose Agar (VRBGA),
media chromocult coliform agar, media Mannitol Egg Yolk Polymyxin Agar
(MYPA), media baird parker agar, media Lactose Broth (LB), sodium chloride
bacteriological grade, egg yolk tellurite emulsion, egg yolk emulsion, asam
tartarat, alkohol 70%, Escherichia coli ATCC 25922, desinfektan A, desinfektan
B, air steril dan air. Alat yang digunakan adalah mikropipet, tips, tusuk gigi steril,
labu erlenmeyer 500 mL, gelas piala 50 mL, botol steril, tabung reaksi, tabung
durham, lidi swab steril, cawan petri steril, sudip, magnet stirrer, hot plate, neraca
analitik, inkubator, bunsen, lamin air dan jarum inokulasi.
Metode
Tindakan perbaikan
Tindakan perbaikan dirancang dan dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi
efektivitas proses sanitasi. Selanjutnya, dilakukan kesenjangan analisis lanjutan
untuk melihat efektivitas tindakan perbaikan. Hasil pengamatan kemudian
dilakukan uji statistik paired samples T-test dengan SPSS 22.0 untuk cemaran
koliform dan nonparametric tests related samples dengan SPSS 22.0 untuk
cemaran Escherichia coli.
Kandungan dalam 100 g kacang hijau terdiri atas 62.9 g karbohidrat, 1.2 g
lemak, 22.2 g protein, vitamin A, B1 dan C, serta 345 kalori (Nair et al. 2013).
Setelah kacang hijau melalui proses pemasakan, pengeringan, penggilingan dan
pengayakan dihasilkan tepung kacang hijau. Tepung kacang hijau adalah bahan
pangan yang diperoleh dari biji kacang hijau yang dihilangkan kulit arinya dan
diolah menjadi tepung (BSN 1995). Syarat mutu tepung kacang hijau terdapat
pada Tabel 1.
7
Gambar 2 Persentase reject tepung kacang hijau Oktober 2015 – Februari 2016
8
Pengambilan sampel
Memenuhi standar
Tidak
Analisis cemaran
Terima (Release) mikroba (retest)
Memenuhi standar
Tidak
Tabel 2 Batas maksimum jenis cemaran mikroba pada tepung kacang hijau
Jenis cemaran Batas maksimum
mikrobiologis SNI 7388:3009a PT. XYZ
TPC 106 koloni/g 105 koloni/g
MPN koliform 10/g 7/g
Bacillus cereus < 104 koloni/g < 104 koloni/g
Kapang dan khamir 104 koloni/g 102 koloni/g
a
BSN 2009
Gambar 4 Frekuensi reject tepung kacang hijau Oktober 2015 – Februari 2016
Gambar 5 Densitas mikroba ruangan output dan grinding saat awal produksi
pada 22 Februari – 25 April 2016
Gambar 6 Jumlah mikroba cemaran kapang hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 20 Februari – 25 April 2016
12
Gambar 7 Jumlah mikroba cemaran khamir hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 20 Februari – 25 April 2016
Gambar 8 Jumlah mikroba cemaran TPC hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 20 Februari – 25 April 2016
13
Gambar 9 Jumlah mikroba cemaran TPC hasil swab alat pengolahan sebelum
proses produksi pada 20 Februari – 25 April 2016
Gambar 10 Jumlah mikroba cemaran koliform hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 20 Februari – 25 April 2016
14
Mikroba pada tangan, baju dan topi pekerja merupakan indikator pekerja
masih kurang memerhatikan aspek kebersihan diri. Hal ini dapat menyebabkan
rekontaminasi produk. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dari pekerja untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan diri, diantaranya mencuci tangan dengan benar
menggunakan sabun antiseptik yang selanjutnya dibilas dengan air bersih bersuhu
40-49 oC kemudian tangan dikeringkan. Terkait kesehatan pekerja, bila pekerja
sedang terjangkit penyakit menular, menderita luka dan penyakit infeksi lainnya
hendaknya tidak diperkenankan masuk kerja (Manurung 2012).
Tindakan Perbaikan
Gambar 13 Jumlah mikroba cemaran khamir hasil swab alat pengolahan setelah
proses pembersihan pada 30 April – 17 Mei 2016
19
Gambar 14 Jumlah mikroba cemaran TPC hasil swab alat pengolahan pada 30
April – 17 Mei 2016
Simpulan
PT. XYZ telah menerapkan SSOP dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan
dengan penerapan kondisi lapangan sesuai kondisi seharusnya, hanya beberapa
yang belum sesuai seperti tidak semua peralatan dan perlengkapan yang kontak
dengan bahan pangan mudah dibersihkan (kebersihan permukaan yang kontak
dengan pangan) serta sistem zoning yang belum diterapkan dengan baik di area
produksi (pencegahan kontaminasi silang). Proses sanitasi yang dilakukan untuk
pekerja dan lingkungan pun cukup efektif. Namun, tidak untuk proses sanitasi
peralatan. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh petugas yang mengerjakan proses
pembersihan dan sanitasi berbeda setiap minggunya atau konsentrasi desinfektan
A yang belum dapat mengurangi mikrobiologis cemaran TPC dan koliform. Hal
ini dapat menjadi sumber rekontaminasi produk yang tidak memenuhi standar
mutu mikrobiologis saat awal produksi, maka dilakukan tindakan perbaikan
berupa penggantian desinfektan A (2000 ppm) dengan desinfektan B (5000 ppm)
dan melakukan pengarahan sebelum proses pembersihan dan sanitasi dilakukan.
Hasil yang diperoleh adalah menurunnya hasil uji sanitasi peralatan yang melebihi
standar sehingga berdampak pada menurunnya reject produk. Berdasarkan hasil
uji lanjut statistik paired samples T-test untuk produk yang mengalami reject
akibat cemaran koliform sebelum dan setelah dilakukan tindakan perbaikan
memperoleh hasil penurunan reject yang tidak signifikan. Namun, hasil yang
berbeda diperoleh pada olahan uji statistik produk yang mengalami reject akibat
cemaran Escherichia coli menggunakan nonparametric tests related samples.
Oleh karena itu, masih diperlukan saran tindakan perbaikan untuk mengatasi
permasalahan reject produk akibat cemaran koliform.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kacang hijau X
Pengayakan
Penyimpanan tepung
(alat nomor 3, 5 dan 6)
Penyimpanan kacang hijau
Pendeteksi Logam
Perebusan
Pengayakan (alat
Penirisan
nomor 4)
Pengeringan (alat
nomor 10) Pengemasan dan Penimbangan
(alat nomor 11)
X Kodifikasi
Keterangan:
Pemaletan
= Proses yang terjadi di ruang
grinding dan output
= Reprocess WIP
25
Tingkat
SSOP Kondisi seharusnyaa Kondisi lapangan
kesesuaian*)
Keama Air yang kontak dengan Air yang digunakan menga- +++
nan air pangan atau peralatan dan lami proses perlakuan se-
proses produksi harus aman hingga memenuhi standar
dan bersumber dari air ber- mutu air minum Permenkes
sih atau mengalami proses RI No. 492/MENKES/PER/
perlakuan sehingga meme- IV/2010. Air tersebut dila-
nuhi persyaratan air minum kukan proses pengecekan
(PMK 2010) cemaran mikroba secara
berkala sebelum produksi
Keber- Semua peralatan dan per- - Tidak semua peralatan dan ++
sihan lengkapan yang kontak de- perlengkapan mudah
permu- ngan pangan harus didesain dibersihkan
kaan dan terbuat dari bahan yang - Proses pengecekan cema-
yang mudah dibersihkan, didesin- ran mikroba dilakukan se-
kontak feksi dan dipelihara serta ti- cara berkala sebelum pro-
dengan dak memiliki efek toksik ses produksi
pangan
Pence- - Praktek sanitasi pekerja - Praktek sanitasi pekerja ++
gahan berjalan baik dan benar berjalan baik dan benar
konta- (memakai pakaian pelin- - Pemisahan yang cukup
minasi dung, penutup kepala, se- antara aktivitas penanga-
silang patu yang sesuai dan tidak nan dan pengolahan bahan
menggunakan aksesoris baku dengan produk jadi
lain serta selalu mencuci - Sistem zoning belum di-
tangan) terapkan dengan baik di
- Pemisahan yang cukup area produksi
antara aktivitas penanga-
nan dan pengolahan bahan
baku dengan produk jadi
- Arus pergerakan pekerja
dalam pabrik dan unit
usaha perlu diatur ali-
rannya atau dikendalikan
Fasili- Fasilitas pembersihan Fasilitas pembersihan dan +++
tas yang memadai untuk pem- hygiene karyawan sudah
sanitasi bersihan pangan, peralatan cukup memadai
dan perlengkapan serta
tersedia fasilitas hygiene
26
Tingkat
SSOP Kondisi seharusnyaa Kondisi lapangan
kesesuaian*)
karyawan meliputi sarana
untuk mencuci dan menge-
ringkan tangan, toilet de-
ngan desain yang higienis
dan fasilitas ruang ganti
yang memadai
Proteksi - Bahan pangan dan non pa- - Bahan pangan dan non +++
dari ngan terlindung dari kon- pangan disimpan di tem-
bahan- taminasi pat berbeda
bahan - Penggunaan bahan kimia - Penggunaan bahan kimia
konta- harus mengikuti aturan mengikuti aturan peng-
minan penggunaan gunaan
Pelabe- - Bahan pangan dan non pa- - Bahan pangan dan non pa- +++
lan, pe- ngan harus disimpan ter- ngan disimpan di tempat
nyimpa- pisah untuk menghindari berbeda dan disimpan
nan dan kontaminan dan disimpan menggunakan label (nama
penggu menggunakan label bahan larutan dalam wa-
naan se- - Penggunaan bahan kimia dah dan petunjuk penggu-
nyawa harus mengikuti aturan naan)
toksik penggunaan - Penggunaan bahan kimia
dengan (desinfektan) mengikuti
benar aturan penggunaan
Pengawa - Pengawasan dan pengece- - Pengawasan dan penge- +++
san kon- kan kesehatan karyawan cekan kesehatan pekerja
disi ke- harus dilakukan rutin dilakukan enam bulan
sehatan - Pekerja yang dalam kon- sekali
personil disi sakit atau luka harus - Pekerja yang memiliki
yang da- dipulangkan atau diistira- luka harus menutupnya
pat me- hatkan personil dengan impermeable
ngakibat bandage lalu meng-
kan kon- gunakan sarung tangan
taminasi untuk mencegah kon-
taminasi pada proses
pengolahan.
Menghi- - Tempat produksi harus - Tidak ada sisa bahan ter- +++
langkan bersih dan tidak boleh ada cecer
hama sisa bahan tercecer - Tersedia insect trap dan
dari unit - Ruang produksi, gudang rodent glue trap pada
pengola- dan ruang lain harus bebas ruang produksi
han dari hama oleh karena itu - Pengecekan dilakukan se-
bagunan harus selalu dija- cara berkala terhadap tem-
ga dalam keadaan terawat pat persembunyian hama
dan kondisi baik
27
Tingkat
SSOP Kondisi seharusnyaa Kondisi lapangan
kesesuaian*)
- Dilakukan pengecekan
berkala terhadap infestasi
hama
a
BSN 2011
*)
Keterangan : - Tidak sesuai dengan kondisi seharusnya
+ Sedikit sesuai dengan kondisi seharusnya
++ Agak sesuai dengan kondisi seharusnya
+++ Sesuai dengan kondisi seharusnya
28
RIWAYAT HIDUP
GDFG
GDFG
(Transit)
Grinding Output
Produksi
Mung Bean
Loker
Gudang Transit
Bahan Baku
Toilet
Office
Musholla
Keterangan:
GDFG = Gudang Finished Goods W
O
R
= Ruangan yang diamati untuk uji K
sanitasi ruang S
H
O
Pos P
satpam
Kantin
29
Lampiran 6 Hasil pengolahan nonparametric tests related samples dengan SPSS 22.0
32
RIWAYAT HIDUP