TUGAS RESUME
RIVALDI RAHMAN
17063066
Asas-asas BK
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kegiatan
7. Asas kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10. Asas Keahlian
11. Asas Ahli Tangan
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas dan Kode Etik Bimbingan Konseling
A. Asas Bimbingan dan Konseling (12 Asas BK)
1. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus diiterapkan
dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, sedangkan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang dapat dijadikan ppedoman dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
2. Asas-asas Bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional itu
harus dilaksanakan dengan mengikut kaidah-kaidah yang menjamin efisiensi dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu
ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-
asas itu diikut dan terselenggara dengan baik sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan. Asas-asas yang dimaksud tersebut antara lain:
1. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien (peserta didik) kepada konselor (guru
pembimbing) tidak boleh disampaikan kepada orang lai, atau lebih-lebiih hal atau keterangan
yang tidak boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan
asas kunci dalam usaha bimbingan dan konselling. Jika asas iini benar-benar dilaksanakan,
maka penyelenggaraan atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua
pihak, terutama penerima bimbingan klien, sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa
bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jia konselor tidak dapat
memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah keprcayaan klien, sehingga
akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien dan para calon klien. Mereka
takut meminta bantuan sebab khawatir itu terjadi, maka tamatlah pelayanan bimbingan dan
konseling ditangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.
2. Asas kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari
pihak si terbimbng atau klien maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara sukarela
dan rela tanpa ragu-ragu ataupun mereka terpaksa menyampaiakan masalah yang
dihadapinya serta mengungkapkan egenap fakta, data dan seluk-beluk berkenaan dengan
masalahnya itu kepada konselor. Konselor hendaknya dapat memeberikan dengan tidak
terpaksa atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
3. Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan,
baik keterbukaan dai knselor maupun keterbukaan dari klien. Keterb ini bukan hanya sekedar
bersedia menerima saran-saran dari luar, tetapi juga diharapkan masing-masing pihak yang
bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu yang
membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara jujur dan berterus terang tentang
dirinya sendiri, sehingga dengan keterbukaan inii penelaah erta pengkajian berbagai kekuatan
dan keahlian klien dapat dilaksanakan.
4. Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masala-masalah yang sedang dirasakan bukan
masalah yang sudah lampau danjuga bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa yang
akan datang. Apabila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masalah lampau dan/atau
masalah yang akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang
diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalahmerupakan latar belakang dan/atau latar
depan dari maslah yang dihadapi sekarang, sehingga masalah yang sedang dialami dapat
terselesaikan. Dalam usaha yang bersifat pencegahan, pada dasarnya pertanyaan yang perlu
dijawab adalah “apa yang perlu dilakukan sekarang?”, sehingga kemungkinan yang kurang
baik di masa datang dapat dihindari.
5. Asas Kmandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendriri,
tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor . individu yang dibimbing
setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu :
a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya
b) Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis
c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dnegan potensi minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
6. Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien
melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha
bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dnegan sendirinya, melainkan harus dnegan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien, sehingga
klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang akan diperlukan dalam menyelesaikan
masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
7. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan onseling menghendaki terjadinya perubahan pada klien,
yaitu perubahan tingakah laku ke arah yang lebuh baik. Perubahan itu hendaklah sekedar
mengulang hal yang lama, yang bersifat mennton, melainkan perubahan yang selalu menuju
ke suatu pembaharuan, suatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan
klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-cir dari proses konseling dan hasil-hasilnya.
8. Asas Keterpaduan
Pelayan bimbingan dan konseling berusaha memdukan berbagai aspek kepribadian klien.
Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaanya
tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di samping
keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan. Hendaknya aspek layanan yang satu jangan sampai tidak serasi dengan aspek
layanan yang lain.
9. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku, baik ditinjau dar norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu,
maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun roses
penyelenggaraann bimbingan dan konseling . seluruhisi dan layanan harus sesuai dengan
norma yang ada. Demikian pila prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak
menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Bukanlah layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan jika isi dan pelaksanannya
tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
10. Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan
sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik, dan alat (instrumentasi bimbingan dan
konseling) yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya,
sehingga dengan itu dapat dicapai keberhasilan pemberian layanan. Pelayanan bimbingan
dan konseing adalah pelayanan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli
yang khusus dididik untuk pekerjaan itu.
11. Asas Ahli Tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas ahlitangan jika konselor sudah
mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, tetapi individu yang
bersangkutan belum dapat terbantusebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim individu kepada petugas atau badan yang lebih ahli. Disamping itu asas ini juga
mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbinngan dan konseling hanya mengenai masalah-
masaah individu sesuai dengan kewenangan peugas yang bersangkutan dan setiap maslah
ditangaini oleh ahli yang berwenang untuk iu. Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu
keada bimbingan dan konseling normal (tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja
ddengan kasus-kasus yang terbebas dari masalah-masalah kriminal maupun perdata.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan serata kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju.
Demikain juaga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoan,
keteladanan dan dorongan seperti itu.