Anda di halaman 1dari 9

BIMBINGAN KONSELING

TUGAS RESUME

“Memahami Asas dan Kode Etik Bimbingan Konseling”

RIVALDI RAHMAN
17063066

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Peta Konsep Asas dan Kode Etik Bimbingan Konseling

Asas dan Kode Etik BK

Asas BK Kode Etik BK

Pengertian Asas BK Pengertian Kode Etik BK


Tujuan Kode tik BK
Manfaat Kode Etik BK

Asas-asas BK
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kekinian
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kegiatan
7. Asas kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10. Asas Keahlian
11. Asas Ahli Tangan
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas dan Kode Etik Bimbingan Konseling
A. Asas Bimbingan dan Konseling (12 Asas BK)
1. Pengertian Asas Bimbingan dan Konseling
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang harus diiterapkan
dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, sedangkan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang dapat dijadikan ppedoman dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
2. Asas-asas Bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional itu
harus dilaksanakan dengan mengikut kaidah-kaidah yang menjamin efisiensi dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu
ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-
asas itu diikut dan terselenggara dengan baik sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan. Asas-asas yang dimaksud tersebut antara lain:
1. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien (peserta didik) kepada konselor (guru
pembimbing) tidak boleh disampaikan kepada orang lai, atau lebih-lebiih hal atau keterangan
yang tidak boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan
asas kunci dalam usaha bimbingan dan konselling. Jika asas iini benar-benar dilaksanakan,
maka penyelenggaraan atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua
pihak, terutama penerima bimbingan klien, sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa
bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jia konselor tidak dapat
memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah keprcayaan klien, sehingga
akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien dan para calon klien. Mereka
takut meminta bantuan sebab khawatir itu terjadi, maka tamatlah pelayanan bimbingan dan
konseling ditangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.
2. Asas kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari
pihak si terbimbng atau klien maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara sukarela
dan rela tanpa ragu-ragu ataupun mereka terpaksa menyampaiakan masalah yang
dihadapinya serta mengungkapkan egenap fakta, data dan seluk-beluk berkenaan dengan
masalahnya itu kepada konselor. Konselor hendaknya dapat memeberikan dengan tidak
terpaksa atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
3. Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan,
baik keterbukaan dai knselor maupun keterbukaan dari klien. Keterb ini bukan hanya sekedar
bersedia menerima saran-saran dari luar, tetapi juga diharapkan masing-masing pihak yang
bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu yang
membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara jujur dan berterus terang tentang
dirinya sendiri, sehingga dengan keterbukaan inii penelaah erta pengkajian berbagai kekuatan
dan keahlian klien dapat dilaksanakan.
4. Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masala-masalah yang sedang dirasakan bukan
masalah yang sudah lampau danjuga bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa yang
akan datang. Apabila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masalah lampau dan/atau
masalah yang akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang
diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalahmerupakan latar belakang dan/atau latar
depan dari maslah yang dihadapi sekarang, sehingga masalah yang sedang dialami dapat
terselesaikan. Dalam usaha yang bersifat pencegahan, pada dasarnya pertanyaan yang perlu
dijawab adalah “apa yang perlu dilakukan sekarang?”, sehingga kemungkinan yang kurang
baik di masa datang dapat dihindari.
5. Asas Kmandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendriri,
tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor . individu yang dibimbing
setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu :
a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya
b) Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis
c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dnegan potensi minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
6. Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien
melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha
bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dnegan sendirinya, melainkan harus dnegan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien, sehingga
klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang akan diperlukan dalam menyelesaikan
masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
7. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan onseling menghendaki terjadinya perubahan pada klien,
yaitu perubahan tingakah laku ke arah yang lebuh baik. Perubahan itu hendaklah sekedar
mengulang hal yang lama, yang bersifat mennton, melainkan perubahan yang selalu menuju
ke suatu pembaharuan, suatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan
klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-cir dari proses konseling dan hasil-hasilnya.
8. Asas Keterpaduan
Pelayan bimbingan dan konseling berusaha memdukan berbagai aspek kepribadian klien.
Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaanya
tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di samping
keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan. Hendaknya aspek layanan yang satu jangan sampai tidak serasi dengan aspek
layanan yang lain.
9. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku, baik ditinjau dar norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu,
maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun roses
penyelenggaraann bimbingan dan konseling . seluruhisi dan layanan harus sesuai dengan
norma yang ada. Demikian pila prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak
menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Bukanlah layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan jika isi dan pelaksanannya
tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
10. Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan
sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik, dan alat (instrumentasi bimbingan dan
konseling) yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya,
sehingga dengan itu dapat dicapai keberhasilan pemberian layanan. Pelayanan bimbingan
dan konseing adalah pelayanan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli
yang khusus dididik untuk pekerjaan itu.
11. Asas Ahli Tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas ahlitangan jika konselor sudah
mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, tetapi individu yang
bersangkutan belum dapat terbantusebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim individu kepada petugas atau badan yang lebih ahli. Disamping itu asas ini juga
mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbinngan dan konseling hanya mengenai masalah-
masaah individu sesuai dengan kewenangan peugas yang bersangkutan dan setiap maslah
ditangaini oleh ahli yang berwenang untuk iu. Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu
keada bimbingan dan konseling normal (tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja
ddengan kasus-kasus yang terbebas dari masalah-masalah kriminal maupun perdata.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan serata kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju.
Demikain juaga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoan,
keteladanan dan dorongan seperti itu.

B. Pengertian Kode Etik Bk

Kode etik bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan


yang harus di taati oleh siapa saja yang ingin berkecimpung dalam bidang bimbingan dan
konseling demi kebaikan.
Kode etik didalam bidang bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan
konseling tetap dalam keadaan baik, serta di harapkan akan menjadi semakin baik. Kode etik
mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa
akibat yang tidak menyenangkan.
Tujuan Kode etik:
a. Panduan perilaku berkarakter dan profesional bagi anggota organisasi dalam
memberikan pelayanan BK
b. Membantu anggota organisasi dalam membangun kegiatan pelayanan yang profesional
c. Mendukung misi organisasi profesi, yaitu ABKIN
d. Landasan dan arah menghadapi permasalahan dari dan mengenai diri anggota asosiasi
e. Melindungi anggota asosiasi dan sasaran layanan (konseli)
f. Etika organisasi profesi BK adalah kaidah nilai dan moral sebagai rujukan bagi anggota
organisasi melaksanakan tugas atau tanggungjawabnya dalam layanan BK kepada
konseli.
g. Wajib dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh jajaran pengurus dan anggota organisasi
tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota.
h. organisasi profesi BK adalah kaidah nilai dan moral sebagai rujukan bagi anggota
organisasi melaksanakan tugas atau tanggungjawabnya dalam layanan BK kepada
konseli.
i. Wajib dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh jajaran pengurus dan anggota organisasi
tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota.

Manfaat Kode Etik


Munro  dalam Peter W.F.Davies (1997:97-106), menegaskan, sekurang-kurangnya
terdapat empat manfaat kode etik profesi.
1. Profesi dapat meningkatkan kredibilitas korporasi atau perusahaan. Adanya kode etik
profesi, secara internal mengikat semua pihak dengan norma-norma moral yang sama
sehingga akan mempermudah pimpinan untuk mengambil keputusan dan kebijakan
yang sama untuk kasus-kasus sejenis.
2. Kode etik profesi menyediakan kemungkinan untuk mengatur dirinya sendiri, bagi
sebuah korporasi dan bisnis-bisnis pada umumnya. Pada aras ini, kode etik profesi dapat
mendewasakan sebuah korporasi dalam arti kode etik profesi dapat membantu semua
yang terlibat secara internal dalm korporasi itu untuk meminimalisir ketimpangan-
ketimpangan yang biasanya terjadi pada masa sebelum ada kode etik profesi. Pada
tataran kongret, hadirnya kode etik profesi dapat meminimalisir campur tangan
pemerintah khususnya dalam ikatannnya dengan kasus-kasus ketenagakerjaan dan
prosedur perdagangan.
3. Kode etik profesi dapat menjadi alat atau sarana untuk menilai dan mengapresiasi
tanggung jawab sosial perusahaan. Dari segi efisiensi, rumusan dalam kode etik profesi
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan hendaknya tidak terlalu umum. Sebaliknya,
harus disertai dengan keterangan yang cukup agar menghindarkan korporasi atau
perusahaan dari kecenderungan untuk melaksankan tanggung jawab sosial hanya pada
tataran minmal.
4. Kode etik profesi merupakan alat yang ampuh untuk menghilangkan hal-hal yang
belum jelas menyangkut norma-norma moral, khususnya ketika terjadi konflik nilai.

C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling


Kode etik dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling tetap
dalam keadaan baik, serta diharapkan akan menjadi semakin baik, lebih-lebih di Indonesia
dimana bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik ini mengandung ketentuan-
ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa membawa kaibat yang
menyenangkan.
Menurut Walgito (2010:37) ada beberapa kode etik bimbingan dan konseling tersebut, antara
lain:
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan
konseling harus memegah teguh prinsip bimbingan dan konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang baik-
baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh karena itu,
pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan tanggungjawab yang bukan
wewenang atau tanggung jawabnya.
3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi orang
maka seorang pembing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat pada klien.
c. Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, dalam menghadapi klien, pembimbing
harus menghadapi klien dalam derajat yang sama.
4. Pembimbing tidak diperkenankan:
a) Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
b) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
c) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang tidak
baik bagi klien.
d) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain diluar kemampuan dan keahliannya atau
di luar keahlian staffnya yang diperlukan dalam bimbingan dan konseling.
6. Pembimbing harus selalu menyadari tanggungjawabnya yang berat, yang memerlukan
pengabdian sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai