Jenis Tower BTS PDF
Jenis Tower BTS PDF
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1.1 Self Supporting Tower Kaki 4
Menara yang memiliki pola yang disambung pada bagian
strukturnya dan mampu berdiri sendiri tanpa adanya sokongan lain.
Tower SST kaki 4 sesuai dengan gambar 2.1 . Tower jenis ini paling
banyak digunakan oleh operator – operator yang ada karena jarang
ditemukan tower jenis ini rubuh.Tower ini dinilai sangat aman karena
jika satu kakinya lemah masih terdapat tiga kaki yang menahannya.
Tower ini juga sangat mampu menahan banyak antena yang berada
diatasnya karena ada 4 sisi.
sumber : google
Gambar 2.1 Tower SST 4 Kaki
Tower ini ditunjukan pada gambar 2.2. Tower jenis ini dibagi 2
macam, pertama tower tiga kaki diameter besi pipa minimal 9 cm atau
yang lebih dikenal dengan nama Triangle, Tower ini juga mampu
menampung banyak antenna dan radio. Kedua, tower tiga kaki diameter
minimal 2 cm, beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena
memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm dan ketinggian maksimal
tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Sedangkan rata-
rata ketinggian yang digunakan adalah 40 meter.
Tower jenis ini disusun atas beberapa stage (potongan), 1 stage ada
yang 4 meter namun ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka
makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap
stage membutuhkan tali pancang/spanner.Jarak patok spanner dengan
tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya
makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di
tower bagian atas.
sumber : google
Gambar 2.2 Tower SST 3 kaki
2.1.3 Monopole
Tower jenis ini terbuat dari pipa atau plat baja yang memiliki
diameter 40cm-50cm, tinggi tower jenis ini bisa mencapai 42 meter
ditunjukan pada gambar 3. Ada juga beberapa tower monopole yang
digunakan hanya untuk menangkap sinyal di bidang informatika yang
memiliki diameter lebih kecil dan digunakan biasanya untuk pribadi
yaitu untuk akses internet. Tower jenis ini biasanya sering digunakan
pada rooftop .
sumber : google
Gambar 2.3 Tower Monopole
sumber : google
Gambar 2.5 Tower Kamuflase
2.2 Jenis Antenna
Tower merupakan sarana untuk memasang sebuah perangkat pada
ketinggian tertentu. Perangkat disini bisa disebut yaitu antenna, antenna ini
merupakan alat tertentu untuk memancarkan sebuah sinyal untuk kebutuhan
teknologi seluler. Berikut ini adalah beberapa jenis antenna yang biasa
digunakan vendor-vendor telekomunikasi seluler :
2.2.1 Antenna Microwave
Antenna ini berbentuk parabola yang dapat menjangkau jarak jauh
sumber : google
Gambar 2.6 Microwave
2.2.2 Antenna Grid
Karakteristik antenna ini memiliki radiasi yang lebih lebar yang
berguna untuk menangkap sinyal dari handphone di sekitar tower.
Antenna jenis ini yang dipakai oleh perangkat yang disebut sebagai
BTS (2G), NodeB (3G) maupun eNodeB (LTE).
sumber : google
Gambar 2.7 Antenna Grid
sumber : google
Gambar 2.8 Antenna Sectoral
\
Adapun contoh spesifikasi dari data antenna, sebagai berikut :
Antennas L 1.80
m
1 MW Antennas 0,318 0,159
D 0.60 m
sumber : google
Gambar 2.9 Ms. Tower V6
Desain menara BTS tentu tidak selalu sama disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi geografis wilayah bersangkutan. Semua desain yang dilakukan
harus memenuhi safety margin yang telah disyaratkan ITU (International
Telecomunication Union). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain
tower adalah faktor beban menara yang diprediksi pemakaian perangkat
hardware yang ditempatkan diatas tower. Semisal tower yang hanya
ditempati tiga antenna Trx dan microwave, tentu tidak memerlukan menara
rangka tinggi. Namun umumnya operator sudah menyiapkan beban menara
untuk penambahan beberapa perangkat untuk kebutuhan kedepan, contohnya
beban tambahan hardware 3G.(Kuliseluler,2008).
Faktor kekuatan angin juga harus diperhitungkan karena setiap wilayah
biasanya mempunyai kekuatan angin yang berbeda-beda dan data ini bisa
diambil langsung melalui BMG atau biasanya owner punya ketentuan
tersendiri tentang data angin yang ingin digunakan untuk
towernya.(Kuliseluler,2008).
Di dalam Ms. Tower terdapat input tersendiri mengenai semua hal yang
berkenaan dengan tower, seperti yang sudah dijelaskan diatas input ini biasa
disebut Ancillaries Library. Ancillaries Library adalah file teks bisa dan
dapat dengan mudah ditambahkan oleh pengguna. Ini digunakan untuk
menambahkan spesifikasi antenna, tangga ataupun kabel yang belum ada di
Ms.Tower tersebut.
2.4 LRFD Desain
Dalam metoda LRFD terdapat beberapa prosedur perencanaan dan biasa
disebut perancangan kekuatan batas, perancangan plastis, perancangan limit,
atau perancangan keruntuhan (collapse design). LRFD didasarkan pada
filosofi kondisi batas (limit state). Istilah kondisi batas digunakan untuk
menjelaskan kondisi dari suatu struktur atau bagian dari suatu struktur tidak
lagi melakukan fungsinya. Ada dua kategori dalam kondisi batas, yaitu batas
kekuatan dan batas layan (serviceability). Kondisi kekuatan batas (strength
limit state) didasarkan pada keamanan atau kapasitas daya dukung beban dari
struktur termasuk kekuatan plastis, tekuk (buckling), hancur, fatik, guling, dll.
(Sumargo,2009).
Metode LRFD mengkosentrasikan pada persyaratan khusus dalam kondisi
batas kekuatan dan memberikan keluasaan pada perancang teknik untuk
menentukan sendiri batas layannya. Dalam LRFD, beban kerja atau beban
layan (Qi) dikalikan dengan faktor beban atau faktor keamanan (λi) hampir
selalu lebih besar dari 1,0 dan dalam perancangan digunakan „beban
terfaktor‟. (Sumargo,2009).
Struktur direncanakan mempunyai cukup kekuatan ultimate untuk
mendukung beban terfaktor. Kekuatan ini dianggap sama dengan kekuatan
nominal atau kekuatan teoritis dari elemen struktur (Rn) yang dikalikan
dengan suatu faktor resistansi atau faktor overcapacity (φ) yang umumnya
lebih kecil dari 1,0. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6.3 SNI 03-1729-
2002, untuk suatu elemen penjelasan paragraf diatas dapat diringkas menjadi:
(Jumlah faktor perkalian beban dan faktor beban) ≤ (faktor
resistansi)(kekuatan/resistansi nominal).
∑ ……………………………………………..…………….(2.4)
Ruas sebelah kiri menyatakan pengaruh beban pada struktur sedangkan
ruas sebelah kanan menyatakan ketahanan atau kapasitas dari elemen
struktur.
2.4.1 Faktor Beban
Tujuan dari faktor beban adalah untuk menaikkan nilai beban
akibat ketidakpastian dalam menghitung besar beban mati dan beban
hidup. Nilai faktor beban yang digunakan untuk beban mati lebih kecil
daripada beban hidup karena perancang teknik dapat menentukan
dengan lebih pasti besar beban mati dibandingkan dengan beban hidup.
Kombinasi beban yang ditinjau di bawah ini berdasarkan pada
Pasal 6.2.2 SNI 03-1729-2002, berikut :
...................................................................................................(5.2)
.........................................................(5.2)
..................................(5.2)
...........................................(5.2)
...........................................................................(5.2)
(5.2)
(5.2)
(5
Dimana :
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat kostruksi permanen,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan
peralatan layan tetap.
L adalah beban hidup dari pengguna gedung dan beban bergerak
didalamnya, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban
lingkungan seperti angin, air hujan, dll.
adalah beban hidup atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa
oleh orang dan benda bergerak.
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan
air.
W adalah beban angin.
E adalah beban gempa yang ditentukan menurut SNI 03-1726-2002
atau penggantinya.
U adalah menyatakan beban ultimate.
las, lubang seringkali tetap diperlukan lubang untuk pemasangan baut
sementara sebelum pengelasan dilakukan. Lubang ini harus
diperhitungkan dalam desain. Untuk batang tarik dengan lubang,
kemungkinan keruntuhan akan terjadi pada penampang netto yang
melalui lubang.
Beban runtuh ini bisa jauh lebih kecil dari beban yang diperlukan
untuk membuat penampang bruto (tidak melalui lubang) untuk meleleh.
Perlu disadari bahwa bagian dari batang yang berlubang biasanya lebih
Dimana :
2.4.4 Batang Tekan
Jika beban berusaha untuk menekan atau membuat pendek suatu
batang, tegangan yang dihasilkan disebut tegangan tekan dan batangnya
disebut batang tekan. Secara umum ada tiga ragam keruntuhan dari
batang tekan yaitu tekuk lentur (flexural buckling), tekuk lokal (local
buckling), dan tekuk torsional (torsional buckling).
Ada dua perbedaan utama antara batang tarik dan tekan, yaitu:
1. Gaya tarik menyebabkan batang lurus sedangkan gaya tekan
dengan =0,85
( ) untuk
( ) untuk
Dimana :
= parameter kelangsingan
Dimana :
baja ke pondasi dibawahnya. Pelat landasan dapat dilas langsung atau
dengan alat penyambung lain seperti baut atau dilas. Pada gambar
dijelaskan pada kondisi gambar a baja dilaskan pada plat dan pada
gambar b baja dilaskan melalui siku terlebih dahulu. (Sumargo,2009).
(a) (b)
…………………………...…………..…….…(2.4.6.1)
Jika tidak seluruh luas tumpuan beton ditutup oleh pelat landasan,
beton dibawah pelat, yang dikelilingi oleh beton diluar pelat landasan,
akan lebih kuat. Untuk situasi seperti ini spesifikasi LRFD mengijinkan
kuat rencana diatas dan ditingkatkan dengan mengalikan
√ ⁄ adalah luas maksimum dari tumpuan beton yang tidak
tertutup pelat dimana secara geometris akan konsentris dengan luas
√ ……………………….…(2.4.6.2)
2.4.7 Baut
Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen
batang yang disatukan dengan alat pengencang di samping las yang
cukup popular adalah baut terutama baut mutu tinggi. Baut mutu tinggi
menggeser penggunaan paku keeling sebagai alat pengencang karena
beberapa, seperti jumlah tenaga yang lebih sedikit, kemampuan
menerima gaya yang lebih besar dan secara keseluruhan dapat
menghemat biaya konstruksi. Selain mutu tinggi ada pula baut mutu
normal A307 terbuat dari baja karbon rendah.(Agus Setiawan,2008).
Dua tipe dasar baut mutu tinggi yang distandarkan ASTM adalah
tipe A235 dan A490. Baut ini mempunyai kepala berbentuk segi enam.
Baut A235 terbuat dari baja karbon yang memiliki kuat leleh 560-630
Mpa, baut A490 terbuat dari baja alloy dengan kuat leleh 790-900 Mpa,
tergantung pada diameternya. Diameter baut mutu tinggi berkisar antara
½ - 1 ½ inch, yang sering digunakan dalam desain jembatan antara 7/8
hingga 1 inch. .(Agus Setiawan,2008).
Dalam pemasangan baut mutu tinggi memerlukan gaya tarik awal
yang cukup yang diperoleh dari pengencangan awal. Gaya ini akan
memberikan friksi sehingga cukup kuat untuk memikul beban yang
bekerja.(Agus Setiawan,2008).
Berikut ini adalah perhitungan kekuatan untuk sambungan baut :
Tahanan Geser Baut
Tahanan satu buah baut yang memikul gaya geser memenuhi
persamaan:
……………………………………….. (2.4.7.1)
Dimana :
= 0.50 untuk baut tanpa ulir, 0.40 untuk baut dengan ulir
= Kuat tarik baut (MPa)
…………………………………………(2.4.7.2)
Dimana :
…………………………………………(2.4.7.3)
Dimana :
= tebal pelat
= diameter baut pada daerah tak berulir
2.4.8 Las
Pengelasan merupakan penyambungan bahan logam yang
…………………………………………….….(2.4.8.)
Dimana :
= faktor tahanan
= tahanan nominal per satuan panjang las
= terfaktor persatuan panjang las
Las tumpul terbagi menjadi dua yaitu las tumpul penetrasi penuh dan
Panjang efektif las tumpul adalah panjang las ukuran penuh yang
menerus. Luas efektif las tumpul adalah perkalian panjang efektif
dengan tebal rencana las. Sambungan las tumpul antara bagian yang
tebalnya berbeda atau lebarnya tidak sama yang memikul gaya tarik
harus mempunyai peralihan halus antara permukaan dan ujung.
Peralihan harus dibuat dengan melandaikan bagian yang lebih tebal atau
dengan melandaikan permukaan las atau dengan kombinasi dari
keduanya.
Ukuran las sudut ditentukan oleh panjang kaki. Panjang kaki harus
ditentukan sebagai panjang tw1, tw2, dari sisi yang terletak sepanjang
kaki segitiga yang terbentuk dalam penampang melintang las (lihat
Gambar 2.12). Bila kakinya sama panjang, ukurannya adalah tw. Bila
terdapat sela akar, ukuran tw diberikan oleh panjang kaki segitiga yang
terbentuk dengan mengurangi sela akar seperti pada Gambar 2.12.
Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk
memperkuat las tumpul, ditetapkan sesuai dengan Tabel 2.2 kecuali bila
ukuran las tidak boleh melebihi tebal bagian yang tertipis dalam
sambungan.
Ukuran maksimum las sudut sepanjang tepi komponen yang
disambung adalah:
a. Untuk komponen dengan tebal kurang dari 6,4 mm, diambil
setebal komponen;
b. Untuk komponen dengan tebal 6,4 mm atau lebih, diambil 1,6 mm
kurang dari tebal komponen kecuali jika dirancang agar
memperoleh tebal rencana las tertentu.
Panjang efektif las sudut adalah seluruh panjang las sudut
berukuran penuh. Panjang efektif las sudut paling tidak harus 4 kali
ukuran las; jika kurang, maka ukuran las untuk perencanaan harus
dianggap sebesar 0,25 dikali panjang efektif. Persyaratan panjang
minimum berlaku juga pada sambungan pelat yang bertumpuk (lap).
Tiap segmen las sudut yang tidak menerus (selang-seling) harus
mempunyai panjang efektif tidak kurang dari 40 mm dan 4 kali
ukuran nominal las.
Luas efektif las sudut adalah perkalian panjang efektif dan tebal
rencana las.Jarak melintang antar las sudut Bila dua las sudut menerus
sejajar menghubungkan dua komponen dalam arah gaya untuk
membentuk komponen struktur tersusun, jarak melintang antara las
tidak boleh melebihi 32t p , kecuali untuk kasus las sudut tidak
menerus pada ujung komponen struktur tarik, jarak melintang tidak
boleh melebihi 16t p atau 200 mm, dengan t p adalah tebal terkecil
dari dua komponen yang disambung. Agar butir ini terpenuhi maka las
sudut boleh berada dalam selot dan lubang pada arah gaya.
Kuat rencana persatuan panjang las sudut ,ditentukan sebagai
berikut:
( bahan dasar )
( las )
Untuk mencari panjang las sudut dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
L= F/φ Rnw
Untuk Jarak antar las sudut tidak menerus Kecuali pada ujung
komponen struktur tersusun, jarak bersih sepanjang garis las, antara
las sudut tidak menerus yang berdekatan, tidak boleh melebihi nilai
terkecil dari:
i. Untuk komponen yang menerima gaya tekan: 16t p dan 300 mm.
ii. Untuk komponen yang menerima gaya tarik: 24t p dan 300 mm