Disusun Oleh :
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa kesehatan fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mandiri dari mata kuliah filsafat
pendidikan. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca dan dosen pengampu untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran
idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa
terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh
panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu
dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah
idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran,
yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli
hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah
gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud
dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan
kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada
kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa
bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide,
Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi
adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh
bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang
pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan
dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan norahi yang berupa angan-angan untuk
mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang
nyata. Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi
yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai
materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya
hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat identik
dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang
tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini
seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya.
Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea),
gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli,
kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak,
karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini
hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan
alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak
mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang
merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan
Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma
lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia.
Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau
materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha
menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru
berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan
hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil
adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani
yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka
apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang
pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan
untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan
terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan
dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.
Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap
idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan
pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang
kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme
khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak
membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan
keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato
itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah
pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi
sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.
Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang
dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum
pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya
tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan
persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum
terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang
keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima,
pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990:28).
Tokoh realisme adalah Aristoteles (384 – 332 SM). Pada dasarnya aliran
ini berpandangan bahwa hakekat realitas adalah fisik dan roh, jadi realitas adalah dualistik.
Ada 3 golongan dalam realisme, yaitu realisme humanistik, realisme sosial,dan realisme
yang bersifat ilmiah. Realisme humanistik menghendaki pemberian pengetahuan yang luas,
ketajaman pengalaman, berfikir dan melatih ingatan. Realisme sosial berusaha
mempersiapkan individu untuk hidup bermasyarakat. Realisme yang bersifat ilmiah atau
realisme ilmu menekankan pada penyelidikan tentang alam. Francis Bacon (1561–1626)
seorang tokoh realisme ilmu berpandangan bahwa alam harus dikuasai oleh manusia.
Pandangannya tentang manusia ditentukan oleh kemampuan menggunakan pikirannya.
(Sadulloh: 2003: 36)
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran
ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan
intelegensi. Objek indra adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari
kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan
pikiran kita. Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan
pada ide atau jiwa.
Aliran realisme juga memiliki implikasi terhadap dunia pendidikan (Fajar, 2010:
1) sebagai berikut:
2. Kedudukan peserta didik ialah memperoleh intruksi dan harus menguasai pengetahuan.
Disiplin mental dan moral diperlukan dalam setiap jenjang pendidikan.
3. Peran guru adalah menguasai materi, memiliki keterampilan dalam pedagogi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
5. Metode yang dilaksanakan didasari oleh keyakinan bahwa senua pembelajaran tergantung
pada pengalaman. Oleh karenanya pengalaman langsung dan bervariasi perlu dilaksanakan
oleh peserta didik. Metode penyampaian harus logis dan didukung oleh pengetahuan
psikologis.
2. Apa yang dikatakan “jiwa” dan segala kegiatannya (berpikir, memahami) adalah
merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat syaraf, atau organ-organ
jasmani yang lainnya.
3. Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan, serta kebebasan, hanyalah sekedar nama-nama atau semboyang.
1. Tema
Manusia yang baik efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah.
2. Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya untuk tanggung
jawab hidup social dan pribadi yang kompleks
3. Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal) dan organisasi selalu
berhubungan dengan sasaran perilaku.
4. Metode
5. Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang.
Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut belajar.
6. Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat
mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli
filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach
suatu masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah
yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli
tersebut, di samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran
filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu
sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal
sebagai suatu aliran. (sistem) suatu ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai
produk suatu zaman, produk suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu ajaran
filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia.
Filsafat dapat berbentuk cita-cita, idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan
suatu pola kehidupan tertentu.
3.2 Saran
Tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali ciptaan-Nya. Apalagi manusia tidak ada
daya apa-apa untuk menciptakan sesuatu. Demikian juga dengan karya ilmiah ini
yang jauh dari kesempurnaan. Penulis harap karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua
pihak yang telah membantu dan para pembaca. Kritik dan saran senantiasa saya
terima demi penyempurnaan karya ilmiah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://desabojonegara.blogspot.com/2012/06/makalah-filsafat-pendidikan-
tentang_25.html?m=1
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://supriadiucuptea.blogspot.com/2012/0
4/aliran-aliran-filsafat-pendidikan.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwjZxZ_8mYzsAhUf7XMBHbk9DMQQFjAFegQIBB
AB&usg=AOvVaw13Ukitl3upK9Q9SX7Rhm3B&cshid=1601308538132
https://khasanahilmubinongko.blogspot.com/2015/12/aliran-aliran-filsafat-
pendidikan.html?m=1
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://khasanahilmubinongko.blogspot.com/2015/12/aliran-
aliran-filsafat-pendidikan.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwjHz7LQmIzsAhUJ9XMBHY4sC20QFjANegQICRAB&usg=AOvVa
w1FdKl5Ty5ud3-Knz_2V-7P&cshid=1601308586510