Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengkondisian udara adalah perlakuan terhadap udara
untuk mengatur temperature, kelembaban,kebersihan dan
pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi
nyaman yang diperlukan oleh penghuni ruangan atau dapat
didefinisikan suatu proses mendinginkan udara sehingga
mencapai temperatur dan kelembaban ideal, (Talarosha
dalam Modul Praktikum Termodinamika, 2011). Oleh
karena itu diperlukan praktikum mengenai proses termal
pada pengkondisian udara, untuk menyimulasikan cara
pengondisian udara.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumasan masalah pada praktikum ini adalah
1. Bagaimana cara membaca psychometric chart?
2. Bagaimana proses termal pada pengondisian udara di
suatu ruangan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Memahami cara membaca psychometric chart.
2. Mampu menganalisa proses termal pada pengondisian
udara di suatu ruangan.

1.4 Sistematika Laporan


Dalam penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab, bab I
pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan laporan,
perumusan masalah, tujuan penulisan laporan, dan sistematika
penulisan laporan. Bab II adalah dasar teori yang berisi teori
mengenai pengkondisian udara dalam ruangan. Bab III adalah
metodologi yang memuat tentang alat yang dibutuhkan serta
2

langkah-langkah dalam melakukan praktikum. Bab IV adalah


analisis data dan pembahasan yang berisi anlisa data dan
pembahasan dari data yang didapat dari percobaan. Bab V adalah
kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dari praktikum
yang telah dilakukan beserta saran untuk praktikum selanjutnya.

Note : tulisan tidak sama ukurannya

BAB II
DASAR TEORI
3

2.1. Pengkondisian udara


Sistem pengkondisian/tata udara (air conditioning system)
adalah suatu sistem yang mengendalikan kondisi termal udara
(temperatur, kelembaban, aliran udara, dan kebersihan udara)
secara serentak dari suatu ruangan sehingga tercapai kondisi yang
diinginkan.[2]
Sistem pengkondisian udara dibagi menjadi dua siklus yaitu:
 Siklus Refrigerasi
Siklus Refrigerasi yang bekerja dengan menggunakan Alat
Latih Sistem Tata Udara (ALSTU), informasi mengenai proses
refrigerasi diperoleh dengan mengetahui temperatur-temperatur
dan tekanan pada beberapa jalur pemipaan refrigeran, yaitu pada
jalur refrigeran masuk dan keluar masing-masing pada
kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator. [2]

Gambar 2.1. Diagram skematik rangkaian sistem refrigerasi


ALSTU
Keterangan gambar :
FD : Filter Drier
4

TEV : Thermostatic Expansion Valve


PDg : Pressure Discharge Gauge
SG : Sight Glass
PSg : Pressure Suction Gauge
 Siklus Pengolah Udara
Siklus pengolah udara memiliki dua komponen utama yaitu
kipas (fan) dengan rumah kipas (fan housing), dan kumparan
pendingin (evaporator). Komponen pendukung sistem pengolah
udara laainnya adalah:

Ducting: saluran udara yang terbuat dari bahan seng. Ducting
dibutuhkan jika terdapat jarak yang cukup jauh antara tempat
sistem pengolah udara dengan ruangan yang hendak
dikondisikan.

Preheater: alat pemanas

Humidifier/dehumidifier: alat pelembab/pengering.

Filter: alat penyaring yang digunakan untuk menjaga
kebersihan udara[1]

Gambar 2.2 Diagram skematik ducting ALSTU


2.2. Psychometric Chart
Psychometric Chart istilah yang digunakan untuk
menggambarkan bidang teknik yang berkaitan dengan penentuan
5

sifat-sifat termodinamika untuk menganalisis kondisi-kondisi dan


proses-proses yang berhubungan dengan udara basah.
Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat
campuran udara dengan uap air, dan ini mempunyai arti yang
sangat penting dalam pengkondisian udara karena udara pada
atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air, jadi
tidak benar-benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada
untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. [1]

Gambar 2.3. Psychometric Chart[1]


Beberapa parameter dalam Psychometric Chart antara lain:
 Dry Bulb Temperature
Dry Bulb Temperature merupakan temperatur yang terbaca
pada termometer sensor kering dan terbuka, namun penunjukan
dari temperatur ini tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi
panas.[2]
 Wet Bulb Temperature
Wet Bulb Temperature merupakan temperatur yang terbaca
pada termometer dengan sensor yang dibalut dengan kain basah.
Untuk mengukur temperature ini diperlukan aliran udara
sekurangnya adalah 5 m/s. Wet Bulb Temperature sering disebut
temperature jenuh adiabatic.[2]
 Titik embun.
6

Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana


tekanan uapnya sama dengan tekanan uap air dari udara. Jadi
pada temperatur tersebut uap air dalam udara mulai mengembun
dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan. Pada
tekanan yang berbeda titik embun uap air akan berbeda, semakin
besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar. [2]
 Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan
fraksi molekul uap air di dalam udara basah terhadap fraksi
molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan yang sama, atau
perbandingan antara tekanan persial uap air yang ada di dalam
udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada temperatur
yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai
kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi
semakin besar RH semakin kecil kemampuan udara tersebut
untuk menyerap uap air.[2]
Kelembaban ini dapat dirumuskan :
Pw
RH  x100% ………………………( 1 )
Pws
dimana :
Pw = Tekanan parsial uap air
Pws = Tekanan jenuh uap air[2]
 Kelembaban spesifik (rasio kelembaban)
Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang
terkandung didalam setiap kilogram udara kering, atau
perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering
yang ada didalam atmosfir.
Kelembaban spesifik dapat dirumuskan :

Mw
w …………….……………( 2 )
Ma
Dimana :
W = Kelembaban spesifik
Mw = Massa uap air
Ma = Massa udara kering[2]
 Entalpi.
7

Entalpi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat


pada temperatur tertentu, atau jumlah energi kalor yang
diperlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air
( dalam fasa cair ) dari 0oC sampai mencapai t oC dan
menguapkannya menjadi uap air ( fasa gas).[2]
 Volume spesifik.
Volume spesifik merupakan volume udara campuran dengan
satuan meter-kubik per kilogram udara kering.[2]

(halaman ini memang dikosongkan)


8

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun peralatan dan bahan yang dipergunakan pada
percobaan ini, antara lain:
 Dry Bulb Temperature dan Wet Bulb Temperature
9

 Stopwatch
 Psychometric Chart
 Air Conditioning Laboratory Unit
 Air

3.2 Prosedur Percobaan


Langkah-langkah dalam melakukan percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Diletakkan Dry Bulb Temperature dan Wet Bulb Temperature
pada titik pengamatan.
2. Kelembaban Wet Bulb Temperature dijaga, dengan memberi
air pada wadah di ujung bawah termometer tersebut.
3. Kompresor dinyalakan.
4. Dicatat Dry Bulb Temperature dan Wet Bulb Temperature
setelah 10 menit.
5. Diulangi percobaan sampai menit ke-28 setiap 2 menit.

(halaman ini memang dikosongkan)


10

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data hasil
percobaan sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data Hasil Percobaan
No. Menit T saat T saat
11

ke- tdb twb tdb twb


1. 10 0,0142 30,2 26,1 24,4 23,0
2. 12 0,0142 30,2 26,1 24,4 23,0
3. 14 0,0142 30,2 26,1 24,1 23,0
4. 16 0,0142 30,3 26,1 24,1 23,1
5. 18 0,0142 30,3 26,1 24,1 23,1
6. 20 0,0140 30,4 26,2 25,0 24,3
Rata-rata 0,01416 30,28 26,12 24,34 23,3
Dari data hasil percobaan pada Tabel 4.1 dan psychometric
chart dapat peroleh nilai enthalpy, sebagai berikut.
Tabel 4.2. Data Enthalpy
No. Menit ke-
1. 10 81,13 68,33
2. 12 81,13 68,33
3. 14 81,13 68,33
4. 16 81,13 68,73
5. 18 81,13 68,73
6. 20 81,60 73,87
Rata-rata 81,21 69,39
Berdasarkan data hasil percobaan pada Tabel 4.1. dan data
enthalpy pada Tabel 4.2. dapat dianalisa kalor yang diserap
evaporator.
 Menit ke-10

 Menit ke-12

 Menit ke-14

 Menit ke-16
12

 Menit ke-18

 Menit ke-20

Gambar 4.1. Grafik Laju Kalor terhadap Waktu

4.2 Pembahasan
 Herny Ariesta B/2410 100 093
Pada praktikum tentang proses termal pada pengkondisian
udara ini menggunakan alat pengkondisian udara skala
laboratorium produksi Hilton seri A575/73187. Pada percobaan
ini dilakukan pengukuran Dry Bulb Temperature dan Wet Bulb
Temperature pada titik sebelum dan sesudah evaporator.
Kemudian dilakukan ploting pada psychometric chart untuk
mendapatkan nilai enthalpy sebelum dan setelah melewati
evaporator.
Dari hasil percobaan pada titik sebelum evaporator diperoleh
nilai rata-rata Dry Bulb Temperature sebesar 30,28 ºC dan Wet
13

Bulb Temperature sebesar 26,12 ºC, sedangkan setelah melewati


evaporator diperoleh nilai rata-rata Dry Bulb Temperature sebesar
24,34 ºC dan Wet Bulb Temperature sebesar 23,30 ºC. Kemudian
setelah dilakukan ploting pada psychometric chart diperoleh rata-
rata nilai enthalpy sebelum evaporator sebesar 81,21 kJ/kg,
sedangkan setelah melewati evaporator sebesar 69,39. Sehingga
nilai rata-rata laju kalor yang diserap evaporator sebesar 0,16761
kJ/s.
Didalam perhitungan nilai kalor bernilai negatif, hal ini
disebabkan karena dalam evaporator terjadi perpindahan kalor
dari lingkungan ke sistem (refrigeran) sehingga di dalm
evaporator refrigeran menyerap panas.
Berdasarkan Gambar 4.1, semakin lama besar kalor yang
dapat diserap oleh evaporator kecil. Sehingga panas lingkungan
yang dapat diserap oleh alat pengkondisian udara akan semakin
sedikit.

Anda mungkin juga menyukai