Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas

yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Dalam sebuah

keluarga biasanya dijumpai lebih dari satu permasalahan kesehatan, , Keluarga

Tn.S Terdapat dua masalah kesehatan yaitu Balita Tidak Mau Makan Sayuran dan

Terpapar Asap Rokok dari Tn.S Dari masalah tersebut akan dilakukan

penyelesaian masalah dengan melakukan edukasi terhadap kelurga Tn.S agar

masalah tersebut dapat dipecahkan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian keluarga?

2. Apa saja bentuk tipe keluarga?

3. Siapa pemegang kekuasaan dalam keluarga?

4. apa saja peran dalam keluarga?

5. Apa saja fungsi keluarga?

6. Bagaimana langkah- langkah asuhan kebidanan pada keluarga?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian keluarga

2. Untuk mengetahui apa saja bentuk tipe keluarga.

3. Untuk mengetahui siapa pemegang kekuasaan dalam keluarga

1
4. Untuk mengetahui apa saja peran dalam keluarga

5. Untuk mengetahui apa saja fungsi keluarga

6. Untuk mengetahui bagaimana langkah- langkah asuhan kebidanan pada

keluarga

2
BAB II
LANDASAN TEORI

3.1 Rumusan Masalah :

3.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu

rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, dimana

antara satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah

satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, maka

akan berpengaruh terhadap anggota-anggota yang lain dan keluarga-keluarga

yang ada di sekitarnya (Effendi, 1998).

3.1.2 Bentuk Tipe Keluarga (Effendi, 1998)

1. Keluarga inti (Nuclear Familly), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak-anak.

2. Keluarga besar (ETtended Familly), adalah keluarga inti ditambah sanak

saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan

sebagainnya.

3. Keluarga berantai (Serial Familly), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga duda/janda (Composite), adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

3
5. Keluarga berkomposisi, adalah yang perkawinannya berpoligami dan hidup

secara bersama-sama.

6. Keluarga kabitas (Cabitation), adalah dua orang yang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

3.1.3 Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

Pemegang kekuasaan keluarga menurut (Effendi, 1998):

1. Patrikal, yang dominan memegang kekuasaan keluarga adalah pihak ayah.

2. Matrikal, yang dominan memegang kekuasaan keluarga adalah pihak ibu.

3. Equalitarian, yang dominan memegang kekuasaan keluarga adalah pihak

ayah dan ibu.

4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

5. Keluarga Kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluaraga, dan  beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suatu atau istri.

3.1.4 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Menurut (Effendi, 1998) penaran dalam keluarga adalah:

4
1. Peranan ayah

Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pecari nafkah, pendidik,

pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya, anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga, mengasuh dan

pendidik, pelindung dari salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta

sebagai anggota masnyarakat dari lingkungannya, pencari nafkah tambahan

dalam keluarga.

3. Peranan anak

Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik fisik,

mental maupun spiritial

3.1.5 Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis

Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,

memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggora

keluarga.

2. Fungsi psikologis

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

b. Memberikan kasih sayang diantara anggota keluarga.

5
3. Fungsi sosial

a. Membina sosialisasi pada anak.

b. Membentuk norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak.

4. Fungsi ekonomi

a. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

b. Mencari sumber penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

c.Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga

dimasa yang akan datang.

5. Fungsi Pendidikan

a. anak untuk membekali pendidikan, ketrampilan dan Menyekolahkan

membentuk perilaku sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang,

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c. Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.

3.1.6 Gambaran Keluarga Sehat

Gambaran keluarga sehat dapat dikemukakan sebagai berikut:

Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental maupun sosial. Cepat

meminta bantuan tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan bila timbul

masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga. Di rumah tersedia kotak

6
berisi obat-obatan sederhana untuk P3K. Tinggal di rumah dan lingkungan yang

sehat. Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.

Seorang bidan yang bekerja di komuniti harus mengetahui data wilayah

kerjanya, data tersebut mencakup komposisi keluarga, keadaan sosial, ekonomi,

adat kebiasaan, kehidupan beragama, status kesehatan serta masalah ibu dan anak

balita. Keberhasilan bidan yang bekerja dibidang komuniti tergantung pada

peningkatan kesehatan ibu dan anak balita di wilayah kerjanya.

Sasaran umum kebidanan komunitas asalah ibu dan anak dalam keluarga.

Menurut undang-undang no.12 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan

keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya.

Di dalam kesehatan keluarga, kesehatan istri mencakup kesehatan masa pra

kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan masa di luar masa kehamilan (masa

interfal) serta persalinan. Upaya kesehatan ibu dan anak dilakukan melalui

peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita dan masa

pra sekolah.

Konsep Manajemen Asuhan Keluarga

Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan manajemen yaitu

suatu metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari

langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tndakan untuk

menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan.

7
Langkah-langkah kebidanan komunitas:

a) Identitas masalah

Dalam identifikasi masalah bidan melakukan pengumpulan data berdasarkan

sumber data, pengumpulan dilakukan secara langsung di masyarakat (data

subyektif) dan secara tidak langsung (data obyektif). Data subyektif didapat

dari informasi yang langsung diterima dari masyarakat melalui wawancara.

Data obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil obserfasi pemeriksaan

dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Kegiatan

yang dilakukan oleh bidan dalam pengumpulan data ini adalah pengumplan

data tentang keadaan kesehatan desa dan pencatatan data keluarga sebagai

sasaran pemeriksaan.

b) Data Desa

Data desa meliputi:

1. Wilayah desa (Luas, keadaan geografi, jarak desa dan fasilitas kesehatan

pemeriksaan).

2. Penduduk (jumlah, komposisi penduduk, jumlah keluarga, mata

pencaharian, pertumbuhan penduduk, dinamika penduduk).

3. Status kesehatan (angka kematian, jenis dan angka kesaktan ibu, anak dan

balita).

4. Keadaan lingkungan (jumlah sarana air minum, jumlah jamban keluarga,

pembuangan sampah dan kotoran, pembuangan tinja dan kondisi tinja).

8
5. Sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan perkapita, organisasi dari

lembaga swadaya masyarakat yang ada, media komunikasi yang dimiliki

masyarakat).

6. Data keluarga

7. Pemeriksaan fisik anggota keluarga yaitu ibu, bayi dan balita.

8. Pemeriksaan lingkungan keluarga (rumah, pekarangan, pembuangan

sampah dan kotoran).

c) Analisa dan Perumusan Masalah

Setelah data dikumpulkan dan dicatat sebagai syarat dengan ditetapkan

masalah kesehatan lingkungan di komuniti.

1. Analisis

Tujuan analisis adalah menggunakan data yang terkumpul dan mencari

kaitan satu dengan lainnya sehingga ditemukan berbagai masalah, melalui

proses analisis ditemukan jawaban tentang hubungan antara penyakit atau

kasus kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya (perilaku).

Pelayanan kesehatan serta faktor keturunan yang berpengaruh terhadap

kesehatan.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dapat dikumpulkan berdasarkan hasil analisi. Dalam

rumusan masalah mencakup masalah utama dan penyebabnya serta

masalah potensial.

9
d) Rencana dan Tindakan

Bila sudah diketahui masalah utama kesehatan lingkungan serta penyebannya,

maka disusun rencana dan tindakan yang dilakukan. Tindakan dilakukan

berdasarkan rencana yang disusun:

1. Rencana

Rencana untuk pemecahan masalah dapat dibagi menjadi tujuan, rencana

pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk pencapaian tujuan tersebut perlu

ditetapkan sasaran, maka disusun rencana pelaksanaan.

Di dalam pelaksanaan mencakup:

1) Pemeliharaan kesehatan lingkungan.

2) Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang diberikan pada

keluarga.

Untuk mengetahui hasil suatu upaya, maka perlu ditentukan kriteria

keberhasilan, kriteria ini ditetapkan di dalam rencana evaluasi tercakup:

a) Tingkat kesehatan lingkungan.

b) Frekuensi penyuluhan.

c) Partisipasi keluarga dalam bentuk tindakan.

2. Tindakan

Di dalam pelaksanaan kegiatan, bidan harus memonitor perkembangan

dan perubahan yang terjadi terhadap lingkungan kemungkinan penetapan

tujuan juga tidak tepat, bila hal ini terjadi, maka perlu dilakukan

10
modifikasi dan juga menyebabkan perubahan dalam melaksanakan

tindakan dan evaluasi.

e) Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan antara

hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengkajian

dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukan data yang sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai. Bila tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji

kembali penyebabnya. Bila kegiatan berhasil mencapai tujuan maka

identifikasi dilakukan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadi masalah

lain yang timbul akibat keberhasilan tersebut.

Konsep Permasalahan Keluarga

Setelah dilakukan pengkajian dan ditemukan permasalahan dalam keluarga

Tn.S pada anak balitanya yang berusia 3 tahun memiliki kebiasaan yang

kurang baik yaitu belum mampu menerapkan cuci tangan sebelum makan,

jajan masih sembarangan dan masih sering bermain di kali atau halaman yang

kotor. PHBS dirumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko

terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tatanan rumah

tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat,

11
dan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai bahaya asap rokok untuk

orang terdekat teruma untuk anak dan istrinya.

12
3.2 Landasan Teori :.

1. Tidak merokok di dalam rumah

Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan

bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam

rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

3.2.1 Balita Tidak Mau Makan Sayur

Anak usia balita merupakan masa bermain. Pada masa ini, anak-anak

biasanya lebih tertarik terhadap mainan dibandingkan makanan, terutama

sayuran dan buah. Perlu kiat khusus mengatasi anak yang susah makan

sayur dan buah-buahan. Apa saja yang harus dilakukan oleh Ibu agar bayi

mau makan:

1. Beri contoh

Pola makan anak biasanya mengikuti orang tua. Jika sayuran dan buah-

buahan tidak ada dalam menu keseharian di rumah, jangan harap anak Ibu

mau memakannya. Biasanya anak-anak makan apa yang mereka ketahui.

Dan mereka tidak akan meminta satu makanan khusus jika mereka tidak

mengenalnya.

2. Jadikan makan sayur dan buah-buahan sesuatu yang menyenangkan

Anak-anak sangat suka bermain dengan berandai-andai menjadi sesuatu.

Mereka juga suka permainan. Brokoli bisa mengintimidasi seorang anak yang

13
lebih suka makarani atau keju. Tapi jika mereka berpura-pura menjadi seekor

dinosaurus yang harus memakan lima miniatur pohon agar bisa mengejar

tyrannosaurus rex, si Kecil dijamin dengan gembira memakan brokoli sebagai

miniatur pohon.

3. Ajak anak terlibat

Anak-anak terkadang lebih tertarik dengan mengkonsumsi makanan jika

mereka ikut menyiapkan makanan itu. Ibu bisa mencoba membawa si Kecil

ke pasar tradisional. Setelah itu biarkan mereka memilih satu atau dua

sayuran untuk dimasak. Hal itu akan membuat si Kecil lebih tertarik untuk

memakan sayuran yang dia pilih. Ibu juga bisa mengajak si Kecil belajar

menanam sayur-sayuran atau buah-buahan sendiri. Selain itu, Ibu bisa

mengajak si Kecil membersihkan wortel, mencuci kacang, sampai

menyiapkan sayuran tersebut di meja untuk makan malam. Itu akan

membuat si Kecil bangga dan lebih tertarik untuk makan sayuran dan buah-

buahan.

4. Jangan paksa si Kecil menghabiskan makanan

Salah kaprah terbesar yang dilakukan orang tua adalah memaksakan si Kecil

untuk mengkonsumsi makanan yang dia tidak suka agar dia menjadi suka.

Padahal, paksaan itu justru menimbulkan pengalaman makan yang negatif

bagi si Kecil. Akibatnya, si Kecil akan mengaitkan sayuran dan buah-

buahan dengan perasaan negatif. Dan pengalaman tersebut akan terus

14
melekat.

5. Beri hadiah untuk si Kecil.

Menciptakan pengalaman makan yang menyenangkan bagi si Kecil bisa

mengurangi kecenderungan si Kecil memilih-milih makanan. Si Kecil tentu

akan senang jika ia diberi hadiah saat mencoba satu gigitan sayuran atau

buah-buahan yang sebelumnya ia tak suka. Di kemudian hari, si Kecil akan

menganggap sayuran atau buah-buahan tersebut adalah makanan yang sehat.

Sebab, hadiah biasanya berkaitan dengan sesuatu yang baik.

6.Berikan makanan yang warnanya beragam

Si Kecil biasanya suka makanan yang beragam warna. Anda bisa mencoba

menambahkan sayur-sayuran dengan beragam warna ke piringnya.

3.2.2 Balita Terpapar Asap Rokok

Meskipun Mama atau anggota keluarga lain di rumah tidak merokok,

menghirup udara di area yang sama dengan perokok juga dapat membunuh.

Perokok pasif menyebabkan sekitar 3.000 kematian di Amerika Serikat setiap

tahunnya. Beberapa di antaranya akibat kanker paru serta puluhan ribu lainnya

meninggal akibat penyakit hati. Jutaan anak bernapas di lingkungan perokok

pasif, bahkan di lingkungan tempat tinggal mereka. Merokok pasif dapat

merusak kesehatan, khususnya anak-anak, karena paru-paru mereka masih

dalam kondisi berkembang. Jadi, jika Mama atau Papa merokok di dekat si

15
kecil atau mereka ada di lingkungan perokok pasif di luar rumah, bahaya yang

mengintai mereka lebih besar dari yang Mama ketahui. Anak-anak dengan

orang tua yang hanya merokok saat di luar rumahpun tetap berisiko menjadi

perokok pasif. Perokok pasif (secondhand smoke) atau lingkungan dengan

paparan asap rokok merupakan asap yang dikeluarkan oleh perokok ke udara.

Asap tersebut dihasilkan dari proses pembakaran rokok maupun cerutu. Di

dalamnya terkandung sekitar 4.000 bahan kimia. Sebagian besar bahan

kimiawi tersebut berbahaya, lebih dari 50 di antaranya terbukti menjadi

penyebab kanker. Kapanpun anak-anak bernapas di lingkungan perokok pasif,

sudah pasti mereka menghirup zat kimiawi tersebut.

Bagaimana dengan thirdhand smoke? Apakah pakaian dan benda-benda yang

terkena asap rokok aman? American Academy Pediatrics (AAP) telah

melakukan penelitian terhadap efek thirdhand smoke atau bau yang tertinggal

pada pakaian maupun benda-benda di sekitar perokok, dan ternyata risikonya

tidak kalah besar dari merokok pasif. Tempat yang sebelumnya ditempati

perokok ketika merokok berbahaya karena toksin menempel pada benda-

benda di sekitarnya. Toksin tersebut dapat ditemukan pada dinding bar, kain

pelapis kursi mobil, bahkan tidak terkecuali rambut si kecil setelah berada di

dekat perokok. Jika Mama merokok atau terpapar asap rokok saat hamil, bayi

yang ada di dalam kandungan Mama juga berisiko terpapar bahan kimia

berbahaya. Hal ini menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius seperti:

a) Keguguran

16
b) Kelahiran prematur (lahir dengan pertumbuhan yang belum sempurna)

c) Berat badan lahir rendah

d) Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS)

e) Gangguan kemampuan belajar dan hyperactivity disorder (ADHD)

Bayi memiliki tingkat risiko SIDS lebih tinggi jika terpapar asap rokok. Anak-

anakpun memiliki risiko masalah kesehatan yang lebih tinggi. Anak-anak yang

menghirup asap rokok di antaranya berisiko mengalami:

a) Infeksi telinga

b) Batuk dan pilek

c) Masalah pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia

d) Kerusakan gigi

Anak-anak dengan orang tua perokok lebih sering batuk dan mengi sekaligus

mengalami pilek parah. Asap rokok bahkan bisa menimbulkan gejala lain, seperti

hidung tersumbat, sakit kepala, radang tenggorokan, iritasi mata, dan suara serak.

Anak-anak dengan asma memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap paparan asap

rokok. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi serangan asma, bahkan mungkin

lebih parah dan harus dirawat di rumah sakit.

Efek Jangka Panjang Perokok Pasif

Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua perokok lebih cenderung merokok saat

remaja atau dewasa. Anak-anak dan re maja yang merokok memiliki masalah

17
kesehatan yang sama dengan perokok dewasa. Beberapa masalah kesehatan yang

disebabkan oleh asap rokok di antaranya:

a) Kanker paru-paru

b) Perkembangan paru-paru yang buruk

c) Penyakit jantung

d) Katarak

18
BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA KASUS KELUARGA (KOMUNITAS)

TERHADAP KELUARGA Tn. S DI DUSUN CI ARUM

Waktu Pengkajian : 29 Agustus 2019

Oleh : Ayni sari wanti

A.PENGKAJIAN

1. Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. S

19
Umur : 30 Tahun

Pendidikan terakhir : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Dusun Ciarum desa cipadang pesawaran

2. Data Anggota Keluarga

No Nama Usia L/ Agama Hubungan Pendidikan Serumah/tidak


P keluarga terakhir
1 Tn. S 30 th L Islam Suami SLTA Ya
2 Ny. B 31 th P Islam Istri SLTA Ya
3 An. K 4 th P Islam Anak _ Ya

3. Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : kembar

: Perempuan :

: Hubungan : cerai

perkawinan

20
: Meninggal : anak angkat

------------ : Tinggal serumah : keguguran

4. Denah Rumah :

WC

Ruang Keluarga Dapur

TV
Kamar 1 Ruang Kamar
Tamu

5. Data Kesehatan Keluarga


No Nama Kesehatan Penyakit yang pernah Perawatan/pengobatan
Sekarang di derita dan lamanya
1 Tn. S Baik - Puskesmas/Bidan
2 Ny. B Baik - Puskesmas/Bidan
3 An. K Baik - Puskesmas/Bidan

a. Pola Kebiasaan Keluarga Sehari-hari


Pola Nutrisi
- Penyediaan makanan dalam keluarga sehari-hari dengan memasak sendiri
dengan komposisi Nasi, sayur, lauk 3x sehari

21
Pola Eliminasi
BAK : Keluarga Tn.S ± 3-4x/ hari warnanya kuning jernih.

BAB : Frekuensi : 1-2 x sehari


Warna : Kuning kecoklatan
           Konsistensi : Lembek

a) Pola Istirahat
Kebiasaan tidur Kelurga Tn.S:
Malam : Tidur pukul 20.30- 05.30 WIB
Siang : Tidur pukul 14.00 – 16.00 WIB

b) Pola Aktivitas
Tn.S : Setiap hari bekerja sebagai pegawai swasta

Ny B : Setiap hari ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga

c) Pola Rekreasi dan hiburan


Anggota keluarga melakukan rekreasi setiap akhir pekan. Biasanya waktu
senggang tersebut dimanfaatkan untuk pergi ke rumah orangtua.

d) Pola Komunikasi Keluarga


Interaksi dalam keluarga cukup baik, bahasa sehari-hari yang digunakan
keluarga Tn. S ialah bahasa Lampung dan Jawa. Pengambil keputusan
dalam keluarga biasanya Tn. S akan bermusyawarah terlebih dahulu
dengan Ny. B

e) Pola Hubungan Sosial


1) Baik, sering berbaur dengan tetangga
2) Membantu tetangga jika ada acara

22
f) Pola Seksual
Tn.S dan Ny.B mengatakan melakukan hubungan seksual sesuai
kebutuhan.

g) Pola Penanggulangan Stress


Anggota keluarga tidak pernah mengalami stress yang terlalu berat dan
apabila ada masalah keluarga, selalu diselesaikan dengan musyawarah.

h) Pola Nilai
Keluara Tn.S selalu menjaga sopan santun dan norma- norma , serta
memperhatikan perilaku.

i) Pola Penanggulangan Kesehatan


Jika sakit pergi berobat kepuskesmas / bidan terdekat, apabila sudah
parah dibawa kerumah sakit

b. Data Kesehatan Lingkungan


a. Perumahan
1). Status rumah : Milik sendiri
2). Bentuk bangunan : Permanen
3). Dinding rumah : Batu-Bata dan Semen
4). Luas bangunan : 10 x 8 m2
5). Lantai rumah : semen
6). Kebersihan : Bersih
7). Penerangan : cukup dengan listrik
8). Atap : Tidak ada
9). Ventilasi rumah : Jarang dibuka, di ruang tamu,kamar mandi
kamar tidur
10). Komposisi ruangan : Ruang tamu, kamar mandi, kamar tidur,ruang
keluarga ,ruang makan dan dapur

23
11). Lingkungan rumah : Memiliki halaman yang ditanami tumbuhan.

Saranan sanitasi dan lingkungan


Sumber air : Sumur
Nilai air                  : Bersih
Konsumsi air             :Seluruh keluarga merasa terpenuhi untuk
mandi
WC : Di dalam kamar mandi
Sampah : Di Bakar
Saluran air : Pembuangan limbah melalui got yang
mengalir
Hewan ternak : tidak ada
Halaman/pekarangan : rumput dan sedikit tanaman
Pemanfaatan sarana kesehatan : Terdapat klinik bidan terdekat.
Fasilitas yang dimiliki : motor, tv, kursi, kasur , kipas angin

c. Data Personal Hygiene


Rambut : rambut terlihat
bersih,rapih,sedikit
rontok
Mulut dan gigi : cukup bersih
Kulit : berwarna kecoklatan dan tidak terdapat
penyakit kulit
Pakaian : pakaian selalu diganti maksimal
2x
sehari ,atau jika pada hari itu kotor
akan cepat diganti.
Kebersihan tangan dan kaki : sebelum makan selalu mencuci tangan
,mencuci kaki jika tidak memakai
sandal sebelum masuk ke dalam rumah

24
d. Data KIA dan KB
a. Data kehamilan Terdahulu :
Ny.B P1A0 hamil 37 minggu 5hari selalu memeriksakan kehamilan ke
bidan,
Data KB : Suntik 3 Bulan

Data Sosial, ekonomi, dan Budaya serta Spiritual


a. Data Sosial dan budaya :
Hubungan antara anggota keluarga dan lingkungan di sekitarnya terjalin dengan
baik. Tn.A selalu mengikuti kegiatan didesa seperti gotong royong, musyawarah
desa, acara dimasjid, dll.
b. Data Sosial Ekonomi :
Pendapatan yang di dapat keluarga Tn S tetap, Penghasilan keluarga perbulan
lebih dari Rp.1`200.000

c. Data Spiritual :
Semua anggota keluarga beragama Islam

B. ANALISA DATA
Data Masalah
1. An.K Tidak mau makan Sayur Tidak mau Makan Sayur
Merokok
2. Tn S Merokok di dalam Rumah

1. Prioritas Masalah
a). Masalah 1 : An.K Tidak Mau makan Sayur
Kriteria Perhitungan Skore Pembenaran

Sifat masalah 2/3 x1 2/3 Ancaman kesehatan berkaitan

25
dengan gangguan pencernanan

Kemungkinan 2/2 x 2 2 Mudah, dengan memberikan


masalah dapat diubah edukasi terhadap Ny.B agar
memasak sayuran untuk An.K
dengan tampilan yang kreatif

Masalah dapat dicegah dengan


Potensi masalah untuk mengajurkan Ny.B memasak
2/3 x 1 2/3
dicegah dengan kreatif

Terdapat masalah dan harus


1/2 x 1 ½ segera ditangani
Menonjolnya masalah

Skore total 3,5

b). Masalah 2 : Keluarga Tn.S Merokok di dalam Rumah


Kriteria Perhitungan Skore Pembenaran

Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan


berkaitan dengan resiko
tinggi terhadap kesehatan
keluarga.

Kemungkinan 2/2x2 2 Mudah, dengan memberikan


masalah dapat dibah edukasi tentang bahaya
merokok di dekat balita

Masalah dapat dicegah


Potensi masalah untuk
2/3 x 1 2/3 dengan menganjurkan Tn.S
dicegah
untuk tidak merokok
dirumah

26
Menonjolnya masalah 1/2 x 1 ½ Ny.B merasakan masalah
dan harus segera disadari
atau ditangani

Skore total 3,5

C. PERENCANAAN
a) Masalah 1
Pada tanggal : Senin 02 september 2019 direncanakan untuk :

1. Beritahu keluarga hasil pengkajian


2. Memberikan penyuluhan kepada Ny.B untuk membuat masakan
dengan kreatifitas seperti sayuran dibentuk mainan`
b) Masalah 2
Pada tanggal : Senin 02 september 2019 direncanakan untuk :

1. Beritahu keluarga hasil pengkajian


2. Memberikan konseling kepada Tn.s untuk tidak merokok dalam rumah

D. PELAKSANAAN
a) Masalah 1
Pada tanggal : Senin 02 september 2019, pukul 16.00 WIB
1. Memberikan Edukasi Kepada Ny.b pentingnya mengkonsumsi sayuran
pada balita
2. Menganjurkan ny.B untuk memasak sayuran dengan varian yang lucu
sehingga an.k tertarik untuk makan sayur
B .Masalah 2
Pada tanggal : selasa 03 september 2019, pukul 16.30 WIB
3. Memberikan penyuluhan kepada suami untuk tidak merokok di dalam
rumah jika sdang ada balita

27
E. EVALUASI
a. Masalah 1
Pada tanggal :rabu 04 september 2019 , pukul 09`00 WIB
1. Ny.B telah mengerti pentingnya mengkonsumsi sayuran pada balita
2. Ny.B sudah memasak sayuran dengan varian yang lucu sehingga An.A
mau makan sayuran

b. Masalah
Pada tanggal: RABU 04 september 2019 pukul 09.00WIB
1. Tn.S mengerti bahaya merokok di dalam rumah terutama jika ada
balita

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

28
Asuhan kebidanan komunitas memfokoskan pemberian pelayanan pada setiap

keluarga yang berada dalam wilayah kerjanya.Bentuk pemberian pelayanan yang

dilaksanakan adalah menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang kesehatan

khususnya kesehatan ibu dan anak.Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya bertujuan

akhir untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi. Dari berbagai

penyuluhan yang telah dilakukan diharapkan akan mampu meningkatkan

pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan kesehatan mereka sehingga

diharapkan masyarakat akan lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah

kesehatan yang ada di lingkungannya. Begitu juga dengan keluarga Tn.A setelah

dilakukan beberapa tindakan untuk menyelesaikan masalah yang ada, kini

keluarga Mereka sudah lebih memahami apa dan bagaimana cara mengatasi

masalah kesehatannya.

6.2 Saran

1) Kepada Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan lebih dapat menggali lebih dalam lagi mengenai

kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan

kebidanan pada keluarga.

2) Kepada Keluarga

Dengan diadakannya penyuluhan ini diharapkan keluarga dapat mengenali

masalah kesehatan serta mampu mencari penyelesaian secara mandiri.

29
3) Kepada Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan bimbingan yang dapat

memberikan semangat bagi para mahasiswa.

30

Anda mungkin juga menyukai