Makalah Keperawatan Paliatif
Makalah Keperawatan Paliatif
INDAH SUWANDWI(201801109)
KELAS : IIIC NERS
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya
makalah ini sebagai hasil penugasan mata kuliah “keperawatan paliatif” oleh dosen kepada
Kami.
Dengan terselesaikannya maaklah ini ini kami berharap semoga makalah ini ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh
karena itu saya memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan saya harapkan saran dan
kritik untuk perbaikan makalah ini.
Demikian dari saya, atas perhatian kritik dan saran saya ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Tinjauan Agama............................................................................................
1. Devinisi...................................................................................................
2. Jenis-jenis agama.....................................................................................
3. Hubungan manusia dengan agama..........................................................
4. Perkembangan agama di indonesia.........................................................
5. Unsur-unsur agama dan fungsi agama....................................................
6. Faktor yang mempengaruhi perkembangan agama.................................
B. Spiritual Penolakan Terapi Karena Alasan Agama.......................................
1. Devinisi...................................................................................................
2. Fungsi spiritualitas..................................................................................
3. Karakteristik spiritualitas........................................................................
4. Faktor yang mempengaruhi spiritualitas.................................................
5. Factor dalam kebutuhan spiritual...........................................................
6. Penolakan terapi karena alasan agama....................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal, dalam
arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan polapola perilaku yang
memenuhi syarat untuk disebut „agama‟ (religious).1 Ellis, tokoh terapi kognitif
behavioral menulis dalam Journal of Counseling and Clinical Psychology terbitan 1980.
Agama yang dogmatis, ortodoks dan taat (yang mungkin kita sebut sebagai kesalehan)
bertoleransi sangat signifikan dengan gangguan emosional orang umumnya
menyusahkan dirinya dengan sangat mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban
yang absolut. Orang sehat secara emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia
berubah, sedang orang yang sangat relegius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran dan
tidak mau berubah, karena itu kesalehan dalam berbagai hal sama dengan pemikiran
tidak rasional dan gangguan emosional.2 Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk
dalam superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai
spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka, akan
tetapi karena agama juga mengandung komponen ritual maka sebagian agama tergolong
juga dalam struktur sosial.
Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama/religion,
dibanding dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada
dasarnya spitual mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara
masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit tingkah laku . kebanyakan spirit
selalu dihubungkan sebagai factor kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi
baik secara fisik dan psikologi,Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari
kata benda bahasa latin ‘Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja “Spirare”
yang berarti bernafas.
Secara etimologi kata “sprit” berasal dari kata Latin “spiritus”, yang diantaranya
berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa
hidup.” Dalam perkembangannya, selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi.
Para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan (1) kekuatan yang menganimasi dan
memberi energi pada cosmos, (2) kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan,
keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran
(intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).
Dilihat dari bentuknya, spirit menurut Hegel, paling tidak ada tiga tipe :
subyektif, obyektif dan obsolut. Spirit subyektif berkaitan dengan kesadaran, pikiran,
memori, dan kehendak individu sebagai akibat pengabstraksian diri dalam relasi
sosialnya. Spirit obyektif berkaitan dengan konsep fundamental kebenaran (right, recht),
baik dalam pengertian legal maupun moral. Sementara spirit obsolut yang dipandang
Hegel sebagai tingkat tertinggi spirit-adalah sebagai bagian dari nilai seni, agama, dan
filsafat.
Secara psikologik, spirit diartikan sebagai “soul” (ruh), suatu makhluk yang
bersifat nir-bendawi (immaterial being). Spirit juga berarti makhluk adikodrati yang nir-
bendawi. Karena itu dari perspektif psikologik, spiritualitas juga dikaitkan dengan
berbagai realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat adikodrati, nir-bendawi, dan
cenderung “timeless & spaceless”. Termasuk jenis spiritualitas adalah Tuhan, jin, setan,
hantu, roh-halus, nilai-moral, nilai-estetik dan sebagainya. Spiritualitas agama (religious
spirituality, religious spiritualness) berkenaan dengan kualitas mental (kesadaran),
perasaan, moralitas, dan nilai-nilai luhur lainnya yang bersumber dari ajaran agama.
Spiritualitas agama bersifat Ilahiah, bukan bersifat humanistik lantaran berasal dari
Tuhan.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO),
2016). Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit
pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan
paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan
penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan
perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun,
dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Tinjauan agama ?
2. Bagaimana spiritual penolakan terapi Karena alasan agama ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Tinjauan agama
2. Untuk mengetahui spiritual penolakan terapi Karena alasan agama
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Agama
1. Definisi Agama
Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama
muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Maka
memang tidak mudah mendifinisikan agama. Termasuk mengelompokkan seseorang
apakah ia terlibat dalam suatu agama atau tidak. Mungkin seseorang dianggap
termasuk pengikut suatu agama tetapi ia mengingkarinya. Mungkin sebaliknya
seseorang mengaku memeluk sebuah agama, padahal seseungguhnya sebagian besar
pemeluk agama tersebut mengingkarinya.
Di bawah ini akan dijelaskan pengertian agama secara umum, yaitu sebagai berikut:
a. Agama menurut pengertian bahasa banyak sekali, antara lain diartikan: Peraturan,
undang-undang, tata cara, syari’at, ta’at dan lain sebagainya.
b. Agama menurut pengertian istilah umum ialah: “Pengakuan manusia tentang
adanya yang dianggap suci, kemudian manusia itu insyaf, bahwa yang dianggap
suci itu mempunyai kekuatan yang melebihi dari segala kekuatan yang ada.
c. Kemudian perkataan “Agama” itu berasal dari bahasa Sansekerta, yang tersusun
dari dua Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu:
1) Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur mengatur dan mencipta alam.
2) Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan
ketundukannya.
3) Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau
alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.
2. Jenis-Jenis Agama
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua macam, yaitu:
a. Agama wahyu, yaitu agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta
melalui Malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada
umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan melalui Al-Kitab, Suhuf (lembaran-
lembaran bertulis) atau ajaran lisan. Contoh agama wahyu adalah: Yahudi,
Nasrani, Islam.
b. Agama bukan wahyu, yaitu agama yang bersandar semata-mata kepada ajaran
seorang manusia yang diangap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam
berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya agama Budha yang berpangkal
pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran
Kong Hu Cu. Meskipun pada umumnya tidak diakui secara formal, sesungguhnya
banyak isme-isme yang dianut oleh manusia berlaku pula sebagai agama bukan
wahyu.
Ditinjau dari misi penyebarannya agama dibagi menjadi dua macam:
a. Agama Misionari, yaitu agama yang menuntut penganutnya untuk
menyebarkan ajaran-ajarannya kepada manusia lain.
b. Agama bukan misionari, yaitu yang tidak menuntut penganutnya untuk
menyebarkan ajarannya kepada orang lain. Jadi cukup disebarkan kepada
lingkungan tertentu yang menjadi misi utamanya.
3. Hubungan Manusia dan Agama
a. Fitrah manusia terhadap agama
Jadi pada dasarnya, fitrah (naluri) manusia terhadap agama sudah tersedia.
Hanya saja cara perkembangan dan pemikiran untuk menyampaikan mereka
kepada dzat Yang Maha Kuasa itu berbeda-beda, menurut tingkat kehidupan,
pengaruh
b. Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius.
Dalam faham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan
berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu ada yang
bersifat baik dan ada yang bersifat jahat. Benda yang mempunyai sifat baik,
disenangi dan dipakai dan dimakan agar orang yang memakai atau memakannya
senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yang terdapat di dalamnya.
Benda yang mempunyai kekuatan gaib jahat, ditakuti dan oleh karena itu dijauhi.
c. Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang
bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Roh dalam masyarakat
primitif belum mengambil bentuk roh dalam faham masyarakat yang telah lebih
maju. Bagi masyarakat primitif roh masih tersusun dari materi yang halus sekali
yang dekat menyerupai uap atau udara. Roh-roh ini diberi sesajen untuk
menyenangkan hati mereka, sesajen dalam bentuk binatang, makanan, kembang
dan sebagainya. Roh-roh nenek moyang juga menjadi obyek yang ditakuti dan
dihormati..
d. Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dalam agama ini hal-hal
yang menimbulkan perasaan taajub dan dahsyat bukan lagi dikuasai oleh roh-roh
tetapi oleh dewa-dewa. Kalau roh-roh dalam animisme tidak diketahui tugas-
tugasnya yang sebenarnya, dewa-dewa politeisme telah mempunyai tugas-tugas
tertentu.
4. perkembangan agama di Indonesia
Asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama dapat dikategorikan ke
dalam tiga jenis, yaitu :
a. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya suatu
masyarakat disebut dengan Agama Budaya atau Agama Bumi, seperti
Hindu, Budha, Shinto, atau agama-agama primitif dan tradisional.
b. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat wahyu dari
Tuhan disebut agama wahyu atau agama langit (dalam bahasa Arab langit
disebut samawi), seperti Yahudi, Nasrani dan Islam.
c. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar. Dia memiliki
pemikiran-pemikiran yang mengaggumkan tentang konsep-konsep kehidupan
sehingga banyak orang yang mengikuti pandangan hidupnya dan kemudian
melembaga sehingga menjadi kepercayaan dan ideologi bersama suatu
masyarakat. Agama semacam ini dinamakan sebagai agama filsafat, seperti
Konfusianisme (Konghucu), Taoisme dan sebagainya.
5. Unsur-unsur agama dan fungsi agama
a. Unsur-unsur
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur
pokok:
1) Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
2) Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya,
dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan
ajaran agama
3) Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang
dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
4) Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
b. Fungsi agama
1) Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
2) Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia.
3) Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
4) Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
5) Pedoman perasaan keyakinan
6) pedoman keberadaan
7) Pengungkapan estetika (keindahan)
8) Pedoman rekreasi dan hiburan
9) Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
6. Faktor yang mempengaruhi perkembangan agama
a. Keluarga
b. Lingkungan
A. Kesimpulan
Palliative Care (Perawatan palliative) bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga mereka dalam menghadapi masalah/penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah, fisik, psikososial dan
spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007).
Keperawatan Paliatif tidak hanya berfokuskan kepada keperawatan pengelolaan
keluhan nyeri, pengelolaan keluhan fisik lain, maupun pemberian intervensi pada asuhan
keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social saja tetapi kita tahu fungsi perawat
sebelumya yaitu salah satunya adalah holistic care pada keperawatan palliative yaitu kultural
dan spiritual, serta dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).
B. Saran
Kami menyarankan bahwa kegiatan terapi menggunakan metode holistic keagamaan
atau mendekatkan kepada Tuhan sangatlah berdampak positif bagi kualitas hidup pada pasien
terminal, karena dengan rasa bersyukur, pasrah, menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah
semua abadi pastilah semua mahluk hidup akan wafat pada akhirnya. Akan lebih
meringankan beban bagi pasien terminal baik secara psikologis dan fisiknya siap menerima
keadaanya sampai dengan akhir hayatnya.
DAFTAR PUSTAKA