Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TINJAUAN AGAMA, SPIRITUAL PENOLAKAN TERAPI


KARENA ALASAN AGAMA

INDAH SUWANDWI(201801109)
KELAS : IIIC NERS

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya
makalah ini sebagai hasil penugasan mata kuliah “keperawatan paliatif” oleh dosen kepada
Kami.
Dengan terselesaikannya maaklah ini ini kami berharap semoga makalah ini ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh
karena itu saya memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan saya harapkan saran dan
kritik untuk perbaikan makalah ini.
Demikian dari saya, atas perhatian kritik dan saran saya ucapkan terima kasih.

Palu, 13 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Tinjauan Agama............................................................................................
1. Devinisi...................................................................................................
2. Jenis-jenis agama.....................................................................................
3. Hubungan manusia dengan agama..........................................................
4. Perkembangan agama di indonesia.........................................................
5. Unsur-unsur agama dan fungsi agama....................................................
6. Faktor yang mempengaruhi perkembangan agama.................................
B. Spiritual Penolakan Terapi Karena Alasan Agama.......................................
1. Devinisi...................................................................................................
2. Fungsi spiritualitas..................................................................................
3. Karakteristik spiritualitas........................................................................
4. Faktor yang mempengaruhi spiritualitas.................................................
5. Factor dalam kebutuhan spiritual...........................................................
6. Penolakan terapi karena alasan agama....................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................


A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal, dalam
arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan polapola perilaku yang
memenuhi syarat untuk disebut „agama‟ (religious).1 Ellis, tokoh terapi kognitif
behavioral menulis dalam Journal of Counseling and Clinical Psychology terbitan 1980.
Agama yang dogmatis, ortodoks dan taat (yang mungkin kita sebut sebagai kesalehan)
bertoleransi sangat signifikan dengan gangguan emosional orang umumnya
menyusahkan dirinya dengan sangat mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban
yang absolut. Orang sehat secara emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia
berubah, sedang orang yang sangat relegius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran dan
tidak mau berubah, karena itu kesalehan dalam berbagai hal sama dengan pemikiran
tidak rasional dan gangguan emosional.2 Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk
dalam superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai
spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka, akan
tetapi karena agama juga mengandung komponen ritual maka sebagian agama tergolong
juga dalam struktur sosial.
Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama/religion,
dibanding dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada
dasarnya spitual mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara
masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit tingkah laku . kebanyakan spirit
selalu dihubungkan sebagai factor kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi
baik secara fisik dan psikologi,Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari
kata benda bahasa latin ‘Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja “Spirare”
yang berarti bernafas.
Secara etimologi kata “sprit” berasal dari kata Latin “spiritus”, yang diantaranya
berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa
hidup.” Dalam perkembangannya, selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi.
Para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan (1) kekuatan yang menganimasi dan
memberi energi pada cosmos, (2) kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan,
keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran
(intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).
Dilihat dari bentuknya, spirit menurut Hegel, paling tidak ada tiga tipe :
subyektif, obyektif dan obsolut. Spirit subyektif berkaitan dengan kesadaran, pikiran,
memori, dan kehendak individu sebagai akibat pengabstraksian diri dalam relasi
sosialnya. Spirit obyektif berkaitan dengan konsep fundamental kebenaran (right, recht),
baik dalam pengertian legal maupun moral. Sementara spirit obsolut yang dipandang
Hegel sebagai tingkat tertinggi spirit-adalah sebagai bagian dari nilai seni, agama, dan
filsafat.
Secara psikologik, spirit diartikan sebagai “soul” (ruh), suatu makhluk yang
bersifat nir-bendawi (immaterial being). Spirit juga berarti makhluk adikodrati yang nir-
bendawi. Karena itu dari perspektif psikologik, spiritualitas juga dikaitkan dengan
berbagai realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat adikodrati, nir-bendawi, dan
cenderung “timeless & spaceless”. Termasuk jenis spiritualitas adalah Tuhan, jin, setan,
hantu, roh-halus, nilai-moral, nilai-estetik dan sebagainya. Spiritualitas agama (religious
spirituality, religious spiritualness) berkenaan dengan kualitas mental (kesadaran),
perasaan, moralitas, dan nilai-nilai luhur lainnya yang bersumber dari ajaran agama.
Spiritualitas agama bersifat Ilahiah, bukan bersifat humanistik lantaran berasal dari
Tuhan.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO),
2016). Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit
pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan
paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan
penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan
perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun,
dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Tinjauan agama ?
2. Bagaimana spiritual penolakan terapi Karena alasan agama ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Tinjauan agama
2. Untuk mengetahui spiritual penolakan terapi Karena alasan agama
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Agama
1. Definisi Agama
Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama
muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Maka
memang tidak mudah mendifinisikan agama. Termasuk mengelompokkan seseorang
apakah ia terlibat dalam suatu agama atau tidak. Mungkin seseorang dianggap
termasuk pengikut suatu agama tetapi ia mengingkarinya. Mungkin sebaliknya
seseorang mengaku memeluk sebuah agama, padahal seseungguhnya sebagian besar
pemeluk agama tersebut mengingkarinya.
Di bawah ini akan dijelaskan pengertian agama secara umum, yaitu sebagai berikut:
a. Agama menurut pengertian bahasa banyak sekali, antara lain diartikan: Peraturan,
undang-undang, tata cara, syari’at, ta’at dan lain sebagainya.
b. Agama menurut pengertian istilah umum ialah: “Pengakuan manusia tentang
adanya yang dianggap suci, kemudian manusia itu insyaf, bahwa yang dianggap
suci itu mempunyai kekuatan yang melebihi dari segala kekuatan yang ada.
c. Kemudian perkataan “Agama” itu berasal dari bahasa Sansekerta, yang tersusun
dari dua Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu:
1) Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur mengatur dan mencipta alam.
2) Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan
ketundukannya.
3) Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau
alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.
2. Jenis-Jenis Agama
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua macam, yaitu:
a. Agama wahyu, yaitu agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta
melalui Malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada
umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan melalui Al-Kitab, Suhuf (lembaran-
lembaran bertulis) atau ajaran lisan. Contoh agama wahyu adalah: Yahudi,
Nasrani, Islam.
b. Agama bukan wahyu, yaitu agama yang bersandar semata-mata kepada ajaran
seorang manusia yang diangap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam
berbagai aspeknya secara mendalam. Contohnya agama Budha yang berpangkal
pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran
Kong Hu Cu. Meskipun pada umumnya tidak diakui secara formal, sesungguhnya
banyak isme-isme yang dianut oleh manusia berlaku pula sebagai agama bukan
wahyu.
Ditinjau dari misi penyebarannya agama dibagi menjadi dua macam:
a. Agama Misionari, yaitu agama yang menuntut penganutnya untuk
menyebarkan ajaran-ajarannya kepada manusia lain.
b. Agama bukan misionari, yaitu yang tidak menuntut penganutnya untuk
menyebarkan ajarannya kepada orang lain. Jadi cukup disebarkan kepada
lingkungan tertentu yang menjadi misi utamanya.
3. Hubungan Manusia dan Agama
a. Fitrah manusia terhadap agama
Jadi pada dasarnya, fitrah (naluri) manusia terhadap agama sudah tersedia.
Hanya saja cara perkembangan dan pemikiran untuk menyampaikan mereka
kepada dzat Yang Maha Kuasa itu berbeda-beda, menurut tingkat kehidupan,
pengaruh
b. Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius.
Dalam faham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan
berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu ada yang
bersifat baik dan ada yang bersifat jahat. Benda yang mempunyai sifat baik,
disenangi dan dipakai dan dimakan agar orang yang memakai atau memakannya
senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yang terdapat di dalamnya.
Benda yang mempunyai kekuatan gaib jahat, ditakuti dan oleh karena itu dijauhi.
c. Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang
bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Roh dalam masyarakat
primitif belum mengambil bentuk roh dalam faham masyarakat yang telah lebih
maju. Bagi masyarakat primitif roh masih tersusun dari materi yang halus sekali
yang dekat menyerupai uap atau udara. Roh-roh ini diberi sesajen untuk
menyenangkan hati mereka, sesajen dalam bentuk binatang, makanan, kembang
dan sebagainya. Roh-roh nenek moyang juga menjadi obyek yang ditakuti dan
dihormati..
d. Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dalam agama ini hal-hal
yang menimbulkan perasaan taajub dan dahsyat bukan lagi dikuasai oleh roh-roh
tetapi oleh dewa-dewa. Kalau roh-roh dalam animisme tidak diketahui tugas-
tugasnya yang sebenarnya, dewa-dewa politeisme telah mempunyai tugas-tugas
tertentu.
4. perkembangan agama di Indonesia
Asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama dapat dikategorikan ke
dalam tiga jenis, yaitu :
a. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya suatu
masyarakat disebut dengan Agama Budaya atau Agama Bumi, seperti
Hindu, Budha, Shinto, atau agama-agama primitif dan tradisional.
b. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat wahyu dari
Tuhan disebut agama wahyu atau agama langit (dalam bahasa Arab langit
disebut samawi), seperti Yahudi, Nasrani dan Islam.
c. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar. Dia memiliki
pemikiran-pemikiran yang mengaggumkan tentang konsep-konsep kehidupan
sehingga banyak orang yang mengikuti pandangan hidupnya dan kemudian
melembaga sehingga menjadi kepercayaan dan ideologi bersama suatu
masyarakat. Agama semacam ini dinamakan sebagai agama filsafat, seperti
Konfusianisme (Konghucu), Taoisme dan sebagainya.
5. Unsur-unsur agama dan fungsi agama
a. Unsur-unsur
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur
pokok:                    
1)  Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
2) Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya,
dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan
ajaran agama
3)  Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang
dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
4) Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
b. Fungsi agama
1) Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
2) Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia.
3) Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
4) Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
5) Pedoman perasaan keyakinan
6) pedoman keberadaan
7) Pengungkapan estetika (keindahan)
8) Pedoman rekreasi dan hiburan
9) Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
6.  Faktor yang mempengaruhi perkembangan agama
a. Keluarga
b. Lingkungan

B. Spiritual Penolakan Terapi Karena Alasan Agama


1. Definisi Spiritualitas
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta
atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhan dengan melakukan sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya.
Spiritualitas merupakan aspek kepribadian manusia yang memberikan kekuatan dan
mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya. Spiritualitas mencakup aspek non
fisik dari keberadaan seorang manusia.
Spiritualitas sebagai suatu multidimensi yang terdiri dari dimensi eksistensial dan
dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokus lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
(Mickley).
Spiritualitas merupakan suatu konsep dua dimensi yaitu dimensi vertical dan
dimensi horizontal. Dimensi vertical merupakan hubungan individu dengan Tuhan Yang
Maha Esa yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal merupakan
hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (McSherry W).
Spiritualitas merupakan suatu dimensi yang berhubungan dengan menemukan arti
kehidupan dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan Tuhan, diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan (Burkhardt MA).Spiritual merupakan kekuatan yang
menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan nilai-nilai individu, persepsi,
kepercayaan dan keterikatan di antara individu.
2. Fungsi Spiritualitas
Spiritualitas mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup para individu.
Spiritualitas berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi individu. Pada saat
stress individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat
diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut
memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti. Melaksanakan
ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu
memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu perlindungan bagi individu.
3. Karakteristik Spiritualitas
Pemenuhan spiritual harus berdasarkan 4 karakteristik spiritual itu sendiri. Ada
beberapa karakteristik yang dimiliki spiritual, adapaun karakteristik itu antara lain :
a. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri
yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut
kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan
pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri (Young dan Koopsen, 2007).
b. Hubungan Dengan Orang Lain Atau Sesama
Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri.
Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling keterhubungan telah lama
diakui sebagai bagian pokok dalam pengalaman manusiawi, adanya hubungan antara
manusia satu dengan lainnya yang pada tarafkesadaran spiritual kita tahu bahwa kita
terhubung dengan setiapmanusia.Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak
harmonisnyahubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputipembagian
waktu, ramah dan bersosialisasi, mengasuh anak,mengasuh orang tua dan orang yang
sakit, serta meyakinikehidupan dan kematian.
c. Hubungan Dengan Alam
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu denganlingkungan.
Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian danlingkungan atau suasana yang
tenang. Kedamaian merupakan keadilan,empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat
individu menjadi tenang dan dapatmeningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1995).
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi
pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan
alam serta melindungi alam tersebut (Kozier dkk 1995).
d. Hubungan Dengan Tuhan
Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara
tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan.Akan tetapi, dewasa ini telah
dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang
menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. Kodrat tuhan mungkin mngambil
berbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan
orang lain (Young dan Koopsen, 2009).
4. Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas seseorang terdiri dari tahap
perkembangan, keluarga, latar belakang, etnik dan budaya, pengalaman hidup
sebelumnya, krisis dan perubahan, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan
terapi, dan asuhan keperawatan yang kurang tepat. Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Tahap Perkembangan
Setiap orang memiliki bentuk pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang berbeda-
beda bedasarkan usia, jenis kelamin, agama, dan kepribadian individu.
Spiritualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia dan berhubungan dengan
proses perubahan dan perkembangan pada manusia. Semakin bertambah usia,
seseorang akan membutuhkan kekuatan, menambah keyakinannya, dan
membenarkan keyakinan spiritualitasnya
b. Keluarga
Keluarga sangat berperan dalam perkembangan spiritualitas seseorang. Keluarga
merupakan tempat pertama kali seseorang memperoleh pengalaman, pelajaran hidup,
dan pandangan hidup. Dari keluarga, seseorang belajar tentang Tuhan, kehidupan, dan
diri sendiri. Keluarga memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan
spiritualitas karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dengan individu.
c. Budaya
Pemenuhan spiritualitas budaya berbeda-beda pada setiap budaya. Budaya dan
spiritualitas menjadi dasar seseorang dalam melakukan sesuatu dan menjalani cobaan
atau masalah cobaan atau masalah dalam hidup dengan seimbang.Pada umumnya
seseorang akan mengikuti budaya dan spiritualitas yang dianut oleh keluarga.
Seseorang akan belajar tentang nilai moral serta spiritualitas dari hubungan keluarga.
Apapun tradisi dan sistem kepercayaan yang dianut individu pengalaman spiritualitas
merupakan hal yang unik bagi setiap individu.
d. Agama
Agama sangat mempengaruhi spiritualitas individu. Agama merupakan suatu sistem
keyakinan dan ibadah yang dipraktikkan individu dalam pemenuhan spiritualitas
individu. Agama merupakan cara dalam pemeliharaan hidup terhadap segala aspek
kehidupan. Agama berperan sebagai sumber kekuatan dan kesejahteraan pada
individu.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam Pemberian Kebutuhan Spiritual
Ada pun faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam memberikan kebutuhan
spiritual kepada pasien, yaitu :
a. Ketidakmampuan perawat untuk berkomunikasi
Komunikasi yang tidak efektif dapat mengakibatkan pasien tidak mampu
mengungkapkan kebutuhan spiritualnya.
b. Ambigu
Ambigu terjadi ketika adanya perbedaan keyakinan antara perawat dengan pasien.
Perawat akan merasa kebingungan, takut salah, dan menganggap spiritual terlalu
sensitive dan merupakan hak pribadi pasien.
c. Kurangnya pengetahuan tentang spiritual care
Pengetahuan perawat tentang spiritual care juga mempengaruhi perawat dalam
memberikan kebutuhan spiritual pasien. Jika perawat percaya bahwa pemberian
spiritual care adalah ibadah maka persepsi ini akan secara langsung akan
memberikan kebutuhan spirual kepada pasien. Spiritual perawat itu sendiri
mempengaruhi bagaimana mereka berperilaku, bagaimana menangani pasien, dan
bagaimana berkomunikasi dengan pasien pada saat perawat memberikan spiritual
care.
d. Hal yang bersifat pribadi
Perawat berpendapat bahwa spiritual merupakan hal yang bersifat pribadi, sehingga
sulit untuk ditangani perawat.
e. Takut melakukan kesalahan
Adanya perasaan takut jika apa yang dilakukan adalah hal yang salah, dalam situasi
yang sulit hal ini dapat mengakibatkan penolakan dari pasien.
6. penolakan Terapi Karena Alasan Agama
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari
hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem
kepecayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap
individu.
Contoh penolakan Terapi Karena Alasan Agama :
1. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak
pasien dan merupakan outonmy pasien, pasien berhak memilih, menolak segala
bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan agama dan dirinya.
2. Seorang dokter menolak pasien karena menganggap bahwa layanan BPJS
termasuk riba atau pinjaman yang dilebihkan / dilarang dalam agama islam.
3. Pasien menolak terapi yang akan diberikan oleh perawat dengan alasan tindakan
yang akan dilakukan bertentangan dengan agamanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Palliative Care (Perawatan palliative) bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga mereka dalam menghadapi masalah/penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah, fisik, psikososial dan
spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007).
Keperawatan Paliatif tidak hanya berfokuskan kepada keperawatan pengelolaan
keluhan nyeri, pengelolaan keluhan fisik lain, maupun pemberian intervensi pada asuhan
keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social saja tetapi kita tahu fungsi perawat
sebelumya yaitu salah satunya adalah holistic care pada keperawatan palliative yaitu kultural
dan spiritual, serta dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).

B. Saran
Kami menyarankan bahwa kegiatan terapi menggunakan metode holistic keagamaan
atau mendekatkan kepada Tuhan sangatlah berdampak positif bagi kualitas hidup pada pasien
terminal, karena dengan rasa bersyukur, pasrah, menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah
semua abadi pastilah semua mahluk hidup akan wafat pada akhirnya. Akan lebih
meringankan beban bagi pasien terminal baik secara psikologis dan fisiknya siap menerima
keadaanya sampai dengan akhir hayatnya.
DAFTAR PUSTAKA

KEMENKES. (2014). Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.
https://www.academia.edu/15996339/TINJAUAN_AGAMA_KEPERAWATAN_PALIATIF

Anda mungkin juga menyukai