A. Pendahuluan
Dalam pandangan Teologi Kristen, pandangan tentang Elohim sangatlah
berbeda dengan teologi agama agama lainnya. Dalam Teologi Kristen, Elohim
diyakini sebagai pusat dari segalanya. Tak ada satu pun dapat terjadi di luar
kehendak-Nya, dan tanpa Dia segala sesuatu tidak dapat menjadi ada (Yoh.
1:3). Namun tidak hanya sampai disitu, Elohim tidak sekedar menjadi
pencipta atas segala sesuatu yang ada, tetapi Elohim juga menjadi tujuan atas
segala ciptaanNya. Rasul Paulus menyatakan dalam Roma 11:36, “Sebab
segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah
kemuliaan sampai selama-lamanya!” Segala ciptaanNya hanyalah ada untuk
menyatakan kemuliaan dan kebesaran-Nya. Leon Morris, seorang profesor
Perjanjian Baru menyatakan:
“Paulus menaruh perhatian yang amat besar kepada Elohim. Biasanya kita
menganggap pasti bahwa seorang penulis PB akan menulis tentang Elohim
dan anggapan ini tidak keliru. Akan tetapi, pada umumnya kita tidak
menyadari bahwa Paulus menggunakan nama Elohim dengan amat sering.
Penggunaan nama Elohim olehnya sungguh-sungguh luar biasa. Paulus
mengacu pada Elohim jauh lebih sering daripada penulis PB mana pun.
Lebih dari 40% acuan pada Elohim dalam PB berasal dari Paulus (yakni
548 dari 1.314 kali). Suatu proporsi yang amat tinggi. Sungguh luar biasa
bahwa seorang penulis yang tulisan-tulisannya mengisi kira-kira
seperempat PB, menyebut nama Elohim sebanyak hampir setengah dari
jumlah semua kata “Elohim” dalam PB. Dalam surat kepada Jemaat di
Roma ia memakai kata “Elohim” sebanyak 153 kali, jadi rata-rata satu kali
setiap 46 kata.”
Nyatalah kepada kita, bahwa Elohim adalah pusat dari teologi Paulus, dan
Rasul Paulus selalu membangun teologinya di atas dasar doktrin Elohim. Tak
ada satu ajaran/doktrin pun, yang boleh dibangun di atas dasar lain, selain dasar
doktrin Elohim di dalam Alkitab. Elohim adalah sumber dari segala sesuatu, Ia
adalah pencipta dari segala sesuatu, pemilik dari segala sesuatu, dan tujuan
akhir dari segala sesuatu.
Pernyataan Elohim dibagi menjadi dua yaitu melalui wahyu umum dan
wahyu khusus. Wahyu umum mampu menyadarkan manusia akan keberadaan
Elohim, namun tidak dapat menuntun manusia ke dalam keselamatan. Untuk
menuntun manusia kepada keselamatan, manusia membutuhkan Wahyu
Khusus dari Elohim. Dalam kekristenan, Elohimlah yang beracara dalam
keselamatan, bukan manusia. Elohimlah yang berinisiatif menyelamatkan
manusia dan memberikan penyataan khusus sehingga manusia dapat lebih
memahami Elohim dan jalan keselamatan-Nya. Pola Penyataan Elohim
kepada manusia yaitu melalui Penyataan umum dan
Penyataan khusus.
Pola Penyataan umum bersumber dari Elohim melalui sarana alam dan
diri manusia sendiri. Isi dari Penyataan umum yaitu pertama-tama
adanya Elohim dengan sifat-sifat Elohim dan kedua yaitu tuntutan serta
kehendak Elohim. Pada mulanya penyataan di dalam makhluk cukup bagi
manusia. Manusia dapat mengenal Tuhan dan mengetahui jalan untuk
melayani Tuhan. Namun, dosa merusakkan segala sesuatu. Dunia di dalam
dan di luar manusia pun rusak juga.
Manusia dijatuhi hukuman oleh Tuhan dan oleh karena manusia segala
makhluk jatuh ke dalam hukuman. Segala Penyataan Umum rusak. Tetapi hal
ini tak berarti bahwa Penyataan Umum lenyap sama sekali. Sekarang pun
Penyataan-penyataan itu masih ada, yaitu Tuhan masih memelihara alam
semesta. Tujuan dari Penyataan Umum adalah untuk menyatakan kemuliaan
Elohim, kuasaNya dalam alam semesta, keunggulanNya, keahlianNya,
penentuNya dalam mengendalikan alam semesta.
Khusus maka kita dapat melihat dengan jelas karya keselamatan Elohim.
Seperti yang dikatakan Nico Syukur Dister bahwa untuk mengenal Elohim
lebih sempurna, manusia memerlukan pewahyuan diri Elohim yang lebih
lanjut, yaitu Penyataan khusus dari Elohim melalui karyaNya sebagai
Penyelamat dan Penebus. Penyataan ini disebut khusus, karena hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman saja.
KARYA TUHAN
A. Penciptaan
Penciptaan adalah karya Elohim. Dalam karya itu Ia memberi
keberadaan pada segala yang ada, yang sebelumnya tidak ada, baik materi
maupun spiritual. Elohim menciptakan alam semesta dari yang tidak ada
(ex nihilo) menjadi ada oleh kekuasaan firman-Nya (Kejadian 1). Ia tidak
mencipta dari bahan materi yang telah tersedia melainkan mencipta dari
kekosongan. Segala materi baru ada setelah diciptakan oleh Elohim
(Yohanes 1:3). Segalanya dicipta oleh Elohim selama enam hari.
Ini berarti Elohim harus menjadi Tuhan dan Raja yang mengatur
hidup kita karena kita adalah ciptaan-Nya. Tentu tidak berarti kalau Tuhan
sudah mengatur hidup kita, maka kita seperti robot (tidak memiliki
kehendak bebas). Theologia Reformed mengajarkan keseimbangan antara
kedaulatan Tuhan dan “kehendak bebas” manusia yang tetap berada di
dalam pengawasan Tuhan.
B. Pemeliharaan
Setelah menciptakan alam semesta, kemudian Elohim memelihara
semua makhluk-Nya, bekerja dalam segala sesuatu yang terjadi di dunia
dan mengarahkan segala hal kepada tujuan yang ditetapkan-Nya (Rom
8:28). Pemeliharaan menyatakan bahwa Elohim senantiasa
mempertahankan, memperbaharui dan mengatur ciptaan-Nya. Ajaran ini
digambarkan dalam kisah Yusuf, yang diculik dan dibuang ke Mesir: pada
kemudian hari peristiwa itu dilihat sebagai pemeliharaan Elohim untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya yang dilanda kelaparan (Kej 45:1-34).
Pemeliharaan Elohim meliputi seluruh alam semesta dan Elohim bekerja
dalam segala sesuatu (Mazm 115:3; Mat 10:30; Ef 1:11). Gejala-gejala
alam seperti angin dan hujan, bahkan yang kelihatan sebagai musibah
(Luk 13:1-5), diatur oleh Dia. Kejahatan sekalipun ada di bawah kuasa-
Nya dan digunakan untuk rencana-Nya (Kej 50:20; Kis 2:23; Fil 1:17-18).
C. Penebusan
Bijaksana Elohim dinyatakan di dalam penciptaan ( Maz 104:24 )
Juga di dalam penebusan. Bijaksana Elohim terlihat di dalam rencana
penebusanNya. Kristus adalah bijaksana Elohim ( 1 Kor 1:24, 30 ).
Walaupun kata salib adalah kebodohan bagi mereka yang menolak itu dan
menganggap diri mereka bijaksana ( 1 Kor 1:18-20 ).Elohim memilih yang
bodoh di dalam dunia untuk memalukan yang berhikmat ( 1 Kor
1:21,27,29 ).Manusia butuh keselamatan. Dosa telah memisahkan manusia
dari Elohim (Yesaya 59:1-2) dan karena itu pun upah dosa yaitu kematian
akan memangsa manusia (Roma 3:23). Elohim dengan hikmat-Nya yang
maha agung memberikan manusia itu penebusan.
Kata tersebut dari sudut tata bahasa dianggap kata benda biasa,
mengandung pengertian yang mencakup segala sesuatu yang termasuk
konsep Elohim, yang berbeda dengan manusia (Bilangan 33:19) dan
makhluk-makhluk ciptaan lainnya. Penggunaan nama ini mengacu kepada
hubungannya dengan kosmik dan semesta dunia (Kejadian 1:1), karena
hanya ada satu Elohim Yang Mahatinggi dan benar, dan Ia adalah sang
Pribadi.
Nama El biasanya dipasangkan dengan kata sifat sehingga dengan sifat itu
kita memahami bagaimana pribadi Tuhan itu, contohnya:
Elyon
a. Elyon
Alkitab Ibrani ;עליון Masoretik ʿElyōn; secara tradisional
disebut di Samaria sebagai illiyyon, adalah julukan yang merujuk
kepada Tuhan bangsa Israel dalam Alkitab Ibrani. Elyōn biasanya
diterjemahkan sebagai "Tuhan yang Maha Tinggi", atau tertulis
dalam Septuagint sebagai "Ο ΘΕΟΣ Ο ΥΨΙΣΤΟΣ" (Tuhan yang
Maha Tinggi). Cendekiawan Yahudi reformis, rabbi Abraham
Geiger, menganggap bahwa sebutan Elyōn berasal dari zaman
kemudian, yaitu pada zaman Makabi. Akan tetapi, nama tuhan ini
telah disebut dalam prasasti dari zaman Ugarit (kini Ras
Shamra, Suriah) hal ini membuktikan bahwa asal mulanya lebih
tua, yaitu pra-Musa (Hertz 1936). Istilah ini juga digunakan dalam
konteks non-religius sehari-hari, yang berarti "yang diatas",
"puncak", atau "paling tinggi", yang merujuk pada posisi suatu
benda (misalnya menyebut pada keranjang dalam Kejadian 40.17
atau kepada ruangan dalam Yehezkiel 42.5).
b. Elshaddai
Pada usia 99 Elohim melawat Abram sebagai El-Shaday,
dan Elohim meminta Abram untuk hidup sesuai dengan standar
yang tinggi yaitu hidup bergaul dengan-Nya/ berjalan bersama-Nya
( הִתְ ַהלְֵּך - HITHALEKH, Verb Hithpael Imperative) untuk hidup
sempurna / tidak bercela (Ibrani: תָּ מִים - TAMIM) yang ditentukan
di dalam perjanjian yang dibuat Elohim dengan dia. Kata ֵאל שָׁדַּ י ;
'EL-SHADAY umumnya dalam terjemahan Alkitab, diterjemahkan
dengan "God Almighty/ Elohim Mahakuasa"
Kata Ibrani: שָׁדַּ י - SHADAY berhubungan dengan verba: ְלשְׁדוד -
LISH'DOD atau שָׁדַ ד - SHADAD, yang berarti: mengalahkan,
menghancurkan.
c. El Roi
Hagar dikenan Elohim memberikan Nama kepada-Nya: אֵל
ראִי -
ֳ 'EL ROI, yang secara harfiah berarti: Elohim, Dia melihat
kepadaku. Kata רֹאִי - RO'I, melihat kepadaku bentuk verba dalam
tenses participal (yang bisa kita pandang sebagai tenses "present"
Asal kata ini dari רֹו ֶאה -RO'EH (melihat).
d. El Olam
Bagian akhir dari Kejadian pasal 21, ada menuliskan
tentang kehidupan ibadah Abraham. Meski hidup sebagai seorang
asing, Abraham menjadi berkat bagi wilayahnya, termasuk kepada
penguasa tanah itu, yaitu Abimelekh yang secara khusus datang
kepada Abraham untuk mengadakan perjanjian. Ada kemungkinan
tetangga-tetangga di sekitarnya turut serta dalam ibadah itu, untuk
bisa bergabung bersamanya:
e. El Qana
Di dalam Alkitab, acap kali Elohim disebut "cemburu" atau
"pencemburu". Bangsa Israel mempunyai perjanjian Khusus
dengan Elohim, bahwa mereka adalah bangsa terpilih, Elohim
memberikan 10 Firman ('ASERET HADEVARIM) yang berisi
"jangan ada illah (gods) lain di hadapanKu" (Keluaran 20:3) Kata
"illah" (gods) secara konteks disitu berbentuk jamak. Artinya ada
pembatasan Elohim dalam sujud/ penyembahan kepada YHVH
'ELOHIM dan bukan kepada 'elohim (ilah-ilah lain), ini merupakan
inti dari Perjanjian Israel. Dan berlaku bagi iman Kristiani hingga
sekarang.
2. Adonai
Kata "Adonai" adalah bentuk jamak dari kata "adon" yang berarti
tuan, pemilik, penguasa dan junjungan. Dalam hubungannya dengan nama
Tuhan, kata ini digunakan dalam bentuk jamak dengan diberi akhiran
pemilik orang pertama tunggal dan secara harfiah berarti tuanku-tuanku.
3. Yahweh
Nama Elohim yang paling penting dan paling sering dipakai
dalam Alkitab Ibrani adalah YHWH atau dikenal dengan
sebutan Tetragrammaton, empat huruf nama Elohim, bahasa Ibrani: יהוה,
atau YHWH. Nama ini ditulis lebih dari 6800 kali diulang dalam kitab-
kitab Perjanjian Lama dan diterjemahkan dengan kata "TUHAN" (semua
huruf besar). Pembacaan nama ini tidak dapat dipastikan karena selama
berabad-abad dilarang diucapkan dalam budaya Yahudi, karena takut
menyalahi. Sebagai gantinya kata YHWH diucapkan Adonai, yang berarti
"tuan" atau "Tuhan". Komunitas Yahudi menggunakan kata YHWH
sebagai nama Sang Ilahi untuk menyatakan rasa hormat dan takzim yang
mendalam secara sungguh-sungguh kepada Sang Ilahi.
2. Kurios.
Secara harafiah kata ini berarti Tuan, Pemilik, yang berkuasa. Kata
ini dipakai untuk menterjemahkan kata Adon/Adonai dalam Bahasa Ibrani
ke Bahasa Yunani dalam Septuaginta. Dalam Bahasa Indonesia,
khususnya di Alkitab terbitan LAI kata Kurios diterjemahkan sebagai
“Tuhan”. Dalam perjanjian baru kata ini dapat merujuk kepada Bapa
maupun Kristus. Nama itu mencakup pengertian “Adonai” dan “Yahweh”
meskipun artinya lebih sesuai dengan arti kata “Adonai”. Nama itu
merujuk Elohim sebagai pemilik dan pemerintah dari segala hal dan
khususnya dari umatNya
Bapa. Ini menunjukkan bahwa Elohim adalah Bapa dari semua orang
percaya dan bersifat lebih pribadi. Selanjutnya gelar ini berikan kepada
Kristus sebagai pemilik atau Tuan bagi orang percaya, artinya secara
sederhana semua orang percaya adalah hamba Kristus, Kristus
Tuan/Kurios kita, tempat kita menghamba.
BAB V
MENGENAL ELOHIM TRITUNGGAL
A. Istilah Tritunggal
Istilah ini pertama kali digunakan dalam bahasa Latin “Trinitas” oleh
Tertulianus dan dalam istilah bahasa Yunani “Trias” oleh Teofilus dari
Antiokhia. Istilah Tritunggal ini bukanlah istilah yang berasal dari Alkitab
tetapi konsep tentang Elohim yang Esa dengan kejamakan-Nya terungkap
dengan jelas didalamnya. Istilah ini merupakan istilah yang diadopsi dari apa
yang telah
disediakan oleh lingkungan keilmuan Filsafat. Penggunaan istilah Tritunggal
merupakan suatu bentuk ringkas untuk menjelaskan tentang fakta Alkitab
bahwa Elohim yang disembah adalah Elohim Tritunggal dan hanyalah sebagai
usaha untuk menjelaskan kepenuhan Elohim, baik dalam hal keesaan-Nya
maupun dalam hal kejamakan-Nya.
Dalam bagian ini pembahasan data dan fakta dari Alkitab yang dijadikan
bukti Alkitabiah untuk pemahaman doktrin Tritunggal ini. Perlu dipahami
bukti-bukti ini mungkin terpisah tetapi saling terkait secara erat dan saling
melengkapi guna membangun landasan Alkitabiah tentang doktrin Tritunggal
ini. Elohim dalam Alkitab dinyatakan dengan jelas dan tegas sebagai Elohim
yang Esa. Dia adalah satu-satunya Elohim yang kekal, benar dan hidup dan
tidak ada yang setara dan dapat menyamai-Nya. Hal ini dibuktikan
sebagaimana
dinyatakan dalam pengakuan iman Westminster yang nyatakan bahwa,
“hanya ada satu Elohim yang esa, yang hidup dan sejati.” Keesaan Elohim
disini dimaknai dan dinyatakan bahwa “hanya ada satu Elohim saja dan bahwa
sifat
dasar atau watak Elohim tidak dapat dipisah-pisahkan atau dibagi”. Berikut ini
beberapa fakta Alkitab yang membuktikan tentang keesaan Elohim.
Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri
Elohim yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat
menjadikannya
sebagai dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat
(lih. Ibr. 11:1-2). Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu
mempunyai keterbukaan hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima
rahmat Tuhan, untuk menerima rahasia Elohim yang terbesar ini; dan hati kita
akan dipenuhi oleh ucapan syukur tanpa henti.
Mungkin kita pernah mendengar orang yang menjelaskan konsep Elohim
Tritunggal dengan membandingkan-Nya dengan matahari: yang terdiri dari
matahari itu sendiri, sinar, dan panas. Atau dengan sebuah segitiga, di mana
Elohim Bapa, Elohim Putera, dan Elohim Roh Kudus menempati masing-
masing sudut, namun tetap dalam satu segitiga. Bahkan ada yang mencoba
menjelaskan, bahwa Trinitas adalah seperti kopi, susu, dan gula, yang akhirnya
menjadi susu kopi yang manis. Penjelasan yang menggunakan analogi ini
memang ada benarnya, namun sebenarnya tidak cukup, sehingga sangat sulit
diterima oleh orang-orang non-Kristen. Apalagi dengan perkataan, ‘pokoknya
percaya saja’, ini juga tidak dapat memuaskan orang yang bertanya. Jadi jika
ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada Elohim Tritunggal,
sebaiknya kita katakan, “karena Elohim melalui Yesus menyatakan Diri-Nya
sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.
Ketiga, Bukti-bukti dari kitab Syair. Mazmur 18:32 dan 86:10 menyatakan
keyakinan Daud bahwa tidak ada Elohim selain Tuhan. Keempat, Bukti-bukti
dari kitab Nabi-nabi. Yesaya menunjukkan bahwa di dunia ini benar-benar
tidak ada Elohim kecuali Tuhan (Yes 45:6-8, 20-22; 46:8-10). Pengakuan
yang sama juga muncul dari mulut Yeremia yang menyatakan bahwa tidak ada
yang sama seperti Tuhan (Yer 10:6) dan Tuhan mengatasi segala Elohim yang
bangsa-bangsa lain (Yer 14:22). Hosea menyampaikan bahwa Tuhan
menyatakan bahwa hanya Dialah Elohim (Hos 13:4) dan Maleakhi
menunjukkan kepercayaannya akan keesaan Elohim lewat pertanyaannya:
“bukankah satu Elohim yang menciptakan kita?”.
TEOFANI ELOHIM
A. Pengertian Teofani
Teofani, adalah suatu istilah dalam ilmu teologi, yang berasal dari Bahasa
Yunani: τεοφάνια - THEOPHANIA, berasal dari dua kata, kata benda θεός -
THEOS (Elohim) dan kata kerja φανερόω - PHANEROÔ yang
artinya menampakkan, mewujudkan (diri). Maka, THEOPHANIA adalah
penampakan Elohim/ appearance of God/ a manifestation of God to the world.
B. Pemahaman Teofani
Elohim menampakkan diri dengan tanda-tanda yang dapat dihayati oleh
yang bersangkutan, sehingga ybs. sadar bahwa mereka berhadapan dengan
Elohim sendiri. Umpamanya, Elohim menampakkan diri-Nya kepada Musa
dalam nyala api yang keluar dari semak duri, Elohim menampakkan diri
kepada Israel di dalam tiang awan, dalam awan yang padat yang disertai guruh
dan kilat di atas gunung Sinai, di dalam kemuliaan-Nya yang melalui Musa,
menampakkan diri kepada Gideon sebagai Malaikat TUHAN (MAL'AKH
YHVH), dan seterusnya.
Ini semua dalam konteks providensi Elohim yang khusus. Theofani atau
penampakan diri Elohim ini bukanlah kehadiran Elohim yang tanpa keaktifan
dan tanpa waktu, melainkan dengan manampakkan diri ini Elohim hadir
dengan nyata atau mendatangi umat-Nya serta berada di tengah-tengah umat-
Nya. Ia berdiam di antara umat-Nya. Maka penampakan diri ini termasuk
perbuatan atau karya Elohim yang historis, baik yang mendatangkan hukuman
maupun yang mendatangkan pertolongan. Istilah 'teofani' penampakan Elohim
dalam bentuk yang kelihatan, berbeda dengan inkarnasi. Dalam inkarnasi,
terdapat kesatuan yang tetap antara kemanusiaan dan keilahian.
Akhirnya Elohim berfirman dengan firman atau sabda yang dapat didengar
guna menyatakan atau memberitahukan kehendak-Nya. Firman ini dapat
diberikan di dalam penglihatan atau wahyu, seperti yang terjadi pada para nabi,
dapat juga diberikan di dalam impian dan sebagainya. Pembicaraan Elohim
yang terbanyak, yang pernah terjadi di antara Elohim dengan manusia, ialah
pembicaraan yang diadakan Elohim dengan Musa, yang di dalam Alkitab
disebut "berbicara dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada
temannya". Jikalau segala pembicaraan ini diperhatikan, tidak diperoleh kesan
seolah-olah Elohim memberikan bisikan ilahi, melainkan Elohim berfirman
dari luar, seperti yang terjadi di dalam pembicaraan di antara aku dan engkau.
C. Teofani – Kristofani
Kalangan yang berpaham monoteisme ekstrim, mereka beranggapan
Elohim tidak bisa datang ke dalam dunia dan tidak dapat berkomunikasi
langsung dengan manusia. Jadi, tidak mungkin ada relasi antar-pribadi dengan
manusia di dunia. Namun dalam monoteisme Kristen, Elohim yang adalah
Roh, namun Dia dapat berkomunikasi antar-pribadi secara dekat. Elohim yang
demikian dapat turun dalam wujud kelihatan dan berkunjung secara langsung
pada manusia, yang disebut "Teofani". Bahkan telah datang dalam "inkarnasi"
untuk mengaktualisasikan penebusan umat-Nya (teofani riil).
Sang Firman yang adalah Elohim itu telah menjadi manusia. Inkarnasi-
Nya adalah pernyataan Firman-Nya. Kata yang dipakai di dalam Perjanjian
Lama bagi firman adalah דָּ בָר- DAVAR. Kata DAVAR/ DABAR berarti
perkataan, akan tetapi bukan perkataan yang kosong. DAVAR/ DABAR adalah
perkataan yang telah berisikan latar belakang atau dasar yang terkandung di
dalam perkataan itu. (Di tangan manusia sering perkataan tidak cocok dengan
isinya, sebagai ilustrasi: A adalah seorang yang jujur, sedang sebenarnya
tidaklah demikian). Kata dâbar senantiasa cocok dengan perkara yang
diungkapkan di dalam perkataan itu. Oleh karena itu sifat terpenting dari kata
dâbar ialah kebenaran.
Di dalam Perjanjian Baru ada gagasan yang baru, yaitu bahwa penyataan
atau perkenalan Elohim yang dengan firman-Nya itu diwujudkan di dalam diri
Yesus Kristus. Di Markus 2:2 disebutkan, bahwa Yesus memberitakan firman
kepada orang banyak (dapat dibandingkan dengan Lukas 8:1, yang
menyebutkan bahwa Yesus memberitakan Injil Kerajaan Elohim, juga Lukas
11:28). Di sini Yesus disejajarkan dengan para nabi di dalam Perjanjian Lama,
yang memberitakan Firman Elohim. Sekalipun demikian, jikalau pemberitaan
para penulis Injil itu diperhatikan, kesejajaran itu tidaklah persis sama. Ada
perbedaan yang besar sekali di antara para nabi di dalam Perjanjian Lama dan
Yesus.
Selain daripada itu, yang perlu diperhatikan di dalam bagian Injil ini ialah,
bahwa firman Kristus dapat dilihat dan didengar. Firman itu dapat dilihat di
dalam karya-Nya yang menyembuhkan dan dapat didengar di dalam
pemberitaan kabar baik kepada yang miskin.
Di Lukas 1:2 Lukas mengatakan, bahwa para rasul menjadi penyaksi mata
dan pelayan Firman. Yang disaksikan oleh para rasul adalah karya
penyelamatan Kristus dan yang diberitakan adalah karya-Nya itu. Oleh karena
itu kata pelayan Firman berarti: pelayan Kristus. Di sini Kristus diidentikkan
dengan Firman Elohim. Hal yang demikian juga terdapat di Kisah Para Rasul
11:1, "Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-
bangsa lain juga menerima firman Elohim."
Ada bagian Injil yang lebih mendalam lagi membicarakan hal ini, yaitu
Yohanes 1. Di Yohanes 1:1, 14 disebutkan, bahwa Yesus Kristus adalah
Firman, yang pada mulanya bersama-sama dengan Elohim dan Elohim adanya,
tetapi yang kemudian menjadi manusia. Dengan ini jelaslah bahwa Yesus
adalah pengejawantahan firman Elohim, dan di dalam diri Yesus itu Tuhan
Elohim berfirman kepada manusia. Oleh karena itu apa yang dikatakan dan
dikerjakan oleh Yesus adalah alat-alat Tuhan Elohim untuk berfirman kepada
manusia. Elohim berfirman dan menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya
melalui Yesus dan di dalam diri-Nya. Maka Yesus Kristus adalah puncak dan
akhir penyataan Elohim kepada manusia.
Hal ini akan menjadi lebih jelas lagi jikalau ditinjau Ibrani 1:3 yang
menyebutkan, bahwa Yesus adalah cahaya kemuliaan Elohim dan gambar
wujud Elohim. Kata yang diterjemahkan dengan cahaya yaitu ἀπαύγασμα -
apaugasma sebenarnya berarti "cahaya yang disinarkan dari", sehingga kata itu
menunjukkan, bahwa cahaya itu berasal dari sumber cahaya, serta memiliki
sifat-sifat serta watak yang sama dengan sumber cahaya tadi. Oleh karena itu
maka ungkapan cahaya kemuliaan Elohim tadi menunjukkan, bahwa Yesus
memiliki kemuliaan yang sama dengan kemuliaan Elohim. Dan selanjutnya
ungkapan ini juga dapat diterangkan bahwa Yesus adalah cermin yang
mencerminkan Elohim.
Kata kedua yang diterjemahkan dengan gambar wujud yaitu kata Yunani
χαρακτήρ - KHARAKTÊR sebenarnya berarti tindasan, tembusan, cetakan
atau cap dari Elohim. Dengan ungkapan ini ditentukan, bahwa Yesus
menampakkan hakekat Elohim yang sebenarnya.
Demikianlah Yesus Kristus, sebagai Firman yang pada mulanya ada pada
Elohim dan bersama-sama dengan Elohim, dan yang kemudian menjadi
manusia, adalah penyataan Elohim yang sempurna. Ia adalah penyataan
Elohim dengan firman yang secara kongkrit. Oleh karena itu maka segala
penyataan Elohim, baik yang dengan firman-Nya maupun yang dengan karya-
Nya, di dalam diri Yesus menjadi satu secara sempurna.
Sekalipun Yesus Kristus adalah puncak dan akhir penyataan Elohim,
namun hal itu tidak berarti, bahwa Kristus adalah satu-satunya penyataan
Elohim. Pertama-tama hal ini jelas dari Ibrani 1:1-2, yang menyebutkan, bahwa
setelah pada zaman dahulu Elohim berulang kali dan dalam pelbagai cara
berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada
zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.
Para juru Mazmur di sini tidak melihat adanya ketegangan di antara karya
Elohim di dalam alam semesta dan karya-Nya di dalam penyelamatan.
Bukan hanya alam semesta "sebagai hasil karya tangan Elohim" saja yang
menyatakan atau memperkenalkan Elohim kepada manusia, melainkan juga
"karya Elohim untuk memelihara" alam semesta itu. Mazmur 33 mengajak kita
untuk memuji Elohim, karena kesetiaan-Nya terhadap segala perbuatan tangan-
Nya. Bumi telah dipenuhi dengan kemurahan Elohim. Tuhan bukan hanya
menjadikan alam semesta, akan tetapi Dia jugalah yang memeliharanya. Dialah
yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi
dan yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput, dan seterusnya.
Berdasarkan hal itu semua, maka Rasul Paulus di Roma 1:19-12 dapat
mengatakan, bahwa apa yang dapat diketahui manusia tentang Elohim telah
nyata bagi mereka, sebab Elohim telah menyatakannya kepada mereka
sehingga apa yang tidak nampak dari-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan
keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia
dijadikan. Akan tetapi hal ini bukan berarti, bahwa segala manusia dengan
akalnya dapat mengenal Elohim, seperti yang diajarkan oleh Plato, yaitu
dengan mempelajari alam semesta. Kata yang diterjemahkan dengan karya-
Nya di dalam ayat 20 ialah ποίημα - poiêma, yang kiranya lebih tepat
diterjemahkan dengan hal-hal yang dikerjakan, yaitu karya Elohim atau
perbuatan-perbuatan-Nya di dalam sejarah, yang setiap waktu dihadapi oleh
manusia. Dengan perbuatan-perbuatan Elohim di dalam sejarah inilah manusia
sejak semula dan setiap saat dikonfrontasikan dengan Elohim.
Kristofani yang nyata adalah teofani riil yang terjadi sejak Kristus lahir
sebagai bayi, melakukan pelayanan di bumi, disalibkan untuk menjadi kurban
tebusan, dan naik ke Surga, dalam apa yang disebut masa inkarnasi. Apakah
mungkin ada penampakan Elohim (teofani) terjadi lagi setelah kenaikan
Kristus ke Surga? Atau masih mungkinkah bagi jemaat Kristus mendapat
kunjungan teofani? Karena ternyata, ada orang pada masa kini mempunyai
kesaksian tentang pengalaman pribadi dengan Elohim yang menampakkan diri
dalam bentuk yang kelihatan, layaknya teofani, bahkan kristofani pada masa
kini. Kelak puncaknya pada kedatangan Kristus kedua yang dinyatakan dalam
penampakan Kristus di langit. Ini yang kita katakan kristofani mulia pada
parousia (kedatangan) yang kedua kalinya nanti.