Anda di halaman 1dari 43

BAB I

BERKENALAN DENGAN TUHAN

A. Pendahuluan
Dalam pandangan Teologi Kristen, pandangan tentang Elohim sangatlah
berbeda dengan teologi agama agama lainnya. Dalam Teologi Kristen, Elohim
diyakini sebagai pusat dari segalanya. Tak ada satu pun dapat terjadi di luar
kehendak-Nya, dan tanpa Dia segala sesuatu tidak dapat menjadi ada (Yoh.
1:3). Namun tidak hanya sampai disitu, Elohim tidak sekedar menjadi
pencipta atas segala sesuatu yang ada, tetapi Elohim juga menjadi tujuan atas
segala ciptaanNya. Rasul Paulus menyatakan dalam Roma 11:36, “Sebab
segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah
kemuliaan sampai selama-lamanya!” Segala ciptaanNya hanyalah ada untuk
menyatakan kemuliaan dan kebesaran-Nya. Leon Morris, seorang profesor
Perjanjian Baru menyatakan:

“Paulus menaruh perhatian yang amat besar kepada Elohim. Biasanya kita
menganggap pasti bahwa seorang penulis PB akan menulis tentang Elohim
dan anggapan ini tidak keliru. Akan tetapi, pada umumnya kita tidak
menyadari bahwa Paulus menggunakan nama Elohim dengan amat sering.
Penggunaan nama Elohim olehnya sungguh-sungguh luar biasa. Paulus
mengacu pada Elohim jauh lebih sering daripada penulis PB mana pun.
Lebih dari 40% acuan pada Elohim dalam PB berasal dari Paulus (yakni
548 dari 1.314 kali). Suatu proporsi yang amat tinggi. Sungguh luar biasa
bahwa seorang penulis yang tulisan-tulisannya mengisi kira-kira
seperempat PB, menyebut nama Elohim sebanyak hampir setengah dari
jumlah semua kata “Elohim” dalam PB. Dalam surat kepada Jemaat di
Roma ia memakai kata “Elohim” sebanyak 153 kali, jadi rata-rata satu kali
setiap 46 kata.”

Nyatalah kepada kita, bahwa Elohim adalah pusat dari teologi Paulus, dan
Rasul Paulus selalu membangun teologinya di atas dasar doktrin Elohim. Tak
ada satu ajaran/doktrin pun, yang boleh dibangun di atas dasar lain, selain dasar
doktrin Elohim di dalam Alkitab. Elohim adalah sumber dari segala sesuatu, Ia
adalah pencipta dari segala sesuatu, pemilik dari segala sesuatu, dan tujuan
akhir dari segala sesuatu.

Hal tersebut membuat Elohim dalam teologi Kristen, bukanlah sekedar


suatu kuasa yang menciptakan segala sesuatu, bukan pula suatu penggerak
yang tidak digerakkan oleh apapun seperti yang dinyatakan oleh Aristoteles,
melainkan Elohim dalam Alkitab adalah satu pribadi Yang Maha Kuasa, yang
telah ada dalam kekekalan (Yoh. 1:1), yang kehendak-Nya melampaui segala
pemikiran manusia (Rm. 11:33-35), dan yang menetapkan segala sesuatu
dalam maksud dan tujuan-Nya yang Maha Agung (Ef. 1:11-12).

B. Tuhan yang menyatakan DiriNya


Sebelum Alkitab diwahyukan atau sebelum Firman Tuhan itu
diberitakan, manusia oleh akal budinya sebenarnya menyadari adanya Elohim.
Manusia menyadari adanya Elohim karena ia adalah mahluk satu-satunya di
bumi ini yang memiliki roh didalam dirinya. Pengenalan akan Elohim menjadi
mungkin karena Elohim sendiri di dalam kerelaan kehendakNya menyatakan
diriNya sehingga dapat dikenal oleh manusia.

Pernyataan Elohim dibagi menjadi dua yaitu melalui wahyu umum dan
wahyu khusus. Wahyu umum mampu menyadarkan manusia akan keberadaan
Elohim, namun tidak dapat menuntun manusia ke dalam keselamatan. Untuk
menuntun manusia kepada keselamatan, manusia membutuhkan Wahyu
Khusus dari Elohim. Dalam kekristenan, Elohimlah yang beracara dalam
keselamatan, bukan manusia. Elohimlah yang berinisiatif menyelamatkan
manusia dan memberikan penyataan khusus sehingga manusia dapat lebih
memahami Elohim dan jalan keselamatan-Nya. Pola Penyataan Elohim
kepada manusia yaitu melalui Penyataan umum dan
Penyataan khusus.
Pola Penyataan umum bersumber dari Elohim melalui sarana alam dan
diri manusia sendiri. Isi dari Penyataan umum yaitu pertama-tama
adanya Elohim dengan sifat-sifat Elohim dan kedua yaitu tuntutan serta
kehendak Elohim. Pada mulanya penyataan di dalam makhluk cukup bagi
manusia. Manusia dapat mengenal Tuhan dan mengetahui jalan untuk
melayani Tuhan. Namun, dosa merusakkan segala sesuatu. Dunia di dalam
dan di luar manusia pun rusak juga.

Manusia dijatuhi hukuman oleh Tuhan dan oleh karena manusia segala
makhluk jatuh ke dalam hukuman. Segala Penyataan Umum rusak. Tetapi hal
ini tak berarti bahwa Penyataan Umum lenyap sama sekali. Sekarang pun
Penyataan-penyataan itu masih ada, yaitu Tuhan masih memelihara alam
semesta. Tujuan dari Penyataan Umum adalah untuk menyatakan kemuliaan
Elohim, kuasaNya dalam alam semesta, keunggulanNya, keahlianNya,
penentuNya dalam mengendalikan alam semesta.

Penyataan Umum tidak memberitahukan satu-satunya jalan


keselamatan. Penyataan Umum memberi kita suatu pengetahuan tentang
adanya oknum ilahi, tapi kita tidak dapat belajar melalui Penyataan Umum
tentang Elohim yang benar
dan Kristus. Padahal pengetahuan eksperimental mengenaiNya dan
bersamaNya adalah jalan keselamatan satu-satunya. Penyataan Umum juga
tidak mengubah sesuatu dalam diri manusia yang berdosa. Padahal ini
merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia.

Penyataan Umum tidak memberi pengetahuan tentang Elohim dan hal-


hal rohani yang dapat disandari secara mutlak. Tidak membawa kita pada
pengenalan Elohim sebagai Elohim Tritunggal. Dan juga Penyataan umum
tidak melengkapi agama dengan suatu basis yang cukup. Sejarah agama-
agama
membuktikan bahwa tidak ada satu bangsa atau suku yang puas dengan agama
natural secara alami. Dosa telah merusak kemampuan manusia untuk dapat
membaca Penyataan Elohim dalam alam secara benar, sehingga manusia
hanya
melihat secara samar-samar dan tidak jelas. Meskipun demikian, Penyataan
umum masih mempunyai nilai-nilai. Tuhan di dalam kasihNya masih
menghidupkan Penyataan Umum.

Penyataan Umum tidak dapat dimengerti secara penuh tanpa Penyataan


Khusus. Orang-orang Babel, Mesir, dan Roma melihat alam yang sama
dengan
yang dilihat orang Islam, Hindu, Buddha, dan agama lainnya sekarang ini.
Tapi
pesan yang diterima berbeda. Tanpa Penyataan Khusus kita tidak akan tahu
bagaimana menginterpretasikan Penyataan Umum. Dengan adanya Penyataan

Khusus maka kita dapat melihat dengan jelas karya keselamatan Elohim.
Seperti yang dikatakan Nico Syukur Dister bahwa untuk mengenal Elohim
lebih sempurna, manusia memerlukan pewahyuan diri Elohim yang lebih
lanjut, yaitu Penyataan khusus dari Elohim melalui karyaNya sebagai
Penyelamat dan Penebus. Penyataan ini disebut khusus, karena hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman saja.

Penyataan Khusus diberikan Elohim dengan cara penampakan-


penampakan dari yang ilahi (Theofani), komunikasi supra-natural, dan
mujizat. Dalam Kitab Suci Elohim digambarkan menggunakan cara yang
dapat didengar, dilihat, dan menggunakan alat-alat indera lainnya untuk
berkomunikasi, sehingga manusia mendengarNya, melihatNya, atau
merasakan gempa bumi saat kehadiranNya. Tujuan dari Penyataan Khusus
dalam waktu dekat adalah terdapat dalam Roma 11:36 yaitu, segala sesuatu
dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai
selama-lamanya. Dan Tujuan akhir dari Penyataan Khusus yaitu pembaharuan
orang berdosa secara lengkap, sehingga manusia yang diperbaharui dapat
melihat kebajikan dan kesempurnaan Elohim.

Penyataan Khusus merupakan kelengkapan Alkitab sebagai Penyataan


Elohim. Artinya adalah bahwa Alkitab mengandung semua penyataan-
penyataan Elohim yang diperlukan sebagai standar iman. Dengan demikian,
tidak ada suatu kebenaran yang dibebankan kepada hati nurani manusia untuk
dapat mengerti. Yang mana Alkitab tidak secara langsung ataupun secara
tersirat menyatakan-Nya. Dan ini berarti tidak memberikan peluang bagi
tradisi lisan dan tertulis, ketetapan-ketetapan gereja, atau resolusi yang
dihasilkan oleh suatu konvensi, yang dapat dan boleh berdiri setingkat dengan
Alkitab. Umat Elohim hanya terikat oleh Alkitab sebagai Penyataan Elohim.

Paling penting dalam pengungkapan diri Elohim adalah Firman-Nya,


Alkitab, yang juga adalah wujud dari Penyataan Khusus. Elohim secara ajaib
menuntun para penulis alkitab untuk mencatat berita-Nya secara tepat sambil
tetapI mempertahankan gaya dan kepribadian dari para manusia penulisnya.
Elohim menentukan untuk memberikan catatan tertulis mengenai keberadaan-
Nya karena Dia mengetahui ketidaktepatan dan tidak dapat disandarnya tradisi
lisan. Dia juga mengerti bahwa mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan
manusia dapat disalahtafsirkan dan apa yang diingat dapat berubah. Elohim
memutuskan untuk mengungkapkan segala yang manusia perlu tahu tentang
Dia, apa yang diinginkan-Nya, dan apa yang telah dilakukan-Nya untuk kita di
dalam Alkitab. Dan Dia sudah berjanji untuk memelihara dan
mempertahankannya sepanjang masa.

Penyataan Khusus menyingkapkan rahasia tentang Kerajaan Elohim,


kehendak Elohim, ketetapan Elohim, dan rahasia Elohim yaitu Kristus.
Dengan Penyataan Khusus Tuhan memberikan apa yang tidak tercantum
dalam Pernyataaan Umum yaitu petunjuk tentang kelepasan dari dosa. Dari
segala penyataan-penyataannya, Penyataan Elohim paling sempurna diberikan
dalam diri Yesus Kristus, anakNya yang menjadi manusia. Alkitab
menyatakan bahwa
penggenapan semua penyataan terdahulu terjadi dalam diri, karya, dan
khususnya perkatan Yesus Kristus. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
kitab
Ibrani 1:2, yaitu “maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita
dengan perantaraan anakNya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak
menerima segala yang ada. Oleh Dia Elohim telah menjadikan alam semesta”.
Dengan demikian Ia menunjukkan diri sebagai yang penuh kasih.

Melalui penyataan khusus atau langsung ini kita mengenal dan


menghayati, betapa Elohim mengasihi kita dan sangat memperhatikan kita.
Dan yang terpenting ialah bahwa Elohim berkenan menyelamatkan kita dari
dosa. Kita sebagai pribadi, kita sebagai bangsa dan bahkan seluruh alam
semesta sudah menuruti bujukan si jahat dan sudah melawan Elohim.
Perlawanan kita terhadap Sang Pencipta membuat kita tidak bisa mengenal
Elohim dengan murni dan baik. Hidup kita pun menjadi rusak, tiada damai
dan sejahtera, tiada kasih dan persaudaraan. Lewat penyataan Elohim yang
khusus, yaitu lewat Tuhan Yesus Kristus inilah terbuka kembali jalan kepada
hidup yang kekal. Lewat Tuhan Yesus Kristuslah kita mengenal dan
mendapatkan "Jalan dan Kebenaran dan Hidup". Lewat Tuhan Yesus
Kristuslah kita dibawa kepada "Hidup yang berkelimpahan". Lewat Tuhan
Yesus Kristus diciptakanlah "langit dan bumi yang baru".
BAB II
SIFAT SIFAT TUHAN

A. Sifat – sifat Tuhan


1. Tuhan Itu Kekal.
Tuhan itu tidak diciptakan. Dia tidak bergantung pada apa pun. Ia
tidak memiliki awal dan tidak akan berkesudahan. Kekalan masa yang
akan datang, dalam bentuk hidup yang kekal itu diwariskan kepada orang-
orang percaya yang takut dan setia kepadaNya, Matius 19:29; Lukas
18:30.
2. Tuhan Itu Maha Hadir
Ia hadir di setiap tempat dalam waktu yang sama. Dia tidak
dibatasi ruang dan waktu. Dia ada dalam setiap detik kehidupan manusia.
Dia bisa hadir kapan saja dalam penghakiman dan dalam berkat, “Masakan
Aku ini hanya Elohim yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan
bukan Elohim yang dari jauh juga? Sekiranya ada seseorang
menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak
melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit
dan bumi? demikianlah firman TUHAN” (Yeremia 23:23-24).
3. Tuhan Itu Maha Tahu.
Ia mengetahui segala perkara. Ia mengetahui pikiran dan perbuatan
setiap manusia. Tidak ada suatu perkara yang luput dari pengetahuanNya,
bahkan kematian burung pipit pun Ia tentukan.“Mata TUHAN ada di
segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik” (Amsal 15:3).
4. Tuhan Itu Maha Kuasa
Dialah yang paling berkuasa. Ia menciptakan alam semesta dan
menguasainya. Tidak ada yang sulit bagi TUHAN. Pemahaman ke-Maha
Kuasaan itu datang dari kata ELOHIM. Di dalam ke-Maha Kuasaan itu
terkandung ‘kedaulatan mutlak’.
5. Tuhan Itu Tidak Berubah.
Tuhan tidak akan pernah berubah. Hukum Elohim itu tidak
berubah, bukti ketidak berubahan hukum keselamatan Elohim, yakni
“Orang benar yang berpaling dari Elohim, kehilangan keselamatannya”,
Yehezkiel 18:24, 26; Ibrani 6:3-6; 10:26-31. Hukum keselamatan Elohim
itu tidak berubah dan berpusat kepada Kristus, Ibrani 9:22; Yohanes 14:6;
Matius 26:27-28. Makna utama ketidak-berubahan Elohim itu, yakni:
kepada manusia diberi suatu jaminan, bahwa Elohim itu dapat dipercaya,
menjadi sumber pengharapan, Mazmur 102:26-29.
6. Tuhan Itu Kudus.
Itu bermakna bahwa Elohim secara absolut berbeda dengan mahluk
ciptaanNya. Terpisah dari dosa dan cacat moral secara absolut, 2 Raja-raja
19:22; Ayub 6:10; Yesaya 1:4; 5:19; 17:7; 37:23; 60:9, 14; Yeremia 50:29;
51:5; Yehezkiel 39:7; Hosea 11:9; Habakuk 1:12; 3:3.
7. Tuhan Itu Adil.
Segala perkara yang TUHAN perbuat selalu benar dan adil. Dalam
menerapkan segala kedaulatanNya, Elohim memberi hukum kepada semua
ciptaanNya. Di dalam hukumNya nampak dengan jelas ke-Maha
AdilanNya.
8. Tuhan Itu Kasih.
TUHAN mengasihi orang berdosa. Ia mengasihi kita semua. Tuhan
mengutus AnakNya, Yesus, mati bagi orang berdosa (Yohanes 3:16).
9. Tuhan Itu Api Yang Menghanguskan.
Api’ itu menunjuk pada ‘kekudusan’ Elohim, karena kekudusan
Elohim itu mutlak, maka Ia itu bagaikan ‘api yang menghanguskan’, Api
itu menghasilkan terang – Elohim itu disebut ‘Bapa segala terang’,
Yakobus 1:17. Kekudusan Elohim itu membinasakan manusia berdosa,
Keluaran 3:2-5; 33:20; 1 Samuel 6:19-20; 2 Samuel 6:6-7; Yesaya 6:3-5.
Tepatlah ungkapan itu bahwa Elohim itu ‘Api yang menghanguskan,
Terang yang tak terhampiri’
BAB III

KARYA TUHAN

A. Penciptaan
Penciptaan adalah karya Elohim. Dalam karya itu Ia memberi
keberadaan pada segala yang ada, yang sebelumnya tidak ada, baik materi
maupun spiritual. Elohim menciptakan alam semesta dari yang tidak ada
(ex nihilo) menjadi ada oleh kekuasaan firman-Nya (Kejadian 1). Ia tidak
mencipta dari bahan materi yang telah tersedia melainkan mencipta dari
kekosongan. Segala materi baru ada setelah diciptakan oleh Elohim
(Yohanes 1:3). Segalanya dicipta oleh Elohim selama enam hari.

Elohim sebagai Pencipta bukan sekedar teori yang muluk-muluk,


tetapi hendak menyatakan suatu implikasi praktis yaitu adanya Sumber
Hidup. Tuhan yang menciptakan manusia berarti Dialah sumber hidup kita
yang sekaligus juga memelihara hidup kita sehari-hari. 
Oleh karena itu, sebagai makhluk ciptaan-Nya, kita sudah seharusnya
bersyukur dan terus bergantung di dalam-Nya karena hanya Dialah
Sumber Hidup yang layak dipercayai sepenuhnya. “Bergantung/berserah”
itulah beriman (Pdt. Dr. Stephen Tong menyebutnya sebagai isi iman
pertama).

Ini berarti Elohim harus menjadi Tuhan dan Raja yang mengatur
hidup kita karena kita adalah ciptaan-Nya. Tentu tidak berarti kalau Tuhan
sudah mengatur hidup kita, maka kita seperti robot (tidak memiliki
kehendak bebas). Theologia Reformed mengajarkan keseimbangan antara
kedaulatan Tuhan dan “kehendak bebas” manusia yang tetap berada di
dalam pengawasan Tuhan.
B. Pemeliharaan
Setelah menciptakan alam semesta, kemudian Elohim memelihara
semua makhluk-Nya, bekerja dalam segala sesuatu yang terjadi di dunia
dan mengarahkan segala hal kepada tujuan yang ditetapkan-Nya (Rom
8:28). Pemeliharaan menyatakan bahwa Elohim senantiasa
mempertahankan, memperbaharui dan mengatur ciptaan-Nya. Ajaran ini
digambarkan dalam kisah Yusuf, yang diculik dan dibuang ke Mesir: pada
kemudian hari peristiwa itu dilihat sebagai pemeliharaan Elohim untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya yang dilanda kelaparan (Kej 45:1-34).
Pemeliharaan Elohim meliputi seluruh alam semesta dan Elohim bekerja
dalam segala sesuatu (Mazm 115:3; Mat 10:30; Ef 1:11). Gejala-gejala
alam seperti angin dan hujan, bahkan yang kelihatan sebagai musibah
(Luk 13:1-5), diatur oleh Dia. Kejahatan sekalipun ada di bawah kuasa-
Nya dan digunakan untuk rencana-Nya (Kej 50:20; Kis 2:23; Fil 1:17-18).
C. Penebusan
Bijaksana Elohim dinyatakan di dalam penciptaan ( Maz 104:24 )
Juga di dalam penebusan. Bijaksana Elohim terlihat di dalam rencana
penebusanNya. Kristus adalah bijaksana Elohim ( 1 Kor 1:24, 30 ).
Walaupun kata salib adalah kebodohan bagi mereka yang menolak itu dan
menganggap diri mereka bijaksana ( 1 Kor 1:18-20 ).Elohim memilih yang
bodoh di dalam dunia untuk memalukan yang berhikmat ( 1 Kor
1:21,27,29 ).Manusia butuh keselamatan. Dosa telah memisahkan manusia
dari Elohim (Yesaya 59:1-2) dan karena itu pun upah dosa yaitu kematian
akan memangsa manusia (Roma 3:23). Elohim dengan hikmat-Nya yang
maha agung memberikan manusia itu penebusan.

Manusia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, oleh sebab itu


Elohim harus membuat suatu jalan untuk menyelamatkan manusia itu
(Roma 6:23). Elohim Tritunggal adalah Elohim Yang Esa yang memiliki
tiga pribadi, dan masing-masing pribadi memiliki karya/tugas-Nya yang
“khusus” ,khususnya dalam karya penebusan umat manusia.Elohim Bapa
adalah “perencana” untuk karya penebusan ini, Elohim Anak adalah
“penggenap” untuk karya penebusan ini, Elohim RohKudus yang
“mewahyukan / memberitakan” untuk karya penebusan ini. Dalam hal
keselamatan, Elohim yang Kekal adalah Elohim yang telah merencanakan
dan menetapkan keselamatan.

Adapun urutan ketetapan Elohim di dalam keselamatan secara ringkas,


yaitu:
1. Tuhan memilih beberapa manusia yang telah berdosa untuk
menjadi anak-anak-Nya.
2. Secara otomatis, sisa dari manusia yang tidak dipilih-Nya tentu
ditolak-Nya (reprobasi).
3. Bagi umat pilihan-Nya, Bapa mengutus Yesus Kristus untuk
menebus manusia berdosa.
4. Roh Kudus mengefektifkan karya penebusan Kristus ini ke
dalam hati umat pilihan-Nya.
5. Roh Kudus memimpin umat pilihan Tuhan berjalan di dalam
kekudusan sehingga mereka dapat menyerupai gembar dan
rupa kakak sulung mereka, Kristus (Roma 8:29).
BAB IV
NAMA DAN SEBUTAN TUHAN

A. Nama-Nama Elohim Dalam Perjanjian Lama


1. Elohim.
Elohim adalah bentuk jamak dari EL. Kata ini diambil dari Bahasa
Ibrani yang berarti sesembahan yang maha tinggi, Sang Pencipta yang
Mahakuasa. Kata ini menunjukkan bahwa Elohim itu maha tinggi dan
maha mulia. El dan Elohim menunjukkan bahwa Ia kuat dan berkuasa.
Oleh karena itu, Elohim harus ditakuti dan dihormati. Nama ini adalah
nama yang umum untuk menyebutkan Tuhannya orang Israel.

Nama Elohim jarang sekali muncul dalam bentuk tunggal, kecuali


dalam puisi. Meskipun bentuk kata ‫‘ – אלהים‬ELOHIM adalah jamak, kata
itu terutama jika merujuk kepada TUHAN Elohim berarti tunggal dengan
menggunakan kata kerja tunggal. Kejadian 1:3, Berfirmanlah Elohim:
‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.

Kata tersebut dari sudut tata bahasa dianggap kata benda biasa,
mengandung pengertian yang mencakup segala sesuatu yang termasuk
konsep Elohim, yang berbeda dengan manusia (Bilangan 33:19) dan
makhluk-makhluk ciptaan lainnya. Penggunaan nama ini mengacu kepada
hubungannya dengan kosmik dan semesta dunia (Kejadian 1:1), karena
hanya ada satu Elohim Yang Mahatinggi dan benar, dan Ia adalah sang
Pribadi.

Nama El biasanya dipasangkan dengan kata sifat sehingga dengan sifat itu
kita memahami bagaimana pribadi Tuhan itu, contohnya:
Elyon
a. Elyon 
Alkitab Ibrani ‫;עליון‬ Masoretik ʿElyōn; secara tradisional
disebut di Samaria sebagai illiyyon, adalah julukan yang merujuk
kepada Tuhan bangsa Israel dalam Alkitab Ibrani. Elyōn biasanya
diterjemahkan sebagai "Tuhan yang Maha Tinggi", atau tertulis
dalam Septuagint sebagai "Ο ΘΕΟΣ Ο ΥΨΙΣΤΟΣ" (Tuhan yang
Maha Tinggi). Cendekiawan Yahudi reformis, rabbi Abraham
Geiger, menganggap bahwa sebutan Elyōn berasal dari zaman
kemudian, yaitu pada zaman Makabi. Akan tetapi, nama tuhan ini
telah disebut dalam prasasti dari zaman Ugarit (kini Ras
Shamra, Suriah) hal ini membuktikan bahwa asal mulanya lebih
tua, yaitu pra-Musa (Hertz 1936). Istilah ini juga digunakan dalam
konteks non-religius sehari-hari, yang berarti "yang diatas",
"puncak", atau "paling tinggi", yang merujuk pada posisi suatu
benda (misalnya menyebut pada keranjang dalam Kejadian 40.17
atau kepada ruangan dalam Yehezkiel 42.5).

b. Elshaddai
Pada usia 99 Elohim melawat Abram sebagai El-Shaday,
dan Elohim meminta Abram untuk hidup sesuai dengan standar
yang tinggi yaitu hidup bergaul dengan-Nya/ berjalan bersama-Nya
( ‫הִתְ ַהלְֵּך‬ - HITHALEKH, Verb Hithpael Imperative) untuk hidup
sempurna / tidak bercela (Ibrani: ‫תָּ מִים‬ - TAMIM) yang ditentukan
di dalam perjanjian yang dibuat Elohim dengan dia. Kata ‫ ֵאל שָׁדַּ י‬ ;
'EL-SHADAY umumnya dalam terjemahan Alkitab, diterjemahkan
dengan "God Almighty/ Elohim Mahakuasa"
Kata Ibrani: ‫שָׁדַּ י‬ - SHADAY berhubungan dengan verba: ‫ ְלשְׁדוד‬ -
LISH'DOD atau ‫שָׁדַ ד‬ - SHADAD, yang berarti: mengalahkan,
menghancurkan. 
c. El Roi
Hagar dikenan Elohim memberikan Nama kepada-Nya: ‫אֵל‬
‫ראִי‬ -
ֳ 'EL ROI, yang secara harfiah berarti: Elohim, Dia melihat
kepadaku. Kata ‫רֹאִי‬ - RO'I, melihat kepadaku bentuk verba dalam
tenses participal (yang bisa kita pandang sebagai tenses "present"
Asal kata ini dari ‫רֹו ֶאה‬ -RO'EH (melihat).

d. El Olam
Bagian akhir dari Kejadian pasal 21, ada menuliskan
tentang kehidupan ibadah Abraham. Meski hidup sebagai seorang
asing, Abraham menjadi berkat bagi wilayahnya, termasuk kepada
penguasa tanah itu, yaitu Abimelekh yang secara khusus datang
kepada Abraham untuk mengadakan perjanjian. Ada kemungkinan
tetangga-tetangga di sekitarnya turut serta dalam ibadah itu, untuk
bisa bergabung bersamanya:

“Kejadian 21:33 LAI TB, Lalu Abraham menanam


sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di
sana nama TUHAN, Elohim yang kekal ('EL 'OLAM).”

Abraham memanggil di sana nama TUHAN


(YHVH): Elohim yang kekal ( ‫אֵל ע ֹולָם‬ - EL 'OLAM), mungkin di
pohon tamariska yang ditanamnya di Bersyeba, yang menjadi
kapel atau rumah doanya. Seperti Yesus, Ia berdoa di taman, di
sebuah gunung. Pernyataan 'EL 'OLAM Elohim yang kekal,
merupakan suatu pengakuan iman bahwa Elohim telah ada,
sebelum segala dunia dijadikan, dan akan ada, setelah waktu dan
hari-hari tidak ada lagi (band. Yesaya 40:28).

e. El Qana
Di dalam Alkitab, acap kali Elohim disebut "cemburu" atau
"pencemburu". Bangsa Israel mempunyai perjanjian Khusus
dengan Elohim, bahwa mereka adalah bangsa terpilih, Elohim
memberikan 10 Firman ('ASERET HADEVARIM) yang berisi
"jangan ada illah (gods) lain di hadapanKu" (Keluaran 20:3) Kata
"illah" (gods) secara konteks disitu berbentuk jamak. Artinya ada
pembatasan Elohim dalam sujud/ penyembahan kepada YHVH
'ELOHIM dan bukan kepada 'elohim (ilah-ilah lain), ini merupakan
inti dari Perjanjian Israel. Dan berlaku bagi iman Kristiani hingga
sekarang.

Elohim dikatakan sebagai ‫אֵל ַקנָּא‬ - 'EL QANA, Elohim


pencemburu, ini gambaran manusiawi untuk melukiskan kasih
Elohim yang agung tanpa ada bandingnya terhadap umat-Nya,
serta mengutamakan tuntutan-Nya, supaya manusia menjawab
kasih ilahi itu dengan menyerahkan diri utuh-utuh kepada Elohim
saja. Ketika manusia melanggar hukum-Nya ini. Ia membalas
dosa-dosa para bapa pada keturunan mereka. Demikianlah
gambaran istimewa bahwa  Elohim itu seperti Sang Suami umat
Israel (sebagai mempelai perempuan-Nya) yang seerat itu. Hukum
ini harus dipegang secara turun-temurun.
f. El Gibor
Sebagai "Elohim yang perkasa" (Ibrani: ‫ ֵאל גִּב ֹּור‬ - "EL GIBOR"),
adalah gelar yang jelas dipakai untuk Tuhan dalam Ulangan 10:17,
Yesaya 10:21; Yeremia 32:18. Dia pasti akan merupakan
pemenang pertempuran (seperti arti kata "perkasa") yang akan
memperoleh kemenangan terakhir dalam sejarah.

2. Adonai 
Kata "Adonai" adalah bentuk jamak dari kata "adon" yang berarti
tuan, pemilik, penguasa dan junjungan. Dalam hubungannya dengan nama
Tuhan, kata ini digunakan dalam bentuk jamak dengan diberi akhiran
pemilik orang pertama tunggal dan secara harfiah berarti tuanku-tuanku.
3. Yahweh
Nama Elohim yang paling penting dan paling sering dipakai
dalam Alkitab Ibrani adalah YHWH atau dikenal dengan
sebutan Tetragrammaton, empat huruf nama Elohim, bahasa Ibrani: ‫יהוה‬,
atau YHWH. Nama ini ditulis lebih dari 6800 kali diulang dalam kitab-
kitab Perjanjian Lama dan diterjemahkan dengan kata "TUHAN" (semua
huruf besar). Pembacaan nama ini tidak dapat dipastikan karena selama
berabad-abad dilarang diucapkan dalam budaya Yahudi, karena takut
menyalahi. Sebagai gantinya kata YHWH diucapkan Adonai, yang berarti
"tuan" atau "Tuhan". Komunitas Yahudi menggunakan kata YHWH
sebagai nama Sang Ilahi untuk menyatakan rasa hormat dan takzim yang
mendalam secara sungguh-sungguh kepada Sang Ilahi.

Kata YHWH selalu terkait dengan peristiwa ketika Musa


menanyakan nama Elohim (=Elohim) (Keluaran 3:13). Sang Ilahi
merespon pertanyaan Musa dengan berkata “Aku adalah Aku” (Keluaran
3:14). YHWH merupakan sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal, jadi
seperti "Dialah yang ada, Dialah Dia". Perkataan Sang Ilahi selanjutnya,
“... TUHAN (YHWH), Elohim (elohei) nenek moyangmu, Elohim (elohei)
Abraham, Elohim (elohei) Ishak dan Elohim (elohei) Yakub, telah
mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan
itulah sebutan-Ku turun-temurun (Keluaran 3:15)." Dalam konteks
Keluaran 3 nama YHWH muncul bukan memberitakan pribadi ilah yang
baru, melainkan rumusan itu memberikan kesadaran bahwa Elohim yang
disembah Abraham, Ishak, dan Yakub sebenarnya sama dan satu saja.
Sang Ilahi tidak menyebutkan sebuah kata nama benda, melainkan sebuah
rumusan yang menunjuk kepada keberadaan-Nya yang dinamis.

Melalui rumusan ini, Sang Ilahi hendak menyatakan dua hal.


Pertama, Sang Ilahi menghendaki agar manusia mau mengindahkan dan
menaati apa pun yang diperintahkan-Nya sebaik-baiknya, tanpa manusia
mengetahui lebih dalam siapa Sang Ilahi. Manusia hanya boleh mengimani
apa pun yang dikehendaki-Nya dengan sikap takzim. Kedua, Sang Ilahi
menghendaki agar manusia tidak memperlakukan nama-Nya seperti para
penyembah berhala yang memperlakukan dan mengeksploitasi nama
Elohim yang sudah mereka ketahui untuk kepentingan-kepentingan
mereka. Mengetahui nama Elohim berarti menguasai si empunya nama,
dan hal ini tidak dikehendaki oleh TUHAN. Akibatnya, manusia akan
mudah menggunakan nama Elohim yang mereka ketahui untuk
kepentingan-kepentingan tertentu.

B. Nama-Nama Elohim Dalam Perjanjian Baru


1. Theos.
Kata 'θεος - THEOS' pada mulanya digunakan oleh penyembah
berhala, namun dalam Perjanjian Baru Yunani digunakan sebagai nama,
gelar, atau panggilan dari Tuhan yang benar. Penyembah berhala
menganggap "ilah-ilah" adalah pencipta dan pengatur segala sesuatu.
Orang-orang Yunani purba menggunakan kata ini baik dalam bentuk
tunggal maupun jamak. Jika mereka menggunakan bentuk jamak, hal ini
mengisyaratkan keyakinan mereka bahwa unsur-unsur ilah itu memiliki
tugas penciptaan dan pengaturan masing-masing, misalnya ilah uang
disebut 'mamon'.

Septuaginta senantiasa menerjemahkan kata Ibrani ‫אלהים‬ -


'ELOHIM dalam bentuk jamak dengan bentuk tunggal 'θεος - THEOS' dan
bukan bentuk jamak 'θεοι - THEOI' bila merujuk kepada Tuhan yang
benar. Alasan penerjemahan ini barangkali adalah pada saat terjemahan
Septuaginta dilakukan, penyembahan berhala Yunani mengatasi segala-
galanya terutama di Mesir. Ilah-ilah mereka dianggap sebagai roh-roh
jahat. Jika para penerjemah menggunakan kata Tuhan dalam bentuk
jamak 'θεοι - THEOI', maka kata Tuhan ini tidak konsisten dengan
kesatuan hakekat ilahi-Nya. Dengan menerjemahkan kata ‫אלהים‬ -
'ELOHIM menjadi 'θεος - THEOS' yang tunggal, mereka menanamkan ide
keesaan Tuhan dan sekaligus tidak membantah keesaan yang kompleks
dalam hakekat Tuhan. Dalam Perjanjian Baru Yunani dan Septuaginta,
kata 'θεος - THEOS', "Elohim" biasanya merujuk kepada bentuk
jamak ‫אלהים‬ - 'ELOHIM dalam Perjanjian Lama Ibrani yaitu Elohim yang
benar.

2. Kurios.
Secara harafiah kata ini berarti Tuan, Pemilik, yang berkuasa. Kata
ini dipakai untuk menterjemahkan kata Adon/Adonai dalam Bahasa Ibrani
ke Bahasa Yunani dalam Septuaginta. Dalam Bahasa Indonesia,
khususnya di Alkitab terbitan LAI kata Kurios diterjemahkan sebagai
“Tuhan”. Dalam perjanjian baru kata ini dapat merujuk kepada Bapa
maupun Kristus. Nama itu mencakup pengertian “Adonai” dan “Yahweh”
meskipun artinya lebih sesuai dengan arti kata “Adonai”. Nama itu
merujuk Elohim sebagai pemilik dan pemerintah dari segala hal dan
khususnya dari umatNya
Bapa. Ini menunjukkan bahwa Elohim adalah Bapa dari semua orang
percaya dan bersifat lebih pribadi. Selanjutnya gelar ini berikan kepada
Kristus sebagai pemilik atau Tuan bagi orang percaya, artinya secara
sederhana semua orang percaya adalah hamba Kristus, Kristus
Tuan/Kurios kita, tempat kita menghamba.
BAB V
MENGENAL ELOHIM TRITUNGGAL

A. Istilah Tritunggal
Istilah ini pertama kali digunakan dalam bahasa Latin “Trinitas” oleh
Tertulianus dan dalam istilah bahasa Yunani “Trias” oleh Teofilus dari
Antiokhia. Istilah Tritunggal ini bukanlah istilah yang berasal dari Alkitab
tetapi konsep tentang Elohim yang Esa dengan kejamakan-Nya terungkap
dengan jelas didalamnya. Istilah ini merupakan istilah yang diadopsi dari apa
yang telah
disediakan oleh lingkungan keilmuan Filsafat. Penggunaan istilah Tritunggal
merupakan suatu bentuk ringkas untuk menjelaskan tentang fakta Alkitab
bahwa Elohim yang disembah adalah Elohim Tritunggal dan hanyalah sebagai
usaha untuk menjelaskan kepenuhan Elohim, baik dalam hal keesaan-Nya
maupun dalam hal kejamakan-Nya.

B. Dasar Alkitabiah Doktrin Elohim Tritunggal


Data yang diungkapkan dalam Alkitab menunjukkan fakta-fakta yang
dapat dijadikan bukti dan landasan Alkitabiah tentang Elohim Tritunggal tidak
dapat dipungkiri, diragukan dan diabaikan begitu saja tanpa
memperhatikannya. Bukti-bukti tentang ajaran Tritunggal dapat dikatakan
cukup banyak terdapat dalam tulisan-tulisan Alkitab kecuali bukti-bukti itu
dengan sengaja diabaikan dan tidak diperhatikan karena faktor kesubjektifan.

Dalam bagian ini pembahasan data dan fakta dari Alkitab yang dijadikan
bukti Alkitabiah untuk pemahaman doktrin Tritunggal ini. Perlu dipahami
bukti-bukti ini mungkin terpisah tetapi saling terkait secara erat dan saling
melengkapi guna membangun landasan Alkitabiah tentang doktrin Tritunggal
ini. Elohim dalam Alkitab dinyatakan dengan jelas dan tegas sebagai Elohim
yang Esa. Dia adalah satu-satunya Elohim yang kekal, benar dan hidup dan
tidak ada yang setara dan dapat menyamai-Nya. Hal ini dibuktikan
sebagaimana
dinyatakan dalam pengakuan iman Westminster yang nyatakan bahwa,
“hanya ada satu Elohim yang esa, yang hidup dan sejati.” Keesaan Elohim
disini dimaknai dan dinyatakan bahwa “hanya ada satu Elohim saja dan bahwa
sifat
dasar atau watak Elohim tidak dapat dipisah-pisahkan atau dibagi”. Berikut ini
beberapa fakta Alkitab yang membuktikan tentang keesaan Elohim.

C. Dari mana kita mengetahui bahwa Tuhan adalah Elohim Tritunggal?

Walaupun kita mengetahui bahwa konsep Trinitas ini tidak dapat


dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti bahwa Elohim Tritunggal ini
adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. Berikut ini adalah sedikit
uraian bagaimana kita dapat mencoba memahami Trinitas, walaupun pada
akhirnya harus kita akui bahwa adanya tiga Pribadi dalam Elohim yang Satu ini
merupakan misteri yang tidak cukup kita jelaskan dengan akal, sebab jika dapat
dijelaskan dengan tuntas, maka hal itu tidak lagi menjadi misteri. St. Agustinus
bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Elohim”.
Sebab Elohim jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia
telah mewahyukan Diri, Ia tetap tinggal sebagai rahasia/ misteri yang tak
terucapkan.

Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri
Elohim yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat
menjadikannya
sebagai dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat
(lih. Ibr. 11:1-2). Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu
mempunyai keterbukaan hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima
rahmat Tuhan, untuk menerima rahasia Elohim yang terbesar ini; dan hati kita
akan dipenuhi oleh ucapan syukur tanpa henti.
Mungkin kita pernah mendengar orang yang menjelaskan konsep Elohim
Tritunggal dengan membandingkan-Nya dengan matahari: yang terdiri dari
matahari itu sendiri, sinar, dan panas. Atau dengan sebuah segitiga, di mana
Elohim Bapa, Elohim Putera, dan Elohim Roh Kudus menempati masing-
masing sudut, namun tetap dalam satu segitiga. Bahkan ada yang mencoba
menjelaskan, bahwa Trinitas adalah seperti kopi, susu, dan gula, yang akhirnya
menjadi susu kopi yang manis. Penjelasan yang menggunakan analogi ini
memang ada benarnya, namun sebenarnya tidak cukup, sehingga sangat sulit
diterima oleh orang-orang non-Kristen. Apalagi dengan perkataan, ‘pokoknya
percaya saja’, ini juga tidak dapat memuaskan orang yang bertanya. Jadi jika
ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada Elohim Tritunggal,
sebaiknya kita katakan, “karena Elohim melalui Yesus menyatakan Diri-Nya
sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.

Doktrin Trinitas atau Elohim Tritunggal Maha Kudus adalah pengajaran


bahwa Tuhan adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1) Elohim Bapa
(Pribadi pertama), 2) Elohim Putera (Pribadi kedua), dan Elohim Roh Kudus
(Pribadi ketiga). Karena ini adalah iman utama kita, maka kita harus dapat
menjelaskannya lebih daripada hanya sekedar menggunakan analogi matahari,
segitiga, maupun kopi susu.

D. Tritunggal Dalam Perjanjian Lama.


Orang Yahudi pada zaman Alkitab sangat erat mempertahankan iman
kepada satu Elohim yang benar (monoteisme). Mereka adalah orang-orang
yang monoteis. Karena itu, dalam Alkitab terdapat data yang kuat untuk
dijadikan petunjuk tentang kepercayaan kepada Elohim yang Esa dan
kepercayaan ini merupakan kebenaran fundamental dalam Perjanjian Lama.

Pertama, Bukti-bukti dari Pentateukh. Data dari Kitab Keluaran. Bukti


pertama menunjukkan bahwa tidak ada yang seperti Elohim dan yang bisa
dibandingkan dengan-Nya terdapat dalam Keluaran 8:10; 9:14; 15:11 dan
hanya Dia yang harus disembah tertulis dalam Keluaran 20:3. Bukti
berikutnya yang menjelaskan tentang keesaan Elohim karena hanya Dia
sendiri yang harus disembah tercatat dalam Keluaran 20:5; 34:11. Data
kitab Ulangan. Bukti pertama yang menunjukkan tentang keesaan Elohim
tertulis dalam Ulangan 4:35 dan 39 yang menyatakan bahwa Tuhanlah Elohim,
tidak ada yang lain kecuali Dia. Bukti kedua ditemukan dalam Pengakuan Iman
utama bagi Yudaisme yang tercatat dalam Ulangan 6:4, “Dengarlah,
hai orang Israel: Tuhan itu Elohim kita, Tuhan itu esa!”.

Pengakuan ini dikenal dengan sebutan “Shema Israel” merupakan


landasan yang krusial dan pengakuan utama terhadap kepercayaan kepada
Elohim yang esa. Sebuah Pengakuan yang menekankan pada kesatuan atau
keesaan Elohim. Dalam kitab Yosua. dari Yosua 22:22 menyatakan bahwa
Elohim mengatasi segala yang disebut illah. Dia adalah tertinggi dan yang
melebihi segala illah.

Kedua, Bukti-bukti dari kitab-kitab Sejarah. Dari Kitab 1 dan 2 Samuel.


Dalam 1 Samuel 2:2 dan 2 Samuel 7:22; 22:32 menjelaskan bukti bahwa
Tuhanlah Elohim satu-satunya dan tidak ada yang lain selain Dia. Ayat-ayat ini
menekankan bahwa hanya Tuhan sendiri adalah Elohim. Dalam dalam Kitab 1
dan 2 Raja-raja. Pernyataan “supya segala bangsa di bumi tahu bahwa
Tuhanlah Elohim, dan tidak ada yang lain” (1 Raja-raja 8:60) menyatakan
Tuhan itu satu-satunya Elohim. Bagian lain yang menunjukkan tentang
keesaan Elohim dapat dilihat juga dalam 1 Raja-raja 8:23 dan
2 Raja-raja 17:36.

Ketiga, Bukti-bukti dari kitab Syair. Mazmur 18:32 dan 86:10 menyatakan
keyakinan Daud bahwa tidak ada Elohim selain Tuhan. Keempat, Bukti-bukti
dari kitab Nabi-nabi. Yesaya menunjukkan bahwa di dunia ini benar-benar
tidak ada Elohim kecuali Tuhan (Yes 45:6-8, 20-22; 46:8-10). Pengakuan
yang sama juga muncul dari mulut Yeremia yang menyatakan bahwa tidak ada
yang sama seperti Tuhan (Yer 10:6) dan Tuhan mengatasi segala Elohim yang
bangsa-bangsa lain (Yer 14:22). Hosea menyampaikan bahwa Tuhan
menyatakan bahwa hanya Dialah Elohim (Hos 13:4) dan Maleakhi
menunjukkan kepercayaannya akan keesaan Elohim lewat pertanyaannya:
“bukankah satu Elohim yang menciptakan kita?”.

E. Tritunggal di Perjanjian Baru.


Tuhan Yesus dan para Rasul mengakui dengan jelas tentang keesaan
Elohim. Dalam Markus 12:29 Tuhan Yesus sendiri menegaskan kembali
pengakuan iman dalam Perjanjian Lama yang tertuang dalam Ulangan 6:4
dimana Ia berkata: “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Elohim kita, Tuhan itu
esa.” Paulus juga menyatakan keesaan Elohim dalam tulisannya kepada jemaat
di Korintus (1 Korintus 8:4-6) begitu juga kepada jemaat di Efesus di mana
iamenyatakan tentang “satu Elohim dan satu Bapa dari semua” (Efesus 4:6).
Dan harus dipahami bahwa berkaitan dengan keesaan Elohim, terdapat
pengulangan yang sangat kuat tentang pengakuan ini di seluruh Perjanjian
baru, sebagaimana terungkap dalam ayat-ayat Yohanes 17:3; Roma 3:30;
1 Timotius 2:5; dan Yudas 1:25. Berbagai bukti yang diungkapkan oleh
Alkitab dari bagian Perjanjian Lama sampai ke bagian Perjanjian baru
membawa kekristenan untuk memiliki kepercayaan yang monoteistis.

F. Tiga Pribadi dari Elohim


1. Bapa adalah Elohim.
Sebutan Bapa untuk Elohim bukanlah dipahami seperti dalam
penggunaan secara umum sebagaimana orang zaman dulu menyebut dewa
Zeus sebagai Bapak atau sebagaimana sering digunakan untuk suatu
keberadaan tertinggi. Dalam Perjanjian Baru, Bapa memiliki arti yang baru
dan terlihat dalam hubungan Elohim dengan Kristus dan hubungan Elohim
dengan orang Percaya. Itu bukanlah nama untuk umum tetapi nama Bapa
untuk Elohim sebagaimana diajarkan oleh Alkitab dan merupakan sebuah
pewahyuan.
Penggunaan sebutan Bapa untuk Elohim digunakan oleh jemaat
Kristen sejak awal dan merupakan pemikiran yang diajarkan Kristus kepada
gereja dan merupakan sebutan kesukaan Kristus (Matius 6:9, 26, 30-32) dan
ketika Ia menyebut Elohim, jelas bahwa yang dimaksud oleh Yesus adalah
sang Bapa (mis. Matius 19:23-26; 27:46; Markus 12:17, 24-27) dan ini
diteguhkan juga oleh Yohanes (Yohanes 6:27). Bagian-bagian lain dalam
Alkitab yang menunjukkan bukti Bapa sebagai Elohim diungkapkan juga
oleh Paulus dalam 1 Korintus 8:4, 6; 1 Timotius 2:5-6; Efesus 1:3, 17 dan
Galatia 4:16 dan ditulis oleh Petrus dalam 1 Petrus 1:2.

2. Anak adalah Elohim.


Iman kepada keilahian Kristus merupakan hal yang sangat penting
dan mendasar bagi kekristenan. Meskipun doktrin keilahian Kristus sangat
krusial tetapi dari abad ke abad gereja terus diperhadapkan pada orang-
orang yang mengaku dirinya Kristen tetapi menyangkali dan
menyelewengkan ajaran ini. Alkitab memberikan kesaksian yang jelas
bahwa Yesus Kristus adalah Elohim sebagaimana dinyatakan dengan jelas
dalam Filipi 2:5-11. Kenapa ayat ini penting ? karena Paulus seorang
Yahudi ortodoks penganut monoteisme yang ketat menuliskan frasa, “yang
walaupun dalam rupa Elohim, tidak menganggap kesetaraan dengan
Elohim itu sebagai milik yang harus dipertahankan” merupakan hal yang
sungguh-sungguh mengherankan. Dalam ayat 6 menunjukkan dengan jelas
sekali bahwa kesetaraan dengan Elohim itu sudah dimiliki Yesus
sebelumnya. Dan oknum yang setara dengan Elohim pastilah Elohim.

Penelusuran yang cermat untuk menemukan bukti-bukti Alkitab


tentang Kristus maka akan terlihat bahwa Paulus kerap menyebut Elohim
(Theos) sebagai Bapa Yesus Kristus, dan menyebut Kristus sebagai Anak
Elohim (Huios Theou) tetapi dalam Titus 2:13 ia mememakai sebuah
sebutan yang susah dimengerti karena ia menyebut Yesus sebagai Theos:
Elohim yang Mahabesar dan Juruselamat kita, Kristus Yesus. Selanjutnya
“dalam dua belas dari tiga belas surat Paulus (kecuali Titus),” tulis J. Konx
Chamblin, “Yesus Kristus disebut sebagai Tuhan (Kurios)”dan konsep ini
mendominasi ide teologi Paulus. Perlu dipahami juga bahwa sesekali
Paulus mengunakan sebuatan Kurios (Tuhan) bagi Elohim Bapa.

Ketika istilah Theos dan Kyrios digunakan, maka istilah Theos


merujuk perbedaan pribadi antara Yesus dan Bapa, sedangkan Kurios
merujuk keserupaan keduanya dalam keberadaan dan karakter. Bagian
penting selanjutnya yang membuktikan ke-Elohiman Krsitus adalah Ibrani
1. Dalam pasal ini menggunakan istilah bahwa Elohim yang disebut
sebagai Bapa dari Dia yang disebut sang Anak (ay 5), dan khususnya ayat 8
(yang dikutip dari Mazmur 45:7) dimana Elohim menyapa sang Anak
sebagai “Elohim” dan dalam ayat 10 sebagai “Tuhan” (dikutip dari mazmur
102:26). Hal ini menunjukkan bahwa penulis Ibrani yang berbicara kepada
orang Kristen Ibrani yang memegang monoteisme, menjelaskan dengan
memakai cara yang meneguhkan keilahan Yesus dan kesetaraan-Nya
dengan Bapa.

Pertimbangan terakhir tentang keilahian Kristus adalah kesadaran


diri Yesus sendiri. Yesus memang tidak pernah secara blak-blakan
mengatakan, “Akulah Tuhan” tetapi Ia benar-benar menyadari bahya diri-
Nya adalah Elohim. Contohnya, Ia mengampuni dosa yang hanya bisa
dilakukan Elohim (Markus 2:8-10); ia berkuasa untuk menghakimi dunia
(Matius 25:31) dan memerintah dunia (Matius 24:30; Markus 14:62).
Yesus juga berbicara tentang diri-Nya sebagai raja dalam kerajaan Elohim
yang sesekali disebut kerajaan-Nya (Matius 13:41; 16:28; 20:21; Lukas
23:42; Yohanes 18:33-38) dan jika para pemimpin agama lain meniadakan
diri, Ia menunjukkan diri-Nya. Mereka berbicara tentang pendapat mereka
tentang suatu jalan kebenaran tetapi Yesus menyatakan, “Akulah
kebenaran: Ikutlah Aku”. Dan Pengakuan diri-Nya sebagai anak Elohim
bukan saja dalam arti Juruselamat, tetapi juga untuk menyatakan bahwa
antara Ia dan Elohim terdapat hubungan kekal dan unik sebagimana
terbukti dalam Lukas 2:49; Yohanes 5:17, 23, 8:19; 14:7, 23; 15:23; 19:7;
Markus 9:37.

3. Roh Kudus adalah Elohim.


Pemahaman Paulus tentang Elohimnya berubah secara radikal
sejak perjumpaannya dengan Yesus Kristus dan pengalamannya bersama
Roh Kudus. Berikut ini beberapa bagian Alkitab yang menunjukkan
bahwa Roh Kudus adalah Elohim. Millard Erickson membagi petunjuk
tentang keilahian Roh Kudus dalam tiga bagian:
a. Rujukan-rujukan kepada Roh Kudus dapat dipertukarkan dengan
rujukan-rujukan kepada Elohim, seperti Kisah rasul 5:3-4; Yohanes
16:8-11; 1 Korintus 12:4-11.
b. Pernyataan bahwa Roh Kudus juga menerima kehormatan dan
kemuliaan yang diperuntukkan bagi Elohim (1 Korintus 3:16-17).
c. Pernyataan bahwa Roh Kudus adalah setara dengan Elohim
(Matius 28:19 – rumusan baptisan; 2 Korintus 13;13 – doa berkat
Paulus dan 1 Petrus 1:2. Alkitab juga menunjukkan kepada kita
berbagai bukti yang menjelaskan bahwa ke-Elohiman Roh Kudus
dengan fakta-fakta yang jelas. Ia disebut Elohim (Kis 5:3-4) dan
memiliki sifat sifat Elohim: Mahatahu (1 Kor 2:10), Mahahadir
(Mazmur 139:7-10; 1 Korintus 6:19), Mahakuasa (Luk 1:35),
Pemberi hidup (Roma 8:2), Kekal (Ibrani 9:14).
BAB VI

TEOFANI ELOHIM

A. Pengertian Teofani
Teofani, adalah suatu istilah dalam ilmu teologi, yang berasal dari Bahasa
Yunani: τεοφάνια - THEOPHANIA, berasal dari dua kata, kata benda θεός -
THEOS (Elohim) dan kata kerja φανερόω - PHANEROÔ yang
artinya menampakkan, mewujudkan (diri). Maka, THEOPHANIA adalah
penampakan Elohim/ appearance of God/ a manifestation of God to the world.

B. Pemahaman Teofani
Elohim menampakkan diri dengan tanda-tanda yang dapat dihayati oleh
yang bersangkutan, sehingga ybs. sadar bahwa mereka berhadapan dengan
Elohim sendiri. Umpamanya, Elohim menampakkan diri-Nya kepada Musa
dalam nyala api yang keluar dari semak duri, Elohim menampakkan diri
kepada Israel di dalam tiang awan, dalam awan yang padat yang disertai guruh
dan kilat di atas gunung Sinai, di dalam kemuliaan-Nya yang melalui Musa,
menampakkan diri kepada Gideon sebagai Malaikat TUHAN (MAL'AKH
YHVH), dan seterusnya.

Dalam kitab PL peristiwa teofani dapat dilihat dalam tiga wujud:

1) Malaikat, yang mengunjungi Abraham (Kejadian 18:1-3; 32: 28-30);


2) Wujud “manusia” Panglima Balatentara (Hakim 13: 28);
3) Dalam wujud benda, “semak” terbakar.

Ini semua dalam konteks providensi Elohim yang khusus. Theofani atau
penampakan diri Elohim ini bukanlah kehadiran Elohim yang tanpa keaktifan
dan tanpa waktu, melainkan dengan manampakkan diri ini Elohim hadir
dengan nyata atau mendatangi umat-Nya serta berada di tengah-tengah umat-
Nya. Ia berdiam di antara umat-Nya. Maka penampakan diri ini termasuk
perbuatan atau karya Elohim yang historis, baik yang mendatangkan hukuman
maupun yang mendatangkan pertolongan. Istilah 'teofani' penampakan Elohim
dalam bentuk yang kelihatan, berbeda dengan inkarnasi. Dalam inkarnasi,
terdapat kesatuan yang tetap antara kemanusiaan dan keilahian.

Selanjutnya Elohim menyatakan diri-Nya kepada Israel dengan mujizat


atau perbuatan-perbuatan-Nya yang menakjubkan. Segala perbuatan atau karya
Tuhan Elohim sebenarnya adalah mujizat. Mujizat ini ada bermacam-macam,
sebagai umpamanya mujizat yang diadakan guna mengeluarkan Israel dari
Mesir, untuk memelihara Israel dalam pengembaraannya di padang gurun,
untuk memasukkan Israel ke tanah Kanaan, untuk menolong Israel dari
penindasan bangsa-bangsa yang berdiam di sekitar tanah Kanaan, dan
sebagainya.

Akhirnya Elohim berfirman dengan firman atau sabda yang dapat didengar
guna menyatakan atau memberitahukan kehendak-Nya. Firman ini dapat
diberikan di dalam penglihatan atau wahyu, seperti yang terjadi pada para nabi,
dapat juga diberikan di dalam impian dan sebagainya. Pembicaraan Elohim
yang terbanyak, yang pernah terjadi di antara Elohim dengan manusia, ialah
pembicaraan yang diadakan Elohim dengan Musa, yang di dalam Alkitab
disebut "berbicara dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada
temannya". Jikalau segala pembicaraan ini diperhatikan, tidak diperoleh kesan
seolah-olah Elohim memberikan bisikan ilahi, melainkan Elohim berfirman
dari luar, seperti yang terjadi di dalam pembicaraan di antara aku dan engkau.

Dengan perantaraan ketiga cara berkomunikasi itulah Israel dapat


mengenal Elohimnya dengan sebenarnya, bukan secara teori, melainkan
berdasarkan pengalaman. Bahwa Elohim adalah Mahakuasa, umpamanya, bagi
Israel bukanlah suatu teori, bukan suatu ajaran yang didengar dari seorang
guru, sekalipun guru itu Musa, juga bukan hasil renungan atau spekulasi, yang
diperoleh karena akalnya menjelajahi alam semesta ini. Demikian juga
pengatahuan Israel bahwa Elohim adalah yang Mahakudus, atau yang
Mahaadil, dan sebagainya. Israel mengenal Elohim karena Elohim dengan
firman dan karya-karya yang menakjubkan tampil di tengah-tengah sejarah
Israel.
Maka, "Teofani" ini dimengerti sebagai suatu konsep teologis yang
menjelaskan kemunculan Elohim dalam Perjanjian Lama dalam suatu wujud.
Disini dipahami Elohim yang Roh menampakan diri-Nya secara langsung
kepada manusia dalam wujud jasmaniah/ragawi bisa dikenali dengan indera
manusia. Dari perspektif penggenapan Perjanjian Baru (PB), kunjungan diri
Elohim itu untuk meneguhkan perjanjian anugerah-Nya di masa-masa sulit
dalam kerohanian umat secara pribadi maupun bangsa.

C. Teofani – Kristofani
Kalangan yang berpaham monoteisme ekstrim, mereka beranggapan
Elohim tidak bisa datang ke dalam dunia dan tidak dapat berkomunikasi
langsung dengan manusia. Jadi, tidak mungkin ada relasi antar-pribadi dengan
manusia di dunia. Namun dalam monoteisme Kristen, Elohim yang adalah
Roh, namun Dia dapat berkomunikasi antar-pribadi secara dekat. Elohim yang
demikian dapat turun dalam wujud kelihatan dan berkunjung secara langsung
pada manusia, yang disebut "Teofani". Bahkan telah datang dalam "inkarnasi"
untuk mengaktualisasikan penebusan umat-Nya (teofani riil).

Ada orang melanjutkan konsep teofani menjadi "kristofani". Kristofani


selama ini dimengerti sebagai penampakan Kristus sebelum inkarnasi.
Beberapa orang memahami pra-eksistensi Anak Elohim identik dengan pra-
inkarnasi Kristus. Memang ada benarnya, karena secara teologis pra-inkarnasi
adalah pra-eksistensi Kristus sebelum inkarnasi, namun sebenarnya
praeksistensi Anak Elohim adalah eksistensi niscaya yang kekal dan mutlak
dan tidak boleh disamakan dengan pra-inkarnasi Kristus di bumi. Tepatnya,
pra-inkarnasi Kristus dalam teofani merupakan bagian tema pra-eksistensi
Anak dalam doktrin Tritunggal.
Disini didahului dengan identifikasi bahwa Kristus sendirilah yang
ditunjuk sebagai Malaikat Yahweh yang bergumul dengan Yakub. Atau juga
salah satu dari tiga Malaikat Elohim yang menjumpai Abraham. Peristiwa
penampakan itu ditandai dengan penyembahan layaknya kepada Elohim,
sedangkan malaikat biasa tidak mendapatkan perlakukan istimewa demikian.
Sampai disini pandangan injili ini tidak ada salahnya juga, karena didasarkan
pada Alkitab kanonik (PL dan PB) yang memberitakan Kristus sebagai pusat
berita keselamatan Alkitab. Ini yang disebut Kristofani potensial bagi inkarnasi
dalam PB.

D. Teofani Malakh Yahweh


Kristofani PL bukanlah spekulasi teologi dalam iman Kristen, inkarnasi
Kristus menjadi manusia Ini dapat juga dikatakan teofani sesungguhnya.
Sebelumnya sudah disinggung teofani Elohim dalam MAL'AKH Yahweh.
Dalam doktrin Elohim, malaikat dipelajari dalam kerangka ciptaan Elohim
yang immateri. Malaikat adalah ciptaan, dan normalnya malaikat biasa adalah
pesuruh Elohim di dalam providensi-Nya dalam menolong umat. Namun
malaikat teofani (MAL'AKH YHVH/ Malaikat Elohim) yang tampil dalam
Alkitab teridentifikasi sebagai yang disembah dan menerima sujud dan
persembahan dari umat Elohim. Jadi, malaikat ini bukan malaikat biasa, tetapi
TUHAN Elohim sendiri.

Kalau Elohim dikatakan menampakkan diri dalam rupa malaikat


(MAL'AKH Yahweh), bukan berarti Elohim berubah menjadi malaikat, tetapi
Elohim mengunjungi manusia secara langsung melalui rupa malaikat. Ini
adalah misteri ilahi dalam rincian penjelasannya. Malaikat nya itu pun
mungkin berupa manusia, seperti tercatat dengan kata-kata "tiga orang" atau
"seorang". Elohim adalah Roh yang berpribadi. Secara bentuk, Ia tidak
berbentuk dalam material. Dalam hubungan dengan umat-Nya secara pribadi Ia
memakai sarana dan prasarana yang nampak agar dapat berkomunikasi secara
aktual. Prinsipnya, Elohim dapat mengambil bentuk tetapi tidak terikat dan
tidak boleh diikat dalam bentuk-bentuk apapun di dalam pengalaman orang
percaya.
E. Inkarnasi – Teofani Riil
Fungsi teofani Alkitab adalah untuk menyelamatkan umat berdasarkan
janji-janji Nya. Secara khusus Elohim datang langsung dan kelihatan ke dalam
dunia manusia untuk meneguhkan iman. Jadi, dasarnya adalah perjanjian
keselamatan-Nya yang kekal. Disinilah peristiwa teofani yang paling puncak,
yaitu kedatangan Yesus Kristus dalam inkarnasi (Yohanes 1:1-17), inkarnasi
Kristus yang lebih sesuai disebut "Kristofani". Dan inkarnasi ini merupakan
teofani yang riil, sebab Elohim itu datang sebagai manusia, bisa dilihat, bisa
diraba, bisa didengar dan dirasakan oleh semua indera manusia, tinggal
bersama-sama dengan manusia, hidup normal sebagaimana halnya manusia-
manusia yang lain di dalam pertumbuhan kemanusiaan yang lazim.

Sang Firman yang adalah Elohim itu telah menjadi manusia. Inkarnasi-
Nya adalah pernyataan Firman-Nya. Kata yang dipakai di dalam Perjanjian
Lama bagi firman adalah ‫ דָּ בָר‬- DAVAR. Kata DAVAR/ DABAR berarti
perkataan, akan tetapi bukan perkataan yang kosong. DAVAR/ DABAR adalah
perkataan yang telah berisikan latar belakang atau dasar yang terkandung di
dalam perkataan itu. (Di tangan manusia sering perkataan tidak cocok dengan
isinya, sebagai ilustrasi: A adalah seorang yang jujur, sedang sebenarnya
tidaklah demikian). Kata dâbar senantiasa cocok dengan perkara yang
diungkapkan di dalam perkataan itu. Oleh karena itu sifat terpenting dari kata
dâbar ialah kebenaran.

Selanjutnya, bahwa firman Elohim adalah firman yang bekerja, bukan


firman yang mati, ternyata dari karya penjadian Elohim. Di Mazmur 33:9,
umpamanya disebutkan, "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia
memberi perintah, maka semuanya ada." Sebaliknya Perjanjian Lama juga
mengatakan, bahwa pekerjaan Elohim adalah juga firman-Nya. Pekerjaan atau
karya Elohim dipakai oleh Elohim untuk berfirman. Mazmur 19:2-4
umpamanya mengatakan, bahwa langit menceritakan kemuliaan Elohim dan
cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya dan seterusnya.
Demikianlah dari Perjanjian Lama dapat diambil kesimpulan, bahwa
firman Elohim adalah firman yang bekerja, dan sebaliknya, bahwa pekerjaan
atau karya Elohim adalah pekerjaan yang berbicara. Jadi jika demikian, maka
firman Elohim tidak dapat dibedakan dengan karya-Nya, sedangkan karya
Elohim juga tidak dapat dibedakan dengan firman-Nya. Keduanya adalah
sama, dan mewujudkan dua segi dari satu kenyataan. Oleh karena itu, maka
alat penyataan atau perkenalan Elohim, yaitu firman dan karya-Nya, dapat
dirangkumkan menjadi penyataan Elohim yang dengan firman-Nya. Firman
Elohim adalah alat komunikasi Elohim dengan manusia.

Di dalam Perjanjian Baru ada gagasan yang baru, yaitu bahwa penyataan
atau perkenalan Elohim yang dengan firman-Nya itu diwujudkan di dalam diri
Yesus Kristus. Di Markus 2:2 disebutkan, bahwa Yesus memberitakan firman
kepada orang banyak (dapat dibandingkan dengan Lukas 8:1, yang
menyebutkan bahwa Yesus memberitakan Injil Kerajaan Elohim, juga Lukas
11:28). Di sini Yesus disejajarkan dengan para nabi di dalam Perjanjian Lama,
yang memberitakan Firman Elohim. Sekalipun demikian, jikalau pemberitaan
para penulis Injil itu diperhatikan, kesejajaran itu tidaklah persis sama. Ada
perbedaan yang besar sekali di antara para nabi di dalam Perjanjian Lama dan
Yesus.

Pada waktu Yohanes Pembaptis mengutus para muridnya menghadap


Yesus untuk mengetahui apakah Yesus ini adalah orang yang benar-benar
dinantikan Israel, atau apakah bukan, para murid Yohanes diperintahkan
memberitakan kepada Yohanes apa yang telah mereka dengar dan lihat.
"Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu
dengar; orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir,
orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin
diberitakan kabar baik." Dari sini dapat diketahui, bahwa kata-kata Yesus tidak
sama dengan kata-kata para nabi di Perjanjian Lama. Para nabi memberitakan
firman Elohim yang bekerja, akan tetapi di sini firman Yesus adalah firman
yang bekerja sendiri. Firman-Nya telah menyembuhkan para orang sakit dan
telah membawa kabar kegirangan, sehingga harus disimpulkan, bahwa para
murid Yohanes harus memberitakan kepada Yohanes, bahwa Firman Kristus
adalah Firman Elohim.

Selain daripada itu, yang perlu diperhatikan di dalam bagian Injil ini ialah,
bahwa firman Kristus dapat dilihat dan didengar. Firman itu dapat dilihat di
dalam karya-Nya yang menyembuhkan dan dapat didengar di dalam
pemberitaan kabar baik kepada yang miskin.

Di Lukas 1:2 Lukas mengatakan, bahwa para rasul menjadi penyaksi mata
dan pelayan Firman. Yang disaksikan oleh para rasul adalah karya
penyelamatan Kristus dan yang diberitakan adalah karya-Nya itu. Oleh karena
itu kata pelayan Firman berarti: pelayan Kristus. Di sini Kristus diidentikkan
dengan Firman Elohim. Hal yang demikian juga terdapat di Kisah Para Rasul
11:1, "Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-
bangsa lain juga menerima firman Elohim."

Ada bagian Injil yang lebih mendalam lagi membicarakan hal ini, yaitu
Yohanes 1. Di Yohanes 1:1, 14 disebutkan, bahwa Yesus Kristus adalah
Firman, yang pada mulanya bersama-sama dengan Elohim dan Elohim adanya,
tetapi yang kemudian menjadi manusia. Dengan ini jelaslah bahwa Yesus
adalah pengejawantahan firman Elohim, dan di dalam diri Yesus itu Tuhan
Elohim berfirman kepada manusia. Oleh karena itu apa yang dikatakan dan
dikerjakan oleh Yesus adalah alat-alat Tuhan Elohim untuk berfirman kepada
manusia. Elohim berfirman dan menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya
melalui Yesus dan di dalam diri-Nya. Maka Yesus Kristus adalah puncak dan
akhir penyataan Elohim kepada manusia.
Hal ini akan menjadi lebih jelas lagi jikalau ditinjau Ibrani 1:3 yang
menyebutkan, bahwa Yesus adalah cahaya kemuliaan Elohim dan gambar
wujud Elohim. Kata yang diterjemahkan dengan cahaya yaitu ἀπαύγασμα -
apaugasma sebenarnya berarti "cahaya yang disinarkan dari", sehingga kata itu
menunjukkan, bahwa cahaya itu berasal dari sumber cahaya, serta memiliki
sifat-sifat serta watak yang sama dengan sumber cahaya tadi. Oleh karena itu
maka ungkapan cahaya kemuliaan Elohim tadi menunjukkan, bahwa Yesus
memiliki kemuliaan yang sama dengan kemuliaan Elohim. Dan selanjutnya
ungkapan ini juga dapat diterangkan bahwa Yesus adalah cermin yang
mencerminkan Elohim.

Kata kedua yang diterjemahkan dengan gambar wujud yaitu kata Yunani
χαρακτήρ - KHARAKTÊR sebenarnya berarti tindasan, tembusan, cetakan
atau cap dari Elohim. Dengan ungkapan ini ditentukan, bahwa Yesus
menampakkan hakekat Elohim yang sebenarnya.

Di Ibrani 1:3 ini dengan singkat dikemukakan, bahwa Yesus Kristus


adalah alat penyataan Elohim yang sempurna atau alat dengannya Elohim
memperkenalkan diri secara sempurna. Oleh karena itu dapat dimengerti, jika
Yesus di Yohanes 14:9 berkata, bahwa barangsiapa telah melihat Dia, ia telah
melihat Bapa. Sebab di dalam diri Yesus itu Elohim memperkenalkan diri
kepada manusia secara sempurna. Di dalam diri Yesus itu TUHAN Elohim
memperkenalkan isi hati-Nya.

Demikianlah Yesus Kristus, sebagai Firman yang pada mulanya ada pada
Elohim dan bersama-sama dengan Elohim, dan yang kemudian menjadi
manusia, adalah penyataan Elohim yang sempurna. Ia adalah penyataan
Elohim dengan firman yang secara kongkrit. Oleh karena itu maka segala
penyataan Elohim, baik yang dengan firman-Nya maupun yang dengan karya-
Nya, di dalam diri Yesus menjadi satu secara sempurna.
Sekalipun Yesus Kristus adalah puncak dan akhir penyataan Elohim,
namun hal itu tidak berarti, bahwa Kristus adalah satu-satunya penyataan
Elohim. Pertama-tama hal ini jelas dari Ibrani 1:1-2, yang menyebutkan, bahwa
setelah pada zaman dahulu Elohim berulang kali dan dalam pelbagai cara
berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada
zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.

Di sini firman Tuhan kepada nenek moyang disebutkan bersama-sama


dengan firman Elohim di dalam Anak-Nya. Jika demikian maka penyataan-
penyataan Tuhan Elohim sejak zaman nenek-moyang hingga zaman Yesus
dipandang sebagai suatu rentetan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam suatu
sejarah yang panjang, dengan cara yang bermacam-macam, dan yang
menyatakan hal yang bermacam-macam juga. Jadi penyataan Elohim
sebenarnya adalah pluriform atau beranekaragam, sedang Yesus adalah puncak
dan akhir segala penyataan yang pluriform itu.

Jikalau Elohim menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya, Ia tidak


memperkenalkan diri-Nya sepenuhnya atau secara sempurna pada saat itu.
Penyataan-Nya atau perkenalan-Nya setiap waktu diselaraskan dengan keadaan
orang yang menerima penyataan tadi. Bukankah penyataan Elohim itu
dikaitkan dengan janji-janji-Nya? Umpamanya, setelah Adam dan Hawa jatuh
ke dalam dosa Elohim menyatakan diri-Nya sebagai Pembalas Hukum dan
sebagai Pengasih. Kepada Abraham Elohim menyatakan atau memperkenalkan
diri-Nya sebagai yang Mahakuasa, yang dapat memberikan anak kepada
Abraham, meski Sarai disebutkan mandul. Di Horeb Elohim menyatakan atau
memperkenalkan diri-Nya kepada Musa sebagai Elohim perjanjian. Demikian
seterusnya.

Penyataan-penyataan Elohim kepada para nenek-moyang tadi oleh Alkitab


jelas dipandang sebagai penyataan yang benar-benar nyata. Menurut Yesaya
1:3 dan Yeremia 2:3 umpamanya, dosa bangsa Israel ialah bahwa bangsa itu
tidak mau mengakui adanya penyataan Elohim kepada nenek-moyang mereka.

Bahwa Elohim bukan hanya menyatakan diri di dalam Kristus saja,


selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut:

Dari Alkitab diketahui, bahwa segera Israel mengenal Elohimnya sebagai


"Elohim yang berbuat", yang dengan nyata bertindak di dalam sejarah, maka
segera terdengarlah pemberitaan, bahwa Elohim yang "Mahakuasa di dalam
sejarah" itu adalah juga Elohim yang "Mahakuasa di dalam alam semesta".
Dialah yang menggempakan bumi dan menghancurkan bukit-bukit, bahkan
Dialah yang menjadikan itu semuanya.

Di Yeremia 27 disebutkan, bahwa pada waktu itu datanglah utusan dari


beberapa negara tetangga di Yerusalem untuk meminta kepada Yehuda, agar
mau menggabungkan diri dengan para raja tetangga tadi untuk memberontak
terhadap Babel. Sebagian besar rakyat Yehuda menyambut ajakan itu dengan
girang. Akan tetapi raja Zedekia ragu-ragu. Dengan suatu tindakan yang
simbolis Yeremia diperintahkan oleh Elohim untuk memberitakan, bahwa
Yehuda harus menyerah kepaa Babel. Pemberitaan yang demikian itu disertai
ucapan yang demikian, "Akulah yang menjadikan bumi, manusia dan hewan
yang ada di atas bumi dengan kekuatan-Ku yang besar dan dengan lengan-Ku
yang terentang, dan Aku memberikannya kepada orang yang benar di mata-
Ku" (Yeremia 27:5)

Firman ini bermaksud menunjukkan, bahwa Elohim yang Mahakuasa,


yang menjadikan langit dan bumi serta segala isinya itu telah memberikan
kekuasaan atas dunia kepada Babel. Oleh karena itu suatu pemberontakan
terhadap Babel akan membawa kecelakaan kepada Yehuda. Di sini
kemahakuasaan Elohim di dalam sejarah dikembalikan kepada dasar, bahwa
Elohimlah yang menjadikan segala sesuatu. Tindakan Elohim yang Mahakuasa
di dalam sejarah tadi dikatakan sebagai berlandaskan kepada kemahakuasaan-
Nya sebagai Al-khalik, dan hal itu terjadi dengan secara erat sekali. Memang,
menurut Perjanjian Lama bentuk sejarah, yaitu karya Elohim di dalam sejarah,
adalah karya-Nya yang sama dengan menjadikan. Kata yang dipergunakan
untuk mengungkapkan karya Elohim di dalam sejarah adalah sama dengan kata
yang dipergunakan untuk mengucapkan penjadian, yaitu kata arb-bârâ'.

Kata ‫ ב ָָּרא‬- BARA' kecuali dipergunakan untuk menyebutkan karya


penjadian, juga dipergunakan untuk mengungkapkan mujizat-mujizat Elohim.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa Elohim bukanlah hanya menyatakan


atau memperkenalkan diri-Nya dengan perantaraan karya-Nya yang ditujukan
kepada penyelamatan umat Israel, akan tetapi Ia juga memperkenalkan diri-
Nya dengan perantaraan karya-Nya di dalam alam semesta. Oleh karena itu
segera setelah Israel mengenal Elohimnya dengan perantaraan firman dan
karya-Nya yang ditujukan kepadanya, maka terbukalah mata Israel, dan
dapatlah ia melihat Elohimnya di dalam segala karya-Nya. Alam semesta, yang
semula seolah-olah bisa, sekarang dapat berbicara. Itulah sebabnya juru
Mazmur dapat berkata, "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu
di seluruh bumi!" Demikian juga Mazmur 19 dapat mengatakan, bahwa langit
menceritakan kemuliaan Elohim dan cakrawala memberitakan pekerjaan
tangan-Nya.

Para juru Mazmur di sini tidak melihat adanya ketegangan di antara karya
Elohim di dalam alam semesta dan karya-Nya di dalam penyelamatan.

Bukan hanya alam semesta "sebagai hasil karya tangan Elohim" saja yang
menyatakan atau memperkenalkan Elohim kepada manusia, melainkan juga
"karya Elohim untuk memelihara" alam semesta itu. Mazmur 33 mengajak kita
untuk memuji Elohim, karena kesetiaan-Nya terhadap segala perbuatan tangan-
Nya. Bumi telah dipenuhi dengan kemurahan Elohim. Tuhan bukan hanya
menjadikan alam semesta, akan tetapi Dia jugalah yang memeliharanya. Dialah
yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi
dan yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput, dan seterusnya.

Berdasarkan hal itu semua, maka Rasul Paulus di Roma 1:19-12 dapat
mengatakan, bahwa apa yang dapat diketahui manusia tentang Elohim telah
nyata bagi mereka, sebab Elohim telah menyatakannya kepada mereka
sehingga apa yang tidak nampak dari-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan
keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia
dijadikan. Akan tetapi hal ini bukan berarti, bahwa segala manusia dengan
akalnya dapat mengenal Elohim, seperti yang diajarkan oleh Plato, yaitu
dengan mempelajari alam semesta. Kata yang diterjemahkan dengan karya-
Nya di dalam ayat 20 ialah ποίημα - poiêma, yang kiranya lebih tepat
diterjemahkan dengan hal-hal yang dikerjakan, yaitu karya Elohim atau
perbuatan-perbuatan-Nya di dalam sejarah, yang setiap waktu dihadapi oleh
manusia. Dengan perbuatan-perbuatan Elohim di dalam sejarah inilah manusia
sejak semula dan setiap saat dikonfrontasikan dengan Elohim.

Demikianlah dapat disimpulkan, bahwa ada sejarah penyataan Elohim


yang menuju kepada puncak penyataan tadi, yaitu Yesus Kristus, dan ada
penyataan Elohim yang melalui hasil karya-Nya di dalam alam semesta dan di
dalam pemeliharaan serta pemerintah-Nya terhadap dunia. Maka kiranya
tidaklah benar, jika penyataan Elohim hanya dipandang sebagai terjadi pada
diri Yesus Kristus semata-mata.

Telah diuraikan, bahwa Elohim menyatakan diri-Nya dengan firman dan


karya-Nya guna menyelamatkan umat manusia, dan bahwa penyataan ini dapat
dirangkumkan di dalam penyataan dengan firman-Nya, yang berpuncak pada
diri Kristus. Di samping itu masih ada penyataan Elohim dengan hasil karya-
Nya di dalam alam semesta, baik dalam alam semesta itu sendiri, maupun di
dalam segala kejadian yang terjadi di dalam alam semesta, dan bahwa
penyataan ini hanya dapat dilihat dan dimengerti oleh umat Elohim, yang telah
mengenal Elohim sebagai Elohimnya.

Kristofani yang nyata adalah teofani riil yang terjadi sejak Kristus lahir
sebagai bayi, melakukan pelayanan di bumi, disalibkan untuk menjadi kurban
tebusan, dan naik ke Surga, dalam apa yang disebut masa inkarnasi. Apakah
mungkin ada penampakan Elohim (teofani) terjadi lagi setelah kenaikan
Kristus ke Surga? Atau masih mungkinkah bagi jemaat Kristus mendapat
kunjungan teofani? Karena ternyata, ada orang pada masa kini mempunyai
kesaksian tentang pengalaman pribadi dengan Elohim yang menampakkan diri
dalam bentuk yang kelihatan, layaknya teofani, bahkan kristofani pada masa
kini. Kelak puncaknya pada kedatangan Kristus kedua yang dinyatakan dalam
penampakan Kristus di langit. Ini yang kita katakan kristofani mulia pada
parousia (kedatangan) yang kedua kalinya nanti.

Bagaimana pun juga, penampakan Kristus kembali pada parousia adalah


untuk menjemput kita di dunia ini (1 Tesalonika 5:16). Setelah kedatangan-
Nya yang pertama dalam inkarnasi pada kelahiran anak dara, sebagai kristofani
aktual, Ia akan menampakan diri dalam kemenangan sebagai Raja di atas
segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Inilah yang dikatakan penampakan
Kristus yang terakhir di langit pada akhir zaman.

Teofani adalah tanda kekuasaan Elohim yang yang senantiasa ingin


berhubungan dengan makhluk ciptaan-Nya di dalam dunia nyata sehari-hari.
Maksud Teofani bukan hanya kasih setia Elohim, tetapi juga belas-kasihan
khusus dari Elohim kepada umat-Nya dalam maksud keselamatan agar
manusia dapat bersama-sama dengan Elohim dalam kehidupan yang kekal.
BAB VII
KEBERADAAN TUHAN

A. Penyangkalan Terhadap Keberadaan Tuhan


1. Practical Atheist / Atheis praktis.
Ini adalah orang yang sekalipun sebetulnya percaya bahwa Tuahn itu ada,
tetapi hidup seakan-akan Tuhan tidak ada (bdk. Rom 1:21). Mereka tidak
berbakti kepada Tuhan ataupun memuliakan Tuhan, sebaliknya mereka
hidup untuk dunia dan dirinya sendiri. Di dalam gerejapun ada banyak
orang yang hidup seakan-akan Tuhan tidak ada, dan makin mendekati
akhir jaman / kedatangan Yesus yang kedua kalinya, makin banyak orang
‘kristen’ yang seperti ini! Bdk. 2 Tim 3:1-5 Tit 1:16.
2. Theoretical Atheist / Atheis teoritis.
Ini adalah atheisme yang bersifat intelektual dan berusaha untuk
membenarkan pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada dengan
menggunakan argumentasi yang bersifat rasionil. Biasanya
ketidakmampuan mereka dalam membuktikan keberadaan Tuhan
dijadikan bukti rasionil bahwa Tuhan tidak ada. Karena itu ada seseorang
yang mengatakan:“An atheist is a man who looks through a telescope and
tries to explain what he can’t see” (= Seorang atheis adalah seorang yang
melihat melalui sebuah teleskop dan mencoba menjelaskan apa yang tidak
bisa ia lihat). Contoh: Yuri Gagarin pergi ke ruang angkasa dan tidak
melihat Tuhan, lalu berkata Tuhan tidak ada.

Ada beberapa macam atheis teoritis:


a. Dogmatic atheist / atheis dogmatis.
Ini adalah orang yang secara terang-terangan menyangkal adanya
Tuhan atau sesuatu makhluk yang bersifat ilahi. Ini adalah atheis yang
sejati / sungguh-sungguh.
b. Sceptical atheist / atheis skeptis.
Ini adalah orang yang meragukan kemampuan pikiran manusia untuk
menentukan ada atau tidaknya Tuhan.
c. Critical atheist / atheis kritis.
Ini adalah orang yang beranggapan bahwa tidak ada bukti yang sah
tentang keberadaan Tuhan.

Sekarang perlu dipersoalkan: adakah orang yang betul-betul atheis


(dogmatic atheist)? Rom 1:19-20 menunjukkan bahwa Tuhan
menanamkan dalam diri setiap orang suatu perasaan tentang
keberadaannya. Ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang terlahir
sebagai atheist. Ide / pemikiran tentang adanya Tuhan adalah sesuatu
yang bersifat universal, dan bahkan ada di antara suku-suku yang bersifat
primitif / biadab.

Manusia berusaha menekan perasaan yang mengatakan bahwa


Tuhan itu ada (Maz 10:4b Maz 14:1 Maz 53:2). Keadaan manusia yang
rusak/sesat secara moral dan keinginan manusia untuk menghindari
Tuhan menyebabkan ia membutakan dirinya dengan sengaja dan
menekan naluri yang paling dasari dari manusia dan yang merupakan
kebutuhan rohani yang terdalam (bdk. Yoh 3:19-20).

B. Tuhan Bisa Dikenal


Tuhan sebagai pencipta memang tidak dapat dimengerti oleh kita yang
adalah ciptaanNya, tetapi bukan berarti Tuhan tidak dapat dikenal. Dalam
Alkitab cukup sering kita membaca Tuhan yang memperkenalkan diriNya
sendiri kepada para tokoh Alkitab seperti Nuh, Abraham, Yakub, Yusuf, Musa,
Daud, dll.
Dalam istilah teologi kita mengenal kata Transenden dan Imanen.
Transenden adalah pandangan bahwa Tuhan itu jauh dari kita sehingga
mustahil mengenal Dia. Dia Pencipta dan kita ciptaanNya. Perbandingan ini
bagaikan jarak Bumi dan Langit, tak terhitung jaraknya. Memang betul bahwa
Tuhan itu jauh, tak terkira oleh budi kita, namun selain Transenden kita juga
mengenal istilah Imanen. Imanen adalah pandangan bahwa Tuhan itu dekat
dengan kita sehingga mengenal Dia sangatlah mungkin sebab Ia yang
menghendaki untuk dikenal oleh ciptaanNya. Kata Imanen diambil dari kata
Imanuel yang berarti Tuhan bersama kita atau Tuhan manunggal dengan kita.
Tentu manunggal disini bukan berarti melebur jadi satu sehingga tidak terpisah
dan tidak dapat dibedakan. Maksud dari manunggal adalah bahwa Tuhan
bersekutu, dalam bahasa inggris disebut communion. Dengan begitu bahwa
mengenal Dia bukanlah barang mustahil.

Anda mungkin juga menyukai