Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan
dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak
mendapatkan kepuasan dalambermain, yang berarti mengemabngkan dirinya sendiri. Dalam bermain,
anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami
keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.

Dalam kenyataan sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah terpasung
di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi
gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak berguna untuk menjelajahi
dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan
kreativitas anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakn
dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan
sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan bermain?

2.      Bagaimana fungsi bermain bagi perkembangan anak?

3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak-anak?

4. Apa saja klasifikasi bermain pada anak?

5.      Bagaimana terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui yang dimaksud dengan bermain

2.      Mengetahui fungsi bermain bagi perkembangan anak

3.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak-anak

4. Mengetahui klasifikasi bermain pada anak


5.      Mengetahui terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bermain

Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan
anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting
untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 1995).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah : “Kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang
dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B.     Fungsi Bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual,


perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral
dan bermain sebagai terapi.

1.    Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat
permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.

2.    Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain
mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.

3.    Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak
untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.
Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa
lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan
awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.

 4.    Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek
dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan
merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

5.    Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak
juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan
belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua
untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk
memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain

6.    Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan
melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai
tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral
dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab
atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan
yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk
bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran
orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral,
seperti baik/buruk atau benar/salah.

 7.    Bermain Sebagai Terapi


Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian,
permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau
petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi
nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak
dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.

C.    Tujuan Bermain

Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :

1.      Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di
rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk
menjaga kesinambungannya.

2.      Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti yang telah di uraikan diatas
pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya.

3.      Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan menstimulasi


daya piker, imajinasi, fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada
saat melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya,
semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.

4.      Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit. Stress yang
dialami anak dirawat di rumah sakit tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tua.
Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi
dengan stressor yang dialaminya di rumah sakit secara efeAKTORktif. Permainan adalah media yang
efektif untuk beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.

D. FAKTOR YANG MEMENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

Ada lima faktor yang memengaruhi aktivitas bermain pada anak, yaitu tahap perkembangan anak, status
kesehatan anak, jenis kelamin anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis permainan yang
cocok atau sesuai bagi anak. Berikut ini akan diuraikan satu per satu.
Tahap perkembangan anak

Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah
alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus
mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Status kesehatan anak

Untuk melekukan aktivitas bermain diperlukan energi. Walaupun demikian, bukan berarti anak tidak
perlu bermain pada saat sedang sakit.

Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang
penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit,
orang tua dan perawat harus jeli memilih permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip
bemain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit

Jenis kelamin anak

Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan permainan anak. Dalam
melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau pria. Semua alat
permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan daya pikir,
imajinasi, krativitas, dan kemampoan sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa
permainan adalah salah satu alat untuk membantu itu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian
alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini
dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan
hal ini dipelajari melalui media permainan.

Lingkungan yang mendukung

Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh
nilai moral , budaya, dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas bermain tidak selalu harus vang dibeli di toko
atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak,
bahkan sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari benda-benda di sekitar
kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif . Keyakinan keluarga tentang moral dan
budaya juga memengaruhi bagaimana anak dididik melalui permainan. Sementara Iingkungan fisik
sekitar rumah lebih banyak memengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik.
Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak
untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat, dan bermain dengan teman
sekelompoknya.
Alat dan jenis permainan yang cocok.

Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang sesuai dengan
tahapan tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum
membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang
dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan
kreativitas anak, bahkan sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau berasal dari benda-
benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus
didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan
koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal
norma dan aturan serta interaksi sosial dengan orang lain. Orang tua dan anak dapat memilih mainan
bersama-sama, tetapi yang harus diingat bahwa alat permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu,
orang tua harus membantu anak memilihkan mainan yang aman.

KLASIFIKASI BERMAIN
Ada beberapa jenis permainan ditinjau dari isi permainan maupun karakter sosialnya.
Berdasarkan isi permainan, ada sosial affectif play, sense-pleasure play, skill play, games,
unoccopied behavior, dan dramatic play.
1.      Berdasarkan isi permainan
a.      Sosial Affektif Play
Inti permainan ini adalah permainan hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak
dan orang lain. Misalnya, permainan “ciluk ba”, berbicara sambil tersenyum atau tertawa,
memberikan tangan kepada bayi untuk menggenggamnya. Bayi akan mencoba berespon
terhadap tingkah laku orang tuanya atau orang dewasa tersebut dengan tersenyum, tertawa
dan mengoceh.
b.      Sense-Pleasure Play
Permainan ini menggunakan alat permainan yang menyenangkan pada anak dan
mengasyikkan. Misalnya dengan menggunakan air, anak akan memindah-mindahkan air ke
botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin
asyik bersentuhan dengan alat permainan ini sehingga susah untuk dihentikan.
c.       Skill Play
Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus.
Keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
Semakin sering melakukan kegiatan, anak akan semakin terampil. Misalnya, bayi akan tampil
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain.
d.      Games
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan dan atau skor.
e.      Unoccopied Behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, namun anak terlihat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, membungkuk memainkan kursi atau apa saja yang ada di sekelilingnya.
Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya.
f.        Dramatic Play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Apabila
anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan diantara mereka tentang peran orang
yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.

2.      Berdasarkan Karakter Sosial


a.      Sosial Onlocker Play
Pada permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisipasi dalam permainan.
b.      Solitary Play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain
sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan
alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerjasama, ataupun komunikasi dengan
teman sepermainannya.
c.       Parallel Play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan permainan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan
oleh anak usia toddler.
d.      Associative Play
Pada permainan ini, terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak lain, tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
bermain boneka, masak-masakan, hujan-hujanan.
e.      Cooperative Play
Pada permainan ini terdapat aturan permainan dalam kelompok, tujuan dan pemimpin
permainan. Pemimpin mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam
permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan Dalam permainan. Misalnya bermain bola.

Berdasarkan kelompok usia anak

Apabila ditinjau dari kelompok usia anak, jenis permainan dapat dibagi menjadi permainan untuk bayi,
todler, prasekolah, sekolah, dan anak usia remaja

1. Anak usia bayi


Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0-3 bulan, 4-6 bulan, dan 7-9 bulan.
Karakteristik permainan anak usia bayi adalah sense of pleasure play.

Di usia 0-3 bulan. Seperti disinggung pada uraian sebelumnya, karakteristik khas permainan bagi usia
bayi adalah adanya interaksi sosial menyenangkan antara bayi dan orang tua dan/atau orang dewasa

Disekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi ciri khas dari permainan bayi usia ini. Alat
permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantung yang berwarna terang dengan bunyi musik
yang menarik. Dari permainan tersebut, secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan
tujuan menstimulasi penglihatannya. Oleh karena itu, bayi harus ditidurkan atau diletakkan pada posisi
yang memungkinkan agar dapat memandang bebas ke sekelilingnya. Secara auditori ajak bayi berbicara,

beri kesempatan untuk mendengar pembicaraan, musik, dan nyanyian yang menyenangkan.

Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan, dapat dilakukan permainan, seperti mengajak bayi
menonton TV, memberi mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna terang, serta dapat pula
dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga memungkinkan bayi dapat
melihat bayangan di cermin.

Stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan cara selalu membiasakan memanggil namanya,
mengulangi suara yang dikeluarkannya, dan sering berbicara dengan bayi, serta meletakkan mainan
yang berbunyi di dekat telinganya. Untuk stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat digenggamnya,

lembut, dan lentur, atau pada saat memandikan, biarkan bayi bermain air di dalam bak mandinya. Bayi
usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi penglihatan, dapat dilakukan dengan memberikan mainan yang
berwarna terang, atau berikan kepadanya kertas dan alat tulis, biarkan ia mencoret-coret sesuai
keinginannya. Stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan memberi bayi boneka yang berbunyi,
mainan yang bisa dipegang dan berbunyi dan digerakkan. Untuk itu, alat permainan yang dapat
diberikan pada bayi, misalnya buku dengan warna yang terang dan mencolok, gelas dan sendok yang
tidak pecah, bola yang besar, berbagai macam boneka, dan atau mainan yang dapat didorong.

2. Anak usia todler (>1 tahun sampai 3 tahun)

Anak usia todler seperti telah dijelaskan pada Kegiatan belajar 2 menunjukkan karakteristik yang khas,
yaitu banyak bergerak, tidak bisa diam, dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk
dapat mandini. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu, sering kali mainannya dibongkar-pasang,
bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.

Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia todler adalah solitary play dan parallel play. Pada
anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya
sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan
secara paralel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas
karena kemampuan berbahasa belum begitu lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah
boneka, kereta api, truk, sepeda roda tiga, alat memasak, alat menggambar, bola, pasir, tanah liat, dan
lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam macam.

3. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan
motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia todler. Anak sudah lebih aktif, kreatif, dan
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin
meningkat.

Oleh karena itu, jenis permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play, dan skill play. Anak
melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan
kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tertentu yang
diidentifikasinya, seperti ayah, ibu, dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan
kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat permainan yang
tepat diberikan pada anak, misalnya sepeda, mobil-mobilan, alat olahraga, berenang, dan permainan
balok-balok besar.

4. Anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun) Kemampuan sosial anak usia sekolah semakin meningkat.
Mereka lebih mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya. Sering kali pergaulan dengan teman
menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian, permainan pada anak usia
sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga
dapat mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan
sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam kelompoknya. Sisi lain
manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah mengembangkan kemampuannya untuk bersaing secara
sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.

Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki
lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya
dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat
diberikan permainan yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran, dan
sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan
boneka.

5. Anak usia remaja (13 sampai 18 tahun)

Seperti telah dibahas pada Kegiatan belajar 2 tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan, anak
remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu di satu sisi akan meninggalkan masa kanak kanak dan di
sisi lain masuk pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak
remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan mencari
kompensasi pada hal yang berbahaya, seperti mengonsumsi obat-obat terlarang, minuman keras,
dan/atau seks bebas. Anak sering kali menyendiri, berkhayal, atau melamun, di sisi lain mereka
mempunyai geng sesama anak remaja. Di sini pentingnya keberadaan orang tua sebagai teman bicara,
dan sebagai orang tua yang mengetahui kebutuhan mereka.

Melihat karakteristik anak remaja demikian, mereka perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya
dengan melakukan permainan berbagai macam olahraga, mendengarkan dan/atau bermain musik serta
melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif, seperti kelompok basket, sepak bola, karang taruna,
dan lain-lain. Prinsipnya, kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekadar mencari kesenangan
dan meningkatkan perkembangan fisioemosional, tetapi juga lebih ke arah menyalurkan minat, bakat,
dan aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan
yang tepat bisa berupa berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan alat gambar atau lukis.

E. Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi

Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak
maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri
merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti
bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan
social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan,
seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami
anak

 Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu
bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling efektif adalah
melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi
anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan
parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan
pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).

Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan keuntungan
sebagai berikut :

1.      Meningkatkan hubungan antara klien (anak keluaarga) dan perawat karena dengan melaksanakan
kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan
menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang elektif antara
perawat dank klien.

2.      Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang
terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3.      Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga
akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri.
Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau
pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau melukis
akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.

4.      Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku
yang positif.

5.      Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara sehat, akan
dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.

Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :

1.      Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan pada anak.
Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan ditempat tidur dan anak
tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada diruang rawat.

Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik anak-anak, mobil-
mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan permainan lain yang dapat dimainkan anak
dan orang tuanya sambil tiduran.

2.      Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak
melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia diruangan.
Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak
(misalnya, menggambar / mewarnai, bermain boneka dan membaca buku cerita).

3.      Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam,
tidak merangsang anak untuk berlari – lari dan bergerak secara berlebihan.

4.      Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan dilakukan khusus di kamar bermain
secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya,
permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.

5.      Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi
tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain
anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat
orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi
permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak yang di rawat di rumah sakit :

1.      Tujuan bermain

Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan bermain mengacu pada
tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip
bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan
distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.

2.      Proses kegiatan bermain

Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila
permainan yang akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota
kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.

3.      Alat permainan yang diperlukan

Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila anak akan diajak
bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan haga yang terjangkau.

4.      Pelaksanaan kegiatan bermain

Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi dan menjadi catatan penting
bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya

5.      Evaluasi atau penilaian

Diakhir kegiatan bermain, lakukan evaluasi secara menyeluruh dengan cara membandingkan
pelaksanaan bermain dengan tujuan yang telah ditetapkan semula. Tuliskan pula hambatan yang
ditemui selama kegiatan bermain, terutama apabila bermain dilakukan secara berkelompok dan
melibatkan semua orang tua anak yang ikut bermain.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit,
antara lain :

1.      Memfasilitasi situasi yang tidak familiar

2.      Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol

3.      Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan

4.      Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh


5.      Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur medis

6.      Memberi peralihan dan relaksasi

7.      Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing

8.      Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,

9.      Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang lain

10.  Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat

11.  Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat
menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak. Fungsi
utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi. Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan
bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif 
jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya
akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons secara pasif
terhadap permainan dan orang lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Bermain juga
menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap
stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan,
pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi
berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani
perawatan di rumah sakit.

B.     Saran

Setelah mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa memahami tentang definisi


bermain, fungsi bermain bagi perkembangan anak, kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak
dan terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi. Berharap dengan adanya makalah ini kami serta
teman – teman semua menjadi lebih paham dan mendapat ilmu dari membaca makalah ini. 
Daftar Pustaka

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai