Corresponding author:
Ratna Nur Utami
ratnanurutami@gmail.com
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020
e-ISSN:
DOI: 10.26714/nm.v1i1.5489
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 24
hari(Yuwono, 2013). Berdasarkan data pasca operasi yang melakukan tirah baring
yang di dapatkan pada RSUP Dr. Kariadi terlalu lama juga dapat meningkatkan
tepatnya pada ruang Rajawali 2A jumlah resiko terjadinya kekakuan atau
pasien yang melakukan operasi laparatomi penegangan otot-otot di seluruh tubuh,
setiap bulannya lebih banyak daripada gangguan sirkulasi darah, gangguan
operasi lainnya, jenis operasi adalah: pernafasan dan gangguan peristaltik
Herniotomi, Apendixtomi, Tumor maupun berkemih bahkan terjadinya
Abdomen, cholecystitis dan kolelitiasis. dekubitus atau luka tekan (Kartawijaya
2017).
Post Operasi adalah masa setelah dilakukan
pembedahan yang dimulai saat pasien Nyeri post operasi memerlukan tindakan
dipindahkan ke ruang pemulihan dan yang tepat. Upaya yang dapat dilakukan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya perawat dalam menangani nyeri post
(Uliyah & Hidayat, 2013). Tahap pasca operasi dapat dilakukan dengan
operasi dimulai dari memindahkan pasien manajemen penatalaksanaan nyeri
dari ruangan bedah ke unit pasca operasi mencakup pendekatan farmakologis dan
dan berakhir saat pasien pulang. Salah satu non-farmakologis. Pendekatan yang biasa
hal yang akan terjadi pada pasien post digunakan adalah analgetik golongan opioid
operasi adalah merasakan nyeri yang untuk nyeri yang hebat dan golongan non
merupakan salah satu efek dari proses streroid untuk nyeri sedang atau ringan.
operasi, nyeri yang dialami oleh pasien post Secara farmakologi penggunaan obat-
operasi adalah nyeri akut. Nyeri akut secara obatan secara terus-menerus bisa
serius mengancam penyembuhan klien menimbulkan efek samping, seperti
pasca operasi sehingga menghambat penggunaan analgesik opioid yang
kemampuan klien untuk terlibat aktif dalam berlebihan bisa menyebabkan depresi
mobilisasi, rehabilitasi, dan hospitalisasi pernapasan atau sedasi, bahkan bisa
menjadi lama (Perry & Potter, 2010). Nyeri membuat orang menjadi mual-muntah dan
merupakan kondisi berupa perasaan tidak konstipasi. Jika terus-menerus diberikan
menyenangkan bersifat sangat subjektif obat-obatan analgetik untuk mengatasi
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap nyeri bisa menimbulkan reaksi
orang dalam hal skala atau tingkatannya, ketergantungan obat, dan nyeri bisa terjadi
dan hanya orang tersebutlah yang dapat lagi setelah reaksi obat habis. Oleh karena
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri itu, perlu terapi non farmakologi sebagai
yang dialaminya. (Hidayat, 2010). Menurut alternatif untuk memaksimalkan
penelitian yang dilakukan prevalensi pasien penanganan nyeri pasca operasi.Terapi
post operasi mayor yang mengalami nyeri nonfarmakologi memberikan efek samping
sedang sampai berat sebanyak 41% pasien yang minimal pada pasien serta dengan
post operasi pada hari ke-0, 30% pasien terapi nonfarmakologi perawat mampu
post operasi pada hari ke-1, 19% pasien secara mandiri dalam pelaksanaan terapi
pada hari ke-2, 16% pasien pada hari ke-3 dengan keputusannya sendiri dalam
dan 14% pasien pada hari ke-4(Judha & melakukan tindakan dalam rangka
Syafitri, 2018). Pasien post operasi yang pemenuhan kebutuhan dasar manusia
mengalami nyeri akut harus dikendalikan (Hidayat, 2010). Pendekatan non-
agar perawatan lebih optimal dan tidak farmakologi antara lain stimulasi dan
menjadi nyeri kronis. Nyeri yang tidak massase kutaneus, terapi es dan panas,
diatasi akan memperlambat masa stimulasi saraf elektris transkutan,
penyembuhan atau perawatan, karena distraksi, tehnik relaksasi, aromaterapi dan
dengan nyeri yang tidak kunjung berkurang hypnosis (Smeltzer & Bare, 2012). Tindakan
atau hilang membuat pasien merasa cemas nonfarmakologi diantaranya ialah
untuk melakukan mobilisasi dini sehingga aromaterapi dengan menggunakan
pasien cenderung untuk berbaring. Pasien aromaterapi lemon, yang bertujuan untuk
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 25
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 26
pada saat bergerak/aktivitas dengan Katz (2016) yang menyatakan bahwa batu
kualitas nyeri terasa seperti ditusuk jarum empedu lebih sering terjadi pada wanita
di bagian post laparatomi perut kanan atas. dari pada laki-laki dengan perbandingan
Tingkat keparahan nyeri pada hari kedua 4:1. Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat
untuk kasus 1 masih dengan skala nyeri 3 untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
dan nyeri hilang timbul selama 5 menit. dengan pria, ini dikarenakan oleh hormon
Pasien tampak meringis menahan sakit saat esterogen berpengaruh terhadap
bergerak. Pada kasus 2 pasien mengatakan peningkatan eskresi kolesterol oleh
nyeri sudah berkurang dari sebelumnya kandung empedu, dan usia rata-rata
dimana nyeri terasa seperti dicubit di tersering terjadinya batu empedu adalah
bagian post operasi laparatomi perut kanan 40-50 tahun. Sangat sedikit penderita batu
bagian tengah dibawah costa IX. Tingkat empedu yang dijumpai pada usia remaja,
keparahan nyeri sudah berkurang dengan selain itu dengan semakin bertambahnya
skala nyeri 2 dan nyeri dirasakan hilang usia semakin besar kemungkinan untuk
timbul selama 2 menit. Pasien tampak terjadinya batu empedu, sehingga pada usia
tenang dan rileks. 90 tahun kemungkinannya adalah 2 dari 3
orang. Secara jurnal atau penelitian
Evaluasi pada hari ketiga pada kasus 1 (Maritasari et al., 2019)di Taiwan terjadi
pasien mengatakan masih sedikit nyeri peningkatan penderita batu empedu pada
pada saat bergerak/aktivitas dimana nyeri kelompok umur 20 – 39 tahun baik pada
terasa seperti dicubit di bagian post pria maupun wanita, peningkatan kejadian
laparatomi perut kanan atas. Tingkat batu empedu pada usia kurang dari 40
keparahan nyeri berkurang dengan skala tahun ini kemungkinan disebabkan oleh
nyeri 2 dimana nyeri hilang timbul selama interaksi dari beberapa faktor yang lain
2 menit. Pasien tampak tenang dan sedikit yang mempengaruhi kejadian batu empedu
rileks. Pada kasus 2 pasien mengatakan seperti wanita atau laki-laki pada usia
nyeri sudah berkurang dari sebelumnya dibawah 40 tahun juga memiliki penyakit
dimana nyeri terasa seperti dicubit di penyerta DM, dengan obesitas dan
bagian post operasi laparatomi perut kanan hiperlipidemia.
bagian tengah dibawah costa IX. Tingkat
keparahan nyeri berada pada skala nyeri 2 Berdasarkan fakta dan teori dapat
dan nyeri hilang timbul selama 2 menit. disimpulkan bahwa pasien pertama Ny. E
Pasien tampak tenang dan rileks. Grafik 1 dan pasien kedua Nn.L mengalami
dan grafik 2 menunjukkan perubahan kolelilitiasis disebabkan dari faktor jenis
tingkat nyeri yang dirasakan pasien untuk kelamin yaitu perempuan lebih beresiko 3
kasus 1 dan kasus 2 selama 3 hari dilakukan kali lipat mengalami kolelitiasis, hanya saja
intervensi pemberian aroma terapi lemon. ada perbedaan dari kedua pasien tersebut
diantaranya pada faktor usia, usia Ny.E
PEMBAHASAN diatas 40 tahun sesuai dengan teori usia
rata-rata tersering terjadinya batu empedu
Data Demografi adalah 40-50 tahun, sedangkan Nn.L
berusia 22 tahun, yang mana teori
Pasien pertama bernama Ny.E, berumur 45 menyebutkan sangat sedikit penderita batu
tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan empedu yang dijumpai pada usia remaja,
diagnosa medis kolelitiasis post laparatomi faktor lain yang menyebabkan Nn.L
hari ke-2. Pasien kedua bernama Nn.L, mengalami batu empedu diantaranya
berumur 22 tahun, berjenis kelamin adalah Nn.L memiliki riwayat DM dan
perempuan, dengan diagnosa medis obesitas.
kolelitiasis post laparatomi hari ke-2. Data
demografi yang didapatkan pada pasien 1
dan pasien 2 sesuai dengan teori Bloom &
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 27
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 28
prosedur bedah untuk mengeluarkan seperti hot dog, burger, pizza dan mie instan
kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 serta jarang makan nasi dan sayur. Data
-5 cm. Jika diperlukan, luka insisi dapat yang didapatkan pada pasien 1 dan pasien 2
diperlebar untuk mengeluarkan batu sesuai dengan teori Bhangu (2012) yang
kandung empedu yang berukuran lebih menyatakan bahwa faktor lain yang
besar. Salah satu hal yang akan terjadi pada meningkatkan resiko terjadinya batu
pasien post operasi adalah merasakan nyeri empedu adalah makanan, aktifitas fisik,
yang merupakan salah satu efek dari proses riwayat keluarga dan obesitas. Gaya hidup
operasi, nyeri yang dialami oleh pasien post dan kebiasaan konsumsi makanan pada
operasi adalah nyeri akut (Perry & Potter, masyarakat menjadi faktor dominan untuk
2010). Pada pasien 1 dan pasien 2 meningkatkan kasus kolelitiasis, gaya hidup
didapatkan data bahwa pasien mengalami masyarakat yang sering mengkonsumsi
nyeri, yang mana hal ini sesuai dengan teori makanan berlemak dan berkolesterol.
Lynda Juall (2012) yang menyatakan bahwa Kolesterol yang merupakan unsur normal
nyeri merupakan keadaan ketika individu pembentukan empedu bersifat tidak larut
mengalami sensasi ketidaknyamanan dalam air. Kelarutannya bergantung pada
dalam merespon suatu rangsangan yang asam-asam empedu lesitin (fosfolipid)
tidak menyenangkan. Faktor-faktor yang dalam empedu. Pada pasien yang
mempengaruhi nyeri menurut Baradero cenderung menderita batu empedu akan
(2012) adalah teknik pembedahan, nyeri terjadi penurunan sintesis asam empedu
pasca operasi hebat dirasakan pada dan peningkatan sintesis kolesterol dalam
pembedahan intratoraksi, intra-abdomen, hati, keadaan ini mengakibatkan
dan pembedahan orthopedik mayor. Nyeri supersaturasi getah empedu oleh kolesterol
juga dapat terjadi akibat stimulasi ujung yang kemudian keluar dari getah empedu,
saraf saraf oleh zat-zat kimia yang mengendap dan membentuk batu. Getah
dikeluarkan saat pembedahan atau iskemia empedu yang jenuh oleh kolesterol
jaringan karena terganggunya suplai darah. merupakan predisposisi untuk timbulnya
Suplai darah terganggu karena ada batu empedu dan berperan sebagai iritan
penekanan, spase otot, atau edema. Trauma yang menyebabkan peradangan dalam
pada serabut kulit mengakibatkan nyeri kandung empedu (Smeltzer, 2012).
yang tajam dan terlokalisasi. Respon
perilaku nyeri pada klien menurut Kozier Data Pemeriksaan Fisik
(2010) adalah mengaduh, menangis, sesak
nafas, mendengkur, meringis, Pemeriksaan fisik pada pasien pertama
mengernyitkan dahi, menghindari didapatkan data hasil pemeriksaan fisik
percakapan, mengernyitkan dahi dan abdomen, inspeksi : terdapat luka post
menggigit bibir. operasi laparatomi pada perut kanan atas ±
5cm, tidak ada tanda – tanda infeksi pada
Data Pola Kebutuhan Dasar luka post op, auskultasi : bising usus
15x/menit, perkusi : timpani, palpasi :
Pengkajian pola persepsi dan pemeliharaan adanya nyeri tekan pada perut kuadran
kesehatan pada pasien pertama, klien kanan atas dengan skala 4, dan pada
mengatakan bahwa kebiasaan klien ekstremitas bawah didapatkan data
dirumah untuk makan lebih sering makan kekuatan otot 4/4. Pada pemeriksaan fisik
gorengan dan makanan bersantan pada pasien kedua didapatkan data hasil
meskipun klien sudah memiliki riwayat pemeriksaan fisik abdomen, inspeksi :
hipertensi. Pengkajian pola persepsi dan terdapat luka post operasi laparatomi pada
pemeliharaan kesehatan pada pasien perut kanan tengah dibawah costa IX ± 5cm,
kedua, klien mengatakan bahwa kebiasaan tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka
klien selama ini adalah sering begadang post op, auskultasi : bising usus 15x/menit,
dengan makan makanan yang cepat saji perkusi :timpani, palpasi : adanya nyeri
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 29
tekan pada perut kuadran kanan skala 4, yang diakibatkan oleh peradangan maupun
dan pada ekstremitas bawah didapatkan sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus
data kekuatan otot 4/4. Data yang koledukus distal kadang sulit dideteksi
didapatkan pada pasien 1 dan pasien 2 karena terhalang oleh udara didalam usus,
sesuai dengan teori Potter & Perry (2010) dengan USG punktum maksimum rasa nyeri
yang menyatakan bahwa pemeriksaan fisik pada batu kandung empedu yang gangren
adalah metode pengumpulan data yang lebih jelas daripada di palpasi biasa.
sistematik dengan memakai indera Sedangkan pemeriksaan laboratorium
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan dilakukan sebelum operasi laparatomi
rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan bertujuan apabila terjadi peradangan akut,
klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi
menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan
palpasi, dan perkusi. Secara umum, ringan bilirubin serum akibat penekanan
pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan duktus koledukus oleh batu, dan dilakukan
untuk mengumpulkan data dasar tentang pemeriksaan rutin pasca operasi bertujuan
kesehatan klien, untuk menambah, untuk memonitor komplikasi seperti
mengkonfirmasi, atau menyangkal data memantau tanda gejala infeksi melalui hasil
yang diperoleh dalam riwayat keperawatan, leukosit(Judha & Syafitri, 2018).
untuk mengkonfirmasi dan
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, Data Farmakoterapi
untuk membuat penilaian klinis tentang
perubahan status kesehatan klien dan Terapi yang diberikan pada pasien pertama
penatalaksanaan serta untuk mengevaluasi yaitu ketorolac iv 30 mg/8 jam, paracetamol
hasil fisiologis dari asuhan. Smeltzer (2012) oral 1000 mg/8 jam, dan ampicillin
menyatakan bahwa hasil pemeriksaan fisik sulbactam iv 1,5 g/8 jam, sedangkan terapi
yang biasa timbul pada pasien post yang diberikan pada pasien kedua yaitu
laparatomi diantaranya adalah nyeri tekan ketorolac iv 30 mg/8 jam, paracetamol iv 1
pada area sekitar insisi pembedahan, dapat g/8 jam, dan ciprofloxacin iv 400 g/8 jam.
terjadi peningkatan respirasi, tekanan Berdasarkan data farmakoterapi pasien 1
darah, dan nadi, kelemahan, mual, muntah, dan pasien 2 sesuai dengan Andarmoyo
serta anoreksia dan konstipasi. (2013) yang menyatakan bahwa
penatalaksanaan farmakologi untuk nyeri
Data Pemeriksaan Penunjang adalah obat Nsaid diantaranya adalah
ibuprofen untuk desminore, naproksen
Pada pemeriksaan penunjang pasien untuk nyeri kepala vaskuler, indometasin
pertama dan pasien kedua yang dilakukan untuk artritis rheumatoid, tolmetin untuk
adalah pemeriksaan USG abdomen dan cedera jaringan lunak, piroksikam untuk
laboratorium. Pemeriksaan USG abdomen gout dan ketorolac untuk nyeri pasca
dilakukan sebelum dilakukannya operasi operasi serta nyeri traumatic berat.
laparatomi sedangkan pemeriksaan Perbedaan antara terapi pasien 1 dan
laboratorium dilakukan sebelum dan pasien 2 terletak pada terapi paracetamol
setelah post operasi laparatomi. Data dan jenis antibiotic, yang mana pasien 1
pemeriksaan penunjang yang didapatkan mendapatkan paracetamol oral sedangkan
pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai dengan pasien 2 mendapatkan paracetamol injeksi,
teori (Judha & Syafitri, 2018)yang hal ini tidak menyebabkan perbedaan
mengatakan bahwa pemeriksaan ataupun efek samping yang bermakna,
penunjang yang harus dilakukan adalah karena belum ada bukti klinis yang
radiologi seperti USG untuk mengetahui menunjukkan bahwa paracetamol
indikasi dilakukannya laparatomi, dengan intravena dapat memberikan manfaat lebih
USG dapat dilihat dinding kandung empedu dibandingkan dengan pemberian secara
yang menebal karena fibrosis atau udem oral. Parasetamol oral dan parasetamol
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 30
injeksi memiliki efektivitas yang sama infeksi, sindrom coroner akut, dan
dalam mengatasi nyeri pasca operasi glaukoma. Teknik pembedahan
dengan intensitas nyeri ringan sampai mengakibatkan rasa nyeri (Setyawati et al.,
sedang, tidak ada perbedaan bermakna 2018). Nyeri yang paling lazim adalah nyeri
kejadian mual dan alergi pada pemberian insisi. Nyeri terjadi akibat luka, penarikan,
parasetamol oral atau parasetamol injeksi manipulasi jaringan serta organ. Nyeri
Ismail (2013). Ismail (2013) juga pasca operasi hebat dirasakan pada
menyebutkan bahwa antibiotic jenis pembedahan intratoraksi, intra-abdomen,
ampicillin sulbactam dan ciprofloxacin dan pembedahan orthopedik mayor. Nyeri
memiliki manfaat yang sama yaitu untuk juga dapat terjadi akibat stimulasi ujung
mengatasi infeksi bakteri seperti infeksi saraf saraf oleh zat-zat kimia yang
infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran dikeluarkan saat pembedahan atau iskemia
pernafasan, infeksi saluran kemih, dan jaringan karena terganggunya suplai darah.
infeksi menular seksual. Suplai darah terganggu karena ada
penekanan, spasme otot, atau edema.
Analisis Diagnosa Keperawatan Trauma pada serabut kulit mengakibatkan
nyeri yang tajam dan terlokalisasi
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien 1 (Baradero, 2010).
dan pasien 2, maka penulis merumuskan
masalah keperawatan pada pasien 1 dan Diagnosa keperawatan yang kedua resiko
pasien 2 yaitu nyeri akut berhubungan infeksi sejalan dengan teori SDKI (2017)
dengan agen pencedera fisik (prosedur yang mengatakan resiko infeksi adalah
operasi), resiko infeksi berhubungan beresikonya seseorang mengalami
dengan trauma jaringan (luka post op), dan peningkatan terserang organisme
gangguan mobilitas fisik berhubungan patogenik. Faktor resiko yang
dengan nyeri. Berdasarkan diagnosa menyebabkan terjadinya resiko infeksi
keperawatan pasien 1 dan pasien 2 sejalan diantaranya adalah penyakit kronis (missal
dengan teori Standar Diagnosis DM), efek prosedur invasive, kerusakan
Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) yang integritas kulit, penurunan hemoglobin dan
menyatakan bahwa nyeri akut adalah supresi respon inflamasi, sedangkan
pengalaman sensorik atau emosional yang kondisi klinis yang terkait diantaranya
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual adalah AIDS, luka bakar, Diabetes mellitus,
atau fungsional, dengan onset mendadak tindakan invasive, gangguan fungsi hati,
atau lambat dan berintensitas ringan hingga kanker, dan imunosupresi. Menurut Perry &
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Potter (2010) pada pasien dengan diabetes
Penyebab nyeri akut ini adalah agen mellitus terjadi hambatan terhadap sekresi
pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, insulin akan mengakibatkan peningkatan
neoplasma), agen pencedera kimiawi gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke
(terbakar, bahan kimia iritan), agen dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
pencedera fisik (abses, amputasi, prosedur terjadi penurunan protein-kalori tubuh
operasi, trauma), yang mana ditandai yang berakibat rentan terhadap infeksi.
dengan gejala tanda mayor diantaranya
adalah mengeluh nyeri, tampak meringis, Diagnosa keperawatan yang ketiga
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi gangguan mobilitas fisik sejalan dengan
meningkat, dan sulit tidur, serta gejala teori SDKI (2017) yang mengatakan
tanda mayor diantaranya tekanan darah gangguan mobilitas fisik adalah
meningkat, pola nafas berubah, nafsu keterbatasan dalam gerak fisik dari satu
makan berubah, menarik diri dan berfokus atau lebih ekstremitas secara mandiri,
pada diri sendiri. Kondisi klinis yang terkait penyebabnya adalah ketidakbugaran fisik,
penyebab nyeri akut diantaranya adalah penurunan kendali otot, penurunan
kondisi pembedahan, cedera traumatis, kekuatan otot, nyeri, kecemasan dan
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 31
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 32
tidak ada penurunan. Hal ini sesuai dengan yang membahayakan di luar
harapan hasil akhir (outcome) yang telah ketidaknyamanan yang di sebabkannya.
direncanakan. Hasil akhir antara pasien 1 Nyeri akut yang tidak kunjung mereda
dan pasien 2 dengan masalah nyeri akut dapat memengaruhi system kardiovaskuler,
post laparatomi memiliki skala yang gastrointestinal, endokrin, dan imunologik
berbeda, karena nyeri itu bersifat subyektif, (Smeltzer, 2012). Terapi farmakologi
maka tiap orang dalam menyikapi nyeri seperti jenis analgesik Nsaid mampu
juga berbeda-beda. Toleransi terhadap membantu menurunkan skala nyeri
nyeri juga akan berbeda antara satu orang seseorang (Andarmoyo,2013), dan sejalan
dengan orang lainnya, orang yang dengan teori Clarke (2010) yang
mempunyai tingkat toleransi tinggi menyatakan bahwa terapi non farmakologi
terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri seperti aromaterapi lemon dapat digunakan
dengan stimulus kecil, sebaliknya orang untuk menenangkan suasana. Aromanya
toleransi terhadap nyerinya rendah akan yang aromatic, aroma citrus dapat
mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri meningkatkan rasa percaya diri, merasa
yang kecil. Klien dengan tingkat toleransi lebih santai, dapat menenangkan syaraf,
tinggi terhadap nyeri mampu menahan tetapi tetap membuat kita sadar. Minyak
nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang lemon untuk tubuh bermanfaat untuk
toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mengatasi masalah pencernaan, untuk
mencari upaya pencegahan nyeri sebelum meredakan sakit dan nyeri pada persendian
nyeri dating. Keberadaan enkefalin dan dan diterapkan untuk kondisi rematik dan
endorphin membantu menjelaskan asam urat untuk meredakan sakit kepala,
bagaimana orang yang berbeda merasakan dengan kandungan limonea yang banyak
tingkat nyeri yang beda dari stimulus yang dibandingkan dengan senyawa lainnya,
sama. Kadar endorphin berbeda tiap membuat minyak lemon dapat berfungsi
individu, individu dengan endorphin tinggi sebagai aromaterapi. Penelitian (Rahmayati
sedikit merasakan nyeri dan individu et al., 2018)menyatakan terdapat
dengan sedikit endorphin merasakan nyeri perbedaan intensitas nyeri pada pasien post
lebih besar (Andarmoyo, 2013). operasi laparatomi sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi lemon p-value 0.000.
Perry & Potter (2010) menyatakan bahwa
ada beberapa faktor yang mempengaruhi Berdasarkan hasil wawancara dengan
nyeri diantaranya adalah makna nyeri yang pasien yang telah diberikan asuhan
setiap individu akan mempersepsikan nyeri keperawatan dengan masalah nyeri akut
dengan cara yang berbeda-beda, apabila post operasi laparatomi mereka
nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, mengatakan bahwa setelah diberikan
suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan, aromaterapi lemon selama 30 menit pasien
setiap individu belajar dari pengalaman merasakan rileks dan tidak tegang, nyeri
nyeri, apabila individu mengalami nyeri sedikit berkurang, hal tersebutlah yang
yang sama berulang-ulang dan nyeri menyebabkan pasien lebih merasa nyaman
tersebut berhasil dihilangkan maka akan diberikan terapi non farmakologi seperti
lebih mudah bagi individu tersebut untuk aromaterapi lemon daripada terapi
menginterpretasikan sensasi nyeri. farmakologi, yang menurut pasien terapi
Akibatnya, klien lebih siap untuk farmakologi memiliki efek samping yang
melakukan tindakan-tindakan yang kurang baik. Dalam hal ini penulis
diperlukan untuk menghilangkan nyeri. menyarankan perlunya kebijakan ruangan
Apabila seorang klien tidak pernah atau rumah sakit menerapkan pemberian
merasakan nyeri, maka persepsi pertama aromaterapi sebagai salah satu terapi non
nyeri dapat menganggu koping terhadap farmakologi dalam membantu menurunkan
nyeri. Pada nyeri akut, nyeri yang tidak skala nyeri.
diatasi secara adekuat mempunyai efek
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 23-33 33
Bloom, A., & Katz, J. (n.d.). Cholecystitis: Diunduh Yuwono. (2013). Pengaruh Beberapa Faktor Risiko
tanggal 24 Agustus 2019 Dari [online] Terhadap Kejadian Surgical Site Infection ( SSI
http://emedicine.medscape.com/article/1718 ) Pada Pasien Laparotomi Emergensi. Jmj, 1(1),
86-overview. 16–26.
Ratna Nur Utami - Penurunan Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon