Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MODUL 5

MODUL 5

KB 1 Karakteristik dan kebutuhan Pendidikan anak yang berkelainan fisik

Bagian otak yang mengatur hubungan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengenal rasa dan penciuman adalah corpus collosum.

Karakteristik umum kesulitan yang dialami anak berkelainan fisik:

1. Kesulitan memproses, terjadi bila gangguan syaraf menghambat diterimanya informasi


atau untuk mengungkap sesuatu secara memadai

2. Kesulitan dalam motivasi terjadi bila kebutuhan akan usaha pribadi berinteraksi dengan
image diri dan percaya diri, yang berakibat pada berbagai motivasi

3. Kesulitan berpartisipasi terjadi bila gangguan fisik menghambat kemampuan anak untuk
bergabung dalam kegiatan kelas.

Beberapa kelainan fisik:

1. Cerebral Palsy, ketidaknormalan gerakan dan postur karena gangguan atau


ketidakmatangan otak (Denhoff). Cerebral palsy sebagai akibat dari kerusakan gangguan otak
dapat ditelusuri, mungkinkarena adanya kerusakan fisik (trauma) atau oleh penyebab lain yang
tidak langsung misal kekurangan oksigen, contol lain, epilepsi adalah bagian dari cerebral
palsy.

2. Spina Bifida, gangguan saraf

Gangguan saraf pada spina bifida terpusat, sedangkan pada cerebral palsy gangguannya
menyebar.

Gangguan lain yang terjadi pada spina bifida dan sering memerlukan bantuan operasi
(pembedahan) adalah hydrocephalus.

3. Epilepsi,gangguan saraf yang mempengaruhi pendidikan anak.

Convulsion adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan perilaku yang ditunjukkan oleh
seseorang bila gangguan pada bagian otak tertentu.

KB 2 Karakter dan Kebutuhan Pendidikan Anak yang Berkelainan fisik

Konsep intelegensi dikembangkan berdasarkan tulisan .Keduanya berpandangan bahwa


intelegensi sebagai fasilitator penyesuaian antara aspek-aspek berfikir ,sensorik dan fisik dan
seseorang dengan lingkunganya.

Binet memandang intelegensi sebagai bagian dasar manusia yang mencakup


judgement,intiative,adaptation terhadap suatu keadaan.
IQ normal menurut skala Binet dari Amerika Serikat adalah antara 61-100.

Klasifikasi berdasarkan IQ pada ketidakmampuan intelektual

Tingkat ketidakmampuan

Menurut skor Binet

Menurut skor Wechsler

Ringan

68-52

69-55

Sedang

51-36

54-40

Parah

35-

39-

Menurut Bower, siswa yang emosinya terganggu mempunyai karakteristik:

1. Ketidakmampuan belajar, yang tidak dapat diterangkan dengan faktor kesehatan


intelektual dan sensori

2. Ketidakmampuan membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal dengan


teman dan gurunya

3. Bentuk perilaku dan perasaan yang tidak memadai tapi berada di bawah normal

4. Menunjukkan ketidakbahagiaan dan berada dalam suasana depresi

Bower mendefinisikan penyimpangan perilaku yang mencakup tingkat,durasi,variasi


perilaku,dan hubungan terhadap kondisi-kondisi ketidakmampuan lainya.

Wood mengajukan bahwa suatu definisi yang baik mengandung permasalahan:

1.Pengganggu.Apa atau siapa yang dianggap sbg fokus permasalahan?

2.Perilaku bermasalah.Bagaimanakah pertilaku bermasalah dipermasalahkan?

3.Setting.Dimana perilaku itu terjadi?

4.Terganggu.Siapa yang menganggap perilaku itu terganggu?


Peserta Didik Autis

Autis berasal dari bahasa Yunani dari kata autos,yang berarti diri.istilah pertama yang
digunakan oleh Eugene Bleur.Selain faktor genetik dan lingkungan yang tercemar populasi,
pandangan yang lebih mendapat dukungan ilmuwan mengungkapkan bahwa kelainan sistem
kerja otak, terutama pada lapisan korteks serbral, serebelum dan sistem limbik merupakan
penyebab autistik pada anak.

1. Karakteristik anak autis

Menurut pengklarifikasian Lauren B. Alloy, dkk, dalam Abnormal Psychology, empat


karakteristik anak autis; isolasi diri, keterbelakangan mental, kemampuan bahasa rendah, dan
perilaku menyimpang.

Ciri (khas) perilaku anak autis:

a. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara

b. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain dan tidak mempunyai empati

c. Pemahaman anak sangat kurang

d. Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat

e. Anak mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya

f. Memperbaiki perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan

2.Relasi Pendidik dan peserta didik dalam Setting pembelajaran autis

Empati dan peran aktif keluarga memainkan peran yang sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran terhadap anak autis.

3. Stategi pembelajaran anak autis

Strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan Wina Sanjaya adalah perencanaan yang


berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.. pilihan
strategi yang digunakan beranjak dari strategi individual sampai pada penggunaan strategi
kelompok, bagi anak yang telah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan.

Dalam uji coba dan penerapannya, strategi yang kerap digunakan untuk anak autis mengacu
pada teori A-B-C (autecendent-behavior-consequence) yang diperkenalkan psikologi Loovas
atau dikenal applied Behavior analysis (ABA). Strategi ini dimulai dengan instruksi atau
antecedent atau pra-kejadian, yakni pemberian instruksi kepada anak baik berupa perintah
meniru, pertanyaan atau visual. Setelah 3-4 detik, anak diharapkan akan memberikan behavior
(perilaku) atau respon sesuai dengan instruksi. Untuk membuat respon anak bertahan makan
diperlukan consequence atau akibat; baik berupa reinforcemenet (penglihatan), prompt
(bantuan) kepada anak untuk memberikan jawaban yang benar.

KB 3 Karakter dan kebutuhan Pendidikan Anak berkesulitan belajar

Beberapa modifikasi tugas untuk memfasilitasi perkembangan siswa diuraikan berikut ini:

1.Modifikasi tugas disesuaikan pada kesiapan siswa

Tugas -tugas dapat dianalisis melalui dimensi proses.Spenry menunjukan dimensi-dimensi


untuk dipertimbangkan dalam menganalisis tugas-tugas dari yang paling sulit kepada yang
paling sulit.

a.Dari situasi sosial kepad yang non sosial

b.Dari materi dan respon yang abstrak kepada yang konkret

c.Dari materi yang verbal kepada yang non verbal

2.Modifikasi proses -proses tugas disesuaikan dengan gaya -gaya belajar siswa

Meichenbaum menyarankan 3 langkah dalam modifikasi tugas :

1.Manipulasi tugas

2.Mengubah lingkungan

3. Berikan dukungan atau spirit

Pendidikan inklusif

Merupakan suatu pandangan yang menuntut adanya perubahan layanan pendidikan yang tidak
diskriminatif ,menghargai perbedaan, dan pemenuhan kebutuhan setiap individu berdasarkan
kemampuanya.

Phil Foreman: pendidikan inklusif adalah sebuah proses yang sistematis mengantarkan anak-
anak berkebutuhan khusus dan kelompok anak tertentu pada usia yang sama kedalam
lingkungan yang alami dimana umumnya anak-anak bermain dan belajar.

Bern dalam budi.H :merupakan filosofi pendidikan yaitu bagian dari keseluruhan.

Stainback dalam Sunardi:merupakan sekolah yang menampung semua siswa di kelaas yang
sama dengan layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.

Kebhinekaan vertikal mencakup perbedaan kecerdasan ,kekuatan fisik,ketajaman sensoris


,kepekaan sosial,dan kematangan emosional.
Kebhinekaan horisontal mencakup perbedaan ras ,suku,adat ,agama dan berbagai variabel lain
.

Johnsen dan Miriam Skojen menjabarkan 3 prinsip pendidikan inklusif:

1.Bahwa setiap anak termasuk dalam komunitas setempat dan dalam suatu kelas atau
kelompok

2.Hari sekolah diatur penuh dengan tugas -tugas pembelajaran kooperatif dengan perbedaan
pendidikan dan fleksibilitas dalam memilih dengan sepuas hati

3.guru bekerja bersama dan mendapat pengetahuan pendidikan umum,khusus dan tekhnik
belajar individu serta keperluan pelatihan dsan bagaimana mengapresiasikan keanekaragaman
dan perbedaan individu dalam pengorganisasian kelas

Mulyono dalam Sri Wahyu Ambarwati mengidentifikasi prinsip pendidikan inklusif kedalam 9
elemen:

1.Sikap guru yang positif terhadap kebhinekaan

2.Interaksi promotif ,yaitu upaya untuk saling menolong dan saling memberi motivasi dalam
belajar.

3.Pencapaian kompetensi akademik dan sosial

4.Pembelajaran adaptif

5.Konsultasi kolaboratif

6.Hidup dan belajar dalam masyarakat

7.Hubungan kemitraan antara sekolah dan keluarga

8.Belajar dan berfikir independen

9.Belajar sepanjang hayat.

Prosedur pembelajaran yang inklusif:

1.Pembentukan tim pembelajaran inklusif

2.Mengidentifikasi kebutuhan

3.Mengembangkan tujuan pembelajaran

4.Merancang pengembangan pembelajaran


5.Menentukan evaluasi kemajuan

Anda mungkin juga menyukai