Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian (Bobak, at al, 2005)


Hiperemesis gravidarum merupakan sebagai vomitus yang berlebihan atau
tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, atau difisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan.
Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus
ringan dan hilang seiring perjalanan waktu. Hiperemesis gravidarum ini sembuh
dengan sendirinya, tetapi penyembuhan berjalan lambat yang sering terjadi.
Kondisi ini paling sering terjadi di antara wanita primigravida dan cenderung
terjadi lagi pada kehamilan.

B. Etiologi
Hiperemesis gravidarum dapat di sebabkan kadar estrogen yang tinggi dan
hipertiroidisme, yang mungkin di sebabkan peningkatan kadar gonadotropin
korionik manusia. Pada kasus-kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem,
vomitus yang persisten menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, yang
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Dehidrasi menyebabkan
hipovolemia, yang dimanifestasi sebagai hipotensi, takikardia, peningkatan
hematokrit.
Vomitus menyebabkan penurunan cairan asam lambung juga kandungan
alkalin dari bagian saluran cerna yang lebih dalam. Hal ini menyebabkan
terjadinya asidosis metabolik. Penurunan nutrisi ibu yang ekstrem atau kelaparan
menyebabkan hipoprotrinemia dan hipovitaminosis.ikterik dan hemorogi akibat
defiensi vitamin C dan B-kompleks menyebabkan pendarahan dari permukaan
mukosa.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi


1. Usia ibu kurang dari 20 tahun
2. Obesitas
3. Gestasi multijanin
Faktor-faktor psikologis dapat merupakan penyebab hyperemesis
gravidarum. Ambivalen terhadap kehamilan dan perasaan yang saling berkonflik
tentang peran di masa depan sebagai ibu, perubahan tubuh, dan perubahan gaya

1
hidup. Wanita yang pola reaksi normalnya terhadap stres mencakup gangguan
pencernaan, seringkali mengalami hiperemesis gravidarum.

D. Penatalaksanaan
Pada wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum meliputi upaya
hidrasi intravena, pemberian suplemen vitamin, pemberian antiemetik dan pada
beberapa kasus tindakan psikoterapi. Untuk beberapa kasus yang lebih berat,
nutrisi enteral atau parenteral di butuhkan untuk mengeroksi penurunan nutrisi
maternal.

E. Pengertian (Sulaiman, Sastrawinata, 1984)


Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai
pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50% dari wanita yang hamil,
terutama di temukan primigravida, kehamilan ganda dan mola hydatidosa. Tetapi
kalau seseorang ibu memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum
hingga berat badan sangat turun, turgor kulit kurang, diurese kurang dan timbul
aceton dalam air kencing, maka keadaan ini di sebut hyperemesis gravidarum dan
memerlukan perawatan di rumah sakit.

F. Etiologi
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan-perubahan yang cukup
besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam badan. Misalnya saja yang
dapat menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya bagian-bagian villus ke
dalam peredaran darah ibu, perubahan endokrin misalnya hypofungsi cortex g1
suprarenalis, pertumbuhan metabolik dan kurangnya pergerakan lambung.
Tetapi bagaimana reaksi seseorang wanita terhadap kejadian-kejadian
tersebut di atas, tergantung pada kekuatan jiwanya dan bagaimana penerimaan ibu
itu terhadap kehamilannya. Pada hyperemesis yang berat dapat di temukan
necrose di bagian central lobulus hati atau degenerasi lemak pada hati. Kelainan
ini rupa-rupanya di sebabkan oleh kelaparan bukan oleh adanya toxin-toxin.
Mungkin juga terdapat kelainan degeneratif pada ginjal. Kadang-kadang ada
polyneuritis akibat kekurangan vit B karena muntah.

2
G. Gejala-Gejala
1. Muntah yang hebat
2. Haus
3. Dehydrasi
4. Berat badan turun
5. Keadaan umum mundur
6. Kenaikan suhu
Penyakit ini biasanya mulai setelah minggu ke 6 dan baik sendiri sekitar
minggu ke 12. Pada bentuk yang ringan pasien hanya merasa mual atau muntah
pada pagi hari saja, setengah hari sudah biasa kembali, maka penyakit ini di sebut
“morning sickness” (vomitus matutinus). Keadaan ini tidak mempengaruhi
keadaan umum penderita.
Pada bentuk yang lebih berat, mual dan muntah berlangsung sepanjang
hari, tapi hilang dengan tiba-tiba dalam 1-3 minggu akan tetapi beberapa di antara
pasien ini terus muntah kadang-kadang sampai 4-8 minggu, hingga kehilangan
berat 5-10 kg, kulitnya menjadi kering dan kadang-kadang timbul icterus dan
dapat jatuh dalam coma. Urine menjadi sakit (oliguri), albumin positif dan dalam
sedimen dapat di temukan silinder dan sel darah merah.
Penderita dengan mual dan muntah yang ringan, di anjurkan makan porsi
kecil. Tidak usah di anjurkan makanan yang terlalu yang kita anggap sehat.
Makanan yang berlemak di larang karena pada umumnya menyebabkan mual.
Makanan ini diselingi oleh makanan kecil berupa biskuit, roti kering dan teh,
sebelum bangun tidur, pada siang hari dan sebelum tidur.
Pemberian luminal 30 mg sebelum makan jugak menolong. Juga librium
dramamine dan lain lain dapat diberikan, asal inget bahwa ada oabat-obatan yang
teratogen.
Biasanya juga diberi vitamin, dan paling sering dipergunakan ialah :
Vit B6 (pyridoxin) vit B1, vit B complex
Vit C
Obat obatan yang sering dipergunakan ialah :
Chlorpromozin (largactil) yang tidak hanya menengkan jiwa tapi juga
bersifat anti muntah.

3
Antihistaminica, ACTH dan corticosteron sering juga diberikan.
Secara praktis yang paling memuaskan ialah kombinasi :
1. phenothiazine (sedatip)
2. desoxycorticosteron (karena kemungkinan hypofungsi cortex gl suprarenalis)
3. vitamin B6

H. Hiperemesis gravidarum ( Pillittery, Adele,2002)


Deskripsi
- Hiperemesis gravidarum, yang kadang-kadang disebut muntah pernisiosa
adalah terjadinya mual dan muntah pada kehamilan yang berlangsung
sampai minggu ke 12 kehamilan atau kondisi tersebut sangat parah
sehingga menyebabkan dehidrasi, ketonuria, kehilangan berat badan secara
signifikan dalam waktu 12 minggu pertama.
- Wanita yang mengalami gangguan ini fungsi tiroidnya cenderung
meningkat akibat efek perangsang tiroid hormon HCG.
- Gangguan ini terjadi sebanyak 1 dari 200 sampai 300 wanita, di
hubungkan dengan pertumbuhan intrauterin terhambat.

I. Temuan pengkajian
- Mual dan muntah yang di sertai gangguan nutrisi
- Hematokrit meningkat (dari hemokonsentrasi)
- Kadar serum natrium, kalium dan klorida berkurang
- Asidosis hipokalemia
- Polineuritis
- Penurunan berat badan
- Adanya keton dalam urine

J. Implikasi keperawatan
- Dapatkan riwayat secara menyeluruh dan lakukan pemeriksaan fisik
lengkap untuk menegakkan data dasar

4
- Tentukan tingkat keparahan mual dan muntah klien, mencakup berapa
banyak, kapan, berapa lama berlangsung, berapa kali, dan jumlah makanan
yang di konsumsi.
- Minta klien untuk puasa selama 24 jam pertama setelah hospitalisasi
- Berikan cairan intravena seperti ringer laetate yang di campur vitamin B
- Antisipasi pemberian sedatif seperti fenobarbital. Untuk memfasilitasi
istirahat dan antiemetik seperti chlorpromazine.
- Kaji dengan ketat adanya perubahan dalam masukan dan keluar.
- Tingkatkan diet klien sesuai toleransi.
- Antisipasi perlunya nutrisi parenteral jika tindakan diet tidak berhasil.
- Bantu klien mengurangi stres.
- Dorong klien mengonsumsi makanan dalam porsi sedikit dan dalam suhu
yang sesuai untuk mengurangi efek cooking food pada klien.
- Simpan baskom muntah di tempatyang tidak terlihat namun mudah di
jangkau oleh klien.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya dan
bagaimana rasanya menjadi hamil dan hidup dengan rasa mual yang terus-
menerus.
- Jika perlu, rujuk klien konseling.

K. Hiperemesis Gravidarum (Mochtar, Rustam, 1998)


Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi.

l.Etiologi
Sebab pasti belum di ketahui, frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan.
Faktor-faktor predisposisi yang di temukan:
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.

5
c. Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaa, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab.
d. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.

M. Gejala dan Tingkat


Batas mual muntah berapa banyak yang di sebut hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Adanya yang mengatakan bisa lebih dari 10 kali muntah,
akan tetapi apabila keadaan umum itu terpengaruhi di anggap sebagi hiperemesis.
-Tingkat 1 = Ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau
makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi sekitar 100 kali
permenit, tekanan darah menurun, turgor kulit kurang, bibir kering, mata cekung.
-Tingkat II = Sedang
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum pederita lebih
parah: lemah, apatis, turgor kulit jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan
cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung,
tekanan darah menurun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula
terjadi asetonuria dan dari nafas keluar bau aseton.
-Tingkat III = Berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma,
nadi kecil, halus dan cepat: dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tekanan darah
menurun. Komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi pada susunan syaraf pusat
(ensalopati Wernicke) dengan adanya: nistagmus, diplopia, perubahan mental.

N. Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum di
peroleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai
berikut:
a. Hepar: Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak, sentrilobuler
tanpa nekrosis.
b. Jantung: Jantung atrofi, kecil dari biasa, Kadang kala di jumpai perdarahan sub-
endokardial.

6
c. Otak: Terdapat bercak perdarahan pada otak.
d. Ginjal: Tampak pucat, degenerasi lemak, pada tubuli kontorti.

O. Penanganan
1. Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang
Kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis
rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak,
tetapi dalam porsi sedikit-sedikit tetapi sering. Jangan tiba-tiba berdiri
waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah. Defeksi
hendaknya diusahakan teratur.
2. Terapi obat, menggunakan sedative (luminal, stesolid): vitamin (B1 dan
B6): anti-muntah (Mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin,
Torecan): antasida dan anti mulas.
3. Hyperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah
sakit.
- Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja,
telah banyak mengurangi mual muntahnya.
- Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter
saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja, tanpa pengobatan khusus
telah mengurangi mual dan muntah.

P. Hyperemesis Gravidarum (Syaifuddin, Abdul bari,et-al. 2002)


Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adaah gejaa yang wajar
dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. mua biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang
lebih dari 6 minggu setelah hari pertama haid dan terakhir dan berlangsung selama
kurang ebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi
gravida. Satu di antara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini di sebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen
dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas,
mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.

7
Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun
demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Keadaan inilah yang di sebut hiperemesis gravidarum. Keeluhan gejala dan
perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.

Q. Etiologi

1. Faktor predisposisi yang sering di kemukakan adalah primigravida, mola


hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin di bentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan ini merupakan faktor organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga di
sebut sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.

R. Patologi

1. Hati, pada Hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi haanya di temukan


degenerasi lemak tanpa nekrosis: degenerasi lemak tersebut terletak
sentrilobuler. Kelainan lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian
dan di anggap sebagai akibat muntah yang terus menerus. Dapat di
tambahkan bahwa separuh penderita yang meninggal karena hiperemesis
gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopik hati yang normal.

8
2. Jantung, jantung menjadi lebih kecil kecil dari pada biasa dan beratnya
atrofi ini sejalan deengan lamanya penyakit, kadang-kadang di temukan
perdarahan sub-endokardial.
3. Otak, adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan
kelainan seperti pada ensefalopati wernicke dapat di jumpai (dilatasi
kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria ventrikel
ketiga dan keempat).
4. Ginjal, ginjal tampak pucat dan generasi lemak dapat di temukan pada
tubuli kontorti.

S. Patofisiologi

Ada yang menyatakan bahwa, perasaan muaal adalah akibat dari


meningkatnya kadar estrogen, oleh karena itu keluhaan ini terjadi pada trisimester
pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat atau akubat berkurangnya pengosongan lambung.
Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan
muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah


pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa
gejala-gejala ini terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangaan karbohidrat


dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hodroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang di minum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian

9
pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula daan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah lingkaran setan yang sulit di
patahkan. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-
Weiss), dengaan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robrkan ini
ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai di perlukan transfusi
atau tindakan operatif.

T. Gejala dan Tanda

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini di anggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat di bagi dalam 3
tingkatan.

- Tingkat 1

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu


merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.

- Tingkat II

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah
turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula di temukan
dalam kencing.

10
- Tingkat III

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari


somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah
menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang di kenal sebagai
ensefalopati Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

U. Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan


adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan
penyakit pielonefritas, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serabri yang dapat
pula memberikan gejala muntah.

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan


kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
penhobatan perlu segera di berikan.

V. Pengelolaan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu di laksanakan dengan


jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun
dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau buskuit dengan
teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya di hindarkan.
Makanan daan minuman seyogyanya di sajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat di jamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

11
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak
mengurang maka di perlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak
memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering di berikan adalah
phenobarbital. Vitamin yang di anjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti
histaminika juga di anjurkan, seperti drammamin, avomin. Pada keadaan
lebih berat di berikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau
khlorpromasin. Penangan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
Penderita di sendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairaan yang keluar dan masuk. Hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai
muntah berhenti dan pederita mau makan. Tidak di berikan makanan ataau
minuman dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan,hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,kurangi
pekerjaan serta menghilagkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yaang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3
liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan
yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kecing perlu diperiksa sehari – hari
terhadap protein, aseton,kloridha dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama
24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat

12
dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas,
pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Dilirium,kebutaan, takhikardi, ikterius , anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organil. Dalam keadaan
demekian perlu dipertimbangkan untuk mengkhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus trrapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

W. Prognosis

Dengan penanganan yang baik ptognosis hiperemesis gravidrum sangat


memuaskan. Penyakit ini biasannya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bobak,et-al, 2005, keperawatan Maternitas,edisi 4. Jakarta: EGC


Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, edisi 2. Jakarta: EGC
Pillittery, Adele,2002, Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC
Sulaiman, Sastrawinata, 1984, Obstetri Patoogi. Bandung
Syaifuddin, Abdul bari,et-al. 2002. Ilmu Kebidanan, edisi 3 cetakan 6.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwonoprawirohardjo

14

Anda mungkin juga menyukai