B. Etiologi
Hiperemesis gravidarum dapat di sebabkan kadar estrogen yang tinggi dan
hipertiroidisme, yang mungkin di sebabkan peningkatan kadar gonadotropin
korionik manusia. Pada kasus-kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem,
vomitus yang persisten menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, yang
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Dehidrasi menyebabkan
hipovolemia, yang dimanifestasi sebagai hipotensi, takikardia, peningkatan
hematokrit.
Vomitus menyebabkan penurunan cairan asam lambung juga kandungan
alkalin dari bagian saluran cerna yang lebih dalam. Hal ini menyebabkan
terjadinya asidosis metabolik. Penurunan nutrisi ibu yang ekstrem atau kelaparan
menyebabkan hipoprotrinemia dan hipovitaminosis.ikterik dan hemorogi akibat
defiensi vitamin C dan B-kompleks menyebabkan pendarahan dari permukaan
mukosa.
1
hidup. Wanita yang pola reaksi normalnya terhadap stres mencakup gangguan
pencernaan, seringkali mengalami hiperemesis gravidarum.
D. Penatalaksanaan
Pada wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum meliputi upaya
hidrasi intravena, pemberian suplemen vitamin, pemberian antiemetik dan pada
beberapa kasus tindakan psikoterapi. Untuk beberapa kasus yang lebih berat,
nutrisi enteral atau parenteral di butuhkan untuk mengeroksi penurunan nutrisi
maternal.
F. Etiologi
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan-perubahan yang cukup
besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam badan. Misalnya saja yang
dapat menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya bagian-bagian villus ke
dalam peredaran darah ibu, perubahan endokrin misalnya hypofungsi cortex g1
suprarenalis, pertumbuhan metabolik dan kurangnya pergerakan lambung.
Tetapi bagaimana reaksi seseorang wanita terhadap kejadian-kejadian
tersebut di atas, tergantung pada kekuatan jiwanya dan bagaimana penerimaan ibu
itu terhadap kehamilannya. Pada hyperemesis yang berat dapat di temukan
necrose di bagian central lobulus hati atau degenerasi lemak pada hati. Kelainan
ini rupa-rupanya di sebabkan oleh kelaparan bukan oleh adanya toxin-toxin.
Mungkin juga terdapat kelainan degeneratif pada ginjal. Kadang-kadang ada
polyneuritis akibat kekurangan vit B karena muntah.
2
G. Gejala-Gejala
1. Muntah yang hebat
2. Haus
3. Dehydrasi
4. Berat badan turun
5. Keadaan umum mundur
6. Kenaikan suhu
Penyakit ini biasanya mulai setelah minggu ke 6 dan baik sendiri sekitar
minggu ke 12. Pada bentuk yang ringan pasien hanya merasa mual atau muntah
pada pagi hari saja, setengah hari sudah biasa kembali, maka penyakit ini di sebut
“morning sickness” (vomitus matutinus). Keadaan ini tidak mempengaruhi
keadaan umum penderita.
Pada bentuk yang lebih berat, mual dan muntah berlangsung sepanjang
hari, tapi hilang dengan tiba-tiba dalam 1-3 minggu akan tetapi beberapa di antara
pasien ini terus muntah kadang-kadang sampai 4-8 minggu, hingga kehilangan
berat 5-10 kg, kulitnya menjadi kering dan kadang-kadang timbul icterus dan
dapat jatuh dalam coma. Urine menjadi sakit (oliguri), albumin positif dan dalam
sedimen dapat di temukan silinder dan sel darah merah.
Penderita dengan mual dan muntah yang ringan, di anjurkan makan porsi
kecil. Tidak usah di anjurkan makanan yang terlalu yang kita anggap sehat.
Makanan yang berlemak di larang karena pada umumnya menyebabkan mual.
Makanan ini diselingi oleh makanan kecil berupa biskuit, roti kering dan teh,
sebelum bangun tidur, pada siang hari dan sebelum tidur.
Pemberian luminal 30 mg sebelum makan jugak menolong. Juga librium
dramamine dan lain lain dapat diberikan, asal inget bahwa ada oabat-obatan yang
teratogen.
Biasanya juga diberi vitamin, dan paling sering dipergunakan ialah :
Vit B6 (pyridoxin) vit B1, vit B complex
Vit C
Obat obatan yang sering dipergunakan ialah :
Chlorpromozin (largactil) yang tidak hanya menengkan jiwa tapi juga
bersifat anti muntah.
3
Antihistaminica, ACTH dan corticosteron sering juga diberikan.
Secara praktis yang paling memuaskan ialah kombinasi :
1. phenothiazine (sedatip)
2. desoxycorticosteron (karena kemungkinan hypofungsi cortex gl suprarenalis)
3. vitamin B6
I. Temuan pengkajian
- Mual dan muntah yang di sertai gangguan nutrisi
- Hematokrit meningkat (dari hemokonsentrasi)
- Kadar serum natrium, kalium dan klorida berkurang
- Asidosis hipokalemia
- Polineuritis
- Penurunan berat badan
- Adanya keton dalam urine
J. Implikasi keperawatan
- Dapatkan riwayat secara menyeluruh dan lakukan pemeriksaan fisik
lengkap untuk menegakkan data dasar
4
- Tentukan tingkat keparahan mual dan muntah klien, mencakup berapa
banyak, kapan, berapa lama berlangsung, berapa kali, dan jumlah makanan
yang di konsumsi.
- Minta klien untuk puasa selama 24 jam pertama setelah hospitalisasi
- Berikan cairan intravena seperti ringer laetate yang di campur vitamin B
- Antisipasi pemberian sedatif seperti fenobarbital. Untuk memfasilitasi
istirahat dan antiemetik seperti chlorpromazine.
- Kaji dengan ketat adanya perubahan dalam masukan dan keluar.
- Tingkatkan diet klien sesuai toleransi.
- Antisipasi perlunya nutrisi parenteral jika tindakan diet tidak berhasil.
- Bantu klien mengurangi stres.
- Dorong klien mengonsumsi makanan dalam porsi sedikit dan dalam suhu
yang sesuai untuk mengurangi efek cooking food pada klien.
- Simpan baskom muntah di tempatyang tidak terlihat namun mudah di
jangkau oleh klien.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya dan
bagaimana rasanya menjadi hamil dan hidup dengan rasa mual yang terus-
menerus.
- Jika perlu, rujuk klien konseling.
l.Etiologi
Sebab pasti belum di ketahui, frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan.
Faktor-faktor predisposisi yang di temukan:
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
5
c. Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaa, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab.
d. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.
N. Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum di
peroleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai
berikut:
a. Hepar: Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak, sentrilobuler
tanpa nekrosis.
b. Jantung: Jantung atrofi, kecil dari biasa, Kadang kala di jumpai perdarahan sub-
endokardial.
6
c. Otak: Terdapat bercak perdarahan pada otak.
d. Ginjal: Tampak pucat, degenerasi lemak, pada tubuli kontorti.
O. Penanganan
1. Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang
Kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis
rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak,
tetapi dalam porsi sedikit-sedikit tetapi sering. Jangan tiba-tiba berdiri
waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah. Defeksi
hendaknya diusahakan teratur.
2. Terapi obat, menggunakan sedative (luminal, stesolid): vitamin (B1 dan
B6): anti-muntah (Mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin,
Torecan): antasida dan anti mulas.
3. Hyperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah
sakit.
- Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja,
telah banyak mengurangi mual muntahnya.
- Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter
saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja, tanpa pengobatan khusus
telah mengurangi mual dan muntah.
7
Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun
demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Keadaan inilah yang di sebut hiperemesis gravidarum. Keeluhan gejala dan
perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
Q. Etiologi
R. Patologi
8
2. Jantung, jantung menjadi lebih kecil kecil dari pada biasa dan beratnya
atrofi ini sejalan deengan lamanya penyakit, kadang-kadang di temukan
perdarahan sub-endokardial.
3. Otak, adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan
kelainan seperti pada ensefalopati wernicke dapat di jumpai (dilatasi
kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria ventrikel
ketiga dan keempat).
4. Ginjal, ginjal tampak pucat dan generasi lemak dapat di temukan pada
tubuli kontorti.
S. Patofisiologi
9
pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula daan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah lingkaran setan yang sulit di
patahkan. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-
Weiss), dengaan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robrkan ini
ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai di perlukan transfusi
atau tindakan operatif.
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini di anggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat di bagi dalam 3
tingkatan.
- Tingkat 1
- Tingkat II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah
turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula di temukan
dalam kencing.
10
- Tingkat III
U. Diagnosis
V. Pengelolaan
11
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak
mengurang maka di perlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak
memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering di berikan adalah
phenobarbital. Vitamin yang di anjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti
histaminika juga di anjurkan, seperti drammamin, avomin. Pada keadaan
lebih berat di berikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau
khlorpromasin. Penangan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
Penderita di sendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairaan yang keluar dan masuk. Hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai
muntah berhenti dan pederita mau makan. Tidak di berikan makanan ataau
minuman dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan,hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,kurangi
pekerjaan serta menghilagkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yaang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3
liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan
yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kecing perlu diperiksa sehari – hari
terhadap protein, aseton,kloridha dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama
24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
12
dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas,
pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Dilirium,kebutaan, takhikardi, ikterius , anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organil. Dalam keadaan
demekian perlu dipertimbangkan untuk mengkhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus trrapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
W. Prognosis
13
DAFTAR PUSTAKA
14