Manifestklinis nCoV PDF
Manifestklinis nCoV PDF
*negara terjangkit: negara yang melaporkan transmisi 2019-nCoV lokal oleh WHO
(update dapat dilihat melalui situs http://infeksiemerging.kemkes.go.id).
Orang dalam Pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam (≥380C) atau ada riwayat demam ATAU
ISPA ringan sampai berat tanpa pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke
negara yang terjangkit* pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
*negara terjangkit: negara yang melaporkan transmisi 2019-nCoV lokal oleh WHO
(update dapat dilihat melalui situs http://infeksiemerging.kemkes.go.id).
NEGARA TERJANGKIT
(human to human transmission)
■ China ■ USA
■ Singapura ■ Jerman
■ Jepang ■ Prancis
■ Korea Selatan ■ UK
■ Malaysia ■ Uni Emirat Arab
■ Vietnam ■ Thailand
■ Australia
http://infeksiemerging.kemkes.go.id/uncategorized/situasi-terkini-perkembangan-
coronavirus-disease-covid-19-20-februari-2020/#.Xk80RCUxWEc
2. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ringan sampai berat
dalam waktu 14 hari sebelum sakit, memiliki salah satu dari paparan berikut:
■ Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi 2019-nCoV; ATAU
■ Mengunjungi fasilitas kesehatan di China atau wilayah/negara yang terjangkit
(sesuai dengan perkembangan penyakit); ATAU
■ Memiliki riwayat kontak dengan hewan (jika hewan penular sudah
teridentifikasi) di China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan
perkembangan penyakit)*.
Kasus Probabel
Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk 2019-nCoV tetapi inkonklusif (tidak dapat
disimpulkan) atau seseorang dengan dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta
coronavirus.
Kasus Konfirmasi
Seseorang yang terinfeksi 2019-nCoV dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif.
Orang yang memiliki riwayat perjalanan ke Provinsi Hubei (termasuk Kota Wuhan),
China pada 14 hari terakhir tanpa gejala adalah orang dalam karantina.
RESPON TERHADAP PASIEN DLM
PENGAWASAN (PDP) DAN ORANG
DLM PEMANTAUAN (ODP)
PDP ODP
Rujuk ke RS
V
Rujukan
Isolasi Rumah
V V*
Sakit
Isolasi Rumah V
*Keputusan ditentukan kasus per kasus:
1. Pasien memiliki riwayat komorbid Pengambilan
V
2. Pasien berusia lansia Spesimen
3. Ruang isolasi masih mencukupi Notifikasi ke
V V
PHEOC
Triage: Deteksi Dini PDP COVID-19
■ Pneumonai ringan
■ Pneumonia berat
■ ARDS
Triage: Deteksi Dini Pasien PDP COVID-19
Triage: Deteksi Dini Pasien COVID-19
Triage: Deteksi Dini PDP COVID-19
TATALAKSANA PASIEN DI RS RUJUKAN
1. Terapi Suportif Dini dan Pemantauan
a. Berikan terapi suplementasi oksigen segera pada pasien ISPA berat dan distress
pernapasan, hipoksemia, atau syok.
b. Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA berat tanpa syok.
c. Pemberian antibiotik empirik berdasarkan kemungkinan etiologi. Pada kasus sepsis
(termasuk suspek 2019-nCoV) berikan antibiotik empirik yang tepat secepatnya dalam
waktu 1 jam.
d. Jangan memberikan kortikosteroid sistemik secara rutin untuk pengobatan pneumonia
karena virus atau ARDS di luar uji klinis kecuali terdapat alasan lain.
e. Lakukan pemantauan ketat pasien dengan gejala klinis yang mengalami perburukan seperti
gagal napas, sepsis dan lakukan intervensi perawatan suportif secepat mungkin.
f. Pahami pasien yang memiliki komorbid untuk menyesuaikan pengobatan dan penilaian
prognosisnya.
g. Tatalaksana pada pasien hamil, dilakukan terapi suportif dan penyesuaian dengan fisiologi
kehamilan.
TATALAKSANA PASIEN DI RS RUJUKAN (2)
2. Pengumpulan Spesimen Untuk Diagnosis Laboratorium (nasofaring, orofaring,
sputum 2x selang 24 jam
3. Manajemen Gagal Napas Hipoksemi dan ARDS
a. Mengenali gagal napas hipoksemi ketika pasien dengan distress pernapasan mengalami kegagalan terapi oksigen
standar
b. Oksigen nasal aliran tinggi (High-Flow Nasal Oxygen/HFNO) atau ventilasi non invasif (NIV) hanya pada pasien gagal
napas hipoksemi tertentu, dan pasien tersebut harus dipantau ketat untuk menilai terjadi perburukan klinis.
c. Intubasi endotrakeal harus dilakukan oleh petugas terlatih dan berpengalaman dengan memperhatikan
kewaspadaan transmisi airborne
d. Ventilasi mekanik menggunakan volume tidal yang rendah (4-8 ml/kg prediksi berat badan, PBW) dan tekanan
inspirasi rendah (tekanan plateau <30 cmH2O).
e. Pada pasien ARDS berat, lakukan ventilasi dengan prone position > 12 jam per hari
f. Manajemen cairan konservatif untuk pasien ARDS tanpa hipoperfusi jaringan
g. Pada pasien dengan ARDS sedang atau berat disarankan menggunakan PEEP lebih tinggi dibandingkan PEEP
rendah
h. Pada pasien ARDS sedang-berat (PaO2/FiO2 <150) tidak dianjurkan secara rutin menggunakan obat pelumpuh otot
i. Pada fasyankes yang memiliki Expertise in extracorporal Life Support (ECLS), dapat dipertimbangkan
penggunaannya ketika menerima rujukan pasien dengan hipoksemi refrakter meskipun sudah mendapat lung
protective ventilation.
j. Hindari terputusnya hubungan ventilasi mekanik dengan pasien karena dapat mengakibatkan hilangnya PEEP dan
atelektasis. Gunakan sistem closed suction kateter dan klem endotrakeal tube ketika terputusnya hubungan
ventilasi mekanik dan pasien (misalnya, ketika pemindahan ke ventilasi mekanik yang portable)
Manajemen Syok Septik
q Kenali tanda syok septik
q Resusitasi syok septik pada dewasa: berikan cairan kristaloid isotonik 30 ml/kg. Resusitasi syok
septik pada anak-anak: pada awal berikan bolus cepat 20 ml/kg kemudian tingkatkan hingga
40-60 ml/kg dalam 1 jam pertama.
q Jangan gunakan kristaloid hipotonik, kanji, atau gelatin untuk resusitasi.
q Resusitasi cairan dapat mengakibatkan kelebihan cairan dan gagal napas. Jika tidak ada respon
terhadap pemberian cairan dan muncul tanda-tanda kelebihan cairan (seperti distensi vena
jugularis, ronki basah halus pada auskultasi paru, gambaran edema paru pada foto toraks, atau
hepatomegali pada anak-anak) maka kurangi atau hentikan pemberian cairan.
q Vasopresor diberikan ketika syok tetap berlangsung meskipun sudah diberikan resusitasi cairan
yang cukup. Pada orang dewasa target awal tekanan darah adalah MAP ≥65 mmHg dan pada
anak disesuaikan dengan usia.
q Jika kateter vena sentral tidak tersedia, vasopresor dapat diberikan melalui intravena perifer, tetapi
gunakan vena yang besar dan pantau dengan cermat tanda-tanda ekstravasasi dan nekrosis
jaringan lokal. Jika ekstravasasi terjadi, hentikan infus. Vasopresor juga dapat diberikan melalui
jarum intraoseus.
q Pertimbangkan pemberian obat inotrop (seperti dobutamine) jika perfusi tetap buruk dan terjadi
disfungsi jantung meskipun tekanan darah sudah mencapai target MAP dengan resusitasi cairan
dan vasopresor.
Pencegahan
Komplikasi
Pencegahan
Komplikasi
Pengobatan spesifik COVID-19
■ 138 kasus dirawat, dgn usia rata-rata 56 thn, dengan rentang usia 22-92 thn dan
54.3% adalah laki-laki.
■ CT scan thorax menunujkkan gambaran bilateral patchy atau ground glass opacity
■ 26.1% mengalami perburukan atau komplikasi dan dirawat di ICU karena
1. ARDS [61.1%]
2. Arrhythmia [44.4%])
3. Shock [30.6%])
■ Rerata waktu pasien dari gejala awal sampai menjadi sesak adalah 5 hari, masuk
perawatan 7 hari dan ICU 8 hari
■ Pasien dengan komorbid (72,2%) dan anorexia (66.7%) mengalami perburukan
Features of Confirmed Cases in China
Data source: 43,113 confirmed cases from China Information System for Disease Control and
Prevention
■ Asymptomatic cases 2% (n=724)
-laboratory testing positive but without symptoms
%
in
columns
of
“confirmed
cases
and
“deaths”:
cons6tuent
ra6os
female 21,691 (48.6%) 370 (36.2%) 1.7%
■
Clinical manifestations
The incubation period: the incubation period is 1-14 days, mostly 3-7 days.
■
Features:
Clinical
– Fever, dry cough, fatigue as the main performance.
– A small number of patients have symptoms such as stuffy nose, runny nose, sore throat,
myalgia and diarrhea.
– In severe cases, dyspnea and/or hypoxemia usually occur one week after the onset of the
disease, and dyspnea and/or hypoxemia may rapidly progress to acute respiratory distress
syndrome, septic shock, metabolic acidosis that is difficult to correct, bleeding and
coagulation dysfunction, and multiple organ failure.
■ The patients with severe or critical illness may have moderate or low fever, or even no significant
fever.
■ The mild patients showed only low fever, mild fatigue, and no pneumonia.
■ Most patients have a good prognosis, a few patients are in critical condition. The elderly and
those with chronic underlying diseases have poor prognosis.
Laboratory test
■ In the early stage of the disease, the total number of white blood cells in the peripheral blood was
normal or decreased, while the lymphocyte count was decreased.
■ Elevated troponin is seen in some critically ill patients. In most patients, C-reactive protein (CRP)
and erythrocyte sedimentation rate (ESR) were elevated, and procalcitonin was normal. In severe
cases, D-dimer increased and peripheral lymphocyte cells progressively decreased. Severe and
critical patients often have elevated inflammatory factors.
■ The new coronavirus nucleic acid can be detected in nasopharyngeal swabs, sputum and other
lower respiratory secretions, blood, feces.
– In order to improve the positive rate of nucleic acid detection, it is suggested that sputum
should be retained as far as possible, and lower respiratory secretions should be collected
from patients with endotracheal intubation, and samples should be submitted for
examination as soon as possible after collection.
KESIMPULAN
■ Managemen kasus COVID-19 sesuai kondisi klinis yang ditemui (ringan – berat)
■ Deteksi dini dan memahami respons yang harus dilakukan
■ Sampai saat ini belum ditemukan antivirusnya