Anda di halaman 1dari 28

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi (Herdman & Kamitsuru, 2015).

B. ETIOLOGI
Menurut Herdman & Kamitsuru (2015), faktor penyebab dari nyeri akut yaitu
agen cidera biologis (misal infeksi,iskemia, neoplasma), agen cidera fisik
(misal luka bakar, abses, amputasi, terpotong, mengangkat berat, prosedur
bedah, trauma, olahraga berlebihan) dan agen sidera kimiawi (misal luka
bakar, metilen klorida)

C. BATASAN KARAKTERISTIK
Menurut Herdman & Kamitsuru (2015), batasan karakteristik dari masalah
keperawatan nyeri akut adalah sebagai berikut:
1. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya
2. Diaforesis
3. Dilatasi pupil
4. Ekspresi wajah nyeri (misal mata kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
5. Fokus menyempit (misal persepsi waktu, proses berfikir, interaksi dengan
orang dan lingkungan)
6. Fokus pada diri sendiri
7. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (skala Wong-
Baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik)
8. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri (misal McGill Pain Questionnaire, Brief Pain Inventory)
9. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (misal anggota
keluarga, pemberi asuhan)
10. Mengekspresikan perilaku (misal gelisah,merengek, menangis, waspada)
11. Perilaku distraksi
12. Perubahan pada parameter fisiologis (misal tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernafasan, saturasi oksigen, dan endtidal
karbondioksida [CO2])
13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14. Perubahan selera makan
15. Putus asa
16. Sikap melindungi area nyeri
17. Sikap tubuh melindungi

D. PATOFISIOLOGI
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare,2002).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah
fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang
dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk
tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan
asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila
tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan
jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya
serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom
compartment (Smelter dan Bare, 2002).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur
tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti
tendon, otot, ligament dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare, 2001). Pasien
yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara
lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang
perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan
berkurangnyan kemampuan prawatan diri (Carpenito, 2007). Reduksi terbuka
dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di pertahankan dengan
pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan
lunak dan struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan
terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price dan
Wilson, 2006).
E. PATHWAY
Trauma (langsung atau tidak langsung), Patologi, Kelelahan

Fraktur

Fiksasi Pergeseran Fragmen Trauma


eksterna tulang yang patah Jaringan

Perubahan OREF Luka terbuka


Anestesi
penampilan dan
penurunan fungsi
tubuh
Trauma jaringan Kerusakan
Peristaltik menurun Penurunan pertahanan
integritas kulit
utama tubuh

Gangguan Nafsu makan


citra tubuh menurun
Nyeri Kekuatan otot dan Jalan masuk organisme
akut kemampuan gerak kurang
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Risiko Infeksi
kebutuhan tubuh
Defisit Hambatan mobilitas
perawatan diri fisik
(Smelter dan Bare, 2002; Price dan Wilson, 2006 )
F. MASALAH KEPERAWATAN LAIN YANG MUNCUL
Menurut Smelter dan Bare (2002) masalah keperawatan yang kemungkinan
terjadi pada pasien dengan fraktur cruris yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (imobilitas
fisik).
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(trauma)
7. Risiko Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx NOC NIC
Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Menjahit luka
kulit jam, diharapkan: Tindakan mandiri
a. Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Mukosa, a. Identifikasi alergi pasien terhadap anestesi,
dengan indikator: plester dan/atau betadin atau cairan topikal yang
Indikator Awal Tujuan lain
Suhu kulit 3 5 b. Bersihkan kulit sekitar luka dengan air dan
Integritas kulit 2 4 sabun atau cairan antiseptik lainnya
Elastisitas 3 5 c. Gunakan teknik steril
Keterangan : d. Berikan anestesi topikal atau injeksi pada area
Nilai 1 : Sangat terganggu luka, jika diperlukan
Nilai 2 : Banyak terganggu
e. Pilih bahan dan alat menjahit luka yang tepat
Nilai 3 : Cukup terganggu
Nilai 4 : Sedikit terganggu
f. Tentukan metode jahitan yang paling sesuai
Nilai 5 : Tidak terganggu untuk luka
g. Tempatkan jarum sehingga dapat masuk dan
Indikator Awal Tujuan
keluar tegak lurus pada bagian tepi kulit
Lesi pada kulit 3 1 h. Tarik jarum melalui, ikuti garis atau lengkungan
Keterangan : yang dibuat oleh jarum itu sendiri
Nilai 1 : Berat i. Tarik jahitan dengan tidak terlalu ketat sehingga
Nilai 2 : Cukup berat kulit tidak menumpuk
Nilai 3 : Sedang j. Lakukan ikatan di akhir agar terbentuk benjolan
Nilai 4 : Ringan untuk mengunci jahitan
Nilai 5 : Tidak ada k. Bersihkan area sebelum memberikan antiseptik
atau balutan
l. Berikan balutan sesuai kebutuhan
m. Instruksikan pasien bagaimana cara merawat
jahitan, termasuk tanda dan gejala infeksi
n. Jelaskan kepada pasien kapan jahitan perlu
Dx NOC NIC
dibuka
o. Buka jahitan sesuai indikasi

Pembidaian
a. Monitor sirkulasi pada area yang mengalami
trauma (misal nadi, waktu pengisian kapiler,
dan sensasi)
b. Monitor pergerakan di bagian distal area
trauma
c. Monitor perdarahan pada area cidera
d. Tutup luka dengan balutan luka dan kontrol
perdarahan sebelum dipasang bidai
e. Batasi pergerakan pasien, terutama pada bagian
yang mengalami trauma
f. Identifikasi bahan bidai yang paling tepat
(misalnya kaku, lembut, anatomis, atau traksi)
g. Beri bantalan pada bidai yang keras
h. Imobilsasi sendi bawah dan atas area
pembidaian
i. Topang kaki dengan menggunakan papan kaki
j. Posisikan bagian yang trauma sesuai dengan
fungsinya
k. Pasang bidai pada bagian tubuh yang
mengalami trauma, topang area yang trauma
dengan tangan dan minta bantuan tenaga
kesehatan bila memungkinkan
l. Pasang penopang jika diperlukan
m. Monitor keutuhan kulit dibawah bidai
n. Dorong pasien untuk melakukan latihan
isometrik
Dx NOC NIC
o. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
cara perawatan bidai.

Perawatan Traksi/Imobilisasi
a. Posisikan kesejajaran tubuh yang sesuai
b. Pertahankan posisi yang tepat pada tempat tidur
c. Monitor tonjolan tulang dan kulit terkait
adanya tanda-tanda terkelupasnya kulit
d. Monitor sirkulasi, gerakan dan sensasi
ekstremitas yang sakit
e. Monitor adanya komplikasi imobilisasi
f. Berikan perawatan kulit yang sesuai pada area
gesekan
g. Instruksikan pentingnya nutrisi adekuat untuk
penyembuhan tulang
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Manajemen nyeri
jam, diharapkan pasien mampu: Tindakan mandiri
a. Mengontrol nyeri, dengan indikator: a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Indikator Awal Tujuan (lokasi, karakteristik, onset, frekuensi, kualitas,
Mengenali kapan nyeri intensitas, dan faktor pencetus)
2 4
terjadi b. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
Menggambarkan faktor 2 4 penyebab nyeri, dan berapa lama nyeri akan
penyebab dirasakan.
Melaporkan nyeri yang 3 5 c. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan
terkontrol menangani nyeri dengan tepat
Keterangan : d. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
Nilai 1 : Tidak pernah menujukkan membantu penurunan nyeri
Nilai 2 : Jarang menujukkan e. Ajarkan teknik non farmakologis
Nilai 3 : Kadang-kadang menujukkan Tindakan kolaboratif
Nilai 4 : Sering menujukkan a. Kolaborasi pemberian analgetik
Dx NOC NIC
Nilai 5 : Sering konsisten menujukkan

b. Tingkat nyeri menurun, dengan indikator:


Indikator Awal Tujuan
Nyeri yang 2 4
dilaporkan
Mengerang dan 2 4
menangis
Ekspresi nyeri wajah 2 4
Tidak bisa 2 4
beristirahat
Keterangan :
Nilai 1 : Berat
Nilai 2 : Cukup berat
Nilai 3 : Sedang
Nilai 4 : Ringan
Nilai 5 : Tidak ada
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Nama mahasiswa : Joko Mardiyono
Tempat praktik : Ruang Melati Rumah Sakit dr. Soedirman Kebumen
Tanggal praktik : 31 Agustus 2016

2. Identitas Data
Nama : An. R
Tempat/tgl lahir : Kebumen, 18 Oktober 2008
Usia : 8 tahun
Alamat : Tamanwinangun Rt 01/II Kebumen
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Nama ayah/ibu : Tn. W/ Ny. W
Pendidikan ayah : SD
Pekerjaan ayah : Buruh
Pendidikan ibu : SD
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga

3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan lemas
Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal : Selama hamil An. R, Ny. W rutin memeriksakan
kehamilannya ke bidan setiap bulan 1x, dan mendapatkan Imunisasi TT
2x
b. Intranatal : An. R lahir ditolong oleh bidan, spontan, BB : 3100 gram,
langsung menangis kuat saat lahir dan tidak sianosis
c. Postnatal : An. R selama 2 tahun mendapatkan ASI, mendapatkan
makanan tambahan pada saat An. R usia 4 bulan
4. Riwayat Masa Lampau
a. Penyakit waktu kecil
Ibu An. R mengatakan saat kecil tidak pernah mengalami sakit yang
serius, hanya sakit panas, batuk dan pilek
b. Pernah dirawat di RS
An. R belum pernah dirawat di RS
c. Obat-obatan yang digunakan
Obat warung dan obat dari puskesmas atau bidan
d. Tindakan (operasi)
An. R belum pernah melakukan operasi
e. Alergi
An. R tidak mempunyai riwayat alergi
f.Kecelakaan
An. R belum pernah mengalami kecelakaan
g. Imunisasi
An. R mendapatkan imunisasi lengkap

5. Riwayat Keluarga (Disertai Genogram)

Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= hubungan darah
= pasien
= tinggal dalam satu rumah
6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh : orang tua (ayah dan ibu)
b. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
c. Hubungan dengan teman sebaya : baik
d. Pembawaan secara umum : sehat
e. Lingkungan rumah : -

7. Pola Kesehatan Fungsional Gordon


Penjelasan masing-masing pola kesehatan fungsional Gordon
b. Persepsi kesehatan/manajemen kesehatan:
Ny. W mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit biasanya
dibawa ke puskesmas.
c. Nutrisi/metabolik
Sebelum sakit : Ny. W mengatakan sebelum sakit pasien makan 3
kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur, minum air putih sekitar 8 gelas
belimbing
Saat sakit : Pada saat sakit An. R makan kurang lebih
sepertiga dari porsi makanan dari rumah sakit. Ny. W mengatakan
anaknya susah minum, dalam sehari hanya minum sekitar 4 gelas (± 400
cc).
d. Eliminasi
Sebelum sakit : An. R mengatakan sebelum sakit BAK kurang
lebih 5 – 6 kali per hari, warna kuning jernih. BAB sebelum sakit I kali
sehari dengan konsistensi lunak, berwarna kuning.
Saat sakit : Ny. W mengatakan anaknya selama sakit BAK
kurang lebih 4 – 5 kali sehari (± 1000 cc/24 jam). An. R mengatakan
selama sakit belum pernah BAB.
e. Activity/exercise
Sebelum sakit : An. R mengatakan sebelum sakit dapat melakukan
aktivitas secara mandiri
Saat sakit : An. R mengatakan badannya terasa lemas, selama
di rawat hanya tiduran di tempat tidur. An. R mengatakan selama dirawat
aktivitas dibatu oleh ibunya.
f. Kognitif
Ny. W masih sering bertanya tentang penyebab penyakit demam
berdarah; cara pencegahan demam berdarah supaya tidak terulang.
g. Istirahat dan tidur:
Sebelum sakit : Ny. W mengatakan sebelum sakit anaknya biasa
tidur sekitar pukul 21.00 WIB dan bangun sekitar pukul 05.00 WIB
Saat sakit : Ny. W mengatakan saat sakit anaknya kurang
tidur, sering terbangun saat tidur malam.
h. Self perception/self concept:
Sebelum sakit : Ny. W mengatakan sebelum sakit An. R
merupakan siswa SD kelas 3, An. R biasa bermain dengan teman-
temannya setelah pulang sekolah
Saat sakit : Ny. W mengatakan selama sakit An. R tidak bisa
bermain dan sering merasa kesepian.
i. Peran/hubungan: Ny. W mengatakan hubungan didalam keluarga sangat
baik,selama an. R dirawat secara bergantian dengan suami menjaga an. R
j. Seksual/reproduksi
Anak berjenis kelamin laki-laki, tidak ada pembesaran skrotum
k. Koping/toleransi: Ny. W mengatakan anaknya sering gelisah dan cemas
selama dirawat, selalu mengatakan ingin segera pulang.
l. Value/belief
Pasien beragama Islam, selama sakit belum bisa menjalankan ibadah.

8. Keadaan Kesehatan Saat Ini


a. Diagnosa medis : Dengue Haemoragic Fever (DHF)
b. Tindakan operasi :-
c. Status nutrisi : TB 125 cm/ BB 25 kg
d. Status cairan : Pasien tidak mau minum;
Balance cairan : hari Rabu, 31 Agustus 2016
Input cairan:
Minum : 400 cc
Infus : 1200 cc/24 jam
Air Metabolisme : 150 cc ( 6 cc x 25 kg)
+
1750 cc

Output cairan:
Urin : 1000 cc
IWL : 550 cc (30 – 8 tahun x 25 kg)
+
1550 cc
Balance cairan = intake cairan – output cairan
= 1750 cc – 1550 cc
= - 200 cc

e. Obat-obatan
Infus RL 30 tetes/menit
Paracetamol 3 x 250 mg (kalau perlu)
Injeksi ranitidin 2 x ½ ampul(25 mg)
Vitamin sirup 1 x sehari
f. Aktivitas : ADL dibantu oleh orang tua
g. Tindakan keperawatan :
h. Hasil laboratorium :
Leukosit : 4400
Trombosit : 32.000
Hb : 15,5
Hematokrit : 43
i. Hasil rontgen :
j. Data tambahan :-
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik; kesadaran compos mentis

b. TB / BB (persentile) : 125 cm/ 25 kg

c. Lingkar kepala :-
d. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

e. Hidung : tidak ada polip, tidak ada perdarahan hidung

f. Mulut : mukosa mulut kering, bibir


kering, lidah terlihat kotor

g. Telinga : bersih, tidak ada penumpukan serumen

h. Tengkuk : tidak ada kaku kuduk

i. Jantung :

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis teraba di IC V

Perkusi : Bunyi pekak

Auskultasi : tidak ada suara tambahan

j. Paru-paru

Inspeksi : tampak simetris

Palpasi : taktil fremitus teraba sama pada paru kanan dan kira

Perkusi : bunyi sonor

Auskultasi : suara vesikuler

k. Perut

Inspeksi : perut terlihat membesar

Auskultasi : bising usus 8 x/ menit

Perkusi : bunyi redup

Palpasi : nyeri tekan daerah hepar

l. Punggung : normal

m. Genitalia : bersih, tidak ada kelainan, tidak terpasang kateter

n. Ekstremitas : normal, akral hangat, tidak ada oedem

o. Kulit : turgor kulit kurang,

p. Tanda vital : TD 100/60 mmHg; S 36,3°C; RR 23 x/menit;


Nadi 105 x/menit

B. ANALISA DATA
No Hari/Tgl Data Fokus Problem Etiologi
1

C. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


Prioritas Diagnosa Keperawatan yaitu:
1. ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. ……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………...
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx NOC NIC
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, Manajemen nyeri
diharapkan pasien mampu: Tindakan mandiri
a. Mengontrol nyeri, dengan indikator: a. Lakukan pengkajian nyeri secara
Indikator Awal Tujuan komprehensif (lokasi, karakteristik, onset,
Mengenali kapan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor
2 4
terjadi pencetus)
Menggambarkan faktor 2 4 b. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
penyebab penyebab nyeri, dan berapa lama nyeri
Melaporkan nyeri yang 3 5 akan dirasakan.
terkontrol c. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan
Keterangan : menangani nyeri dengan tepat
Nilai 1 : Tidak pernah menujukkan d. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
Nilai 2 : Jarang menujukkan membantu penurunan nyeri
Nilai 3 : Kadang-kadang menujukkan e. Ajarkan teknik non farmakologis
Nilai 4 : Sering menujukkan Tindakan kolaboratif
Nilai 5 : Sering konsisten menujukkan a. Kolaborasi pemberian analgetik

b. Tingkat nyeri menurun, dengan indikator:


Indikator Awal Tujuan
Nyeri yang 2 4
dilaporkan
Mengerang dan 2 4
menangis
Ekspresi nyeri wajah 2 4
Tidak bisa 2 4
beristirahat
Keterangan :
Nilai 1 : Berat
Nilai 2 : Cukup berat
No Dx NOC NIC
Nilai 3 : Sedang
Nilai 4 : Ringan
Nilai 5 : Tidak ada
Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, Menjahit luka
kulit diharapkan: Tindakan mandiri
a. Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Mukosa, a. Identifikasi alergi pasien terhadap anestesi,
dengan indikator: plester dan/atau betadin atau cairan topikal
Indikator Awal Tujuan yang lain
Suhu kulit 3 5 b. Bersihkan kulit sekitar luka dengan air dan
Integritas kulit 2 4 sabun atau cairan antiseptik lainnya
Elastisitas 3 5 c. Gunakan teknik steril
Keterangan : d. Berikan anestesi topikal atau injeksi pada
Nilai 1 : Sangat terganggu area luka, jika diperlukan
Nilai 2 : Banyak terganggu
e. Pilih bahan dan alat menjahit luka yang
Nilai 3 : Cukup terganggu
tepat
Nilai 4 : Sedikit terganggu
Nilai 5 : Tidak terganggu
f. Tentukan metode jahitan yang paling sesuai
untuk luka
Indikator Awal Tujuan
g. Tempatkan jarum sehingga dapat masuk
Lesi pada kulit 3 1 dan keluar tegak lurus pada bagian tepi
Keterangan : kulit
Nilai 1 : Berat h. Tarik jarum melalui, ikuti garis atau
Nilai 2 : Cukup berat lengkungan yang dibuat oleh jarum itu
Nilai 3 : Sedang sendiri
Nilai 4 : Ringan i. Tarik jahitan dengan tidak terlalu ketat
Nilai 5 : Tidak ada sehingga kulit tidak menumpuk
j. Lakukan ikatan di akhir agar terbentuk
benjolan untuk mengunci jahitan
k. Bersihkan area sebelum memberikan
antiseptik atau balutan
No Dx NOC NIC
l. Berikan balutan sesuai kebutuhan
m. Instruksikan pasien bagaimana cara
merawat jahitan, termasuk tanda dan gejala
infeksi
n. Jelaskan kepada pasien kapan jahitan perlu
dibuka
o. Buka jahitan sesuai indikasi

Pembidaian
a. Monitor sirkulasi pada area yang
mengalami trauma (misal nadi, waktu
pengisian kapiler, dan sensasi)
b. Monitor pergerakan di bagian distal area
trauma
c. Monitor perdarahan pada area cidera
d. Tutp luka dengan balutan luka dan kontrol
perdarahan sebelum dipasang bidai
e. Batasi pergerakan pasien, terutama pada
bagian yang mengalami trauma
f. Identifikasi bahan bidai yang paling tepat
(misalnya kaku, lembut, anatomis, atau
traksi)
g. Beri bantalan pada bidai yang keras
h. Imobilsasi sendi bawah dan atas area
pembidaian
i. Topang kaki dengan menggunakan papan
kaki
j. Posisikan bagian yang trauma sesuai
dengan fungsinya
No Dx NOC NIC
k. Pasang bidai pada bagian tubuh yang
mengalami trauma, topang area yang
trauma dengan tangan dan minta bantuan
tenaga kesehatan bila memungkinkan
l. Pasang penopang jika diperlukan
m. Monitor keutuhan kulit dibawah bidai
n. Dorong pasien untuk melakukan latihan
isometrik
o. Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai cara perawatan bidai.

Perawatan Traksi/Imobilisasi
a. Posisikan kesejajaran tubuh yang sesuai
b. Pertahankan posisi yang tepat pada tempat
tidur
c. Monitor tonjolan tulang dan kulit terkait
adanya tanda-tanda terkelupasnya kulit
d. Monitor sirkulasi, gerakan dan sensasi
ekstremitas yang sakit
e. Monitor adanya komplikasi imobilisasi
f. Berikan perawatan kulit yang sesuai pada
area gesekan
g. Instruksikan pentingnya nutrisi adekuat
untuk penyembuhan tulang
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Dx Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
No Dx Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Formatif Paraf

2
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Jam No Dx Evaluasi Sumatif Paraf
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus anak dengan DHF masalah keperawatan utama yang muncul
yaitu kekurangan volume cairan. Hal ini dapat disebabkan karena pada kasus DHF
terjadi pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari
sistem kalkrein yang menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau
terjadi perembesan plasma sehingga mengakibatkan pengurangan volume plasma
dan terjadi hipovolemia.
Terapi yang dapat diberikan pada pasien DHF bersifat suportif dan
simpomatis. Penatalaksanaannya ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan
akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah
apabila diperlukan (Chen, Pohan & Sinto, 2009). Menurut Chen, Pohan & Sinto
(2009) penatalaksanaan terapi cairan pada kasus DHF berdasarkan pada jenis
cairan, jumlah dan kecepatan pemberian cairan. Tujuan terapi cairan adalah untuk
mengganti kehilangan cairan di ruang intravaskular, pada dasarnya baik kristaloid
(ringer laktat, ringer asetat, cairan salin) maupun koloid dapat diberikan. WHO
menganjurkan terapi kristaloid sebagai cairan standar pada terapi DBD karena
dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah.
Jenis cairan yang ideal yang sebenarnya dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara
lain memiliki sifat bertahan lama di intravaskular, aman dan relatif mudah
diekskresi, tidak mengganggu sistem koagulasi tubuh, dan memiliki efek alergi
yang minimal (WHO, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Chen, K., Pohan, H. T., & Sinto, R. (2009). Diagnosis dan Terapi Cairan pada
Demam Berdarah Dengue. Medicinus. Scientific Journal of Pharmaceutical
Developmen and Medical Application. Vol. 22. No. 1. Edisi Maret – Mei
2009.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Penerjemah: Keliat, B. A., Windarti, H. D.,
Pawirowiyono, A., & Subu, M. A. Jakarta: EGC

Suriadi & Yuliani, R. (2001). Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan


Keperawatan pada Anak. Edisi 1. Jakarta: Fajar Interpratama.

WHO. (2005). Dengue, Dengue Haemorrhagic Fever and Dengue Shock


Syndrome in The Context of The Integrated Management of Childhood
Illness. Department of Child and Adolescent Health and Development.
WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Pembelajaran


Praktek Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh:
JOKO MARDIYONO

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Asuhan


Keperawatan Pada Tn. N dengan Masalah Keperawatan Utama Nyeri
Akut di Ruang Instalasi Gawat Darurat di RSUD Dr. Soedirman
Kebumen

Disusun Oleh:
JOKO MARDIYONO

Telah disetujui pada tanggal……Desember 2016

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

PODO YUWONO, M. Kep DWI PAMUDJI, S. ST

Anda mungkin juga menyukai