1. Sejarah Singkat
umum daerah kota Banjar. Pada tahun 1992 Rumah Sakit Umum Kota
berikut:
48
49
Nopember 1992.
C/Menkes/SK/I/1993.
non Pendidikan
50
445/Kpts.146-RSUD/2011.
2. Letak Geografis
kota perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan
luas tanah 18,775 m². BLUD RSU Kota Banjar secara administratif
Pataruman
Binangun
3. Kondisi Sosial
Kota Banjar berbasis pada layanan Satu Atap dimana konsultasi dokter,
post rawat inap dapat dilakukan di BLUD RSU Kota Banjar. Hal
rujukan bagi dokter ataupun rumah sakit di daerah Jawa Barat bagian
Timur dan Jawa Tengah bagian Barat pada khususnya serta wilayah lain
maupun di seluruh area rumah sakit adalah hal yang paling utama bagi
BLUD RSU Kota Banjar. Dalam hal kualitas sumber daya manusia,
yang bekerja di BLUD RSU Kota Banjar adalah mereka yang memiliki
kesehatan.
52
1) Tujuan Umum
nirlaba
2) Tujuan Khusus
program pemasaran.
Rumah Sakit kelas B non pendidikan pada saat ini dipimpin oleh
seorang direktur dengan bantuan dua orang wakil direktur yaitu wakil
susuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya. Secara garis besar dalam
sebagai berikut:
54
kepala bagian
(2) Farmasi
(4) Gizi
(6) CSSD/IPAL
(2) BPJS
58
8. Ruang Teratai I
sehingga kasus kegawatan ibu yang akan melahirkan dan bayi baru
lahir dapat tertangani dengan cepat. Kamar bersalin adalah sebuah unit
selama 24 jam. Pada ruangan ini, terdapat 3 buah tempat tidur tindakan
PURNA PARUH
NO. KUALIFIKASI JUMLAH
WAKTU WAKTU
A Dokter Umum 8 orang 0 8 orang
Dokter Gigi 2 orang 0 2 orang
B Dokter Spesialis Dasar 8 orang 0 8 orang
Dokter Ahli Penyakit Dalam 3 orang 0 3 orang
Dokter Ahli Kebidanan & 3 orang 0 3 orang
Kandungan
Dokter Ahli Anak 2 orang 0 2 orang
Dokter Ahli Bedah 2 orang 0 2 orang
C. Dokter Spesialisasi Lainnya 6 orang 0 6 orang
Dokter Penyakit Mata 1 orang 0 1 orang
Dokter Ahli THT 1 orang 0 1 orang
Dokter Ahli Jiwa 1 orang 0 1 orang
Dokter Ahli Syaraf 2 orang 0 2 orang
Dokter Ahli Gigi dan Mulut 0 0 0
Dokter Ahli Kardiologi/Jantung 0 0 0
Dokter Ahli Paru 0 0 0
Dokter Ahli Bedah Syaraf 1 orang 0 1 orang
Dokter Ahli Orthopedi 0 orang 0 0 orang
D. Dokter Spesialisasi Penunjang 2 orang 2 orang 2 orang
Dokter Ahli Radiologi 1 orang 0 1 orang
Dokter Ahli Patologi Klinik 0 1 orang 0
Dokter Ahli Patologi Anatomi 0 1 orang 0
Dokter Ahli Forensik 0 0 0
59
Banjar
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Usia Ibu Bersalin di Ruang Teratai I
BLUD RSU Kota Banjar
Tahun 2016
Berdasarkan data pada tabel 4.1 terlihat bahwa usia ibu bersalin di
Ruang Teratai I BLUD RSU Kota Banjar Tahun 2016 paling banyak
berusia 20-35 tahun yaitu 74 orang (77,9), sisanya usia > 35 tahun 14
60
orang (14,7%), dan usia < 20 tahun 7 orang (7,4 %). Berikut ini
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Bersalin Kejadian PEB dan IUFD
di Ruang Teratai I di Ruang Teratai I
BLUD RSU Kota Banjar
Tahun 2016
Berdasarkan data pada tabel 4.2 terlihat bahwa paritas ibu bersalin
di Ruang Teratai I BLUD RSU Kota Banjar Tahun 2016 paling banyak
(45,3%), dan grandemulti 7 orang (7,4 %). Berikut ini gambaran paritas
sebagai berikut:
61
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsia Berat Ibu Bersalin di
Ruang Teratai I BLUD RSU Kota Banjar
Tahun 2016
Kota Banjar Tahun 2016 yaitu 32 orang (33,7%), dan tidak sebanyak 63
orang (66,3%).
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kejadian IUFD di Ruang Teratai I BLUD
RSU Kota Banjar Tahun 2016
dari 95 sampel yang diteliti dan yang tidak mengalami IUFD sebanyak
65 orang (68,4%).
62
Sakit Umum Kota Banjar Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Hubungan Pre eklamsia berat Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) di Ruang Teratai I Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Kota Banjar Tahun 2016
Kejadian IUFD
Preeklamsia Total
Ya Tidak p-value
berat
f % f % f %
Ya 29 90,6 3 9,4 32 100
0.000
Tidak 1 1,6 62 98,4 63 100
Jumlah 30 31,6 65 68,4 95 100
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan data pada tabel 4.7 terlihat bahwa ibu bersalin yang
orang yang mengalami IUFD sebanyak 1 orang (1,6%) dan yang tidak
sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0.05, maka keputusannya adalah
4.2. Pembahasan
pada ibu bersalin di Ruang Teratai I BLUD RSU Kota Banjar Tahun 2016
yaitu 32 orang (33,7%). Hal ini dapat disebabkan oleh sebagian besar
atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu
dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran
Pre eklamsia berat pada wanita hamil juga masuk kategori sebagai
pertama kali berada dalam resiko terbesar terhadap pre eklamsia berat.
Begitu juga dengan ibu usia muda <20 tahun mempunyai resiko lebih besar
terhadap hipertensi daripada ibu hamil yang berusia >35 tahun. Wanita yang
64
14 orang (14,7%) dan usia < 20 tahun sebanyak 7 orang (7,4%). Hal ini
sesuai dengan pendapat Bopak (2008) bahwa usia yang rentan terkena pre
eklamsia adalah usia < 20 dan > 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <
Pada usia >35 tahun lebih rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk
pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Bopak,
2008).
primi yaitu 45 orang (47,4%). Hasil ini sependapat dengan pernyataan yang
Gejala tersebut akan menjadi nyata pada kehamilan trimester III sampai saat
dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan preeklamsia berat, tidak
65
kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat
30 mmHg atau 15 mmHg, tekanan darah 140 /90 atau 160 /110 yang
itu sendiri atau dapat spesifik terhadap ibu atau ayah dari janin (Sunaryo
R, 2008).
66
diharapkan ibu hamil dapat menghindari kehamilan diusia < 20 atau > 35
Teratai I BLUD RSU Kota Banjar sebanyak 30 orang (31,6%). Hal ini
orang (47,4%).
masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia
2010).
perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi
janin dalam Rahim. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman
terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada
janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau
hal ini dapat dilihat melalui tinggi fundus uteri dan terdengar atau tidak
karena faktor kematangan fisik yang dimiliki maka ada beberapa risiko
cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat. Risiko kelainan letak
janin juga berkurang karena rahim ibu di usia ini sudah matang.
Oleh karena itu ibu hamil diharapkan dapat melakukan deteksi dini
kehamilan.
4.2.3. Hubungan antara Pre eklamsia berat dengan kejadian IUFD Pada Ibu
Bersalin
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Kota Banjar Tahun
2016 dengan nilai -value sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0.05.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mochtar (2010), lebih
dari 50% kasus, etiologi kematian janin dalam kandungan tidak ditemukan
disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk
(Mochtar, 2010).
terjadinya kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai dengan protein
yang lebih parah, seperti solusio plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak
Begitu juga dengan ibu usia muda < 20 tahun mempunyai resiko lebih
besar terhadap hipertensi daripada ibu hamil yang berusia >35 tahun.
terjadinya kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai dengan protein
70
lebih parah, seperti solusio plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak akut.
Pre eklamsia berat pada wanita hamil juga masuk kategori sebagai
pertama kali berada dalam resiko terbesar terhadap pre eklamsia berat.
Begitu juga dengan ibu usia muda <20 tahun mempunyai resiko lebih
besar terhadap hipertensi daripada ibu hamil yang berusia >35 tahun.
5.1. Kesimpulan
Ruang Teratai I Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Kota
orang (31,6%).
Sakit Umum Kota Banjar Tahun 2016 dengan -value sebesar 0,000 lebih
5.2. Saran
Umum Kota Banjar Tahun 2016 penulis memberikan saran sebagai berikut:
72
73
khususnya tentang pre eklamsia berat dan tentang deteksi dini Intra
kepada ibu hamil yang mengalami pre eklamsia berat sehingga dapat
pada ibu hamil tentang pencegahan preeklamsia berat dan kematian janin
IUFD.