Anda di halaman 1dari 28

Pan

dua
nPen
yusu
nanD
okume
n
P
ere
nca
naa
nPemba
ngu
nanDe
sa
PANDUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Penyesuaian Kegiatan Kedua Pendampingan Penyusunan


Dokumen Perencanaan Pembangunan Usaha

Program Pelestarian Habitat Badak Sumatera


Melalui Peran Masyarakat Sekitar Taman Nasional Way Kambas

SK.4.7.3.

Juni
2020
Panduan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Desa.
Copyright © YAPEKA

ISBN : 978-602-52324-5-9

Penyusun : Fajar Saputra


Editor : Nano Sudarno

Tata letak isi : Fajar Saputra


Ilustrasi Sampul : Fajar Saputra

Penerbit : YAPEKA

Redaksi :
Jl. Walikukun Blok M No.10, RT.01/RW.05, Sukadamai, Tanah Sereal
Kota Bogor, Jawa Barat 16165
Email yapeka@yapeka.or.id

Cetakan Pertama Juni 2020


Pengantar

Sejak bulan Mei 2018, Yapeka telah mendukung kegiatan Balai Taman Nasional Way
Kambas (TNWK) di wilayah penyangga kawasan dalam melakukan kegiatan
pendampingan di 6 (enam) desa yaitu Desa Labuhan Ratu 7, Desa Labuhan Ratu 9, Desa
Labuhan Ratu 6 (Kecamatan Labuhan Ratu), Desa Braja Yekti, Desa Braja Luhur
(Kecamatan Braja Slebah) dan Desa Sukorahayu (Kecamatan Labuhan Maringgai).
Kegiatan ini didukung oleh Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Sumatera dalam
konteks program “Pelestarian Habitat Badak Sumatera Melalui Peran Serta Masyarakat
Sekitar Taman Nasional Way Kambas”.

Sampai bulan Maret tahun 2019, Yapeka telah memfasilitasi 2 (dua) kali kegiatan
pelatihan tentang regulasi desa (pembangunan desa dan peraturan desa) khusunya
mengenai Permendagri 114/2014 tentang perencanaan pembangunan desa, dan 2
(dua) kali kegiatan pelatihan tentang integrasi kegiatan-kegiatan yang mendukung
perlindungan TNWK kedalam dokumen pembangunan desa serta 1 (satu) kali kegiatan
pendampingan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan desa.

Dengan kondisi merebaknya COVID 19 di Indonesia dan adanya arahan dari pihak
Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Sumatera agar melakukan penyesuaian/modifik
kegiatan kepada para mitranya. Maka, kami selaku mitra TFCA-Sumatera melakukan
penyesuaian/modifikasi untuk kegiatan pendampingan penyusunan dokumen
perencanaan pembangunan desa yang seharusnya dilakukan dengan kegaiatan
asistensi melalui tatap muka, menjadi penyusunan buku panduan.

Semoga buku panduan ini mampu memberikan pengetahuan bagi tim penyusun
RPJMDesa atau RKPDesa dalam mengintegrasikan kegiatan-kegiatan yang mendukung
perlindungan TNWK kedalam dokumen perencanaan pembangunan desanya masing-
masing, khususnya bagi desa-desa dampingan Yapeka yang berada di sekitar kawasan
Taman Nasional Way Kambas.

Bogor, Mei 2020


Daftar Isi

A. Hakikat Desa......................................................................................................2

B. Tata Kelola Desa ............................................................................................... 4

C. Perencanaan Pembangunan Desa ............................................................. 5

D. Perencanaan Pembangunan Desa Penyangga Taman Nasional .. 13


A. Hakikat Desa

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada saat ini, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu
dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera.

Kemajuan desa, atau desa maju, bukan dalam pengertian modernisasi atau
westernisasi (kebarat-baratan), bukan juga mengubah seluruh desa menjadi
kota atau menjadi kelurahan. Desa harus semakin maju tetapi tidak
meninggalkan tradisi, dan tetap merawat tradisi tetapi tidak ketinggalan jaman.
Kemajuan desa (desa maju) dapat dimaknai sebagai transformasi atau
perubahan menuju kehidupan dan penghidupan desa yang lebih baik. Tolok
ukur kemajuan desa antara lain ketersediaan sarana dan prasarana desa yang
lebih baik, pelayanan dasar yang semakin baik, melek informasi dan teknologi,
ekonomi yang menguat, kualitas hidup manusia yang kian meningkat, dan lain
sebagainya.

Desa maju juga paralel dengan desa kuat dan desa mandiri. Desa kuat dan desa
mandiri merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam desa
kuat terdapat kemandirian desa, dan dalam desa mandiri terdapat kandungan
desa kuat. Kapasitas tentu merupakan jantung dalam desa kuat dan desa
mandiri. Tetapi secara khusus dalam desa kuat terdapat dua makna penting.

Pertama, desa memiliki legitimasi di mata masyarakat desa. Masyarakat


menerima, menghormati dan mematuhi terhadap institusi, kebijakan dan
regulasi desa. Tentu legitimasi bisa terjadi kalau desa mempunyai kinerja dan
bermanfaat secara nyata bagi masyarakat, bukan hanya manfaat secara
administratif, tetapi juga manfaat sosial dan ekonomi. Kedua, desa
memperoleh pengakuan dan penghormatan (rekognisi) dan kepercayaan dari
pihak negara (institusi negara apapun), pemerintah daerah, perusahaan, dan
lembaga-lembaga lain.

Desa yang demokratis serupa dengan makna “rakyat berdaulat secara politik”.
Demokrasi merupakan keharusan dalam penyelenggaraan desa yang secara
jelas tertuang di dalam UU No 6 tahun 2014 tentang Desa. Jika rekognisi dan
subsidiaritas merupakan solusi terbaik untuk menata ulang hubungan desa
dengan negara, maka demokrasi merupakan solusi terbaik untuk menata ulang
hubungan antara desa dengan warga atau antara pemimpin desa dengan
warga masyarakat. Rekognisi, subsidiaritas dan demokrasi merupakan satu
kesatuan dalam UU Desa. Rekognisi dan subsidiaritas, seperti halnya
desentralisasi, hendak membawa negara, arena dan sumberdaya lebih dekat
kepada desa; sementara demokrasi hendak mendekatkan akses rakyat desa
pada negara, arena dan sumberdaya.

Tanpa demokrasi, rekognisi-subsidiaritas dan kemandirian desa hanya akan


memindahkan korupsi, sentralisme dan elitisme ke desa. Sebaliknya, demokrasi
tanpa rekognisi-subsidiritas hanya akan membuat jarak yang jauh antara rakyat
dengan arena, sumberdaya dan negara.
B. Tata Kelola Desa

1. Kewenangan Desa

Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan


Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Kewenangan Desa
meliputi:

• kewenangan berdasarkan hak asal usul;


• kewenangan lokal berskala Desa;
• kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
• kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Tata Kelola Desa yang Demokratis

Proses tata kelola desa yang demokratis dapat dilihat pada skema berikut.

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa, yang terdiri dari


Kepala Desa yang dibantu oleh Perangkat Desa. Kepala Desa dipilih langsung
oleh penduduk Desa. Kepala Desa yang terpilih memegang jabatan selama 6
(enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan, dan dapat menjabat paling
banyak tiga kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut. Sementara itu, Perangkat Desa terdiri atas sekretariat Desa, pelaksana
kewilayahan, dan pelaksana teknis.

Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan


Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk
memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, seperti perencanaan Desa, kerja sama Desa, rencana
investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM Desa, penambahan dan
pelepasan Aset Desa, serta kejadian luar biasa.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa


berdasarkan keterwakilan wilayah yang pemilihannya dilakukan secara
demokratis. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi membahas dan
menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa (RPJMDes dan
RKP Desa), menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa serta
melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Dalam hal ini akan terjadi Check
and balances antara Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum (PemDes, MusDes, BPD dan


masyarakat), memiliki 4 kewenangan utama yang mendapatkan dukungan
eksternal berupa Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak Daerah dan
bantuan keuangan; serta dukungan internal berupa Aset Desa, Swadaya
Masyarakat dan SDA/SDM/Sumber daya lainnya.

C. Perencanaan Pembangunan Desa

Pembangunan Desa memiliki arti sebagai sebuah upaya peningkatan kualitas


hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Pembangunan Desa itu sendiri memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi
lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Pembangunan Desa terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Selain itu, dalam prosesnya, pembangunan
Desa mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan
guna mewujudkan pengarus-utamaan perdamaian dan keadilan sosial.
Secara umum, perencanaan memiliki banyak definisi, diantaranya yaitu:

➢ Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan


yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia (Undang Undang no. 25 tahun 2004).
➢ Suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan
datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya.
➢ Suatu cara rasional untuk mempersiapkan masa depan.
➢ Suatu kegiatan terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu di
dalam waktu tertentu.

Dari definisi tersebut, maka perencanaan memiliki dua unsur penting, yakni:
• Unsur hal yang ingin dicapai
• Unsur cara untuk mencapainya.

Dalam penjabarannya, di dalam proses perencanaan dikenal berbagai


nomenklatur-nomenklatur seperti visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan,
program, proyek, aktifitas, dan lain-lain.

Maka perencanaan pembangunan desa dapat diartikan sebagai proses tahapan


kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan
Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan desa.

Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan


kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
Kabupaten/Kota. Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara berjangka
meliputi:

• RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa)


adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6
(enam) tahun.
• RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) atau Rencana Kerja
Pemerintah Desa merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Peraturan Desa tentang RPJMDes dan RKPDes merupakan satu-satunya


dokumen perencanaan di Desa dan merupakan pedoman dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
1. Penyusunan RPJMDes

Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan
pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Tujuan
dari RPJM Desa, yaitu:

• Mewujudkan perencanaan pembangunan desa sesuai dengan


kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat;
• Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat terhadap
program pembangunan di desa;
• Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa;
• Menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat
dalam pembangunan di desa.

Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan


mengikutsertakan unsur masyarakat Desa, yang melalui tahapan penyusunan
RPJM Desa, sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim Penyusun

Tim penyusun RPJM Desa terdiri dari kepala Desa selaku pembina; sekretaris
Desa selaku ketua; ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris;
dan anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan
masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat
lainnya. Tim penyusun berjumlah antara tujuh sampai sebelas orang dan harus
mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun ini ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa.

2. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan Kabupaten

Tim penyusun RPJM Desa melakukan penyelarasan arah kebijakan


pembangunan Kabupaten/Kota dengan tujuan mengintegrasikan program dan
kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota dengan pembangunan Desa. Selain
itu, kegiatan ini juga memiliki tujuan lain, yaitu agar RPJMDesa yang telah
disusun menjadi prioritas dan efisiensi dalam penyerapan anggaran Kabupaten,
serta Mendukung Target Pembangunan Daerah.

Kegiatan penyelarasan penyelarasan kebijakan Kabupaten/Kota, meliputi:


• Penyelarasan dokumen RPJMD Kabupaten tentang Program
Pembangunan Prioritas ke wilayah desa target.
• Penyelarasan dokumen RTRW Kabupaten tentang Arahan Struktur
dan Pola Ruang pada wilayah desa target.
• Penyelarasan RKPD dan Renja tentang Program Kerja Prioritas OPD
dan arahan program pada wilayah desa target.

3. Pengkajian keadaan desa

Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa, yaitu kondisi yang menggambarkan
situasi yang ada di Desa, baik mengenai sumber daya manusia, sumber daya
alam maupun sumber daya lainnya, serta dengan mempertimbangkan, antara
lain, keadilan gender, pelindungan terhadap anak, pemberdayaan keluarga,
keadilan bagi masyarakat miskin, warga disabilitas dan marginal, pelestarian
lingkungan hidup, pendayagunaan teknologi tepat guna dan sumber daya
lokal, pengarus-utamaan perdamaian, serta kearifan lokal. Kegiatan yang
dilakukan pada tahapan ini meliputi:

• Penyelarasan data Desa, dilakukan dengan melakukan pengambilan


data dari dokumen data Desa, serta pembandingan data Desa dengan
kondisi Desa terkini. Data yang diselaraskan tersebut adalah sumber
daya alam, sumber daya manusia, sumber daya pembangunan, dan
sumber daya sosial budaya yang ada di Desa. Hasil kegiatan ini
dijadikan sebagai bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.

• Penggalian gagasan masyarakat, dilakukan untuk menemukenali


potensi dan peluang pendayagunaan sumber daya Desa, dan masalah
yang dihadapi Desa. Kegiatan ini dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan seluruh unsur masyarakat Desa sebagai sumber data dan
informasi. Para unsur masyarakat melakukan musyawarah dusun/
khusus dengan cara diskusi kelompok secara terarah yang di damping
oleh tim penyusun RPJM Desa untuk menentukan usulan rencana
kegiatan, seperti penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
• Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa, yang tertuang
ke dalam berita acara, yang berisi tentang data Desa yang sudah
diselaraskan, data rencana program pembangunan Kabupaten/Kota
yang akan masuk ke Desa, data rencana program pembangunan
kawasan perdesaan dan hasil rekapitulasi usulan rencana kegiatan
pembangunan Desa dari dusun dan/atau kelompok masyarakat.
Selanjutnya, laporan pengkajian keadaaan desa disampaikan kepada
kepala desa yang kemudian diserahkan ke BPD.

4. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah dusun

Musyawarah Desa yang diselenggarakan oleh BPD membahas dan menyepa-


kati laporan hasil pengkajian keadaan Desa, rumusan arah kebijakan
pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi kepala Desa, serta
rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa sebagaimana
dituangkan ke dalam berita acara dan menjadi pedoman bagi pemerintah Desa
dalam menyusun RPJM Desa.

5. Penyusunan rancangan RPJM Desa

Tim penyusun RPJM Desa menyusun Dokumen rancangan RPJM Desa


berdasarkan berita acara dan selanjutnya diperiksa oleh kepala desa. Jika masih
ada perbaikan, tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan
arahan kepala Desa hingga dokumen tersebut disetujui.

6. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah


perencanaan pembangunan desa

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan


Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa.
Pada tahapan ini diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa,
dan unsur masyarakat.

7. Penetapan RPJM Desa

Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan


dokumen rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah
perencanaan pembangunan Desa. Rancangan RPJM Desa akan menjadi
lampiran rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.

2. Penyusunan RKP Desa

RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 tahun.
RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli dan ditetapkan
dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan September. RKP Desa
memiliki tujuan, antara lain:
• Menjabarkan RPJM Desa dalam perencanaan untuk periode 1(satu)
tahun yang berkekuatan hukum tetap.
• Menetapkan Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa
(DU-RKP-Desa) tahunan yang sifatnya baru, rehab maupun lanjutan
kegiatan pembangunan untuk dilaporkan kepada Bupati/Walikota
melalui camat sebagai bahan dasar RKP Daerah Kabupaten;
• Menetapkan RKP-Desa tahunan untuk dianggarkan dalam APB Desa,
APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, pihak ketiga maupun
swadaya masyarakat;
• Menetapkan rancangan kerangka ekonomi; menetapkan program dan
kegiatan prioritas; menetapkan kerangka pendanaan;
• Sebagai dasar penyusunan Peraturan Desa tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa).

Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa


dengan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui musyawarah Desa

BPD menyelenggarakan musyawarah Desa dalam rangka penyusunan rencana


pembangunan Desa, yang hasilnya akan menjadi pedoman bagi pemerintah
Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa dan daftar usulan RKP Desa.
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi:
• Mencermati ulang dokumen RPJM Desa
• Menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
• Membentuk tim verifikasi yang berasal dari warga masyarakat Desa
dan/atau satuan kerja perangkat daerah Kabupaten/Kota yang sesuai
dengan jenis kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan

2. Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa

Tim penyusun penyusun RKP Desa terdiri dari kepala Desa selaku pembina;
sekretaris Desa selaku ketua; ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku
sekretaris; dan anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga
pemberdayaan masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur
masyarakat lainnya. Tim penyusun berjumlah antara tujuh sampai sebelas
orang dan harus mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun ini ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa.
3. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan
Masuk ke Desa

Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa yang
meliputi:
• Rencana dana Desa yang bersumber dari APBN
• Rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota
• Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Kabupaten/Kota
• Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah provinsi dan anggaran pendapatan belanja daerah
Kabupaten/Kota.

Tim penyusun RKP Desa juga melakukan penyelarasan rencana program/


kegiatan yang masuk ke Desa yang meliputi:

• Rencana kerja pemerintah Kabupaten/Kota;


• Rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota;
• Hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh dewan perwakilan rakyat
daerah Kabupaten/Kota.

4. Pencermatan Ulang RPJM Desa

tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan
pembangunan Desa untuk satu tahun anggaran, yang akan menjadi dasar bagi
dalam menyusun rancangan RKP Desa.

5. Penyusunan Rancangan RKP Desa

Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:


• Hasil kesepakatan musyawarah Desa
• Pagu indikatif Desa
• Pendapatan asli Desa
• Rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah Kabupaten/Kota
• Jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD Kabupaten/Kota;
• Hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
• Hasil kesepakatan kerjasama antar Desa
• Hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga

Isi dari rancangan RKP Desa, yaitu:


• Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya
• Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh
Desa
• Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui
kerja sama antar-Desa dan pihak ketiga
• Rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh
Desa sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota
• Pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa
dan/atau unsur masyarakat Desa.

6. Penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan


Desa

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan


Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa,
yang diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur
masyarakat. Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat Desa.

7. Penetapan RKP Desa

Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RKP Desa melakukan perbaikan


dokumen rancangan RKP Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah
perencanaan pembangunan Desa. Rancangan RKP Desa akan menjadi lampiran
rancangan peraturan Desa tentang RKP Desa.

D. Perencanaan Pembangunan Desa Penyangga Taman Nasional

1. Kawasan Perdesaan

Menurut UU 26/2007 Tentang Penataan Ruang, kawasan perdesaan dapat


didefinisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Wilayah sendiri memiliki arti sebagai
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrative dan/atau
aspek fungsional.
Tujuan pembentukan kawasan perdesaan, yaitu:

➢ Mendorong ekonomi yang memiliki nilai tambah


• Sumber keterbelakangan desa karena hanya memproduksi bahan baku
• Kesejahteraan berasal dari sektor pengolahan (yang memiliki nilai
tambah)
• Syarat yang harus dipenuhi harus memiliki skala ekonomi yang hanya
dapat diperoleh pada level kawasan perdesaan, bukan desa.

➢ Memperkuat posisi tawar


Selama ini pelaku ekonomi desa hanya bisa sebagai “price taker” (penerima
harga) sebab terpecah dalam individu/kelompok kecil. Bila Mereka
bergabung dalam kawasan dan dikelola oleh BUMDesa Bersama, maka
posisi tawar mereka akan kuat dan memungkinkan menjadi “price maker”
(penentu harga).

➢ Mencegah kanibalisme antar desa


Jika desa dibiarkan berkompetisi satu dengan yang lain, maka mereka akan
saling mematikan dan menguntungkan pelaku ekonomi besar (di kota).
Untuk itu, desa-desa perlu diajak berkolaborasi (cooperation), bukan
berkompetisi (competition), agar menghasilkan kesejahteraan bersama.

Perbedaan pembangunan desa dan kawasan perdesaan, yaitu sebagai berikut:


Fungsi kawasan perdesaan, yaitu:

➢ Pendalaman pembangunan (Deepening)


Kegiatan ekonomi yang terjadi tidak hanya di level desa tetapi menyatukan
potensi setiap desa menjadi satu aktivitas kegiatan pembangunan yang
memiliki bobot yang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

➢ Jembatan relasi Desa-Kota (Bridging)


Membangun kerjasama antar desa melalui pembentukan kawasan
perdesaan dapat mengurangi ketimpangan sehingga mendorong
hubungan yang setara antara desa dan kota.

➢ Optimalisasi kerjasama multipihak (Collaborating)


Kawasan perdesaan menjadi solusi terbaik sebagai sarana
mengorganisasikan banyak pemangku kepentingan (pemerintah, dunia
usaha, perguruan tinggi, LSM, Ormas, dunia internasional, dsb) menjadi
satu kesatuan kekuatan yang besar untuk membangun desa secara
bersama-sama.

➢ Pengendalian bangunan (Controlling)


Fasilitasi dan supervisi program/kegiatan pembangunan lebih mudah
dilakukan pada level kawasan perdesaan dibandingkan dilakukan pada
level desa per desa yang jumlahnya amat banyak.

Syarat pembangunan kawasan perdesaan, yaitu:

➢ Konsensus kesepakatan antar desa


Kawasan perdesaan terbentuk karena adanya kesadaran kolektif antar
desa, bukan merupakan keinginan pemerintah atau pihak lain.
Keberhasilan kawasan perdesaan sangat tergantung dari kesanggupan
membangun konsensus antara desa-desa tersebut, mulai menentukan
potensi yang akan dikembangkan lokus dan fokus program/kegiatan
pembangunan, organisasi dan pengelola kegiatan sampai distribusi hasil
yang diperoleh.

➢ Keterpaduan hulu-hilir
Pembangunan kawasan perdesaan berorientasi pada nilai tambah, artinya
meneruskan aktivitas ekonomi primer yang diselenggarakan di desa. Oleh
karena itu, fokus hilirisasi dengan memadukan potensi mulai dari hulu
menjadi tantangan pembangunan kawasan perdesaan.

➢ Kelembagaan (organisasi dan aturan main)


Kelemahan utama dari ekonomi desa adalah keberadaan organisasi
ekonomi yang mapan. Problem ini dapat diselesaikan melalui kawasan
perdesaan, dimana seluruh sumber daya ekonomi antar desa
diorganisasikan menjadi gerakan yang sistematis mulai dari investasi,
produksi, sampai pemasaran. BUMDesa dan BUMDesa Bersama menjadi
alternatif organisasi ekonomi di kawasan perdesaan.

➢ Komunitas
Pembangunan kawasan perdesaan merupakan saham dari seluruh warga
masyarakat desa. Pusat gerakan adalah rakyat (komunitas) dan hal ini lah
yang menjadi penanda pentingnya mengembangkan ekonomi di kawasan
perdesaan.

➢ Keberlanjutan pembangunan
Pembangunan kawasan perdesaan akan berkesinambungan jika titik
tumpunya adalah komunitas. Tanpa kekuatan komunitas, pembangunan
kawasan perdesaan hanya merupakan replikasi pembangunan yang tidak
bermanfaat dan tidak akan berkesinambungan.
Kriteria Produk Unggulan Desa / Kawasan Perdesaan Penyangga Taman
Nasional Way Kambas, yaitu:

• Kelimpahan SDA sebagai Bahan Baku


• Kapasitas Produksi
• Aksesibilitas
• Ketrampilan Masyarakat
• Kelembagaan Produksi
• Kelembagaan Pemasaran
• Tata Niaga
• Potensi Pasar (Lokal, Regional, Nasional)
• Potensi Industri Pengolahan
• Dukungan terhadap konservasi hutan
2. Kegiatan Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan di Perdesaan

Model Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan di Perdesaan, yaitu:

➢ Multi Agriculture (Multifungsi Pertanian), kebijakan yang dilakukan


adalah aktivitas pertanian yang tidak hanya bertumpu pada tanaman dan
peternakan, namun juga untuk agrowisata, pengolahan dan penggunaan
teknologi pertanian raman lingkungan.

➢ Cultural Tourism (Wisata Budaya), kebijakan yang dilakukan adalah


pembangunan desa berbasis sumberdaya alam dan budaya lokal agar
menjamin kelestarian SDA dan budaya setempat sebagai “Icon” desa.

➢ Smart Village (Desa Cerdas), kebijakan yang dilakukan adalah dukungan


teknologi informasi dan penguatan kelembagaan desa untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan di wilayah desa.

➢ Integrated (Desa Terpadu), kebijakan yang dilakukan adalah fokus pada


pengelolaan dan pelayanan terpadu antar berbagai komponen utama di
perdesaan dalam rangka meningkatkan daya saing produk desa.

Kegiatan Lingkungan di dalam PerMendgri no 20, tahun 2018, yaitu:

a. Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa


• Penyusunan Kebijakan Desa (Perdes, PerKades) di luar RPJM dan
Keuangan, contohnya penyusunan kebijakan Perlindungan SDA Desa.
• Pengembangan Sistem Informasi Desa, contohnya pembuatan
Informasi Lingkungan.
• Koordinasi/Kerjasama Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
Pembangunan Desa, contohnya kerjasama antar desa di bidang
lingkungan.

b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa


• Pelatihan dan Penyuluhan Pendidikan Bagi Masyarakat, contohnya
Pendidikan Lingkungan Hidup.
• Pembangunan dan Pemeliharaan embung desa
• Penyusunan Dokumen Tata Ruang Desa, contohnya membuat proyeksi
kawasan pemukiman, budidaya dan kawasan lindung di wilayah desa.
• Pembangunan,rehabilitasi, Pemeliharaan sumber air bersih desa
• Pembangunan,rehabilitasi, Pemeliharaan Sumur Resapan Milik desa
• Pembangunan,rehabilitasi, Pemeliharaan fasilitas pengelolaan sampah
Desa
• Penyelenggaran Informasi Publik, contohnya pembuatan poster/baliho
lingkungan)
• Pembangunan/rehabilitasan dan pemeliharaan sarana prasarana
energi alternatif desa
• Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana prasarana Pariwisata Desa
• Pengembangan Pariwisata Desa
• Sub bIdang Kehutanan dan Lingkungan hidup, berupa kegiatan
Pengelolaan Hutan Milik Desa (HD- Perhutanan Sosial), Pengelolaan
Lingkungan Hidup Desa (Pembibitan, rehabilitasi/restorasi hutan, dll),
Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan/penyadaran lingkungan hidup bagi
masyarakat.

c. Bidang Pembinaan Masyarakat Desa


• Pembangunan Pos Kesiapsiagaan Bencana Skala Lokal Desa
• Pelatihan Tanggap Bencana Skala Lokal Desa
• Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan bidang Hukum dan Perlindungan
masyarakat, dapat dilakukan kegiatan tentang hukum lingkungan dan
hutan
• Pembinaan Group Kesenian dan Budaya Desa
• Penyelenggaraan Festival kesenian dan budaya

d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat


• Pembangunan/rehabilitasi dan Pemeliharaan karamba/perikanan darat
milik desa
• Bantuan bibit perikanan
• Pelatihan/BIMTEK Teknologi tepat guna perikanan darat
• Penguatan ketahanan pangan
• Pelatihan/Bimtek Teknologi tepat guna pertanian dan peternakan
• Pengembangan Sarana/prasarana UMKM dan Koperasi, contohnya
membangun usaha ramah lingkungan
• Pengadaan teknologi tepat guna untuk pengembangan ekonomi desa
non pertanian, contohnya membangun Biogas

Kegiatan Lingkungan Prioritas Dana Desa 2020, yaitu:

a. Bidang Pembangunan Desa


• Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana lingkungan pemukiman, antara lain alat pemadam
kebakaran hutan dan lahan; sumur resapan; tempat pembuangan
sampah; gerobak sampah; kendaraan pengangkut sampah; mesin
pengolah sampah; pembangunan ruang terbuka hijau; dan
pembangunan bank sampah Desa.
• Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan, sarana
dan prasarana energi, antara lain pembangkit listrik tenaga mikrohidro;
pembangkit listrik tenaga matahari; pembangkit listrik tenaga angin;
dan instalasi biogas.
• Pengadaan, pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana informasi dan komunikasi, antara lain jaringan internet
untuk warga Desa; Website Desa; dan Radio Single Side Band.
• Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana
prasarana produksi dan pengolahan hasil usaha pertanian dan/atau
perikanan untuk ketahanan pangan dan usaha pertanian berskala
produktif yang difokuskan kepada pembentukan dan pengembangan
produk unggulan Desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan,
antara lain pembangunan atau perbaikan embung desa; kolam ikan;
mesin pakan ternak; sarana budidaya ikan (benih, pakan, obat, kincir
dan pompa air); alat penangkap ikan ramah lingkungan (bagan, jaring,
pancing, dan perangkap); alat bantu penangkapan ikan (rumpon dan
lampu); dan keramba jaring apung.
• Pengadaan, pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana jasa serta usaha industri kecil dan/atau industri rumahan
yang difokuskan kepada pembentukan dan pengembangan produk
unggulan Desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan, antara
lain mesin packaging kemasan; roaster kopi; dan alat pengolahan hasil
perikanan.
• Pengadaan, pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana Desa Wisata, antara lain ruang ganti dan/atau toilet;
pergola; gazebo; lampu taman; pagar pembatas; pondok wisata
(homestay); panggung kesenian/pertunjukan; kios cenderamata; pusat
jajanan kuliner; tempat ibadah; menara pandang (viewing deck); gapura
identitas; wahana permainan anak; wahana permainan outbound; 15)
taman rekreasi; tempat penjualan tiket; angkutan wisata; tracking
wisata mangrove; peralatan wisata snorkeling dan diving; papan
interpretasi; sarana dan prasarana kebersihan; pembuatan media
promosi (brosur, leaflet, audio visual); dan internet corner.
• Pengadaan, pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana Teknologi Tepat Guna (TTG), antara lain mesin sangrai
kopi; pengolahan limbah sampah; dan kolam budidaya.
• Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana
prasarana untuk pelestarian lingkungan hidup antara lain kolam untuk
mata air; plesengan sungai; pencegahan kebakaran hutan;
pembangunan talud; papan informasi lingkungan hidup; dan
pemulihan stock ikan (restocking) lokal.

b. Bidang Pemberdayaan Masyarakat


• Pengelolaan kegiatan pelayanan Pendidikan dan kebudayaan, antara
lain pelatihan dan penyelengaraan kursus seni budaya; bantuan
pemberdayaan bidang seni, budaya, agama, olahraga, dan pendidikan
non formal lainnya; pelatihan pembuatan film dokumenter, jurnalis,
pembuatan dan penggunaan media, blog, dan internet (film, foto,
tulisan, vlog, dan media lainnya); pelatihan Pembuatan produk/karya
kreatif yang merupakan keunikan/ke- khas-an Desa tersebut sesuai
kebutuhan pasar; pelatihan pelaku ekonomi kreatif pemula bagi
masyarakat Desa; pendidikan keterampilan non-formal berbasis
potensi Desa.
• Pengelolaan sarana prasarana Desa berdasarkan kemampuan teknis
dan sumber daya lokal yang tersedia, antara lain pengolahan limbah
peternakan untuk energi biogas; pembuatan bioethanol dari ubi kayu.
• untuk ketahanan pangan dan usaha pertanian yang difokuskan kepada
pembentukan dan pengembangan produk unggulan Desa dan/atau
produk unggulan kawasan perdesaan, antara lain perbenihan tanaman
pangan; pembibitan tanaman keras; pembenihan ikan air tawar;
pengelolaan usaha hutan Desa; pengelolaan usaha hutan sosial;
pengadaan bibit/induk ternak.
• Pembentukan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat yang
difokuskan kepada pembentukan dan pengembangan produk
unggulan Desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan, antara
lain hutan kemasyarakatan; hutan tanaman rakyat; kemitraan
kehutanan; pembentukan usaha ekonomi masyarakat; bantuan sarana
produksi, distribusi dan pemasaran untuk usaha ekonomi masyarakat.
• Pelestarian Lingkungan Hidup, antara lain kegiatan pembibitan pohon
langka; reboisasi; Rehabilitasi lahan gambut; pembersihan daerah
aliran sungai; pemeliharaan hutan bakau; pelatihan rehabilitasi
mangrove; pelatihan rehabilitasi terumbu karang; dan pelatihan
pengolahan limbah.
• Mengembangkan program dan kegiatan pembangunan Desa secara
berkelanjutan dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan
sumber daya alam yang ada di Desa, antara lain penyusunan arah
pengembangan Desa; penyusunan rancangan program/kegiatan
pembangunan Desa yang berkelanjutan; dan penyusunan rencana
pengelolaan Lingkungan hidup di Desa.

3. Penyusunan Rencana yang Terintegrasi Program Lingkungan Berbasis


Desa Penyangga Kawasan Taman Nasional Way Kambas

Integrasi Pembangunan Lingkungan Memerlukan Kolaborasi Desa dan Taman


Nasional Way Kambas (TNWK) yaitu integrasi RPJMDes dengan Program
TNWK. Beberapa konteks yang perlu diintergrasikan, antara lain yaitu:

➢ Konteks Konservasi, aktivitas ekonomi desa penyangga meningkatkan


kemungkinan dampak negatif dan positif terhadap TNWK. Dampak positif
dimaksimalkan, dampak negatif diminimalkan. Maka dari itu, perlu dikelola
dengan program lingkungan di desa.

➢ Konsteks Kegiatan Ekonomi Masyarakat, Keberlanjutan kegiatan


ekonomi masyarakat dapat terjamin jika ekosistem TNWK lestari, sehingga
sumber mata air masih tetap terjadi, kegiatan pariwisata bisa berjalan, tidak
terjadi konflik manusia-satwa, dan lain sebagainya.

➢ Konteks Pasar dan Kebijakan Daerah, TNWK merupakan pasar tujuan


wisata yang tentunya berdampak pada peningkatan ekonomi desa
penyangga (jika mampu menangkap peluang). Prioritas kebijakan
Kabupaten Lampung Timur ke desa penyangga adalah Pariwisata Terpadu
dan pertanian (peternakan) terpadu berkelanjutan.

Tahap penyusunan perencanaan desa yang terintegrasi program lingkungan,


yaitu:
➢ Menggali potensi dan masalah lingkungan yang ada di desa terkait dengan
kawasan Taman Nasional Way Kambas, baik yang terkait secara langsung
maupun tidak langsung.
➢ Menentukan program apa yang dapat dilakukan dalam upaya
memperbaiki lingkungan di desa dan berdampak positif pada Taman
Nasional Way Kambas.
➢ Pengintegrasian program lingkungan ke dalam RPJMDes.
➢ Membuat prioritas dan tahapan program selama enam tahun.

Pada saat penyusunan RPJM Desa, maka bagian yang paling penting terdapat
pada tahap Penyelarasan arah kebijakan Lingkungan Kabupaten, Provinsi,
Nasional (tahap kedua proses penyusunan RPJM Desa) dan Pengkajian
Keadaan Desa (tahap ketiga proses penyusunan RPJM Desa).

Pada awal penyusunan RPJM Desa yang terintegrasi isu lingkungan, maka
proses awal yang harus dilakukan adalah menyelaraskan program lingkungan
yang termuat di RPJMD dan RKPD, mengecek prioritas penggunaan dana Desa
terkait isu lingkungan, serta mengecek program prioritas TNWK dan zonasi
kawasan. Selanjutnya, pada tahap pengkajian keadaan desa, perlu dilakukan
penggalian potensi potensi dan masalah lingkungan yang terkait dengan
kawasan Taman Nasional, serta penentuan program yang dapat dilakukan
dalam upaya memperbaiki dan menjaga lingkungan di desa dan berdampak
positif pada Taman Nasional Way Kambas.

Setalah RPJM Desa ditetapkan, maka selanjutnya penyusunan RKP Desa. Dalam
hal ini, yang harus dilakukan pengecekan kode rekening terkait program
lingkungan pada Permendagri 20/2018, serta pengecekan jenis kegiatan
prioritas Dana Desa terkait isu lingkungan.

Selanjutnya, proses pengintegrasian program lingkungan ke RKP Desa. Pada


prosesnya dilakukan kegiatan lokakarya, yang dilaksanakan sedikit dua kali
dalam satu tahun. Hasil lokakarya memberikan input dalam penyusunan RKP
Desa tahun selanjutnya.

Lokakarya dilaksanakan melalui pertemuan di tingkat desa dengan melibatkan


unsur pemerintahan desa (Kepala Desa, aparatur Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa), tokoh agama, tetua adat, tokoh masyarakat,
kelompok masyarakat, kelompok perempuan dan pemuda serta para pihak
lainnya yang berkepentingan terhadap pembangunan desa dan pelaksanaan
program lingkungan di tingkat desa. Sangat disarankan untuk menghadirkan
pula perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah yang terkait. Dari kegiatan
lokakarya, hasil yang diharapkan berupa:
➢ Rumusan arah kebijakan pembangunan desa dan program lingkungan
desa terkait dukungan konservasi Taman Nasional Way Kambas.
➢ Luas areal kawasan Taman Nasional Way Kambas yang akan didukung
pelestarian dan perlindungannya oleh Desa.
➢ Rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa,
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan
masyarakat desa serta program lingkungan berbasis desa tahun
selanjutnya.
➢ Target aktivitas negatif yang ingin dikurangi dan aktivitas positif yang ingin
ditingkatkan pada tahun selanjutnya.
➢ Sinkronisasi program pembangunan desa dan agenda program lingkungan
di tingkat desa dan antar desa.

Penekanan dalam Program Lingkungan Desa adalah kemampuan masyarakat


melakukan pemantauan dan melaporkan pelaksanaan program lingkungan di
wilayah mereka. Untuk itu maka kepada masyarakat perlu diberikan pelatihan
guna memperkenalkan pedoman kerangka pengaman sosial, secara khusus
ditekankan pada mekanisme pengaduan.

Mekanisme Pemantauan

Secara umum, pemantauan dalam Program Lingkungan meliputi 3 (tiga)


mekanisme yaitu:
➢ Laporan bulanan pelaksana kegiatan desa.
➢ Kunjungan lapangan.
➢ Pemantauan Program Bersama Taman Nasional Way Kambas.

Mekanisme Evaluasi

Dengan memilih pendekatan berbasis desa, maka indikator keberhasilan yang


digunakan dalam program lingkungan adalah Indeks Desa Membangun
(IDM) sebagaimana disusun oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi. Indeks ini memandang bahwa pemulihan,
pelestarian, perlindungan kawasan hutan (TNWK) memiliki kaitan erat dengan
kesejahteraan masyarakat, khususnya di tingkat desa.
Di
t er
bit
kanuntukmembant uti
m penyus
unRPJMDesaatau
RKPDesamengintegrasi
kankegiat
anyangmendukung
per
lindungankawasanTamanNas ionalWayKambaskedalam
dokumenPerencanaanPembangunanDesa

Ker
jas
amaant
ara

Anda mungkin juga menyukai