Disusun Oleh :
PRODI KEPERAWATAN
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
perlu banyak belajar dalam penulisan ini. Dalam penulisan makalah ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berguna di masa
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit tropis merupakan penyakit yang sering terjadi pada wilayah tropis dan
daerah tropis. Penyakit tropis merupakan salah satu bentuk penyakit yang sering
terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis, tidak hanya di Indonesia tapi hampir
semua negara berkembang penyakit tropis ini dapat mewabah dengan cepat dan
menjadi salah satu faktor morbiditas dan mortalitas, untuk mengurangi angka kematian
lingkungan atau tempat tinggal yang kotor beberapa penyakit tropis dan infeksi yaitu
diare, tetanus, tifoid penyakit tropis jenis ini dapat disebabkan bakteri maupun virus.
dan anak balita (anak usia 1 bulan - <5 bulan) di Indonesia (Riskesdes, 2007),
sedangkan tetanus WHO mencatat bahwa 787.000 bayi meninggal karena tetanus
neoonartum (NT) dan tifoid menurut WHO diperkirakan terjadi 16 juta kasus per tahun
dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian demam tifoid ini merupakan
tropis dan infeksi dengan cara penggunaan air sumur, yang sehat dan imunisasi vaksin
Bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan
1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
1.1.2 Tujuan Khusus
d. Mengetahui konsep medis dan diagnosa keperawatan pada anak dengan penyakit
e. Mengetahui konsep medis dan diagnosa keperawatan pada anak dengan penyakit
f. Mengetahui konsep medis dan diagnosa keperawatan pada anak dengan penyakit
LANDASAN TEORI
(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam
setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya biasanya dia akan kebal
2.1.1 Etiologi
Campak, rubeola atau measles juga sebagai tampek, dabaken atau morbili
adalah penyakit infeksi yang menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu
hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan
pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun -
bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum
2.1.2 Patofisiologi
Patofisiologi campak (measles) atau rubeola dimulai saat virus campak masuk ke
tubuh melalui mukosa saluran nafas atas atau kelenjar air mata. Infeksi awal dan
replikasi virus terjadi secara lokal pada sel epitel trakea dan bronkus.
Fase viremia pertama terjadi setelah 2-4 hari setelah invasi, akibat replikasi dan
kolonisasi virus pada kelenjar limfe regional yang kemungkinan dibawa oleh makrofag
paru
Fase viremia kedua terjadi setelah 5-7 hari setelah infeksi awal akibat
pada epitel dan kulit menyebabkan gejala batuk, pilek, mata merah (3 C’s: cough,
coryza, conjunctivitis) dan demam yang semakin tinggi. Gejala akan semakin
memberat sampai hari kesepuluh setelah infeksi virus dan mulai timbul ruam
beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi. Hal ini yang menjadi faktor predisposisi
meningkatkan angka mortalitas pada anak. Jika virus mencapai paru-paru maka akan
edema pada otak dan jika bereplikasi pada susunan saraf pusat (SSP) maka dapat
2.1.3 D.Manifestasiklinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
Panas badan
Nyeri tenggorokan
pilek Coryza
Batuk ( Cough )
Bercak Koplik
Nyeri otot
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya
gejala di atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar)
maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di
wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam
waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan kaki, sedangkan ruam di
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu
tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita
beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak
a. enteritis
b. Ensephalopati,
c. Bronkopneumoni
1.Terapi
2.Pencegahan
biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman
atas.Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam
bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan
pada usia 4-6 tahun.Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat
minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
Terdapat juga vaksin MMRV, suatu kombinasi vaksin MMR dan vaksin cacar
air (varicella). Dengan adanya kombinasi ini, maka tata laksana vaksinasi lebih
sederhana, karena jumlah penyuntikan lebih sedikit dan lebih murah. Tetapi untuk
anak-anak berusia 2 tahun atau kurang, vaksin MMRV lebih memiliki efek samping
dibandingkan pemberian vaksin MMR dan vaksin cacar air secara terpisah dalam
satu hari. Terjadi penambahan kejadian febrile seizures yang terjadi 7 hingga 10 hari
gatal-gatal seperti kena campak. Tetapi vaksinasi MMRV pada usia 4 sampai 6 tahun
tidak ada bukti penambahan kejadian febrile seizure dibandingkan pemberian vaksin
2.1.6 Komplikasi
2.1.7.Diagnosa Keperawatan
anoreksi
3. Gangguan Rasa nyaman berhubungan dengan rasa gatal
diphtheriae. Difteri ialah penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah
belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-
berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.
3.1.1.Etiologi
menular melalui droplet respiratorik seperti dari batuk atau bersin atau kontak langsung
dengan sekret respiratorik, dari lesi kulit yang terinfeksi, dan dari barang-barang yang
invasif dan biasanya hanya menempati lapisan superfisial mukosa respiratorik dan lesi
ini dapat memproduksi toksin dan menyebabkan penyakit difteri berat. Selain C.
diphtheria, spesies C. ulcerans juga dapat menyebabkan penyakit difteri, terutama
difteri pada kulit. C. ulcerans dapat tersebar melalui transmisi zoonotik ke manusia dan
3.1.2.Patofisiologi
dasar patofisiologi difteri. Bakteri ini kemudian akan melepaskan eksotoksin dari
dan nekrosis.
Toksin terdiri atas dua macam protein, A dan B. Fragmen B berperan membuka
jalan bagi fragmen A untuk masuk ke dalam sel. Fragmen B akan menyebabkan
proses proteolisis melalui ikatan dengan reseptor pada permukaan sel host yang
akan masuk melalui lapisan yang hancur tersebut. Fragmen ini akan menonaktifkan
faktor elongasi EF-2 pada sel yang akan menyebabkan terjadinya blok pada sintesis
protein sel yang akan berujung pada kematian sel. Proses ini menyebabkan
fibrin, leukosit, eritrosit, sel epitel respiratorik yang mati, dan kuman. Destruksi
jaringan lokal menyebabkan toksin menyebar secara limfatik dan hematologik menuju
invasif.
3.1.3 Manifestasiklinis
menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar
getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan (membran) tebal terbentuk
Onset gejala difteri respiratorik biasanya muncul setelah fase inkubasi sekitar 2-5
hari. Gejala biasanya umum dan tidak spesifik, sering menyerupai infeksi saluran
pernapasan akibat virus. Pasien difteri dapat memiliki keluhan sebagai berikut:
1. Rasa tidak nyaman di badan seperti nyeri kepala, nyeri tenggorokan, rasa
3. Gejala pada kulit berupa sianosis dan pembengkakan kelenjar getah bening
servikal
5. Gangguan pernafasan dan bicara seperti sesak napas dan mengi serta suara
serak
Corynebakterium difteri.
bahnan di bawah membrane, dibiak dalam Loffler, Tellurite dan media blood.
peningkatan protein.
f. Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita, suatu
antitoksin.
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG
yang dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya
Bila terjadi sumbatan jalan nafas yang berat dipertimbangkan untuk tindakan
trakeostomi. Bila pada pasien difteri terjadi komplikasi paralisis atau paresis otot, dapat
3.1.6 Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun
organ lainnya:
2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
Tetanus neonatorum adalah merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang
bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang
4.1.1 Etiologi
2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
4.1.2 Patofisiologi
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit beruba menjadi
bentuk fegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit
ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan
oksigen jaringan akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat
diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan waktu
sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan
elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sum-
sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron keluksinafs dari
Masa inkubasi penyakit adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda
tersebut biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga
Gejala yang paling umum terjadi adalah kekakuan pada rahang sehingga
penderita tidak dapat membuka mulut, dan menelan serta bersamaan dengan
timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, dan bahu atau punggung.
Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Bisa juga dengan melihat gejala klinis atau yang lebih jelas lagi, seperti:
3.Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot
4.Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena cahaya,
5.Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada otot-otot
yang terangkat. Kekakuan atau kejang pada otot-otot perut, leher, dan punggung
otot sfingter perut bagian bawah akan menyebabkan sembelit dan tertahannya air
kemih.
a. Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih.
c. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah
dibungkus kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar
e. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan
g. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke RS
Penatalaksanaan Medis
2. Obat ATS 10.000 untuk perhari di berkan selama 2hari berturut-turut dengan IM
untuk neonatus bisa di berikan IV apa bila tersedia dapat di berikan human tetanus
immununoglobulin(HTIG) 3000-6000IU.
5. Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital
4.1.5 Pencegahan
1. Imunisasi aktif
3. Pemberian toksoid tetanus pd ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke3
4.1.6 Komplikasi
2. Asfiksia: keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur.
3. Sepsis Neonatorum : infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi
barulahir.
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masukkedalam tubuh penderita
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat padaanak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dannyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yangtergolong arbo virus dan
(Suryady,2001,hal 57)
tubuhmelalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anakdan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendiyang disertai ruam
5.1.1 Etiologi
adalah :
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumahseperti
5.1.2 Patofisiologi
peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadivaskulitis yang mana akan
(kebocoranplasma)keluardari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran d
klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.Bila virus menyerang organ hepar,
maka virus dengue tersebut menganggusistem kerja hepar, dimana salah satunya
adalah tempat sintesis dan osidasilemak. Namun, karena hati terserang virus
dengue maka hati tidak dapatmemecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan
5.1.3 Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
6.Sakit kepala
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat danlemah)
5.1.4 Pemeriksaan diagnostic
1.Terapi
a. DHF tanpa rejatanPada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering
liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susudan bila mau lebih baik
diberikan oralit. Apabila hiperpireksiadiberikan obat anti piretik dan kompres air
lebih dari 1tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminaldiberikan lagi
dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahundiberikan 50 mg dan dibawah
biasanya Ringer Laktat. Jika pemberiancairan tersebut tidak ada respon maka
BB.Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan caramembuka klem
darah keotak.
terjadisyok hipovolemik.
Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama
disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari
salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang
berat dibandingkan demam enterik yang lain (Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut
Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah
kesadaran.
Menurut Soedarto (2009, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut juga
sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam tifoid atau
tifus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang manusia
khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan atau minuman yang
tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih dari satu minggu,
berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari /
minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi,
dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C dalam 15
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan antigen H (flagelum) adalah
protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan S.
6.1.3 Patofisiologi
lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman
endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus, dan
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu
ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada anak
biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20
hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui
mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Gambaran
klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) adalah:
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten
dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien
terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecahpecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
3. Gangguan kesadaran
apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali
emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama
anak dewasa
4. Relaps
akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin
Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal: 256) pemeriksaan penunjang demam
tifoid adalah:
trombositopenia
2. Pemeriksaan sumsum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang
3. Biakan empedu Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja.
hasil salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan
6.1.6Komplikasi
Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid dapat
pertama dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan
distal ileum ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan
gejala peritonitis.
salmonella
6.1.7.Penatalaksanaan
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh
dapat menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse terjadi lebih cepat pula
b. Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 6 dosis.
dengan chloramphenicol
Poliomyelitis adalah radang akut pada sumsum tulang belakang karena virus,
dengan gejala demam, sakit leher, sakit kepala, muntah, kaku tengkuk dan
punggung, sering kali menyerang tanduk depan zat kelabu sumsum belakang.
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti
motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan saraf tersebut akan
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
7.1.2 Etiologi
Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel, infeksi dapat terjadi
oleh satu atau lebih tipe tersebut yang dapat dibuktikan dengan ditemukan 3
macam zat anti dalam serum seorang pasien. Epidemik yang luas dan ganas
biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemik yang ringan oleh tipe 3, kadang-
Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun
dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat
ialah manusia walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa
inkubasi biasanya antara 7-10 hari, tetapi kadang terdapat kasus dengan masa
7.1.3 Manifestasi Klinis
a. Poliomielitis Asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh
b. Poliomielitis Abortif
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa
infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri
Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala,
nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin
disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
d. Poliomielitis Paralitik
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih
kumpulan otot skelet atau kranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan
antara lain :
1) Bentuk spinal
2) Bentuk bulbar
Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan
3) Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
4) Kadang ensepalitik
dengan kisaran 3-35 hari. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi
dan tingkatannya tergantung pada bentuk manifestasi klinisnya. Sekitar 95% dari
7.1.4 Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf tertentu. Tidak
semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan
sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbul gejala. Polio akut disebabkan oleh asam ribonukleat kecil (RNA) virus dari
dikelilingi oleh protein kapsid tanpa amplop lipid, yang membuat virus polio tahan
terhadap pelarut lemak dan stabil pada pH rendah. Tiga antigen strain berbeda
diketahui, dengan tipe I akuntansi untuk 85% dari kasus penyakit lumpuh. Infeksi
dengan satu jenis tidak melindungi dari jenis lain, namun kekebalan untuk
inkubasi.. Virus dapat dikeluarkan dalam air liur dan kotoran selama periode ini,
kemudian ke dalam aliran darah Hanya 5% dari pasien yang terinfeksi memiliki
keterlibatan sistem saraf selektif setelah viremia. Hal ini diyakini bahwa replikasi
Virus polio memasuki sistem saraf dengan baik melintasi penghalang darah-
otak atau dengan transportasi aksonal dari saraf perifer. Hal ini dapat
thalamus, hipothalamus, motor inti batang otak dan sekitarnya formasi reticular,
inti vestibular dan cerebellum, dan neuron dari kolom anterior dan intermediat
otot atau bahkan atropi muncul bila kurang dari 10% dari neuron bertahan di
segmen kabel yang sesuai. Gliosis terjadi ketika inflamasi menyusup telah
mereda, tetapi neuron yang masih hidup yang paling menunjukkan pemulihan
penuh.
7.1.5 Komplikasi
terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau
beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
2) Cairan serebrospinal
dalam beberapa hari pertama, maka limfosit) dapat dicatat dalam CSF
darah, dan budaya CSF. Serta studi virus dalam spesimen tinja sangat
penting untuk diagnosis penyakit polio. Selain itu, juga dapat dengan cara
b) Dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat diisolasi dari CSF atau
lainnya.
b. Pemeriksaan Radiologi
7.1.7 Penatalaksanaan
a. Poliomielitis Abortif
2) Diet adekuat
secara teliti.
2) Istirahat total
4) Fisioterapi
5) Akupuntur
6) Interferon
dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai
sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi
paralysis pernapasan. Selain itu, adapun penatalaksanaan pada fase akut pada
pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.
sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak
d) Sesudah fase akut, dapat dilakukan Kontraktur atropi dan attoni otot
dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang
7.1.8 Diagnosa Keperawatan
anoreksia
PENUTUP
A.Kesimpulan
penyakit yang sering terjadi pada wilayah tropis dan subtropis yang umumnya berupa
infeksi tetapi juga berupa noninfeksi yang di sebabkan oleh bakteri virus jamur.
Penyakit ini merupakan penyakit yang banyak terjadi di daerah tropis dan sub
tropis. Penyebaran penyakit tropis di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan,
perubahan iklim, dan cuaca, untuk itu penangangan penyakit tropis dapat di lakukan
dengan cara selalu menjaga sanitasi lingkungan karena lingkungan merupakan elemt
penting agar kita bisa terhindar dari penyakit tropis sertra selalu menjaga kesehatan
dengan cara memakan makanaan yang bergizi agar saat terjadi perubahan cuaca
B.Saran
penyakit tropis sangat berhubungan erat dengan keadaan lingkungan kita. Oleh karean
https : //www.alodokter.com/campak/pencegahan
https : //www.alodokter.com/difteri/pencegahan
https ://www.alodokter.com/tetanus/pencegahan
https ://www.alodokter.com/polio
https ://www.halodoc.com/kesehatan/demam-berdarah
https :id.m.wikipwdia.org/wiki/Demam_tifoid