Anda di halaman 1dari 56

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

PROPOSAL SKRIPSI

ASRI DINANTI

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan karunia yang tiada terputus serta yang telah memberi inspirasi kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Kedelai di Indonesia”.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis. Rasa
terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dompak Mt Napitupulu,
M.Sc. selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Ir. Dewi Sri Nurchaini, M.P. selaku
dosen Pembimbing II serta Ibu Ir. Adlaida Malik, M.S. selaku dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian
proposal skripsi ini. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada orang tua
tercinta, keluarga, dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
yang selalu memberi dukungan dan do’anya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan
penulis, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
penyempurnaan proposal skripsi ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Jambi, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... v

I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................
1
1.2 PerumusanMasalah............................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitia…………………………………………………... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................


11......................................................................................................................
2.1 Tanaman Kedelai................................................................................. 11
2.2 Teori Perdagangan Internasional……………………………………. 13
2.2.1. Teori Klasik…………………………………………………. 15
2.2.2. Teori Modern Hecker dan Ohlin.............................................. 17
2.3 Teori Permintaan................................................................................. 17
2.4 Konsep Impor dan Variabel Ekonomi................................................. 20
2.4.1. Teori Impor…………………………………………………….. 20
2.4.2. Variabel Ekonomi.................................................................... 21
................................................................................................................
2.5 Teori Nilai Tukar................................................................................ 25
2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................
26........................................................................................................
2.7 Kerangka Pemikiran........................................................................... 30
2.8 Hipotesis............................................................................................. 34

III. METODE PENELITIAN........................................................................ 35


3.1. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 35
..........................................................................................................................
3.2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data............................................ 36
3.2.1. Jenis dan Sumber Data.............................................................. 36
3.2.2. Metode Pengumpulan Data....................................................... 36
3.3. Metode Analisis Data......................................................................... 37
3.3.1. Pengujian dengan Error Correction Model (ECM)………….. 37
3.4. Uji Statistik…………………………………………………………. 38
3.5. Uji Asumsi Klasik………………………………………………….. 40
3.4. Konsepsi Pengukuran......................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 44
LAMPIRAN.................................................................................................... 47

ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Kedelai


di Indonesia………………………………....…... 3

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

1. Keseimbangan dalam Perdagangan


Internasional……………………................................ 14
2. Pergeseran Sepanjang Kurva Permintaan…………… 19
3. Skema Kerangka Pemikiran…………………………. 33

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Perkembangan Konsumsi, Produksi dan Volume


Impor Kedelai di Indonesia Tahun 2003-2018..... 47
2 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kedelai
di Indonesia Tahun 2003-2018…………………. 48
3 Impor Kedelai Indonesia Menurut Negara Asal
Utama…………………………………………… 49
4 Perkembangan Harga Kedelai Lokal dan Harga
Kedelai Impor di Indonesia Tahun
2014-2018…………………………………….. 50

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan global merupakan aspek penting dalam perekonomian di

setiap negara. Perdagangan global dapat menjalin dan menciptakan suatu

hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain

serta lalu lintas barang dan jasa yang akan membentuk perdagangan antar negara.

Tujuan dari perdagangan global adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di suatu negara (Destasari dkk, 2015). Kesejahteraan masyarakat

tercermin dari kondisi pangannya, semakin terpenuhinya pangan suatu negara

maka dapat diartikam bahwa negara tersebut semakin sejahtera dan sebaliknya.

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama bagi masyarakat

Indonesia setelah beras dan jagung. Kandungan protein nabati yang tinggi dan

harga yang relatif terjangkau oleh semua lapisan masyarakat merupakan salah satu

alasan logis penggunaan kedelai sebagai bahan olahan pangan, seperti tahu,

tempe, susu kedelai, bermacam-macam penyedap seperti kecap, serta taosi atau

tauco (Almira, 2018). Sedangkan bungkil kedelai dibutuhkan untuk industri

pakan. Biji kedelai juga dapat diolah menjadi tepung kedelai. Dalam bentuk

protein kedelai digunakan sebagai industri makanan yang diolah menjadi susu,

vetsin, kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai industri makanan

berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarine,

dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain :

margarine, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi (Atman,2014).

1
2

Tempe dan tahu adalah makanan favorit mayoritas masyarakat Indonesia,

bahkan sudah mulai mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang

telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Kandungan nutrisi di dalam

tempe kedelai diantaranya sumber protein nabati lebih besar daripada daging, dan

merupakan sumber kalsium yang tinggi setara dengan susu sapi (Pusat Data dan

Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian, 2018). Menurut Silitonga dan

Djanuawardi dalam Ginting, dkk (2009) tempe dan tahu mendominasi

pemanfaatan kedelai untuk bahan pangan, yakni masing-masing 50% dan 40%,

sisanya digunakan untuk pengolahan susu kedelai, kecap, tepung dan olahan

lainnya.

Konsumsi kedelai Indonesia sejak tahun 2003-2018 mengalami fluktuasi

cenderung meningkat. Peningkatan konsumsi tertinggi pada tahun 2006 sebesar

12% dan penurunan konsumsi cukup tajam yaitu 10,2% terjadi pada tahun 2008.

Sejak tahun 2014 konsumsi kedelai terus mengalami peningkatan hingga tahun

2018 (Lampiran 1). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun

2014, Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia dan sekaligus menjadi

pasar terbesar di Asia. Indonesia menjadi produsen terbesar dikarenakan rata-rata

orang pertahun yang mengkonsumsi kedelai sebesar 6,95 kg. Ironisnya

pemenuhan kebutuhan akan kedelai yang merupakan bahan baku utama tempe

dan tahu 67,28% atau sebanyak 1,96 juta ton harus di impor dari luar negeri.

Sampai saat ini di Indonesia masih terjadi kesenjangan yang sangat luas antara

produksi dan konsumsi kedelai (Sari, 2016).

Peningkatan kebutuhan konsumsi tidak saja dipengaruhi oleh jumlah

penduduk, tetapi juga dipengaruhi oleh perubahan preferensi konsumsi kedelai


3

dan turunannya (Muslim A, 2014). Menurut Atman (2014) konsumsi kedelai di

Indonesia meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan

sehat. Selain aman bagi kesehatan juga sebagai sumber protein paling murah di

dunia dibandingkan sumber protein lainnya.

Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kedelai di Indonesia

adalah bahan baku tempe dan tahu ini bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya

selalu lebih rendah dari negara aslinya seperti Jepang dan Cina. Selain bukan

tanaman asli, ketidak cocokan iklim menyebabkan rendahnya produktivitas

kedelai. Salah satu varian komoditi kedelai yaitu kedelai hitam kurang mendapat

perhatian pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia

(Outlook Kedelai, 2016). Berdasarkan uraian tersebut berikut data luas lahan,

produksi dan produktivitas kedelai di Indonesia 2014-2018 dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Data Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Indonesia


tahun 2014-2018
Luas Lahan Produksi Produktivitas
Tahun
(ha) (ton) (ku/ha)
2014 615,685 954,997 15,51
2015 614,095 963,183 15,68
2016 576,987 860,000 14,90
2017 355,799 542,000 15,14
2018 680,373 982,598 14,44
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)

Tabel 1 menujukkan bahwa produksi kedelai Indonesia mengalami

fluktuasi namun cenderung meningkat. Pada tahun 2014 produksi sebesar 954,997

ton/ha, dan menurun pada tahun berikutnya sampai tahun 2017 sebesar 542,000

ton/ha kemudian meningkat sebesar 982,598 ton/ha pada tahun 2018. Penurunan

dan peningkatan luas lahan kedelai tersebut juga diikuti oleh hasil produksi
4

kedelai yang keduanya nantinya akan mempengaruhi hasil produktivitas kedelai.

Peningkatan konsumsi tidak diimbangi dengan produksi, dimana produksi

kedelai mengalami fluktuasi cenderung menurun. Produksi kedelai dalam negeri

hanya mampu mencukupi kebutuhan domestik 47,7%. Penurunan produksi cukup

tajam terjadi pada tahun 2017 dan pada tahun tersebut konsumsi kedelai

meningkat. Menurut Atman (2014), penurunan produksi kedelai disebabkan oleh

berkurangnya luas areal tanam secara signifikan dan masih rendahnya

produktivitas kedelai nasional. Menurut Andayanie (2016), luas areal penanaman

yang semain sempit dan kurang optimalnya potensi pemanfaatan lahan untuk

penanaman kedelai menyebabkan penurunan produksi kedelai di Indonesia.

Penurunan luas areal tanam merupakan ancaman bagi negara Indonesia dalam

memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Dukungan pemerintah terhadap petani

bukan tidak pernah dilakukan, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan

luas lahan dan produktivitas kedelai. Kebijakan pengembangan kedelai yang

dilakukan pemerintah seperti pada era pasca orde baru melalui Program Kedelai

Mandiri (PROKEMA) tahun 2000.

Sasaran dari program prokema yaitu menghilangkan peran impor, dan

meningkatkan produksi untuk mencapai surplus kedelai. Namun kenyataanya,

program tersebut belum dapat mencapai sasaran pemerintah. Menyikapi

kegagalan Prokema 2000 pemerintah melalui Departemen Pertanian meluncurkan

program Bangkit Kedelai Tahun 2006 dengan sasaran program ialah

meningkatkan produksi kedelai nasional mencapai 1,2 juta ton/tahun dengan

target luas panen mencapai 760 ribu ha (Tarigan, 2018). Namun, pada periode

2006-2010 produksi luas panen kedelai nasional yang paling tinggi adalah pada
5

tahun 2009 masing-masing sebesar 974,51 ribu ton dan 722,79 ribu ha (Lampiran

2). Sehingga dapat dikatakan bahwa program ini belum mencapai sasaran.

Tahun 2015 pemerintah membuat program Rencana Strategis

(RENSTRA) Kementrian Pertanian 2015-2019. Salah satu dari tujuh target utama

Kementrian Pertanian adalah pencapaian swasembada kedelai. Bila ditinjau hasil

RENSTRA 2015-2019 belum berhasil mencapai surplus produksi kedelai

nasional. Dimana sasaran luas panen tahun 2015 adalah 953,2 ribu ha dengan

produksi 1,5 juta ton/tahun (Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, 2015). Pada kenyataannya, di tahun tersebut luas panen kedelai Indonesia

hanya 613,8 ha dan produksi 963,1 ton (Lampiran 2).

Tarif impor juga merupakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Hal ini dilakukan untuk melindungi produsen kedelai dalam negeri. Kebijakan

tariff impor yang ditetapkan adalah tarif ad-valorem dengan besaran tarif berubah-

berubah setiap waktu (Andayanie, 2016). Tahun 2012 pemerintah membebaskan

tarif impor kedelai melalui Peraturan Menteri Keuangan No 135/PMK.011/2012

yang bersifat sementara. Penghapusan tarif impor ini kembali dilakukan tidak

hanya untuk menjaga stabilitas harga kedelai di dalam negeri tetapi juga sebagai

wujud antisipasi dari dampak yang lebih parah akibat kenaikan harga kedelai

internasional saat itu. Selanjutnya pemerintah memberlakukan tariff nol persen

terhadap kedelai impor negeri pada tahun 2013 melalui Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 133/PMK.011/2013.

Hal ini juga dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas harga kedelai

dalam negeri (Tarigan, 2018). Berbagai jenis kebijakan untuk meningkatkan

produksi kedelai sudah dilakukan pemerintah. Namun kenyataannya jumlah


6

produksi kedelai domestik masih belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi

kedelai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum tercukupi oleh

produksi dalam negeri.

Kedelai impor yang dipasok ke Indonesia 97,7% didominasi oleh negara

Amerika Serikat selama 5 tahun terakhir. Sisanya di impor dari negara lain seperti

Kanada, Malaysia, Tiongkok, Uruguay, Etiopia, Argentina dan negara lainnya

(Lampiran 3).Kedelai impor yang beredar di Indonesia akan berdampak buruk

pada kesejahteraan petani lokal. Masyarakat akan memilih kedelai impor

dibandingkan kedelai lokal karena harga kedelai impor lebih murah. Meskipun

perbedaan harga tidak terlampau jauh, namun pada skala besar untuk bahan baku

industri tetap saja akan berpengaruh pada biaya produksi yang dikeluarkan.

Perkembangan harga kedelai impor dan harga kedelai lokal dapat dilihat pada

Lampiran 4. Harga kedelai dunia juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya

volume impor kedelai di Indonesia. Semakin rendah harga harga kedelai dunia,

semakin tinggi jumlah yang diminta maka akan meningkatkan volume impor

kedelai di Indonesia. Sebaliknya jika harga kedelai dunia tinggi maka volume

impor turun. Perkembangan harga kedelai dunia dapat dilihat pada lampiran 5.

Tinggi rendahnya volume impor kedelai dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang menentukannya. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi impor

adalah harga kedelai impor, harga kedelai Indonesia, PDB, jumlah penduduk, dan

nilai tukar rupiah termasuk ke dalam variabel makroekonomi. Hal ini dikarenakan

harga produk dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi

menyebabkan barang impor relatif murah, maka negara tersebut lebih banyak

melakukan impor. Jika dilihat dari PDB, meningkatnya PDB suatu negara berarti
7

meningkatnya kemampuan masyarakat suatu negara tersebut untuk mengimpor

produk negara lain dengan asumsi tidak terjadi kenaikan presentasi harga lebih

tinggi dari kenaikan presentase PDB. Selain itu, suku bunga juga berpengaruh

terhadap impor, suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang

dikeluarkan oleh dunia sehingga mengakibatkan penurunan produksi dalam

negeri. Nilai tukar pun memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan perdagangan

internasional. Hal ini karena suatu komoditas barang yang diimpor akan dinilai

dengan satuan mata uang asing. Bila nili mata uang suatu negara terhadap mata

uang negara lainnya meningkat (mengalami apresiasi) maka harga produk negara

itu bagi pihak luar negeri semakin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk

domestik lebih murah.

Peningkatan volume impor kedelai masih perlu dianalisis sebab dapat

mengakibatkan ketergantungan terhadap kedelai impor sehingga mengancam

ketahanan nasional. Fenomena bahwa harga kedelai berfluktuatif cenderung

meningkat, produksi kedelai yang berfluktuatif cenderung menurun dan volume

impor kedelai yang cenderung meningkat mengikuti kecendrungan peningkatan

pada konsumsi menggambarkan bahwa terjadi ketidakstabilan dalam persediaan

kedelai di Indonesia dan pemerintah yang masih bergantung pada impor

dibanding potensi alam yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi impor kedelai di

Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menganggap perlu dilakukan

penelitian tentang “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor

Kedelai di Indonesia”
8

1.2 Perumusan Masalah

Kebutuhan kedelai setiap waktu cenderung meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan gizi yang baik.

Peningkatan kebutuhan akan kedelai dapat dikaitkan dengan meningkatnya

konsumsi masyarakat terhadap produk tahu dan tempe, serta untuk pasokan

industri kecap (Mursidah, 2005). Indonesia belum mampu memenuhi

kebutuhan pangan dari produksi sendiri. Hal ini terlihat dari produksi kedelai

Indonesia yang cenderung menurun. Penurunan produksi terjadi karena luas

areal panen menurun dan produktivitas menjadi tidak stabil.

Pemerintah melakukan berbagai kebijakan melalui program-program

untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia. Namun, kebijakan yang

selama ini dicanangkan belum memberikan hasil yang baik. Pengenaan tarif nol

persen untuk kedelai impor juga belum mampu mengatasi tingginya volume

impor. Impor kedelai yang semakin meningkat juga akan menyebabkan devisa

negara semakin meningkat.

Kesenjangan antara produksi dan konsumsi kedelai nasional ditutup

oleh kedelai impor. Impor kedelai yang melimpah memang suatu

keberuntungan bagi masyarakat Indonesia sebagai konsumen. Namun, kedelai

impor yang melimpah justru sebuah ancaman bagi kesinambungan produksi

petani sekaligus masa depan pembangunan sektor pertanian, khususnya

subsektor tanaman pangan kedelai. Impor di Indonesia juga berpengaruh pada

berkurangnya daya saing produk nasioanl mulai dari peningkatan impor yang

akan berpengaruh terhadap kekuatan neraca perdagangan. Harga produk dalam


9

negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang impor

relatif murah, maka negara tersebut lebih banyak melakukan impor.

Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi salah satu tolak ukur tingkat

kemajuan atau kemunduran perekonomian suatu negara. Meningkatnya Produk

Domestik Bruto suatu negara berarti meningkatnya kemampuan masyarakat

suatu negara tersebut untuk mengimpor produk negara. Selain itu, nilai tukar

juga memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan perdagangan internasional.

hal ini karena suatu komoditas barang yang diimpor akan dinilai dengan satuan

nilai mata uang asing. Bila nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang

negara lainnya meningkat (mengalami apresiasi) maka harga produk negara

bagi pihak luar negeri semakin mahal, sedangkan bila harga impor bagi

penduduk domestik lebih murah. Salah satu cara untuk mencegah

meningkatnya volume impor kedelai di Indonesia yaitu dengan mengetahui

variabel yang paling mempengaruhi kegiatan impor, yang terdiri dari beberapa

variabel yaitu harga kedelai impor, harga kedelai lokal, PDB, jumlah penduduk

dan nilai tukar rupiah dan dilihat pengaruh tidak langsungnya melalui variabel

permintaan kedelai.

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bermaksud untuk

mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi impor kedelai di Indonesia

yang berpotensi menunjang ketahanan pangan nasional maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yang akan di jawab dalam penelitian ini adalah :

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi impor kedelai Indonesia?


10

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor kedelai Indonesia.

1.4 Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait
lainnya untuk mengambil kebijakan dalam pengurangan impor kedelai di
Indonesia.

2. Sebagai bahan referensi, khususnya bagi peneliti yang mengkaji masalah


yang sama atau hampir sama.

3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian


Universitas Jambi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kedelai

Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill ) adalah salah satu tanaman yang

berasal dari dataran Cina yang telah ditemukan dan di budidayakan sejak tahun

2500 SM. Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh

tegak, dan berdaun lebat. Tinggi tanaman berkisar antara 30-100 cm, batangnya

beruas-ruas dengan 3-6 percabangan. Batang tanaman kedelai berkayu, biasanya

kaku dan tahan rebah (Pitojo, 2003). Daun kedelai berbentuk oval, daun pertama

yang keluar darisebelah kotiledon berupa daun tunggal yang letaknya

berseberangan. Daun yang berbentuk kemudian merupakan daun ketiga yang

letaknya berselang-seling. Pada setiap tangkai daun terdapat 3 helai daun

(trifoliat). Tanaman kedelai mempunyai bunga yang sempurna, yaitu dalam satu

bunga terdapat benang sari dan putik. Bunga berwarna ungu atau putih

(Fachruddin, 2000).

Buah kedelai berbentuk polong. Menurut Pitojo (2003), seriap polong

berisi 3-4 biji. Pada umumnya, biji berbentuk bulat lonjong, namun ada juga yang

berbentuk bundar atau bulat agak pipih. Warna biji bervariasi antara kuning,

hitam, hijau, atau coklat. Suprapto (2001), menjelaskan bahwa besaar biji kedelai

sangat bervariasi dan tergantung pada varietasnya, di Indonesia besar biji

bervariasi dari 6-30 gram.

Sistem perakaran kedalai terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang

tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder.

Akar tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai

11
12

muncul sejak masa perkecambahan. Pada kondisi yang optimal, akar tunggang

kedelai dapat tumbuh hingga kedalaman 2 meter atau lebih pada kondisi yang

optimal. Namun demikian, pada umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada

kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm

(Adisarwanto,2005).

Dalam kelompok tanaman pangan, kedelai merupakan

komoditasterpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga

merupakankomoditas palawija yang kaya akan protein. Kedelai segar

sangatdibutuhkan dalam industri pangan dan bungkil kedelai dibutuhkan

untukindustri pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang

sangatpenting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat, karena selain amanbagi

kesehatan juga relatif murah dibandingkan sumber protein hewani.Kebutuhan

kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlahpenduduk dan

kebutuhan bahan baku industri olahan pangan seperti tahu,tempe, kecap, susu

kedelai, tauco, dan sebagainya (Damardjati et al.2005). Lebih dari 90% kedelai di

Indonesia digunakan sebagai bahan pangan,terutama pangan olahan, yaitu sekitar

88% untuk tahu dan tempe dan 10% untuk pangan olahan lainnya serta sekitar 2%

untuk benih (Kasryno et al.1985, Sudaryanto 1996, Damardjati et al. 2005,

Swastika et al. 2005).

Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan

dalam menumbuh-kembangkan industri kecil dan menengah. Berkembangnya

industri pangan berbahan baku kedelai juga membuka kesempatan kerja,mulai

dari budi daya, pengolahan, transportasi, pasar sampai pada industri pengolahan.

Sifat multiguna dari kedelai menyebabkan kebutuhan kedelai terus meningkat,


13

seiring dengan pertumbuhan penduduk dan berkembangnya industri pangan

berbahan baku kedelai. Kandungan gizi kedelai cukuptinggi, terutama proteinnya

dapat mencapai 34%, sehingga sangat diminatisebagai sumber protein nabati yang

relatif murah dibandingkan dengansumber protein hewani (Ditjentan

2004).Namun produksi kedelai dalam negeri selama tiga dasawarsa terakhirbelum

mampu memenuhi kebutuhan. Padahal sebelum tahun 1975,Indonesia mampu

berswasembada kedelai dengan nisbah produksi-konsumsi lebih besar dari 1,0

(Swastika et al. 2011). Ketidakmampuan produksi memenuhi kebutuhan dalam

negeri telah menyebabkan imporkedelai terus meningkat.Mengingat Indonesia

memiliki jumlah penduduk yang cukup besar, dan industri pangan berbahan baku

kedelai berkembang pesat serta permintaan kedelai yang tinggi maka komoditas

kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam negeri.

.2.2 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar

lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional bagi

banyak negara termasuk Indonesia, khususnya ekspor mempunyai peranan yang

sangat penting, yaitu sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Namun

dalam hal impor, ada dua persoalan. Pertama, jika impor lebih besar daripada

ekspor, maka cadangan devisa akan berkurang. Kedua, bila sebagian besar dari

impor adalah barang-barang konsumsi, bukan barang-barang modal dan pembantu

untuk kebutuhan kegiatan produksi dalam negeri, maka kenaikan impor tidak

banyak berarti bagi pertumbuhan ekspor (Tambunan, 2001).


14

Menurut Tambunan (2001), keseimbangan di dalam perdagangan antar

dua negara atau pasar internasional dalam kondisi ekuilibrium, yaitu pada saat

permintaan dari negara pengimpor sama dengan penawaran dari negara

pengekspor. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2 yang menujukkan proses

terciptanya harga komoditas relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan antar

negara yang ditinjau dari analisis keseimbnagan parsial. Misalkan kedua negara

itu adalah A dan B, dimana masing-masing negara memiliki permintaan dan

penawaran yang berbeda, DA dan SA (Demand A dan Supply A) untuk negara A

sedangkan DB dan SB (Demand B dan Supply B) untuk negara B. Gambar kurva

keseimbangan dalam perdagangan internasional dapat dilihat pada gambar 2.

Negara A (Eksportir)Pasar InternasionalNegara B (Importir)

Gambar 1. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional

Pada Gambar 1 di atas menjelaskan terdapat perdagangan internasional

antara negara A dan negara B. Sehingga pada perdagangan internasional antara

negara A sebagai negara pengekspor dan negara B sebagai negara pengimpor

terjadi keseimbangan harga komoditi relatif. Selain itu perdagangan internasional

terjadi akibat kelebihan penawaran pada negara A dan kelebihan permintaan pada

negara B. Pada negara A harga suatu komoditas sebesar Pa, dan di negara B harga

komoditas tersebutsebesar Pb, cateris paribus. Pada pasar internasional harga yang

dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu berada pada harga P* sehingga
15

negara A akan mengalami kelebihan penawaran (excess supply) di pasar

internasional. Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga

pada pasar internasional. Sehingga akan terjadi kelebihan permintaan (excess

demand) di pasar internasional. Pada keseimbangan di pasar internasional

kelebihan penawaran negara A menjadi penawaranpada pasar internasional yaitu

pada kurva ES. Sedangkan kelebihan permintaan negara B menjadi permintaan

pada pasar internasional yaitu sebesar ED. Kelebihan penawaran dan permintaan

tersebut akan terjadi keseimbangan harga sebesar P*.

Peristiwa tersebut akan mengakibatkan negara A mengekspor, dan negara

B mengimpor komoditas tertentu dengan harga sebesar P*di pasar internasional.

Dari penjelasan di atas didapat bahwaperdaganganinternasional (ekspor-impor)

terjadi karena terdapat perbedaan antarahargadomestik (Pa dan Pb), dan harga

internasional (P*); permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada komoditas

tertentu. Menurut Tambunan (2011), teori perdagangan internasional dapat

digolongkan kedalam dua kelompok, yaitu teori klasik dan teori modern. Teori

klasik yang umumdigunakan adalah Teori Keunggulan Absolut dari Adam Smith,

Teori Keunggulan Komparatif dari J.S. Mill, Teori Biaya Relatif dari David

Ricardo,Teori Faktor Produksi dari Hecksher dan Teori Modern dari Ohlin.

2.2.1 Teori Klasik

2.2.1.1 Teori Keunggulan Absolut

Menurut Adam Smith, suatu negara akan melakukan spesialisasi

terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, dimana Negara tersebut memiliki

keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau melakukan impor jenis barang
16

lain dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut terhadap

negara lain yang memproduksi barang sejenis.

Sumber daya yang digunakan dengan cara yang paling efisien dengan

proses ini dan hasil dari kedua komoditas akan naik. Peningkatan dalam hasil

komoditas keduanya merupakan ukuran keuntungan dan spesialisasi dalam

produksi yang tersedia untuk dibagi antara kedua negara melalui perdagangan.

Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan input di

dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya

saing.

2.2.1.2 Teori Keunggulan Komparatif

Teori yang dikemukakan oleh David Ricardo dan John S. Mill

mengenai penyebab terjadinnya perdagangan antar negara paada prinsipnya

tidak berbeda dengan dasar pemikiran dari Adam Smith. Perbedaanya hanya

pada pada cara pengukuran keunggulan suatu negara, yaknidilihat dari

komparatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya. J.S. Mill beranggapan

bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila

negara itu memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang

tertentu bila negera tersebut memiliki kerugian komparatif atau keunggulan

komparatif terendah.Berbeda dengan pendapat David Ricardo yang

beranggapan bahwa, bila massing-masing negara memiliki biaya relatif yang

terkecil untuk jenis barang yang berbeda, maka dapat mengakibatkan terjadinya

perdagangan antara dua negara. Jadi, penekanan David Ricardo pada

perbedaan efisiensi relatif anatar negara dalam memproduksi dua atau lebih

jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional.


17

2.2.2 Teori Modern Hecksher dan Ohlin (H-O)

Teori ini mempunyai dua kondisi penting sebagai dasar munculnya

perdagangan internasional, yaitu ketersediaan faktor produksi dan intensitas

dalam pemakaianfaktor produksi atau proporsi faktor produksi. Produksi yang

berbeda membutuhkan jumlah atau proporsi yang berbeda dari faktor-faktor

produksi. Perbedaan tersebut bisa terjadi disebabkan oleh teknologi yang

menentukan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang berbeda

untuk membuat suatu produk.

Menurut teori H-O ini, struktur perdagangan luar negeri dari suatu

negara tergantung pada ketersediaan dan intensitas pemakaian faktor-faktor

produksi dan yang terakhir ini ditentukan oleh teknologi. Suatu negara akan

berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor barang-barang input (faktor

produksi) utamanya relative banyak di negara tersebut dan mengimpor barang

yang input utama tidak dimiliki oleh negara tersebut (jumlah terbatas). Negara

tersebut akan melaksanakan ekspor produk-produk yang padat karya (tetapi

dari katagori unskilled workers) atau bahan-bahan baku yang berlimpah di

dalam negeri, seperti mimyak, batu bara, dan komoditas-komoditas pertanian.

2.3 Teori Permintaan

Menurut Raharja (2010) permintaan adalah keinginan konsumen

membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang

yaitu:

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang lain yang terkait


18

3. Tingkat pendapatan per kapita

4. Selera atau kebiasaan

5. Jumlah penduduk

6. Perkiraan harga di masa mendatang

7. Distribusi pendapatan

8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan

Jumlah barang yang diminta semestinya tidak sama dengan jumlah

barang yang benar-benar dibeli. Kadang jumlah yang diminta melebihi jumlah

barang yang tersedia, sehingga jumlah yang dibeli kurang dari jumlah yang

diminta. Banyak faktor yang mempengaruhi renacana pembelian dan salah

satunya adalah harga. Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan

harga terdapat dalam hukum permintaan. Hukum permintaanmenyatakan:

ketika hal-hal yang lain tetap sama, semakin tinggi jumlah yang diminta dan

semakin rendah harga suatu barang, semakin besar jumlah yang diminta

(Parkin, 2017).

Menurut Raharja (2010), perubahan permintaan terjadi karena dua

sebab utama yaitu perubahan harga dan peruabahan faktor ceteris paribus,

misalnya pendapatan, selera, dan sebagainya (faktor nonharga). Perubahan

harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta tetapi perubahan

itu hanya terjadi dalam satu kurva yang sama. Ini yang disebut pergeseran

permintaan sepanjang kurva permintaan (movement along demand curve).

Berikut adalah contoh pergerakan permintaan sepanjang kurva permintaan

kedelai.
19

Gambar 2.

Pergeseran Sepanjang Kurva Permintaan

Jika yang berubah adalah faktor ceteris paribus, yaitu pendapatan,

maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan (shifting). Jika pendapatan

meningkat, kurva permintaan bergeser kekanan. Jikapendapatan menurun,

kurva permintaan bergeser kekiri, sehingga jumlah barang yang diminta akan

mengalami peruabahan apanila terjadi perubahan harga (barang itu sendiri).

Kenaikan harga akan menyebabkan jumlah barang yang diminta berkurang dan

bila harganya turun akan menambah jumlah yang diminta. Sedangkan apabila

faktor- faktornon harga berubah, akan menyebabkan perubahan dalam

permintaan. Perubahan dalam permintaan ini ditunjukkan oleh bergesernya

kurva permintaan kekanan atau kekiri, yang memberikan nakna bahwa

peruabahan faktor nonharga (misalnya pendapatan konsumen naik) akan

menyebabkan perubahan permintaan, yaitu pada tingkat harga tetap jumlah

barang yang diminta bertambah.


20

2.4 Konsep Impor dan Variabel Ekonomi

2.4.1 Teori Impor

Impor adalah kegiatan untuk memasukkan barang-barang atau

komoditas-komoditas ke dalam wilayah suatu negara baik dalam suatu

rangkaian perdagangan normal, maupun sebagai suatu tindakan pribadi

(Nopirin, 2014). Berdasarkan ketentuan di atas berarti, bahwa impor dapat

dilakukan oleh suatu perusahaan maupun perorangan dalam bentuk pengiriman

barang-barang keluar negeri untuk diperdagangkan.Negara produsen yang

produksinya melimpah dan melebihi permintaan domestic dapat memenuhi

permintaan impor disuatu negara sehingga produksinya tetap berlangsung.

Menurut Krugman dan Obsfeld (2004),terdapat beberpa faktor yang

mendorong dilakukannya impor antara lain:

1. Keterbatasan kualitas sumber daya manusia dan teknologi yang dimiliki


untuk mengolah sumber daya alam yang tersedia agar tercapai
efektifitas dan efisiensi yang optimal dalam kegiatan produksi dalam
negeri.

2. Adanya barang dan jasa yang belum atau tidak dapt di produksi di
dalam negeri.

3. Adanya jumalah atau kuantitas barang di dalam negeri yang belum


mencukupi.

Permintaan impor sangat ditentukan faktor-faktor harga atau

keseimbangan harga baik yang terdapat di dalam negeri maupun keseimbangan

harga internasional. Impor yang akan dilakukan oleh suatu negara

bergantung banyak faktor. Sesuai dengan model dasar teori permintaan dan
21

penawaran, peran yang dijalankan adalah interaksi keduanya terhadap adanya

peruabahan pada faktor harga (price) dan kuantitas komoditasyang

diperdagangkan (Krugman dan Obsfeld, 2004).

2.4.2. Variabel Makroekonomi

2.4.2.1 Harga

Harga suatu barang, baik harga barang itu sendiri, harga barang

substitusi maupun harga komplementer merupakan variabel penting dalam

merencanakan suatu perdagangan internasional(Almira, 2018).Harga

ditentukan dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Hanafie, 2010).Secara

umum bila harga suatu komoditas tinggi, kemampuan dan keinginan untuk

membelinya juga terbatas. Akibatnya, jumlah komoditas yang dibeli hanya

sedikit. Harga komoditas tersebut turun, maka akan menyebabkan

bertambahnya jumlah orang yang mampu dan ingin membelinya. Tingginya

harga mencerminkan kelangkaan dari barang tersebut.

Harga impor merupakan harga barang yang dapat mempengaruhi

permintaan impor di Indonesia. Harga impor berhubungan negatif dengan

permintaan yaitu apabila harga impor turun maka permintaan impor akan

meningkat sehingga volume impor akan meningkatdan sebaliknya (Krugman

dan Obsfeld, 2004). Harga turut menentukan besar kecilnya impor suatu

negara. Begitu pula dengan harga barang substitusi dan komplementerjuga

mempengaruhi permintaan impor suatu barang. Harga barang substitusi diduga

berhubungan positif, sedangkan harga barang komplementer diduga

berhubungan negatif dengan permintaan impor barang di Indonesia.

Permintaan impor meningkat menyebabkan harga barang substitusi meningkat,


22

sedangkan harga barang komplementer akan menurun. Menurut Rahardja dan

Manurung (2004), suatu barang menjadi substitusi barang lain bila memiliki

fungsi yang sama, sedangkan suatu barang menjadi barang komplementer

barang lain bila menjadi pelengkap bagi barang lain tersebut.

2.4.2.2. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai niai barang-

barang dan jasa-jasa yang diproduksi di dalam negara tersebut dalam satu tahun

tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun negara

berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik

penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk lain. Selain terdapat produk

nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri.

Dengan demikian Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP)

adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh

faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing (Sukirno,

2017).

Menurut Syamsurizal Tan (2014), meningkatnya Produk Domestik

Bruto (PDB) suatu negara berarti meningkatnya kemampuan masyarakat suatu

negara tersebut untuk mengimpor produk negara lain dengan asumsi tidak

terjadi kenaikan presentasi harga lebih tinggi dari kenaikan presentasi PDB.

Disisi lain, kenaikan PDB negara importir akan meningkatkan investasi

sehingga membutuhkan banyak produk sebagai input, antara lain bersumber

dari produk impor. Hal ini sangat erat kaitannya dengan jenis investasi negara

importir. Semakin banyak kandungan produk impor, maka akan semakin


23

sensitif pengaruh kenaikan PDB negara importir terhadap permintaan produk

impor.

2.4.2.3 Jumlah Penduduk

Ledakan pertumbuhan penduduk akan berdampak pada penyediaan

bahan pangan dunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk akan berpengaruh

pada penyediaan pangan dunia. Tingkat pertumbuhan penduduk dengan

ketersediaan bahan pangan dunia sangat erat hubungannya. Meningkatnya

jumlah penduduk harus disertai dengan jumlah bahan pangan dunia yang

tersedia. Banyaknya penduduk akan mengurangi lahan yang akan digunakan

untuk pertanian, peternakan, dan lahan-lahan untuk produksi pangan (Mantra,

2003).

2.4.2.4. Nilai Tukar Rupiah

Kurs merupakan perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara

dengan negara lain (Samanhudi, 2009). Perdagangan yang dilakukan antara dua

negara tidaklah semudah yang dilakukan di dalam negeri karena harus

menggunakan mata uang yang berbeda. Besarnya jumlah mata uang tertentu

yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs

mata uang asing. Kurs dianggap penting dalam hubungan perdagangan

internasional, karena kurs bisa dipakai untuk membandingkan harga-harga

barang dan jasa yang dihasilkan berbagai negara.

Syamsurizal Tan (2014), menyatakan bahwa ada beberapa mekanisme

pengaruh variabel bebas terhadap impor suatu negara antara lain :

1. Pengaruh harga dalam negeri negara importir relatif terhadap harga ekspor.
24

Bila dilihat secara relatif, peningkatan harga barang dalam negeri

terhadap harga barang yang akan di impor maka akan menyebabkan

permintaan akan barang impor akan meningkat, karena harga dalam negeri

meningkat berarti daya saing produk domestik turun. Sebaliknya, jika harga

barang dalam negeri menurun maka akan menurunkan permintaan terhadap

barang impor karena harga barang ekspor tersebut menjadi lebih mahal bagi

negara importir.

2. Nilai Tukar Rupiah

Depresiasi atau apresiasi rupiah terhadap Dollar AS merupakan akibat

dari perubahan penawaran dan permintaan valuta asing. Biasanya pada negara

berkembang seperti Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara

lain seperti Dollar AS relatif berfluktuasi dan cenderung terjadi penurunan,

sehingga perubahan nilai tukar tersebut berpengaruh terhadap penawaran dan

permintaan produk impor.

3. Pendapatan Negara

Kenaikan pendapatan suatu negara berpengaruh pada impor karena Jika

pendapatan negara berubah maka impor akan berubah. semakin tinggi

pendapatan suatu negara maka semakin tinggi pula permintan impor. Begitu

juga sebaliknya, semakin rendah pendapatan suatu negara maka semakin

rendah pula permintaan impor.

4. Kebijakan Perdagangan

Kebijakan perdagangan yang berupa hambatan tarif dan non-tarif

mempengaruhi permintaan suatu produk impor. Misalnya pemerintah Jepang

menaikkan tarif impor karet terhadap produk impor karet Indonesia. Hal ini
25

mengakibatkan harga produk impor karet dari Indonesia meningkat sehingga

permintaan akan impor karet Indonesia mengalami penurunan. Demikian juga

dengan pembatasan kuota impor, misalnya pemerintah Amerika Serikat

memberlakukan kuota impor tekstil ke negaranya sehingga hanya boleh

sebanyak 10 juta kain tekstil pertahun, sehingga berdampak kepada

menurunnya permintaan impor tekstil Indonesia ke Amerika. Suatu negara

yang ingin menggunakan tarif sebagai instrumen kebijakan perdagangan akan

menghadapi berbagai masalah yang harus diselesaikan, yaitu sistem

perhitungan beban tarif yang akan dikenakan pada barang-barang.

2.5 Teori Nilai Tukar

Menurut Salvatore (2014), nilai tukar perdagangan suatu negara

didefinisikan sebagai rasio harga komoditas ekspor terhadap harga komoditas

impor. Nilai tukar perdagangan dari mitra dagang kemudian sama dengan

timbale balik, atau kebalikan, nilai tukar perdagangan negara lainnya. Menurut

Sukirno (2007), transaksi ekspor dan impor dibayar dalam mata uang asing.

Disamping itu diantara satu negara dengan negara lain akan selalu berlaku

aliran keluar masuk modal jangka panjang maupun jangka pendek.

Aliran-aliran uang diantara berbagai negara ini adalah dalam mata uang

asing. Untuk menentukan nilai mata uang asing itu dalam suatu negara perlu

ditentukan kurs atau nilai pertukarannya. Dengan demikian kurs valuta asing

dapat didefinisikan sebagai nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila

ditukarkan dengan mata uang dalam negeri. Penentuan valuta asing dapat

dibedakan kepada dua sistem yaitu:

1. Kurs Tetap
26

Kurs tetap adalah sistem penentuan nilai mata uang asing dimana bank

sentral menetapkan kurs diantara Dollar dengan rupiah US$1.00 = Rp

10.000,00. Berdasarkan kurs ini suatu perusahaan yang ingin mengimpor

barang dari luar negeri dan memerlukan dollar US, akan membayar sebanyak

Rp 10.000,00 juga untuk setiap dollar yang dibelinya.

2. Kurs Fleksibel

Kurs fleksibel adalah nilai mata uang asing yang ditetapkan

berdasarkan perubahan permintaan dan penawaran di pasaran valuta asing dari

hari ke hari. Salah satu yang penting dalam sistem ini adalah sistem ini dapat

mengakibatkan fluktuasi harga valuta asing yang sangat besar dari satu periode

ke periode lainnya. Fluktuasi yang tidak teratur ini dapat mempengaruhi tingkat

harga, tingkat kegiatan ekonomi dan keadaan kesempatan kerja. Untuk

menghindari implikasi buruk tersebut seringkali bank sentral melakukan jual

beli valuta asing dengan tujuan untuk mengurangi fluktuasi harga valuta asing.

Ketika valuta asing dianggap terlalu tinggi, bank sentral akan menjual valuta

asing. Apabila harga valuta asing dianggap terlalu rendah, bank sentral akan

membeli valuta asing.

2.6 Penelitian Terdahulu

Diah (2018) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang

memepengaruhi impor kedelai di Indonesia tahun 1977-2015. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi model koreksi

kesalahan atau Error Correction Model (ECM) dengan data sekunder bentuk

time series (deret waktu) dalam periode waktu 39 tahun, yaitu dari tahun 1977

sampai tahun 2015. Hasil penelitian menujukkanbahwa terdapat empat


27

variabel yang berpengaruh nyata terhadap impor kedelai di Indonesia yaitu

variabel volume impor kedelai, produksi kedelai domestik, konsumsikedelai

domestik, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.Hasil penelitianini

menujukkan bahawa variabel produksi kedelai dalam jangka panjang dan juga

jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor kedelai di

Indonesia; vaiabel konsumsi kedelai dalam jangka panjang berpengaruh positif

terhadap pengaruh impor kedelai di Indonesia; dan nilai tukar dalam jangka

pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap impor kedelai di Indonesia, hal

ini menujukkan bahwa nilai tukar bukanlah faktor utama untuk mengimpor

penurunan volume impor kedelai di Indonesia dalam jangka pendek. Sementara

nilai tukar dalam jangka panjang memiliki dampak signifikan terhadap impor

kedelai di Indonesia.

Almira (2018) melakukan penelitian mengenai analisis faktor faktor

yang mempengaruhi impor kedelai di Indonesia tahun 2001-2017. Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi model

koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM) dengan data sekunder

bentuk time series (deret waktu) dalam periode waktu 16 tahun yaitu dari tahun

2001 sampai tahun 2017. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

impor kedelai sebagai variabel dependen, sedangkan variabelindependen

meliputi pendapatan penduduk, nilai tukar IDR/USD, harga kedelai nasional

dan konsumsi kedelai nasional pada tahun 2001-2017.Hasil penelitian

menujukkan bahwa adanya pengaruh pendapatan per kapita terhadap impor

kedelai di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek yaitu negatif dan

berpengaruh signifikan.Dalam jangka panjang pendapatan perkapita


28

berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap impor kedelai, pengaruh

nilai tukar/kurs terhadap impor kedelai di Indonesia dalam jangka panjang dan

jangka pendek yaitu positif dan berpengaruh signifikan, pengaruh harga kedelai

nasional terhadap impor kedelai di Indonesia dalam jangka panjang dan

jangkapendek yaitu positif namun tidakberpengaruh signifikan dan

pengaruhkonsumsi kedelai nasional terhadap impor kedelai di Indonesia dalam

jangkapendek yaitu positif dan berpengaruh signifikan sedangkan dalam jangka

panjangkonsumsi kedelai nasional berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap impor kedelai di Indonesia.

Megawati (2013) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi impor kedelai di Indonesia. Variabel yang digunakan yaitu

nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, harga kedelai impo, produk

domestik bruto,volume impor kedelai, tingkat upah, luas areal panen dan

tingkat suku bunga. Metode penelitian yang digunakan adalah data sekunder

time series (deret waktu) metode analisis menggunakan analisis regresi linear

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar Amerika

Serikat, harga kedelai ompor, PDB, dan produksi secarabersama-sama

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume imporkedelai di

Indonesia. Secara parsial variabel harga kedelai impor dan

produkdomestikbruto memiliki pengaruh signifikan terhadap volume impor.

Sedangkan untukvariabel nilai tukar dollar Amerika Serikat dan produksi

berpengaruh non signifikanterhadap volume impor kedelai di

Indonesia.Variabel luas panen, tingkat upah tenaga kerja,dan tingkatsukubunga

secara bersama-sama memberikan pengaruh yang


29

signifikanterhadapproduksikedelai di Indonesia. Secara parsial variabel

luas areal panen dan tingkat upah tenaga kerja memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap produksi kedelai di Indonesia. Sedangkan untuk variabel

tingkat suku bunga berpengaruh non signifikan terhadap produksi kedelai di

Indonesia.

Lailatul (2019) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi impor kedelai di Indonesia tahun 1993-2017. Variabel

yang di gunakan yaitu produksi kedelai, konsumsi kedelai, harga kedelai lokal,

harga kedelai impor dan nilai tukar impor kedelai di Indonesia. Dengan data

sekunder bentuk time series (deret waktu) 25 tahun. Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Hasil

penelitian menujukkan bahwa variabel produksi kedelai dalam jangka pendek

dan jangka panjang berpengaruh negatif signifikan terhadap impor kedelai di

Indonesia,variabel konsumsi kedelai dalam jangka pendek berpengaruh positif

signifikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh negatif signifikan

terhadap impor kedelai di Indonesia. Sementara nilai tukar dalam jangka

pendek berpengaruh positif signifikan dan dalam jangka panjang berpengaruh

negative signifikan terhadap impor kedelai di Indonesia.

Hasmah (2017) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi impor kedelai di Indonesia 2004-2014. Variabel yang di

gunakan yaitu produksi kedelai, konsumsi kedelai dan harga kedelai lokal.

Dengan data sekunder bentuk time series (deret waktu)25 tahun. Metode

analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian menujkkan bahwa variabel

produksi, konsumsi dan harga kedelai lokal secara simultanberpengaruh

signifikan dengan signifikansi 0,009 atau lebih kecil dari 0,05 (5%) terhadap
30

impor kedelai di Indonesia. Sehingga secara parsial variabel produksi kedelai

lokal berpengaruh negatif dan signifikan 0,006 atau lebih kecil dari 0,05,

konsumsi kedelai lokal berpengaruh positif dan signifikan 0,007 atau lebih

kecil dari 0,05 dan harga kedelai lokal tidak berpengaruh dan tidak signifikan

dengan nilai signifikansi 0,563 atau lebih dari 0,05. Implikasi dalam penelitian

ini adalah dalam melakukan impor sebaiknya pemerintah harus terlebih dahulu

melihat komoditas apa yang akan di impor. Dan khusus untuk tanaman kedelai,

seharusnya pemerintah harus lebih menyediakan lahan pertanian khusus untuk

menanam kedelai.

Danis (2018) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi impor kedelai di Indonesia pendekatan Error Correction

Model (ECM) tahun 1980-2017. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan

adalah impor kedelai sebagaivariabel dependen sedangkan konsumsi kedelai,

produksi kedelai, kurs dan produk domestik bruto (PDB) sebagai variabel

independen. Data yang digunakan adalah data sekunder mulai tahun 1980

sampai 2017. Alat analisis yang digunakan adalah Error Corection Model

(ECM). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

konsumsi kedelai, produksi kedelai, kurs dan PDB mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap impor kedelai di indonesia. Konsumsi dan PDB

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap impor kedelai,

sedangkan produksi kedelai dan kurs berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap impor kedelai di Indonesia.

2.6 Kerangka Pemikiran


31

Impor merupakan suatu kegiatan pembelian dan memasukkan barang

atau jasa atau komoditas dari luar negeri ke dalam negeri secara legal melalui

proses perdagangan. Suatu negara melakukan impor biasanya karena adanya

kebutuhan akan produk tertentu di dalam negeri yang tidak dapat di penuhi

sendiri, atau untuk menambah cadagan. Selain itu kegiatan impor dilakukan

untuk memperkuat neraca pembayaran dan mengurangi keluarnya devisa ke

luar negeri. Indonesia sampai saat ini masih menjadi konsumen dalam pasar

dunia salah satunya komoditas kedelai mempunyai ketergantungan permintaan

impor yang sangat tinggi dan cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Peningkatan konsumsi tidak diimbangi dengan produksi, dimana produksi

kedelai mengalami fluktuasi cenderung menurun.

Penurunan produksi kedelai disebabkan oleh berkurangnya luas areal

tanam secara signifikan dan masih rendahnya produktivitas kedelai nasional.

Penurunan areal tanam merupakan ancaman bagi negara Indonesia dalam

memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Pemerintah terus berupaya untuk

meningkatkan luas areal tanam dan produktivitas kedelai. Namun nyatanya

jumlah produksi kedelai domestik masih belum mampu mencukupi kebutuhan

konsumsi konsumsi kedelai dalam negeri. Ketidakseimbangan antara produksi

dan konsumsi kedelai tiap tahunnya menyebabkan Indonesia harus mengimpor

kedelai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum tercukupi oleh

produksi dalam negeri.

Terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi impor kedelai di

Indonesia salah satunya adalah harga kedelai lokal dan harga kedelai dunia.

Harga kedelai lokal maupun harga kedelai dunia dapat mempengaruhi volume
32

impor kedelai di Indonesia karena harga kedelai akan mempengaruhi jumlah

permintaan kedelai. Harga kedelai dunia yang murah dan tidak adanya beban

impor menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan di dalam negeri.

Ketergantungan impor kedelai di Indonesia memiliki dampak negatif yaitu

impor kedelai akan mematikan sektor-sektor industri dan pertanian kedelai

dalam negeri yang disebabkan murahnya harga kedelai impor. Oleh sebab itu

peneliti tertarik untuk menganalisis pengaruh harga kedelai dunia,harga kedelai

lokal, pendapatan nasional, jumlah penduduk, nilai tukar rupiah, dan

persediaan barang tahun lalu.

Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis sehingga mendapatkan hasil

faktor yang berpengaruh terhadap permintaan impor kedelai di Indonesia. Hasil

analisis dapat dijadikan rekomendasi bagi kebijakan pemerintah agar dapat

mengurangi jumlah impor kedelai. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

digambarkan dalam suatu skema kerangka pemikiran pada Gambar 3.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan dalam suatu skema

kerangka pemikiran pada Gambar 3.


33

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor kedelai di


Indonesia

Volume impor kedelai di


Indonesia tahun 1980-2018
(Y)

Faktor-faktor yang mempengaruhi impor


kedelai di Indonesia:
1. Harga kedelai dunia (X1)
2. Harga kedelai lokal (X2)
3. Produk Domestik Bruto (X3)
4. Jumlah penduduk (X4)
5. Nilai tukar rupiah (X5)

Alat analisis ECM (Error


Correction Model)

Analisis jangka panjang


dan analisis jangka
pendek

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran


34

2.7 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan kerangka pemikiran yang

dikemukakan penelitian ini maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu sebagai

berikut:

1. Diduga bahwa harga kedelai dunia, harga kedelai lokal, PDB, jumlah

penduduk, dan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh signifikan terhadap volume

impor kedelai Indonesia.


III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan impor

kedelai di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam periode

waktu tahun 1980-2018. Beberapa hal yang menjadi ruang lingkup dan batasan

dari penelitian ini yaitu harga kedelai dunia, harga kedelai lokal, PDB, jumlah

penduduk, dan nilai tukar rupiah di Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan pada

bulan ……………………. sampai dengan bulan ……2020.

Adapun data yang diperlukan untuk menjelaskan aspek yang akan diteliti

meliputi:

1. Volume impor kedelai (ton/tahun)

2. Harga kedelai dunia (US$/ton)

3. Harga kedelai lokal (rupiah/ton/tahun)

4. Produk Domestik Bruto (milliyar rupiah/tahun)

5. Jumlah penduduk (jt/jiwa/tahun)

6. Nilai tukar rupiah (rupiah/US dollar)


36

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data


3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari library research yaitu penellitian melalui kepustakan. Data dalam

bentuk time seriestahunan, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

dalam tahunan yang memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan

selama periode yang diamati. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan study literature dan metode dokumentasi. Study literature yang dilakukan

adalah dengan membaca berbagai laporan dari instansi yang terkait, hasil-hasil

penelitian atau jurnal, dan studi kepustakaan yang berkaitan, sedangkan

dokumentasi adalah dengan mengambil data berupa tabel, grafik, dan gambar dari

sumber terkait seperti Food Agriculture Organization (FAO), Pusat Data dan

Informasi Pertanian (Pusdatin Pertanian), dan Badan Pusat Statistik (BPS).

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam

penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode dokumentasi merupakan suatu

cara untuk memperoleh data informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya

dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis, baik

berupa angka ataupun keterangan. Selain data-data laporan tertulis, untuk

kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari

berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.


37

3.3 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi
model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM)
denganmenggunakan program Eviews7. Tahap-tahap pengujian ECM:

3.3.1 Pengujian dengan Error Correction Model (ECM)

Analisis Error Correction Model (ECM) mampu memberikan arti lebih

luas dari estimasi model ekonomi, yang merupakan pengaruh perubahan variable

independen terhadap variable dependen dalam hubungan jangka panjang dan

jangka pendek. Model ECM adalah model yang dapat digunakan untuk mencari

persamaan regresi keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek serta

konsistensi atau tidaknya suatu model. Adapun model regresi ECM yang

digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Persamaan jangka panjang

Ŷ = β0+ β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5+ ut…………………………(3.2)

b. Persamaan jangka pendek

DYt = α0 + α1DX1t + α2DX2t + α3DX3t + α4DX4t + α5DX5t + ECT………(3.3)

ECT = Yt-1 – (β0+ β1X1t-1+ β2X2t-1 + β3X3t-1 + β4X4t-1 + β5X5t-1 )……….(3.4)

Keterangan :
Y = Volume impor kedelai Indonesia (ton/tahun)
X1 = Harga kedelai dunia (US$/ton/tahun)
X2 = Harga kedelai lokal (rupiah/ton/tahun)
X3 = Produk domestik bruto (milliyar rupiah/tahun)
X4 = Jumlah penduduk (jt jiwa/tahun)
X5 = Nilai tukar rupiah (US$/rupiah/tahun)
ut = Nilai residual
ECT = Error Correction Term
38

3.4 Uji Statistik

Untuk memperoleh hasil yang baik dan model yang layak maka perlu

dilakukan uji statistik. Estimasi model dilakukan dengan menggunakan metode

yang tersedia pada program statistik E-views. Koefisien yang dihasilkan dapat

dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian

diinterpretasikan serta dilihat setiap variabel yang diteliti, cara mengujinya adalah

sebagai berikut :

1. Uji Determinan (R2)

Uji determinan (R2) adalah suatu cara untuk mengukur proporsi atau

persentase dari total variasi variabel tak bebas Y yang dijelaskan oleh sebuah

variabel penjelas X. Nilai R2 = 0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan

oleh X sama sekali. Tidak tepatnya titik pada garis regresi disebabkan oleh adanya

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel bebas. TSS adalah variasi dari

data, sedangkan ESS adalah variasi dari garis regresi yang dibuat. Nilai R 2 = 1,

artinya 100 persen variasi Y dapat diterangkan oleh X, maka semua titik

pengamatan berada pada garis regresi.

2. Uji Statistik F

Uji F adalah pengujian dugaan persamaan secara keseluruhan. Uji F statistik

dapat menjelaskan kemampuan variabel bebas bersama-sama dan menjelaskan

keragaman dari variabel dependen. Langkah uji F statistik adalah :

 H0 : R2 = 0, artinya tidak ada variabel yang berpengaruh berbeda nyata.

 H1 : R2 ≠ 0, artinya variabel independen yang berpengaruh berbeda nyata

terhadap variabel dependen.

Berdasarkan nilai signifikansi dengan α = 0,10 :


39

 Nilai sig < 0,10, maka H0 ditolak, artinya secara simultan ada pengaruh beda

nyata antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen.

 Nilai sig > 0,10, maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh beda nyata

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

3. Uji Statistik t

Uji t adalah untuk melihat apakah variabel bebas yang terdapat dalam model

secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Uji untuk

hipotesisnya adalah :

 H0 : βi = 0, maka tidak ada pengaruh beda nyata dari variabel X terhadap


variabel Y.
 H1 : βi ≠ 0, maka ada pengaruh beda nyata dari variabel X terhadap variabel
Y.

Berdasarkan nilai signifikansi dengan α = 0,10 :

 Nilai sig < 0,10, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh beda nyata antara

variabel independen terhadap variabel dependen.

 Nilai sig > 0,10, maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh beda nyata

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Keputusan yang diharapkan adalah tolak H0, yang artinya bahwa variabel-variabel

bebas berpengaruh beda nyata terhadap variabel tak bebas dengan tingkat

kepercayaan (1- α) persen.


40

3.5 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda terhadap

hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian asumsi klasik

atas data yang akan diolah, sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah

model regresi penelitian nilai residualnya berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan berbagai prosedur dan dalam

penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji Jarque-Bera melalui software

Eviews. Dasar pengambilan keputusan dalam deteksi normalitas yaitu dengan

membandingkan nilai Jarque-Bera yaitu apabila nilai probabilitasnya > 0.1 (10%)

maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Pengujian pada penelitian ini menggunakan Breusch-Pagan-Godfrey

dengan eviews antara nilai probabilitas Breusch-Pagan-Godfrey >α (0,1) maka

tidak ada masalah heteroskedastisistas dan juga sebaliknya jika nilai probabilitas

Breusch-Pagan-Godfrey <α (0,1) maka terdapat masalah heteroskedastisistas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka digunakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2011). Pada


41

penelitian ini untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi menggunakan LM

Test pada eviews. Jika pada tabel, hasil LM Test yang diperoleh adalah nilai prob

Chi-Square > α (0,1), artinya data penelitian dapat dikatakan tidak ada masalah

autokorelasi, tetapi jika nilai prob Chi-Square < α (0,1), maka terdapat masalah

autokorelasi.

4. Uji Stationeritas

Uji stationer bertujuan untuk mengetahui data tersebut stationer atau tidak

stationer karena mengandung unsur trend. Pada data time series sering

menghasilkan regresi lancing, sehingga untuk menghindari hal tersebut harus

ditransformasi dari data non stationer menjadi data stationer. Pengujian stationer

menggunakan uji akar unit root (Unit Root Test) bisa menggunakan uji ADF

(Augmented Dickey Fuller) dengan membandingkan probabilitas ADF teststatistic

dengan tingkat kesalahan (α) pada tingkat tertentu. Adapun persmaan dari uji

ADF (Argumented Dickey Fuller) adalah, sebagai berikut :

ΔΥt = ɸΥt-1 + et (tanpa intercept)


ΔΥt = β1 + ɸΥt-1 + et (dengan intercept)
ΔΥt = β1 + β2t + ɸΥt-1+et (intercept dengan trend waktu)
Dimana:

Δ = First difference dari variable yang digunakan


t = varibel trend
Data dikatakan stationer jika nilai ADF test statistic lebih kecil dari nilai table

MacKinnon. Hipotesis yang digunakan yaitu :

 Hо = data tidak stationer (mengandung unit root)

 Ha = data stationer (tidak mengandung unit root)


42

Penolakan hipotesis nol menunjukan data yang dianalisis adalah stationer, jika

terdapat hubungan antar variable tertentu dengan waktu . Syarat menggunakan

metode analisis ECM adalah seluruh variabel yang digunakan harus tidak

stationer. Apabila data yang diuji pada tingkat level tidak stationer maka harus

dilanjutkan dengan uji derajat integrasi ditingkat tertentu (first difference atau

second difference).

5. Uji Kasualitas

Uji kasualitas adalah sebuah metode analisis untuk mengetahui hubungan

dimana di satu sisi suatu variabel dependen dapat dipengaruhi oleh variabel lain

yaitu variabel independen dan disis lain variabel independen tersebut dapat

menempati posisi variabel dependen. Hubungan seperti ini sering disebut sebagai

hubungan kawal atau hubungan timbal balik. Uji kasulitas yang digunakan di

dalam penelitian ini adalah granger casuality tests. Jika nilai probabilitasnya lebih

kecil daripada 0.1 (alpha), maka artinya mempengaruhi, serta sebaliknya jika nilai

probabilitasnya lebih besar daripada 0.1 (alpha), maka tidak mempengaruhi.

3.6 Konsepsi dan Pengukuran

1. Impor kedelai adalah suatu kegiatan pembelian dan memasukkan barang


atau jasa atau komoditas dari luar negeri ke dalam negeri secara legal
melalui proses perdagangan (ton/tahun).

2. Volume impor kedelai adalah jumlah kedelai yang di impor dan tercatat di
Badan Pusat Statistik (ton/tahun).

3. Harga kedelai dunia adalah harga kedelai yang diberlakukan di pasar


internasional (US$/ton).

4. Harga kedelai lokal adalah harga kedelai yang diberlakukan di pasar dalam
negeri (rupiah/ton/).
43

5. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa
yang di produksi oleh suatu negara pada periode tertentu (milliyar
rupiah/tahun).

6. Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang menempati wilayah


Indonesia (jt/jiwa/tahun).

7. Nilai tukar rupiah adalah nilai tukar uang Indonesia terhadap mata uang
pembayaran yang berlaku, yakni Dollar AS (rupiah/US Dollar).
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2014. Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta


Almira. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Kedelai di
Indonesia Tahun 2001-2017. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta. (Dipublikasikan).
Andayanie, Wuye Ria. 2016. Pengembangan Produksi Kedelai Sebagai
UpayaKemandirian Pangan di Indonesia. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Atman. 2014. Produksi Kedelai Strategi Meningkatkan Produksi Kedelai Melalui
PTT. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2019. Impor Kedelai Indonesia Menurut Negara Asal
Utama, 2013-2017. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Damardjati, D. S., Marwoto, D.K. S. Swastika D. M. Arsyad, danY. Hilman.
2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang
Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.
Danis. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Kedelai di
Indonesia Pendekatan Error Correction Model Tahun 1980-2017. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta. (Dipublikasikan).
Destasari AN, Suharyono dan Edi Y. 2015. Pengaruh Produksi Kedelai Dalam
dan Harga Kedelai Dunia Terhadap Volume Impor Kedelai di Indonesia
(Studi Terhadap Volume Impor Kedelai Tahun 1996-2013).Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) No.1. Vol.1.
Dewi, Karina dan Ketut Sutrisna. 2016. Pengaruh Tingkat Produksi, Harga dan
Konsumsi Terhadap Impor Bawang Merah di Indonesia. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana. 5(1). Hal:139-149.
Diah. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Kedelai di
Indonesia Tahun 1977-2015. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. (Dipublikasikan).
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV Andi Offset. 308 hlm.
Hasmah. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Kedelai di
Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Makassar. (Dipublikasikan).
45

Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2015. Rencana


Strategis (RENSTRA) Aneka Kacang dan Umbi 2015-2019. Kementrian
Pertanian. Jakarta.
Krugman, Paul dan Obsfeld, Maurice. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan. Harper Collins Publisher. Ahli Bahasa. DR. Faisal H. Basri, SE.
MSc. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Lailatul. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Kedelai di
Indonesia Tahun 1993-2017. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. (Dipublikasikan).
Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. 2004. Uang Perbankan, dan
Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Lembaga Penerbit FEUI.
Jakarta.
Megawati. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor dan Produksi
Kedelai di Indonesia. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Palembang. Palembang. (Dipublikasikan).
Mursidah.2005.PerkembanganProduksiKedelaiNasionaldanUpaya
Pengembangannya di Provinsi Kalimantan Timur.Jurnal LIPI. P. 21-45.
Muslim, Aziz. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Impor Kedelai
Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8.No.1.
Namira. 2016. Pengantar Akuntansi. CV. Budi Utama. Yogyakarta.
Nopirin. 2014. Ekonomi Internasional Edisi 3. BPFE. Yogyakarta.
Raharja. 2010. Panduan Praktis Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Salemba
Empat. Jakarta.
Permadi, GS. 2015. Analisis Permintaan Impor Kedelai Indonesia. Jurnal Eko
Regional. Vol.10.No.1. Universitas Jenderal Soedirman.
Pitojo. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Salvatore, D. 2014. Ekonomi Internasional. Salemba Empat. Jakarta
Silitonga. 2009. Konsumsi Tempe. hlm. 209-229. Dalam Sapuan dan Noer
Sutrisno (Ed). Bunga Rampai Tempe Indonesia. Yayasan Tempe Indonesia.
Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2007. Makro Ekonomi Modern. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Suparmoko. 2011. Pengantar Ekonomi Makro. BPFE UGM. Yogyakarta.
Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Swastika. 2011. Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Pangan. Jakarta
46

Syamsurizal. 2014. Perdagangan Internasional. Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Jambi. Jambi.
Tambunan, Tulus. 2011. Perekonomian Indonesia. Kajian Teoritis dan Analisis
Empiris. Ghalia Indonesia. Bogor.
Tarigan. 2018. Ekonomi Regional. Bumi Aksara. Jakarta.
47

LAMPIRAN
Lampiran 1. Perkembangan Konsumsi, Produksi, dan Volume Impor
Kedelai di Indonesia Tahun2003-2018

Konsumsi Produksi Volume Impor


Tahun
(ton) * (ton) ** (ton)**
2003 1.608.259 671.600 1.192.717
2004 1.466.987 723.483 1.117.790
2005 1.550.083 808.353 1.086.178
2006 1.735.939 747.611 1.132.144
2007 1.775.339 592.634 2.240.795
2008 1.594.130 776.491 1.173.097
2009 1.574.896 974.512 1.314.620
2010 1.591.269 907.031 1.740.505
2011 1.693.753 851.286 2.088.616
2012 1.629.848 843.153 1.921.207
2013 1.624.151 779.992 1.785.385
2014 1.640.479 954.997 1.965.811
2015 1.798.347 963.183 2.256.932
2016 1.927.655 860.000 2.261.803
2017 2.008.662 542.000 2.538.074
2018 2.010.152 982.598 2.585.808

Rata-rata 1.701.872 811.183 1.775.093


Sumber:* SUSENAS, BPS 2019 (Diolah)

** Food and Agriculture Organization (FAO),2019.


48

Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kedelai di Indonesia


Tahun 2003-2018

Luas Panen Produksi


Tahun
(ha) (ton)
2003 526.796 671.600
2004 565.155 723.483
2005 621.541 808.353
2006 580.534 747.611
2007 459.116 592.634
2008 591.899 776.491
2009 722.791 974.512
2010 660.823 907.031
2011 622.254 851.286
2012 567.624 843.153
2013 550.793 779.992
2014 615.685 954.997
2015 613.885 963.183
2016 577.000 860.000
2017 357.000 542.000
2018 680.373 982.598

Rata-rata 582.079 811.183


Sumber : Food and Agriculture Organization (FAO), 2019.

Lampiran 3. Impor Kedelai Indonesia Menurut Negara Asal Utama Tahun


49

2014 -2018

Negara 2014 2015 2016 2017 2018


Asal Berat Bersih : 000 kg
Amerika 1.874.725, 2.236.864, 2.637.125,
2.206.443,8 2.520.253,2
Serikat 6 1 0
Kanada 22.003,4 26.117,2 7.404,9 12.104,0 54.531,3
Malaysia 13.573,2 13.079,3 5.647,3 9.505,5 10.413,1
Tiongkok 620,0 2.225,4 1.520,4 0,0 11,8
Uruguay 22.450,1 4.787,1 2.727,5 2.568,2 0,0
Ethiopia 4.525,4 2.180,0 0,0 0,0 0,0
Argentina 23.087,5 1.000,3 7.498,3 5.000,0 0,0
Lainnya 4.826,0 1.098,6 140,8 5.611,4 599,1
1.965.811, 2.261.803, 2.671.914,
Jumlah 2.256.931,7 2.585.809,1
2 3 1
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019.

Lampiran 4. Perkembangan Harga Kedelai Lokal dan Harga Kedelai Impor


50

di Indonesia Tahun 2014-2018

Harga Kedelai Lokal Harga Kedelai Impor


Tahun
(Rp/kg) (Rp/kg)
2014 10.643 11.135
2015 11.161 11.094
2016 11.398 10.800
2017 10.855 10.657
2018* 10.530 10.343
Sumber : Kementerian Perdagangan diolah Pusdatin Kementan, 2018.
Ket : *Rata-rata s/d November 2018.

Anda mungkin juga menyukai