Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran termasuk di dalamnya belajar dan mengajar merupakan bagian


implementasi dari kurikulum. Sebagaimana penulis ketahui bahwa secara umum
kurikulum itu memiliki dua dimensi, yakni kurikulum sebagai pedoman dan
kurikulum sebagai implementasi.1 Kurikulum sebagai pedoman berfungsi sebagai
acuan, sedangkan kurikulum sebagai implementasi adalah aktualisasi dari
kurikulum. Kurikulum sebagai pedoman dan kurikulum sebagai implementasi
merupakan satu kesatuan yang kedua-duanya harus dipahami juga harus
dipelajari.

Jika kurikulum sebagai pedoman bagus, namun dalam implementasi tidak


maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai, pun demikian ketika pedoman tidak
ada atau jelek maka dalam pengimplementasiannya juga akan kebingungan. Jadi
antara konsep dan implemtasi harus sama-sama dipahami. Dalam makalah kali ini
akan dibahas mengenai konsep dasar pembelajaran, pembahasan ini jelas ada
kaitannya dengan pembahasan sebelumnya mengenai kurikulum sebagai
pedoman.

Tujuan pendidikan tercapai dan tidaknya ranah implementasilah ujung


tombaknya. Jika implementasinya gagal maka tujuan pendidikanpun gagal
tercapai. Begitupun sebaliknya jika dalam implementasi benar dan sesuai maka
tujuan pendidikanpun akan tercapai. Intinya kita harus memahami konsep dalam
implemtasi dan konsep harus signifikan dengan implementasi.

Dalam memahami konsep maka akan berhubungan dengan teori,sedangkan


teori akan berkaitan dengan hal yang dipandang ilmiah. Jika teori berhubungan
dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran pun akan

1
Prof. Dr. Wina sanjaya, M.Pd. 2011 hal 207
2

tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Melalui landasan ilmiah ini yang
disebut dengan konsep dasar, maka dengan konsep dasar inilah kita akan
memahami pembelajaran.2

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar pembelajaran.


Termasuk didalamnya harus kita pahami hakikat belajar dan mengajar juga harus
kita pahami komponen-komponen pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas maka masalah yang akan kami bahas dalam
makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana konpsep belajar?

2. Bagaimana konsep pembelajaran?

3. Apa saja komponen-komponen pembelajaran?

1.3. Tujuan pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembahasan makalah


ini diantaranya

1. Untuk memahami konsep belajar.

2. Untuk memahami konsep pembelajaran

3. Untuk menegatahui komponen-komponen pembelajaran.

2
Dr. Deni darmawan, M.Pd. e-book hal 3
3

BAB II

KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

2.1. Konsep Dasar Belajar

A. Pengertian konsep dan belajar

Pertama yang akan dibahas adalah pengertian konsep terlebih dahulu. Setelah
beberapa kali mencari bahan untuk mengartikan tentang pengertian konsep,
akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsep itu sebagai berikut:

1. Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relatif sempurna


dan bermakna,

2. Konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek,

Dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa konsep merupakan abstrak,


entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu
entitas, kejadian atau hubungan.

Untuk yang selanjutnya akan dibahas mengenai pengertian belajar :


Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.3
Skinner seperti yang dikutif barlow (1985) berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif.4
Chaplin (1972) dalam dictionary of psikology membatasi belajar dengan dua
macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi:belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Rumusan kedua, belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai
adanya latihan khusus.5

3
Muhibbin syah “psikologi belajar” 2009 : 63
4
opcit
5
Opcit 65
4

Bigs dalam pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam tiga
macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan
kualitatif.

Secara kuantitatif yang dimaksud belajar adalah kegiatan pengisian atau


pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.

Secara institusional belajar dipandang sebagi proses validasi atau pengabsahan


terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang dipelajarinya.
Secara kualitatif, belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-
pemahan serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. 6

Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan, secara umum belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.

B. Proses dan Fase Belajar

Proses adalah kata yang berasal ddari bahasa latin “processus” yang berarti
“berjalan kedepan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan
yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan.7 Dalam psikologi belajar, proses
berarti cara-cara khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga
tercapainya hasil-hasil tertentu.8 Jadi proses belajar dapat daiartikan sebagai
tahapan perubahan prilaku kognitif,afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri
siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih
maju daripada keadaan sebelumnya.

Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di


dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan

6
Muhubbin syah “psikologi pendidikan” 2010 hal 90
7
Muhibbin syah “psikologi pendidikan” 2010 : hal 110
8
Chaplin 1972 dikutif oleh muhibbin syah 2010: 110
5

tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara
berurutan dan fungsional.

Menurut Jerome S. Bruner (barlow, 1985) dalam proses belajar, siswa


menempuh tiga episode atau fase, yakni:

a. fase informasi (tahap penerimaan materi)

Dalam fase ini seorang siswa yang sedang belajar memeroleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula
yang berfungsi menambah, memperhalus dan memperdalam pengetahuan
yang sebelumnya telah dimiliki.

b. fase transformasi (tahap pengubahan materi)

Dalam fase ini ,informasi yang telah diperoleh itu daianlisis, diubah, atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya
kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang luas.

c. fase evaluasi (tahap penilaian materi).

Dalam fase ini, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana
pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau
memecahkan masalah yanng dihadapi.

C. Faktor-Fakor Yang Memengaruhi Proses Belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas


dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas
hasil belajar.

a. faktor internal
6

faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat memengaruhi hasil belajarr individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisilogis dan psikologis. Dari faktor fisiologis diantaranya : keadaan tonus
jasmani, dan keadaan fungsi jasmani. Sedangkan dari faktor psikologinya
daintaranya: kecerdasan intelegnsi siswa,motivasi,minat, sikap, dan bakat.

b. faktor eksternal

prof. Muhibbin syah menjelaskan bahwa faktor – faktor eksternal yang


memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor linngkungan nonsosial.9

D. Konsep Belajar Menurut Tokoh-Tokoh Islam

Supaya lebih luas khasanah keilmuannya dan sesuai dengan jurusan yang
penulis dan rekan-rekannya duduki yakni jurusan kependidikan islam. Pantas dan
selayaknya kpenulis menyinggung sedikit konsep belajar, perspektif tokoh islam.
Tidak lain tujuan penulis hanya ingin menyampaikan bahwa tokoh-tokoh
islampun tidak kalah hebat dengan tokoh dari barat dalam konsep belajarnya.

Banyak tokoh - tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan menyumbangkan


pemikirannya tentang aktivitas belajar, diantara tokoh tersebut adalah Al-Ghazali
dan Al-Zarnuji. Kedua tokoh - tokoh ini pemikiran - pemikirannya mewarnai
dunia pendidikan di Indonesia terutama pendidikan Islam.

1. Menurut Al-Ghazali10

Konsep belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
ta’lim insani dan ta’lim robbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan
manusia. Konsep ini biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya, dan biasanya
dilakukan dengan menggunkan alat - alat indrawi.

Proses ta’lim insani dibagi menjadi dua. Pertama, dalam proses belajar
mengajar hakikatnya terjadi aktivitas mengekplorasi pengetahuan sehingga
9
Drs. Baharuddin M.Pd. I. “teori belajar dan pemebelajaran”2009 :24-27.
10
Opcit hal 42
7

menghasilkan perubahan - perubahan prilaku. Seorang pendidik mengeksplor


ilmu yang dimilikinya untuk diberikan kepada peserta didik, sedangkan peserta
didik menggali ilmu dari pendidik agar ia mendapatkan ilmu. Al-Ghazali
menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar mengajar.

Dalam proses ini, peserta didik akan mengalami proses mengetahui, yaitu
proses abtraksi. Suatu objek dalam wujudnya tidak terlepas dari aksiden - aksiden
dan atribut - atribut tambahan yang menyelubungi hakikatnya. Ketika subjek
berhubungan dengan objek yang ingin diketahui, hubungan suatu terkait dengan
ukuran, cara, situasi, tempat.

Kemudian Al-Ghazali membagi tahap - tahap abstraksi pada dua tahapan, yaitu :

 Indra menangkap suatu objek, ia harus pada jarak terten tu dari objek dan
situasi tertentu
 Terjadi alkhayyal menangkap objek tanpa melihat,tetapi tangkapan -
tangkapan masih meliputi aksiden - aksiden dan atribut-atribut tambahan
seperti kualitas dan kuantitas

Agar proses belajar mengajar dapat efektif dan mendapatkan hasil yang optimal
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik, antara lain :

 Mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang kotor. Karena hati


sebagai sentral dalam jasad manusia dan sangat berpengaruh terhadap
segala aktivitas pekembangannya
 Mengurangi kesenangan duniawi agar hati terpusat pada ilmu dan
pelajaran.
 Sederhana dalam hal makanan, karena bila terlalu kenyang dapat
mengakibatkan keras hati, mengganggu ketangkasan dan kecerdikan serta
malas, dan lain sebagainya
 Belajar ilmu sampai tuntas.
 Bersikap rendah diri jangan meremehkan orang lain termasuk kepada
gurunya.
8

 Mengenal nilai - nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu
yang bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan dan memberi
keselamatan dunia dan akhirat

Kedua yang terkait dengan ta’lim insani adalah tafakur. Tafakur diartikan
sebagai proses belajar dengan mengamati kejadian alam dan peristiwa - peristiwa
yang terjadi di alam ini. Tafakur ini dapat dilakukan dengan mengosongkan jiwa
dan hati yang suci.

Selanjutnya konsep belajar dengan pendekatan ta’lim robbani. Pada tahapan ini
seorang manusia belajar dengan bimbingan tuhan

2. Menurut Al-Zarnuji 11

konsep belajar mengajar adalah meletakan hubungan pendidik dan peserta


didik pada tempat sesuai porposinya, seorang siswa adalah seorang yang harus
selalu tekun dalam belajar, senantiasa menghormati ilmu pengetahuan dan
menghormati pendidik, karena kalau siswa sudah menghormati guru dan
menghormati ilmunya.

2.2. Konsep Dasar Pembelajaran

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “intruction”, yang banyak


dipakai dalam dunia pendidikan di amerika serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi
oleh aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber

11
Ta’lim muta’alim
9

kegiatan. Bukan hanya itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala
sesuatu lewat berbagai macam media,... sehinga mendorong terjadinya perubahan
peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber
belajar menjadi guru sebagai fasilitator.12

a. Mengajar berpusat pada siswa

Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar melainkan ditempatkan sebagai


subjek yang belajar dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya,
oleh sebab itu materi apa yang harus dipelajari...tidak semata-mata ditentukan
oleh keinguinan guru, akan tetapi memerhatikan setiap perbedaan siswa.13
Mengajar tidak ditentukan oleh selera siswa tidak ditentukan oleh guru, akan
tetapi ditentukan oleh siswa. Hendak belajar apa siswa dari topik yang harus
dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, bukan hanya guru yang
menentukan tetapi juga siswa.14 Peran guru dari sumber belajar menjadi
fasilitator, tujuan utamanya adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu
kriteria keberhasilan prosese mengajar tidak diukur oleh sejauh mana telah
menguasai materi tapi sejauh mana siswa telah melakukan proses
pembelajaran.15

b. siswa sebagai subjek belajar

Siswa dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi


untuk berkembang dan mereka adalah individu yang memiliki kemampuan
dan potensi.16

12
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd Kurikulum dan Pembelajaran, kencana, Jakarta 2010 Hal 213
13
Opcit hal 214
14
Opcit hal 214
15
Opcit hal 214
16
........hal 214
10

c. Proses pembelajaran berlangsung dimana saja

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa,


maka proses pemebelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-
satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. Ketika siswa
akan belajar tentang fungsi pasar misalnya, maka pasar itu sendiri
merupakan tempat belajar siswa.

d. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi


proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Oleh karena itulah, penguasaan materi pelajaran bukanlah
akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk
pembentukan tingkah laku yang lebih luas.

2.3. Komponen – Komponen Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari:


(1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7)
Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai
bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka
saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan. 17
Kedelapan komponen tersebut rupanya tidak ada satupun komponen yang dapat
dipisahkan satu sama lain karena dapat mengakibatkan tersendatnya proses
belajar-mengajar. Misalnya pengajaran tidak dapat dilakukan di ruang yang tidak
jelas, tanpa siswa, tanpa tujuan, tanpa bahan ajar.

Masing-masing komponen dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut.


Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai
komponen proses belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai
17
Soetopo, 2005 : 143
11

objek pendidikan bergeser sebagai subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa


adalah kunci dari semua pelaksanaan pendidikan. tiada pendidikan tanpa anak
didik. Untuk itu siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan
tanggung jawabnya sebagai siswa. Siswa adalah individu yang unik, mereka
merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman
sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada
umumnya. Mereka datang ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar
belakang kehidupan sosial. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan
yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh
guru.18

Guru

Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus
profesional. Walaupun guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan
pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru
mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru
harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru.
Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional.
Kompetensi guru itu mencakup kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan,
menguasai metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi,
menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. 19
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar. Menurut
Usman (1990:7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai
demonstrator, lecturer (pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai
mediator dan fasilitator, dan (4) sebagai motivator.

Tujuan

Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum
18
Sudirman 2001 :109
19
Soetopo 2005 : 144
12

pembelajaran sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa


tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan dan
pembelajaran secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun
berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003:
73).
Lebih lanjut menurut Oemar Hamalik (2003: 73) bahwasannya komponen tujuan
pembelajaran, meliputi: (1) tingkah laku, (2) kondisi-kondisi tes, (3) standar
(ukuran) perilaku.

Materi

Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku
paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran.
Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Anak yang sedang field-
trip di kebun menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang
praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi
pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh
anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.

Metode
Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran
yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan
dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak. Sarana/Alat/Media
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses
belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa
benda yang sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya
yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak,
dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaian dengan
tujuan, anak, materi, dan metode pembelajaran.
13

Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan
kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan tenaga pengajar yang
handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.

Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik,
sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi
dilaksanakan secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Dan evaluasi
dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran. Guru harus
melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan.
Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai kompetensi dasar, maka
pelajaran dapat dilanjutkan dengan catatan guru memberikan perbaikan (remidial)
kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan. Dengan adanya evaluasi, maka
dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau individu yang belum mencapai
ketuntasan.20

Lingkungan pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting demi


suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan
sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM
berlangsung. Semua komponen pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa,
sehingga belajar anak dapat maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.
Mengelola lingkungan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas bukan
merupakan tugas yang ringan. Oleh karenanya guru harus banyak belajar. Doyle
(1986) berpendapat bahwa hal-hal yang menyebabkan pengelolaan kelas
mempunyai beberapa dimensi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Emersen,
Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi pada waktu awal-awal
sekolah banyak berpengaruh terhadap pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat
berikutnya.

20
Madjid, 2005: 224
14

Borden (2001: 71) menyarankan agar setiap anak mempunyai ruang gerak
sedikitnya tiga meter persegi. Madrasah Jenderal Sudirman memiliki ruang kelas
yang cukup representative yaitu dengan ukuran 6 x 8 meter persegi.
Adapun menurut Oemar Hamalik (2001: 77), komponen-komponen pembelajaran
meliputi tujuh aspek yaitu: (1) tujuan pendidikan dan pengajaran, (2) peserta didik
atau siswa, (3) tenaga kependidikan khususnya guru, (4) perencanaan pengajaran
sebagai suatu segmen kurikulum, (5) strategi pembelajaran, (6) media
pembelajaran, dan (7) evaluasi pembelajaran.

Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi antara komponen. Misalnya


komponen peserta didik berinteraksi dengan komponen guru, metode/media,
perlengkapan/peralatan, dan lingkungan kelas yang mengarah kepada pencapaian
tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1990: 216),
berpendapat bahwa unsur-unsur atau komponen-komponen yang dapat
mendukung kualitas pembelajaran, maka perlu diperhatikan unsur-unsur yang
secara langsung berkaiatan dengan berlangsungnya proses belajar tersebut terdiri
atas 6 komponen, yaitu: guru, siswa, kurikulum, konteks, metode, dan sarana.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini:
15

Gambar 4. Unsur-unsur Pembelajaran (Adaptasi dari Suharsini Arikunto, 1990:


216)

Dari gambar di atas, nampaknya setiap unsur dapat dikatakan penting dan
menentukan. Namun apabila dicermati lebih mendalam satu persatu unsur-unsur
selain guru, yakni konteks, siswa, kurikulum, metode, dan sarana, tidak dapat
menunjukkan peran yang berbeda tanpa mengubah posisinya, namun disisi lain
guru yang profesional mampu mengubah, mengupayakan atau memanipulasi ke-5
(lima) variabel tersebut untuk kepentingan pembelajaran yang ia kehendaki.
• Guru, konteks, siswa, kurikulum, metode, media, sarana adalah unsur yang dapat
berpengaruh kepada kualitas belajar dan pembelajaran.
• Guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubah unsur-unsur lain
menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur yang lain tidak dapat mengubah guru
menjadi bervariasi.

. Guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat penting bagi terwujudnya
pembelajaran, menurut kualitas yang dikehendaki.

Menurut pandangan penulis, kedua pandangan tersebut jika dipahami lebih


mendalam akan ditemukan persamaan-persamaan. Diantaranya istilah lingkungan
pembelajaran menurut Soetopo dalam perspektif Arikunto disebut dengan istilah
konteks, kemudian Arikunto juga tidak menyebutkan komponen evaluasi.

Kalau dicermati lebih jauh, komponen kurikulum yang dipakai oleh Arikunto
mengisyaratkan adanya evaluasi, karena dalam perencanaan kurikulum pasti
terdapat evaluasi. Istilah kurikulum oleh Soetopo dipecah menjadi dua yaitu
materi dan evaluasi pembelajaran.

Penulis menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Soetopo yang


menyatakan bahwa komponen pembelajaran mencakup (1) Siswa, (2) Guru, (3)
16

Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8)
Lingkungan/konteks. Merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan
semakin maraknya sekolah unggul yang menerapkan metode Quantum Teaching
and Learning (QTL) dalam pembelajaran, maka keberadaan delapan komponen
sebagaimana yang dikemukakan oleh Soetopo menjadi hal yang tidak dapat
dipisahkan dan dikesampingkan untuk mencapai kualitas pembelajaran
sebagaimana yang diharapkan.

BAB III

SIMPULAN

Jika kurikulum sebagai pedoman bagus, namun dalam implementasi tidak


maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai, pun demikian ketika pedoman tidak
ada atau jelek maka dalam pengimplementasiannya juga akan bingung. Jadi antara
konsep dan implemtasi harus sama-sama dipahami. Pembelajaran sebagai suatu
sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4)
Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks. Masing-
17

masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di
kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan.

Daftar Pustaka

Syah, muhibbin. 2010. “psikologi pendidikan” Rosda karaya: Bandung.

Syah, muhibbin.2009. “psikologi belajar” rosada karya : Bandung.


18

Baharuddin, dkk.2009. “teori belajar dan pembelajaran” Ar- ruzz media:


jogjakarta.

Sanjaya, wina.2011. cet.4 “ kurikulum dan pembelajaran” kencana prenada media:


Bandung.

Az-zarnuji “Ta’lim mutalim” beirut.

http://www.asrori.com/2011/05/makalah-pendidikan-komponen-komponen.html

sudjana, Nana .2009 “...” sinar baru algensindo: bandung.

Anda mungkin juga menyukai