PENDAHULUAN
1
Prof. Dr. Wina sanjaya, M.Pd. 2011 hal 207
2
tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Melalui landasan ilmiah ini yang
disebut dengan konsep dasar, maka dengan konsep dasar inilah kita akan
memahami pembelajaran.2
Berdasarkan latarbelakang diatas maka masalah yang akan kami bahas dalam
makalah ini sebagai berikut:
2
Dr. Deni darmawan, M.Pd. e-book hal 3
3
BAB II
Pertama yang akan dibahas adalah pengertian konsep terlebih dahulu. Setelah
beberapa kali mencari bahan untuk mengartikan tentang pengertian konsep,
akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsep itu sebagai berikut:
3
Muhibbin syah “psikologi belajar” 2009 : 63
4
opcit
5
Opcit 65
4
Bigs dalam pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam tiga
macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan
kualitatif.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan, secara umum belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Proses adalah kata yang berasal ddari bahasa latin “processus” yang berarti
“berjalan kedepan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan
yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan.7 Dalam psikologi belajar, proses
berarti cara-cara khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga
tercapainya hasil-hasil tertentu.8 Jadi proses belajar dapat daiartikan sebagai
tahapan perubahan prilaku kognitif,afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri
siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih
maju daripada keadaan sebelumnya.
6
Muhubbin syah “psikologi pendidikan” 2010 hal 90
7
Muhibbin syah “psikologi pendidikan” 2010 : hal 110
8
Chaplin 1972 dikutif oleh muhibbin syah 2010: 110
5
tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara
berurutan dan fungsional.
Dalam fase ini seorang siswa yang sedang belajar memeroleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula
yang berfungsi menambah, memperhalus dan memperdalam pengetahuan
yang sebelumnya telah dimiliki.
Dalam fase ini ,informasi yang telah diperoleh itu daianlisis, diubah, atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya
kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang luas.
Dalam fase ini, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana
pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau
memecahkan masalah yanng dihadapi.
a. faktor internal
6
faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat memengaruhi hasil belajarr individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisilogis dan psikologis. Dari faktor fisiologis diantaranya : keadaan tonus
jasmani, dan keadaan fungsi jasmani. Sedangkan dari faktor psikologinya
daintaranya: kecerdasan intelegnsi siswa,motivasi,minat, sikap, dan bakat.
b. faktor eksternal
Supaya lebih luas khasanah keilmuannya dan sesuai dengan jurusan yang
penulis dan rekan-rekannya duduki yakni jurusan kependidikan islam. Pantas dan
selayaknya kpenulis menyinggung sedikit konsep belajar, perspektif tokoh islam.
Tidak lain tujuan penulis hanya ingin menyampaikan bahwa tokoh-tokoh
islampun tidak kalah hebat dengan tokoh dari barat dalam konsep belajarnya.
1. Menurut Al-Ghazali10
Konsep belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
ta’lim insani dan ta’lim robbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan
manusia. Konsep ini biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya, dan biasanya
dilakukan dengan menggunkan alat - alat indrawi.
Proses ta’lim insani dibagi menjadi dua. Pertama, dalam proses belajar
mengajar hakikatnya terjadi aktivitas mengekplorasi pengetahuan sehingga
9
Drs. Baharuddin M.Pd. I. “teori belajar dan pemebelajaran”2009 :24-27.
10
Opcit hal 42
7
Dalam proses ini, peserta didik akan mengalami proses mengetahui, yaitu
proses abtraksi. Suatu objek dalam wujudnya tidak terlepas dari aksiden - aksiden
dan atribut - atribut tambahan yang menyelubungi hakikatnya. Ketika subjek
berhubungan dengan objek yang ingin diketahui, hubungan suatu terkait dengan
ukuran, cara, situasi, tempat.
Kemudian Al-Ghazali membagi tahap - tahap abstraksi pada dua tahapan, yaitu :
Indra menangkap suatu objek, ia harus pada jarak terten tu dari objek dan
situasi tertentu
Terjadi alkhayyal menangkap objek tanpa melihat,tetapi tangkapan -
tangkapan masih meliputi aksiden - aksiden dan atribut-atribut tambahan
seperti kualitas dan kuantitas
Agar proses belajar mengajar dapat efektif dan mendapatkan hasil yang optimal
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik, antara lain :
Mengenal nilai - nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu
yang bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan dan memberi
keselamatan dunia dan akhirat
Kedua yang terkait dengan ta’lim insani adalah tafakur. Tafakur diartikan
sebagai proses belajar dengan mengamati kejadian alam dan peristiwa - peristiwa
yang terjadi di alam ini. Tafakur ini dapat dilakukan dengan mengosongkan jiwa
dan hati yang suci.
Selanjutnya konsep belajar dengan pendekatan ta’lim robbani. Pada tahapan ini
seorang manusia belajar dengan bimbingan tuhan
2. Menurut Al-Zarnuji 11
11
Ta’lim muta’alim
9
kegiatan. Bukan hanya itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala
sesuatu lewat berbagai macam media,... sehinga mendorong terjadinya perubahan
peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber
belajar menjadi guru sebagai fasilitator.12
12
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd Kurikulum dan Pembelajaran, kencana, Jakarta 2010 Hal 213
13
Opcit hal 214
14
Opcit hal 214
15
Opcit hal 214
16
........hal 214
10
Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus
profesional. Walaupun guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan
pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru
mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru
harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru.
Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional.
Kompetensi guru itu mencakup kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan,
menguasai metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi,
menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. 19
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar. Menurut
Usman (1990:7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai
demonstrator, lecturer (pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai
mediator dan fasilitator, dan (4) sebagai motivator.
Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum
18
Sudirman 2001 :109
19
Soetopo 2005 : 144
12
Materi
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku
paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran.
Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Anak yang sedang field-
trip di kebun menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang
praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi
pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh
anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
Metode
Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran
yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan
dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak. Sarana/Alat/Media
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses
belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa
benda yang sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya
yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak,
dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaian dengan
tujuan, anak, materi, dan metode pembelajaran.
13
Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan
kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan tenaga pengajar yang
handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.
Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik,
sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi
dilaksanakan secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Dan evaluasi
dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran. Guru harus
melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan.
Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai kompetensi dasar, maka
pelajaran dapat dilanjutkan dengan catatan guru memberikan perbaikan (remidial)
kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan. Dengan adanya evaluasi, maka
dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau individu yang belum mencapai
ketuntasan.20
20
Madjid, 2005: 224
14
Borden (2001: 71) menyarankan agar setiap anak mempunyai ruang gerak
sedikitnya tiga meter persegi. Madrasah Jenderal Sudirman memiliki ruang kelas
yang cukup representative yaitu dengan ukuran 6 x 8 meter persegi.
Adapun menurut Oemar Hamalik (2001: 77), komponen-komponen pembelajaran
meliputi tujuh aspek yaitu: (1) tujuan pendidikan dan pengajaran, (2) peserta didik
atau siswa, (3) tenaga kependidikan khususnya guru, (4) perencanaan pengajaran
sebagai suatu segmen kurikulum, (5) strategi pembelajaran, (6) media
pembelajaran, dan (7) evaluasi pembelajaran.
Dari gambar di atas, nampaknya setiap unsur dapat dikatakan penting dan
menentukan. Namun apabila dicermati lebih mendalam satu persatu unsur-unsur
selain guru, yakni konteks, siswa, kurikulum, metode, dan sarana, tidak dapat
menunjukkan peran yang berbeda tanpa mengubah posisinya, namun disisi lain
guru yang profesional mampu mengubah, mengupayakan atau memanipulasi ke-5
(lima) variabel tersebut untuk kepentingan pembelajaran yang ia kehendaki.
• Guru, konteks, siswa, kurikulum, metode, media, sarana adalah unsur yang dapat
berpengaruh kepada kualitas belajar dan pembelajaran.
• Guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubah unsur-unsur lain
menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur yang lain tidak dapat mengubah guru
menjadi bervariasi.
. Guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat penting bagi terwujudnya
pembelajaran, menurut kualitas yang dikehendaki.
Kalau dicermati lebih jauh, komponen kurikulum yang dipakai oleh Arikunto
mengisyaratkan adanya evaluasi, karena dalam perencanaan kurikulum pasti
terdapat evaluasi. Istilah kurikulum oleh Soetopo dipecah menjadi dua yaitu
materi dan evaluasi pembelajaran.
Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8)
Lingkungan/konteks. Merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan
semakin maraknya sekolah unggul yang menerapkan metode Quantum Teaching
and Learning (QTL) dalam pembelajaran, maka keberadaan delapan komponen
sebagaimana yang dikemukakan oleh Soetopo menjadi hal yang tidak dapat
dipisahkan dan dikesampingkan untuk mencapai kualitas pembelajaran
sebagaimana yang diharapkan.
BAB III
SIMPULAN
masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di
kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Daftar Pustaka
http://www.asrori.com/2011/05/makalah-pendidikan-komponen-komponen.html