Anda di halaman 1dari 9

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019

SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

VIII. BAB VIII


KONSEP PENGEMBANGAN

8.1 Visi dan Misi


8.1.1 Visi
Visi merupakan suatu yang menggambarkan tujuan yang ingin dicapai
Kabupaten Bandung sebagai kawasan agropolitan pada masa mendatang. Visi
ditentukan berdasarkan analisa kebijakan, potensi dan masalah, dan FFA terkait
sektor agropolitan Kabupaten Bandung. Berikut merupakan visi kawasan
agropolitan Kabupaten Bandung.
“Terwujudnya kawasan agropolitan Kabupaten Bandung yang berkelanjutan
melalui pengembangan agribisnis serta didukung dengan infrastruktur yang
memadai dalam meningkatkan produktivitas pertanian”
8.1.2 Misi
Misi ditujukan untuk mewujudkan visi dari tujuan yang akan dicapai
Kabupaten Bandung sebagai kawasan agropolitan, berikut merupakan misi
kawasan agropolitan Kabupaten Bandung:
1. Mempertahankan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dalam
pengembangan kawasan agropolitan.
2. Meningkatkan infrastruktur pendukung pengembangan kawasan
agropolitan Kabupaten Bandung.
3. Mengoptimalisasi peran kelembagaan untuk menunjang kegiatan
agribisnis dalam mengembangkan Kawasan agropolitan.
4. Meningkatkan hasil produktivitas komoditas unggulan.
5. Meningkatkan kualitas SDM untuk menunjang kegiatan agribisnis dalam
pengembangan kawasan agropolitan.
8.1.3 Strategi
Tabel 8. 1 Strategi Kawasan Agropolitan Kabupaten Bandung
Misi Strategi Program Kegiatan
Mempertahankan Menetapkan Sosialisasi peraturan  Pengadaan
Lahan Pertanian peraturan mengenai yang berlaku kepada sosialisasi atau
Pangan Berkelanjutan lahan LP2B seperti seluruh masyarakat, penyuluhan
(LP2B) dalam penerapan peraturan agar menjalankan mengenai peraturan
pengembangan insenstif dan sesuai peraturan. LP2B yang
kawasan agropolitan. disinsentif ketika berlaku.
memanfaatkan lahan.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

Misi Strategi Program Kegiatan


Meningkatkan Memperbaiki kondisi Perbaikan jalan yang  Pengaspalan
infrastruktur infrastruktur jalan mengalami lubang kembalai jalan
pendukung dan peningkatan dan peningkatan aspal yang
pengembangan perkerasan jalan perkerasan jalan berlubang
kawasan agropolitan terutama untuk  Peningkatan
Kabupaten Bandung. pemasaran komoditas perkerasan jalan
makadam dan sirtu
menajdi perkerasan
beton
Mengoptimalisasi Memaksimalkan Sosialisasi mengenai  Pelatihan dan
peran kelembagaan kinerja kelembagaan sistem bertanam yang penyuluhan terkait
untuk menunjang yang sudah ada benar dan efisien cara pengolahan
kegiatan agribisnis untuk meningkatkan dan cara
dalam hasil produksi penggunaan
mengembangkan pertanian petani. teknologi
Kawasan agropolitan. pengolahan hasil
pertanian menjadi
olahan khas daerah
yang berkualitas
dan berdaya saing
 Memberikan
informasi kepada
para petani dalam
tata cara bercocok
tanam kopi yang
benar agar
mengahsilkan kopi
dengan kualitas
terbaik.
 Sosialisasi dan
pelatihan mengenai
pengolahn hasil
pertanian dan
pengenalan
teknologi baru
Pemerataan Perekrutan petani  Pendataan petani
kelembagaan yang yang belum yang belum
mewadahi para petani terfasilitasi oleh terfasilitasi oelh
kelompok tani. kelompok tani agar
mendapat
informasi lebih
serta terfasilitasi
dalam jaringan
pemasarannya.
Meningkatkan hasil Memaksimalkan Penyediaan teknologi  Pelatihan dan
produktivitas kinerja industri baru dan peningkatan penyuluhan terkait
komoditas unggulan. pengolahan hasil sumber daya manusia cara pengolahan
pertanian dan cara
penggunaan
teknologi
pengolahan hasil
pertanian menjadi
olahan khas daerah
yang berkualitas
dan berdaya saing

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

Misi Strategi Program Kegiatan


Memaksimalkan Promosi produk hasil  Melakukan
kinerja sektor wisata olahan pertanian promosi wisata dan
untuk dengan menjual di produk hasil
mempromosikan kawasan wisata pertanian di media
agrowisata dan sosial
inovasi hasil produk
pertanian
Menambah teknologi Pengadaan teknologi  Pengadaan
pendukung pengolah pendukung oleh teknologi
hasil agropolitan, pemerintah kepada pendukung
serta mengadakan kelompok-kelompok agropolitan yang
pelatihan tani dan pemberian diperlukan oleh
penggunaannya. pelatiahn petani
penggunaannya untuk  Pengadaan
mengefisiensikan Penyupuluhan dan
kerja petani dan hasil pelatihan
komoditasnya. penggunaan
teknologi
agropolitan
Meningkatkan Memaksimalkan Sosialisasi mengenai  Pengadaan
kualitas SDM untuk pemanfaatan sumber sisten penanaman sosialisasi
menunjang kegiatan daya manusia dalam yang benar sehingga mengenai
agribisnis dalam sistem penanaman hasil produksi yang di pemberantasan
pengembangan sehingga mampu dapat maksimal hama dan penyakit
kawasan agropolitan. menghasilkan produk yang dapat
pertanian yang menurunkan hasil
berkualitas dan hasil produksi pertanian
pertanian yang dengan bantuan
maksimal dari pemerintah
melalui kelompok
tani
 Sosialisasi
mengenai
pemilihan bibit
unggul agar hasil
pertanian yang
diperoleh maksimal
dan berkualitas
Sumber: Hasil Analisis, 2019

8.2 Konsep Pengembangan Tata Ruang Kawasan Agropolitan


8.2.1 Konsep Pengembangan Struktur Ruang Kawasan Agropolitan
Konsep pengembangan struktur ruang kawasan agropolitan digunakan
untuk menentukan pengembangan struktur ruang kawasan agropolitan Kabupaten
Bandung agar terdapat pembagian antara wilayah pusat, sub pusat, dan hinterland
kawasan agropolitan. Kawasan agropolitan Kabupaten Bandung telah ditentukan
berdasarkan kebijakan RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036. Penentuan
kawasan pusat, sub pusat, dan hinterland agropolitan Kabupaten Bandung

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 3
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

ditentukan berdasarkan sarana penunjang kawasan agropolitan berupa pasar, Balai


Penyuluhan Pertanian, dan Koperasi/KUD yang ada di 4 kecamatan agropolitan.
A. Agropolitan Centre
Berdasarkan hasil analisis, penentuan kawasan pusat agropolitan terletak
di Kecamatan Ciwidey, dikatakan sebagai pusat kawasan agropolitan karena Pasar
Ciwidey merupakan pasar yang juga menampung hasil produksi dari Kecamatan
Rancabali, Kecamatan Pasirjambu, dan Kecamatan Pangalengan. Selain itu, skala
pelayanan dari Pasar Ciwidey lebih besar dari pada Pasar Baru Tunggul, Pasar
Hanura, Pasar Pintu, dan Pasar Pangalengan. Pasar Ciwidey juga dilengkapi
dengan terminal bagi angkutan minibus dan angkutan umum kota, sehingga dapat
mempermudah pengunjung dalam bermobilisasi dengan angkutan umum.Untuk
sarana lainnya seperti BPP serta Koperasi dan KUD semua Kecamatan sudah
terlayani dengan saarana pertanian tersebut yang artinya pelayanan tersebut sudah
merata di setiap Kecamatan. Hanya saja, kuantitas pada Koperasi/KUD pada
setiap Kecamatan berbeda. Hal ini mempengaruhi pada kemudahan para petani
dalam hal simpan pinjam dan pemasaran.
B. Agropolitan District
Berdasarkan hasil analisis, penentuan kawasan sub pusat agropolitan
terletak di Kecamatan Pasirjambu, dikatakan sebagai sub pusat kawasan
agropolitan karena Kecamatan Pasirjambu memiliki sarana penunjang berupa 1
Balai Penyuluhan Pertanian, dan 3 koperasi/KUD untuk peminjaman modal para
petani yang ada di Kawasan Agropolitan.
C. Agropolitan Hinterland
Berdasarkan hasil analisis, penentuan kawasan hinterland agropolitan
terletak di Kecamatan Pangalengan dan Kecamatan Pasirjambu. Kecamatan
Pangalengan merupakan hinterland dari komoditas teh dikarenakan luas lahan
yang dimiliki Kecamatan Pangalengan merupakan luas terbesar di Kawasan
Agropolitan sebesar 6488,52 Ha dengan hasil produksi sebesar 11712,69 Ton.
Kecamatan Pangalengan merupakan hinterland dari komoditas kopi dengan luas
lahan sebesar 2071 Ha dan hasil produksi sebanyak 6523,2 Ton. Kecamatan
Pangalengan merupakan hinterland dari komoditas sapi perah dikarenakan
memiliki hasil produksi susu terbanyak sebesar 31.322 liter dengan kuantitas sapi

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 4
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

sebanyak 11892 ekor. Keberadaan sapi ini didukung dengan adanya KPBS yang
berada di Kecamatan Pangalengan sebagai koperasi peternakan terbesar di
Kawasan Agropolitan Bandung. Selain Kecamatan Pangalengan, hinterland
kawasan agropolitan Kabupaten Bandung adalah Kecamatan Pasirjambu, dimana
pemasaran beberapa hasil komoditas Kecamatan Pasirjambu dijual langsung ke
Kecamatan Ciwidey dikarenakan Kecamatan Pasirjambu tidak memiliki pasar

8.3 Konsep Pengembangan Subsistem Agropolitan


8.3.1 Komoditas Kopi
A. Subsistem Hulu
Permasalahan modal yang dihadapi oleh para petani kopi terkait
permodalan dalam penanganan penyakit dan hama. Penyediaan modal
sampai saat ini adalah penyediaan modal dari petani sendiri. Penyediaan
modal terkait penanganan penyakit dan hama dapat dilakukan dengan
pengajuan proposal ke BPP yang ada di kecamatan bersangkutan.
Penanganan tersebut berupa obat-obatan, sosialisasi maupun pelatihan.
Penyediaan bibit di Kawasan Agropolitan dirasa cukup baik karena bibit
tersedia di Balai Pengembangan Sertifikasi dan Pengawasan Mutu dari
Provinsi Jawa Barat
B. Subsistem Usaha Tani
Permasalahan subsistem usaha tani komoditas kopi terletak pada hal
perawatan dan teknologi yang digunakan. Perawatan yang dimaksud
adalah mengenai penggunaan pestisida dan insektiseda. Penggunaan
pestisida dan insektisida sangat dibutuhkan oleh petani kopi, namun
dengan harga yang melambung tinggi menyebabkan para petani merasa
kurang dalam hal perawatan komoditas kopi, maka dari itu dibutuhkan
subsidi pestisida dan insektisida yang disediakan oleh pemerintah.
Permasalahan subsistem usaha tani juga terdapat di dalam hal teknologi
pertanian, yaitu terletak pada belum semuanya petani yang ada di Kawasan
Agropolitan belum memiliki alat pengolahan kopi, seharusnya ada bantuan
dari pemerintah mengenai teknologi yang digunakan petani kopi agar
nantinya produksi kopi dapat dikelola sendiri oleh setiap petani.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 5
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

C. Subsistem Hilir
1. Penyediaan Teknologi Pengolahan
Hanya beberapa kelompok tani yang melakukan pengolahan terhadap
komoditas kopi. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya jumlah
teknologi dalam pengolahan kopi. Perlu adanya bantuan penyediaan
teknologi pengolahan kopi kepada kelompok tani agar dapat meningkatkan
nilai tambah terhadap produk kopi di Kawasan Agropolitan Kabupaten
Bandung.
2. Pemasaran
Kurangnya akses pemasaran dari petani untuk menjual produk olahan,
menyebabkan petani hanya menjual biji kopi kepada ketua kelompok tani,
yang mana alat pengolahan hanya dimiliki oleh ketua kelompok tani. Perlu
adanya kerjasama antara petani dan pemerintah dalam hal akses pemasaran
komoditas kopi.
D. Subsistem Penunjang
Sebagian besar para petani menggunakan modal sendiri untuk membiayai
usaha pertaniannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran lembaga
keuangan dalam menyalurkan dana terhadap usaha di sektor pertanian
masih minim atau belum maksimal. Perlu adanya konsep pengembangan
berupa peningkatan peran lembaga keuangan dalam menyalurkan dana
terhadap usaha di sektor pertanian. Di samping perlu adanya bantuan
permodalan, juga diperlukan bantuan berupa bantuan cara pemasaran
produksi pertanian melalui pelatihan ataupun subsidi pasca panen dari
pemerintah Kabupaten Bandung.
8.3.2 Komoditas Teh
A. Subsistem Hulu
Konsep pengembangan subsistem hulu komoditas teh Kawasan
Agropolitan Kabupaten Bandung yaitu berupa penguatan sosialisasi dan pelatihan
terkait pembibitan. Hal ini dikarenakan belum meratanya penggunaan bibit unggul
komoditas teh di Kabupaten Bandung. Beberapa petani teh Kabupaten Bandung
sudah melakukan pembibitan sendiri. Penguatan sosialisasi dan pelatihan ini dapat
dilakukan dengan inisiatif oleh BPP kepada kelompok-kelompok tani.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 6
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

B. Subsistem Usaha Tani


Permasalahan pada komoditas Teh Kawasan Agropolitan Kabupaten
Bandung yaitu produksi teh di Kabupaten Bandung selama 5 tahun terakhir masih
mengalami fluktuasi, rendahnya produktivitas pertanian akibat adanya alih fungsi
lahan perkebunan menjadi hortikultura, selain itu juga kurangnya teknologi
pendukung pertanian. Berdasarkan karena itu perlu adanya konsep pengembangan
berupa:
3. Perluasan areal tanam
Luas areal tanam komoditas teh Kawasan Agropolitan Kabupaten
Bandung mengalami penurunan, hal ini disebabkan alih fungsi lahan dari
perkebunan menjadi hortikultura yang menyebabkan penurunan
produktivitas komoditas teh. Perluasan areal tanam diperlukan untuk
meningkatkan produktivitas komoditas teh.
4. Bantuan teknologi pendukung pertanian
Kurangnya teknologi pendukung pertanian komoditas teh Kawasan
Agropolitan Kabupaten Bandung menyebabkan produktivitas mengalami
penurunan. Perlu adanya konsep pengembangan berupa bantuan teknologi
pendukung pertanian oleh pemerintah kepada petani untuk meningkatkan
produktivitas komoditas teh.
C. Subsistem Hilir
1. Penyediaan Teknologi Pengolahan
Hanya beberapa kelompok tani yang melakukan pengolahan terhadap
komoditas teh. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya jumlah
teknologi dalam pengolahan teh, sehingga petani hanya memasarkan
produk teh berupa pucuk daun ke industri pengolahan. Perlu adanya
bantuan penyediaan teknologi pengolahan teh kepada kelompok tani agar
dapat meningkatkan nilai tambah terhadap produk teh di Kawasan
Agropolitan Kabupaten Bandung.
2. Pemasaran
Kurangnya akses pemasaran dari petani untuk menjual produk olahan,
menyebabkan petani hanya menjual dalam bentuk pucuk daun teh. Perlu

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

adanya kerjasama antara petani dan pemerintah dalam hal akses pemasaran
komoditas teh.
D. Subsistem Penunjang
Sebagian besar para petani menggunakan modal sendiri untuk membiayai
usaha pertaniannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran lembaga
keuangan dalam menyalurkan dana terhadap usaha di sektor pertanian
masih minim atau belum maksimal. Perlu adanya konsep pengembangan
berupa peningkatan peran lembaga keuangan dalam menyalurkan dana
terhadap usaha di sektor pertanian.

8.3.3 Komoditas Sapi Perah


A. Subsistem Hulu
Pengembangan pada subsistem hulu di komoditas sapi perah lebih
difokuskan pada pakan ternak. Karena pakan ternak dari koperasi yang ada
masih belum maksimal. Sehingga nantinya dapat mempengaruhi
produktivitas dari sapi perah tersebut.
B. Subsistem Usaha Tani
Pengembangan pada subsistem usaha tani di komoditas sapi perah lebih
difokuskan pada perawatan untuk sapi perah. Karena, bantuan dokter
hewan untuk perawatan sapi perah yang diberikan pemerintah masih
belum maksimal. Agar, sapi perah yang dimiliki para peternak tidak
mudah terkena sakit.
C. Subsistem Hilir
Pengembangan subsistem hilir pada sapi perah lebih diutamakan pada
pemasaran serta pengolahan. Karena koperasi yang ada di Kawasan
Agropolitan Kabupaten Bandung masih ada yang manajemennya belum
bagus. Jadi apabila para peternak dapat mengolah hasil susu sapi perahnya
sendiri dapat meningkatkan pendapatan dari peternak.
D. Subsistem Penunjang
Pengembangan subsistem penunjang untuk komoditas sapi perah lebih
diutamakan pada sarana koperasi. Agar koperasi yang ada disana dapat
berfungsi dengan baik, karena koperasi adalah sarana yang penting bagi

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 8
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2019
SEKTOR AGROPOLITAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

peternak. Karena, kalua koperasi dapat berfungsi dengan baik dapat


membantu peternak dengan maksimal.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 9

Anda mungkin juga menyukai