Anda di halaman 1dari 16

EduMa Vol.3 No.

1 Juli 2014 1
ISSN 2086 - 3918

Problem Solving, Creativity dan Decision Making


Dalam Pembelajaran Matematika

Widodo Winarso
Tadris Matematika, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
widodo_ppsstain@yahoo.co.id

Abstrak
Pendidikan diera globalitas memberikan tantangan bagi pendidik untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Upaya yang perlu dilakukan salah satunya yaitu
perubahan cara mengajar. Gaya mengajar yang mengabaikan kreatifitas peserta didik
dapat disinyalir sebagai setagnannya mutu pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu, pembelajaran yang baik apabila pendidik dapat berkreasi dalam
mengimplementasikan strategi pembelajaran; alasan dan perlunya perubahan strategi
pembelajaran matematika dari cara tradisional ke arah yang lebih inovatif dan sesuai
dengan tuntutan zaman yaitu strategi pembelajaran yang dapat menunjang pencapaian
lima tujuan pelajaran matematika; serta pembelajaran yang lebih fokus pada
pemecahan masalah, membanun krativitas belajar dan dapat memfasilitasi para
peserta didik untuk mengkontrusi pengetahuan matematika. Kegiatan pembelajaran
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tututan kurikulum 2013, apabila
pendidik menyajikan materi ajar dengan menerapkan strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Sekiranya penting bagi para pendidik untuk merubah
strategi pembelajarannya. Misalnya pembelajaran dengan pemecahan masalah
(Problem Solving), membangun kreativitas belajar dan kemampuan pengambilan
keputusan (Decision Making). Dengan demikian dapat dimaknai bahwa strategi
pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan
yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran matematika.

Keywords: Problem Solving, Creativity dan Decision Making.

PENDAHULUAN kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang diperlukan
Undang-undang No. 20 tahun 2003 dirinya, masyarakat, bangsa dan
tentang Sistem Pendidikan Negara (UUSPN : Pasal 3 ayat 1).
Nasional yang menyatakan bahwa, Maka dapat kita katakan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan melalui usaha pendidikan, dapat
terencana untuk mewujudkan menghasilkan manusia paripurna
suasana belajar dan proses yaitu mengembangkan manusia
pembelajaran agar peserta didik seutuhnya, yang berkembang baik
secara aktif mengembangkan pisik, mental intelektual maupun
potensi dirinya untuk memiliki semangatnya dimana ketika peserta
kekuatan spiritual keagamaan, didik menyelesaikan setiap satu
pengendalian diri, kepribadian,
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 2
ISSN 2086 - 3918

jenjang pendidikan tertentu didiknya karena berbagai alasan,


dinyatakan telah memiliki pendidikan di sekolah-sekolah
kemampuan untuk dapat masih menganut pola pembelajaran
menyelesaikan masalah ² masalah yang berfokus pada pengajar
yang dihadapi secara mandiri serta (Instructur Centered Learning). Hal
mampu berdiri sendiri tanpa ini disebabkan pendidik tidak lain
mengantungkan hidupnya pada dalam proses belajar mengajar itu
orang lain. hanya menyajikan pengetahuan
Mengingat dengan pengetahuan yang ada yang harus dihafalkan dan
dan keterampilan yang dimilikinya, diketahui peserta didik (Ansyar,
peserta didik diharapkan dapat 2001:31).
menghadapi berbagai tantangan Fenomena ini sudah berkembang
yang semakin besar, seiring dengan dipersekolahan sejak lama
perkembangan jaman. Mendidik khususnya dalam pembelajaran
adalah menciptakan sistem matematika. Dimana pembelajaran
lingkungan yang memungkinkan matematika lebih cenderung
terjadinya pembelajaran. Sistem transfer materi saja sehingga
lingkungan ini terdiri dari memunculkan anggapan dibenak
komponen-komponen yang saling peserta didik bahwa pelajaran
mempengaruhi, yakni tujuan matematika kurang menantang,
instruksional yang ingin dicapai, bidang studi yang menjemukan,
materi yang diajarkan pendidik dan sehingga menurunkan krativitas
disini peserta didik harus didorong belajar peserta didik untuk lebih
ikut memainkan peran serta memper dalam mempelajari materi
aktifnya dalam proses belajar pelajaran matematika.
mengajar. Kejadian tersebut tidak lepas dari
Dari hasil penelitian yang kemampuan pendidik yang belum
dilakukan Lippit dan K. Whitedan mengembangkan kreativitas belajar
Richard Anderson (dalam Idochi peserta didik kearah materi yang
Anwar, 1996:93) disimpulkan sifatnya problematic yang
bahwa pada saat mengajar akan memerlukan peserta didik berpikir
dijumpai betapa kompleksnya kritis dalam melihat fenomena-
fungsi mengajar itu kita akan fenomena yang terjadi di
menghadapi beberapa variable yang lingkungan sekitarnya untuk
kompleks karena itu kita perlu kemudian memutuskan sesuatu
mengatur strategi dalam mengajar. dalam rangka memecahkan
Adapun variabel yang dimaksud masalah (problem solving).
adalah : 1) Tujuan ; 2) peserta didik Kegiatan pembelajaran
dan latar belakangnya, 3) isi serta matematika, mengharuskan
struktur pelajaran, 4) biaya pendidik yang menjadi ujung
mengajar, 5) persyaratan dan set ² tombak dalam kegiatan
up lembaga. pembelajaran untuk lebih kreatif
Sudah menjadi rahasia umum menciptakan kelas yang kondusif
bahwa salah satu kenyataan dalam sehingga nantinya dapat
pembelajaran matematika adalah menghasilkan pembelajaran
semakin menurunnya peran matematika yang lebih bermakna.
pendidik dalam proses Untuk bisa dicapainya kondisi
pengembangan potensi peserta tersebut di atas, upaya yang
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 3
ISSN 2086 - 3918

dilakukan adalah menggunakan solving, creativity dan decision


pola pembelajaran yang dapat making dapat dijadikan sebagai
menciptakan aktivitas proses model pembelajaran yang dapat
belajar mengajar yang mengarah menjawab diskursus yang
pada pemupukan potensi peserta berkaitan dengan pengajaran
didik untuk aktif ikut serta dalam matematika yang selama ini
memutuskan suatu permasalahan dipandang belum optimal.
dan mengasah keterampilan Persoalannya adalah bagaimana
berpikir peserta didik dimana pengembangan Problem solving,
´Thinking skill are among the most creativity dan decision making
LPSRUWDQW VNLOO WR OHDUQµ digunakan dalam proses
(Naylor,1987:275). pembelajaran matematika di
Banyak cara yang digunakan untuk sekolah.
dapat menciptakan kegiatan
pembelajaran matematika yang KAJIAN PUSTAKA
mengarah pada pemupukan potensi A. Problem Solving Dalam
peserta didik untuk aktif ikut serta Pembelajaran Matematika
dalam memutuskan suatu
permasalahan dan mengasah Problem solving adalah suatu proses
keterampilan berpikir peserta didik mental dan intelektual dalam
(Naylor 1987 : 247). Satu menemukan masalah dan
diantaranya adalah metode decision memecahkan berdasarkan data dan
making process. Seperti yang informasi yang akurat, sehingga
diungkap oleh Maxim (1987:240) dapat diambil kesimpulan yang
´One of the most effective program tepat dan cermat (Hamalik,
for encouraging decision making in 1994:151).
development of value is....The
Berdasarkan konsep di atas, dapat
SURJUDP PDNLQJ SROLWLFDO GHFLVLRQµ
dimaknai bahwa problem solving
Pengembangan Decision Making
yaitu suatu pendekatan dimana
(pembuatan keputusan)
langkah-langkah berikutnya sampai
diasumsikan dapat digunakan
penyelesaian akhir lebih bersifat
dalam pembelajaran matematika,
kuantitatif yang umum sedangkan
karena sesuai dengan apa yang
langkah-langkah berikutnya sampai
menjadi fungsi dan peran yang
dengan penyelesaian akhir lebih
diemban oleh mata pelajaran
bersifat kuantitatif dan spesifik.
matematika yaitu sebagai sarana
Ini berarti oreantasi pembelajaran
utama untuk mendidik dalam
problem solving merupakan
upaya mewujudkan peserta didik
infestigasi dan penemuan yang pada
yang creative dalam pemecahan
dasarnya pemecahan masalah.
PDVDODK ´Decision making process
Apabila pemecahan yang
are developed as student clarify
diharapkan tidak berjalan
value, analizy and evaluate
sebagaimana yang diinginkan
proposal, consider alternatives and
berarti telah terjadi di dalam tahap-
weigh the consequences of different
tahap awal sehingga setiap peserta
FRXUVH RI DFWLRQµ.
didik harus mulai kembali berpikir
Dari latar belakang permasalah dan
dari awal yang bermasalah untuk
temuan teori di atas,
mendapatkan pemahaman
memperlihatkan bahwa, Problem
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 4
ISSN 2086 - 3918

menyeluruh mengenai masalah diajarkan suatu pengetahua


yang sedang dihadapi. tertentu.
Jadi, dalam mempelajari konsep
matematika yang baru harus Greeno (Matlin, 1984: 333; Jacob,
didasari konsep-konsep yang 1998: 3) mengungkapkan bahwa
sebelumnya. Mempelajari konsep B memahami masalah meliputi
yang mendasari konsep A, seorang mengkonstruksi suatu representasi
harus memahami dulu konsep A internal. Selanjutnya Greeno yakin
tidak mungkin orang itu memahami bahwa memahami masalah
konsep B. ini berarti matematika memiliki tiga tugas, yaitu:
harus bertahap, dan berkaitan a) Pertalian (coherence).
dengan konsep yang satu dengan Suatu representasi yang
konsep yang lainnya. bertalian secara logis merupakan
Berpikir pemecahan masalah dan pola yang terhubung, sehingga
menghasilkan sesuatu yang baru semua bagian dari materi ajar
adalah kegiatan yang kompleks dan dapat dimengerti.
berhubungan erat satu dengan yang b) Korespondensi (correspondence).
lain. Suatu masalah umumnya Pengertian membutuhkan suatu
tidak dapat dipecahkan tanpa korespondensi yang tepat antara
berpikir, dan banyak masalah representasi internal dan
memerlukan pemecahan yang baru material yang dapat dimengerti.
bagi peserta didik atau kelompok c) Hubungan dengan latar
belajar. Sebaliknya, menghasilkan belakang (Relationship to
sesuatu (benda-benda, gagasan- background knowledge)
gagasan) yang baru bagi peserta Pengertian yang baik merupakan
didik, menciptakan sesuatu, itu material untuk mengerti yang
mencakup problem solving. Ini harus dihubungkan dengan latar
berarti informasi fakta dan konsep- belakang pengetahuan orang
konsep itu tidak penting. Seperti yang mengerti. Berdasarkan
telah kita ketahui, penguasaan uraian tersebut dapat
informasi itu perlu untuk disimpulkan bahwa dalam
memperoleh konsep; keduanya itu mengerti permasalahan, peserta
harus diingat dan dipertimbangkan didik harus dapat
dalam problem solving dan menghubungkan data-data yang
perbuatan kreatif. Begitu pula diketahui, kemudian
perkembangan intelektual sangat dihubungkan dengan yang akan
penting dalam problem solving dicari jawabannya. Semua hal
(Slameto, 2003: 139) tersebut dilakukan dengan
menggunakan modal
Selanjutnya problem solving
pengetahuan yang telah peserta
merupakan taraf yang harus
didik miliki. Pada langkah
dipecahkan dengan cara memahami
keempat, peserta didik
sejumlah pengetahuan dan
melakukan pengecekan, mencari
ketrampilan kerja dan merupakan
cara lain untuk menyelesaikan
hasil yang dicapai peserta didik
masalah yang sama, dan mencari
setelah peserta didik yang
kemungkinan adanya
bersangkutan mengalami suatu
penyelesaian lain. peserta didik
proses belajar problem solving yang
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 5
ISSN 2086 - 3918

merefleksikan pengalamannya, 1. Rational problem solving


menelusuri proses berpikirnya, Sebuah bentuk problem solving
meninjau kembali strategi yang yang konstruktif yang
dipilih, dan menyimpulkan didefinisikan seperti rasional,
mengapa suatu strategi berhasil berunding dan aplikasi yang
sedangkan yang lainnya tidak sistematik dalam kemampuan
berhasil. menyelesaikan masalah dalam
Dengan demikian, Pembelajaran pembelajaran.
problem solving adalah suatu 2. Mengabaikan kata hati
penyajian materi pelajaran yang Ini merupakan salah satu pola
menghadapkan peserta didik pada karakteristik penyelesaian
persoalan yang harus dipecahkan masalah yang difungsional
atau diselesaikan untuk mencapai dalam usaha aktif yang
tujuan pembelajaran matematika. digunakan dalam strategi
Dalam pembelajaran matematika menyelesaikan masalah dan
tersebut, peserta didik diharuskan tekhniknya, tetapi usaha ini
melakukan penyelidikan otentik menyempit, implosif, berhati-
untuk mencari penyelesaian hati, sangat cepat, dan tidak
terhadap masalah yang diberikan. lengkap.
Mereka menganalisis dan 3. Bentuk menghindari masalah
mengidentifikasikan masalah, Bentuk ini merupakan salah
mengembangkan hipotesis, satu karakteristik penyelesaian
mengumpulkan dan menganalisis masalah yang disfungsional
informasi dan membuat kesimpulan berupa penundaan, pasif atau
sebagai hasil dari tujuan tidak melakukan apapun dan
pembelajaran matematika. ketergantungan.

1. Metode Penyajian dan 2. Pendekatan dan Tahapan


Bentuk Problem Solving Problem Solving

Kemampuan peserta didik dalam Terdapat pendekatan dalam


memecahkan masalah tergantung problem solving. kedua pendekatan
kepada pendidik dalam menyajikan tersebut yaitu Algorithm (Random
masalah. Metode dalam menyajikan search strategy) dan Heuristic
masalah meliputi 1) symbol, 2) list, strategies. Pendekatan Algorithm
3) matrices, 4) Hierarchical Tree (Random search strategy) terdiri
Diagrams, 5) graps. dari Non-sistematic random search
dan Exhaustive search (sistematic
Setelah pendidik menyajikan random). Sedangkan pendekatan
masalah, terdapat beberapa bentuk Heuristic strategies tardiri dari
dalam problem solving yang dapat Means-ends Heuristic dan Analogy.
dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran matematika. Menurut Penyelesaian masalah menurut
'·]XUULOOD 7 - WHUGDSDW J.Dewey dalam W.Gulo (2002:115)
bentuk problem solving sebagai dapat dilakukan melalui enam
berikut. tahap sebagai berikut.
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 6
ISSN 2086 - 3918

Tabel prosedur penyelesaiannya


Tahapan dalam Pemecahan dilakukan sebagai berikut (W.Gulo
Masalah 2002 : 117):
Tahap ² Kemampuan 1. Mendifinisikan Masalah
Tahap yang diperlukan Kegiatanya dapat dilakukan
Merumuskan Mengetahui dan
melalui langkah-langkah sebagai
masalah merumuskan
masalah secara
berikut.
jelas a. Kemukakan kepada peserta
Menelaah Menggunakan didik peristiwa yang
masalah pengetahuan bermasalah, baik melalui
untuk memperinci bahan tertulis maupun secara
menganalisa lisan, kemudian minta pada
masalah dari peserta didik untuk
berbagai sudut merumuskan masalahnya
Merumuskan Berimajinasi dan dalam satu kalimat sederhana
hipotesis menghayati ruang
(brain stroming). Tampunglah
lingkup, sebab ²
akibat dan
setiap pendapat mereka
alternative dengan menulisnya dipapan
penyelesaian tulis tanpa mempersoalkan
Mengumpulkan Kecakapan tepat atau tidaknya, benar
dan mencari dan atau salah pendapat tersebut.
mengelompokkan menyusun data b. Setiap pendapat yang ditinjau
data sebagai menyajikan data dengan permintaan
bahan dalam bentuk penjelasan dari peserta didik
pembuktian diagram,gambar yang bersangkutan. Dengan
hipotesis dan tabel
demikian dapat dicoret
Pembuktian Kecakapan
hipotesis menelaah dan beberapa rumusan yang
membahas data, kurang relevan. Dipilih
kecakapan rumusan yang tepat, atau
menghubung ² dirumuskan kembali
hubungkan dan (rephrase, restate) perumusan
menghitung ² perumusan yang kurang
Ketrampilan tepat. Akhirnya ketika proses
mengambil pembelajaran memilih satu
keputusan dan
rumusan yang paling tepat
kesimpulan
dan dipakai oleh semua
Menentukan Kecakapan
pilihan membuat altenatif pihak.
penyelesaian penyelesaian 2. Mendiagnosis masalah
kecakapan Setelah berhasil merumuskan
dengan masalah langkah berikutnya
memperhitungkan ialah membentuk kelompok
akibat yang kecil, kelompok ini yang akan
terjadi pada mendiskusikan sebab²sebab
setiap pilihan
timbulnya masalah.
3. Merumuskan Altenatif Strategi
Penyelesaian masalah menurut Pada tahap ini kelompok
David Johnson dan Johnson dapat mencari dan menemukan
dilakukan melalui kelompok dengan berbagai altenatif tentang cara
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 7
ISSN 2086 - 3918

penyelesaikan masalah. Untuk terbentuk suatu keyakinan


itu kelompok harus kreatif, bahwa kebahagiaan dapat
berpikir divergen, memahami diperoleh dengan kekayaan
pertentangan diantara berbagai material, hal tersebut dapat
ide, dan memiliki daya temu menjebak ke arah kesulitan
yang tinggi. ketika memecahkan masalah
4. Menentukan dan menerapkan kehidupan. Kerangka rujukan
Strategi yang tidak cermat menghambat
Setelah berbagai altenatif efektifitas pemecahan masalah.
ditemukan kelompok, maka c. Kebiasaan
dipilih altenatif mana yang akan Kecenderungan untuk
dipakai. Dalam tahap ini mempertahankan pola pikir
kelompok menggunakan tertentu atau melihat masalah
pertimbangan- pertimbangan hanya dari satu sisi saja, atau
yang cukup cukup kritis, selektif, kepercayaan yang berlebihan
dengan berpikir kovergen. dan tanpa kritis pada pendapat
5. Mengevaluasi Keberhasilan otoritas menghambat pemecahan
Strategi masalah yang efisien. Ini
Dalam langkah terakhir ini menimbulkan pemikiran yang
kelompok mempelajari : kaku ( rigid mental set ), lawan
a) Apakah strategi itu berhasil dari pemikiran yang fleksibel (
(evaluasi proses)? flexible mental set ).
b) Apakah akibat dari d. Emosi
penerapan strategi itu Dalam menghadapi berbagai
(evaluasi hasil) ? situasi, tidak disadari terlibat
secara emosional. Emosi ini
3. Faktor-faktor yang mewarnai cara berpikir
Mempengaruhi Problem disebagian manusia yang utuh,
Solving kita tidak dapat
mengesampingkan emosi. Tetapi
Menurut Rahmat (2001: 145) bila emosi itu sudah mencapai
terdapat 4 faktor yang intensitas yang begitu tinggi
mempengaruhi proses dalam sehingga menjadi stress, barulah
problem solving yaitu motivasi, menjadi sulit untuk berpikir
kepercayaan dan sikap yang salah, efisien.
kebiasaan dan emosi.
B. Kreatifitas Dalam
a. Motivasi
Pembelajaran Matematika
Motivasi belajar yang rendah
akan mengalihkan perhatian, Menurut Standar Isi dalam
sedangkan motivasi belajar yang Permendiknas Nomor 22 Tahun
tinggi akan membatasi 2006, mata pelajaran matematika
fleksibilitas. diberikan untuk membekali peserta
b. Kepercayaan dan Sikap yang didik dengan kemampuan berpikir
Salah logis, analitis, sistematis, kritis, dan
Asumsi yang salah dapat kreatif, serta kemampuan
menyesatkan pada pemahaman bekerjasama. Kompetensi tersebut
dalam pembelajaran. Bila diperlukan agar peserta didik dapat
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 8
ISSN 2086 - 3918

memiliki kemampuan memperoleh, pencipta besar yang mewarnai


mengelola, dan memanfaatkan sejarah kehidupan manusia dengan
informasi untuk bertahan hidup karya-karya spektakulernya.
pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif. Di sekolah, masih ada pendidik
matematika yang cenderung
Upaya mengembangkan kreativitas membelajarkan penyelesaian soal
peserta didik secara optimal, matematika dengan cara
terutama dalam kaitannya dengan ´PHQ\RQWHNµ GDUL FDUD \DQJ VXGDK
proses pembelajaran di sekolah ada. Hal itu kemudian diajarkan
menjadi tugas dan tanggungjawab kembali kepada peserta didiknya
seorang pendidik. Proses dalam waktu lima menit. Padahal,
pembelajaran matematika yang seorang ahli matematika
diterapkan di sekolah secara umum menyelesaikan soal itu bisa
masih jauh dari kualitas standar, mencapai satu hari, sebab ahli
walaupun banyak pendidik yang matematika menemukan sendiri
sudah mendapatkan sosialisasi cara menjawab soal itu, sedangkan
tentang model pembelajaran yang pendidik lebih banyak meniru cara
inovatif. Salah satu masalah dalam orang lain untuk menyelesaikan
pembelajaran matematika adalah soal, sehingga lebih bersifat
rendahnya kemampuan peserta hafalan. Cara tersebut adalah pola
didik dalam memecahkan masalah imitatif karena berpikir dengan
(soal cerita), khususnya soal non jalan yang sudah ditentukan oleh
rutin atau terbuka (open ended). orang lain. Hal itu yang
Hal tersebut disebabkan salah menyebabkan hilangnya esensi
satunya karena kelemahan peserta kreativitas dalam mempelajari
didik dalam aspek-aspek matematika. tidak sedikit yang
kemampuan berpikir kreatif yang berpandangan bahwa pelajaran
diperlukan untuk memecahkan matematika itu kaku dan ketat
masalah (Tatag; 2005:1) karena sudah pasti rumus-
rumusnya. Dalam bekerja, peserta
Peserta didik cenderung belajar didik lebih cenderung bersifat rutin
matematika dengan pola pikir dan tidak melakukan inovasi.
imitatif dengan kacamata pikiran Padahal, sebenarnya matematika
orang lain. Apabila hal ini dibiarkan bila diajarkan dengan proses yang
maka dalam jangka panjang dapat benar justru merangsang
berakibat mematikan kreativitas kreativitas peserta didik. Dengan
serta rasa percaya diri dari peserta demikian maka perlu ada upaya
didik tersebut dan bisa untuk mempromosikan kreativitas
mengakibatkan penurunan kualitas dalam pembelajaran matematika.
sumber daya manusia. Peserta didik
yang kreatif itu adalah peserta 1. Cara Membangun Kreativitas
didik yang mempunyai kapasitas Belajar
untuk membuat hal yang baru.
Mampu berpikir dan bertindak Pendidik mempunyai tugas utama
untuk mengubah suatu ranah atau dalam memfasiltasi peserta didik
menetapkan suatu ranah baru. agar mempunyai kompetensi
Kreativitas belajar melahirkan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 9
ISSN 2086 - 3918

kemampuan bekerjasama. Oleh dilakukan antara lain sebagai


karena itu berhasil tidaknya tujuan berikut.
tersebut diserahkan kepada 1. Kreativitas adalah ungkapan
pendidik untuk proaktif mendesain keunikan peserta didik dalam
pembelajarannya sedemikian interaksi dengan lingkungan.
sehingga peserta didik tergugah Dari pribadi yang unik inilah
semangatnya untuk selalu diharapkan timbul ide ² ide baru
mengembangkan kreativitasnya dan produk ² produk yang
dalam belajar matematika. inovatif.
Kemampuan kreatif akan menjadi 2. Untuk mewujudkan bakat
bekal dalam kehidupan peserta kreatif peserta didik diperlukan
didik, yang pada gilirannya akan dorongan dan dukungan dari
menjadi sumber daya manusia yang lingkungan (motivasi eksternal)
handal dan mampu bersaing dalam yang berupa apresiasi,
era persaingan global dan dukungan, pemberian
mendatang. penghargaan, pujian, insentif,
dan dorongan dari dalam diri
Berikut ini adalah beberapa peserta didik sendiri (motivasi
rekomendasi bagi pendidik untuk internal) untuk menghasilkan
membantu pengembangan sesuatu. Bakat kreatif dapat
kreativitas dalam pembelajaran. berkembang dalam lingkungan
1. Membelajarkan peserta didik yang mendukung, tetapi dapat
untuk menghargai dan senang pula dihambat dalam lingkungan
dengan upaya-upaya kreatif yang tidak mendukung. Banyak
peserta didik. Kemampuan orang tua yang kurang
berpikir kreatif adalah menghargai kegiatan kreatif
kemampuan peserta didik dalam anak dan lebih memprioritaskan
memahami masalah dan pencapaian prestasi akademik
menemukan penyelesaian yang tinggi dan memperoleh
dengan strategi atau metode rangking tinggi dalam kelasnya.
yang bervariasi (divergen). Demikian pula pendidik
2. Menyediakan kesempatan untuk meskipun menyadari pentingnya
ekspresi kreatif, pemecahan perkembangan kreativitas tetapi
masalah secara kreatif, dan dengan kurikulum yang ketat
konstruktif terhadap perubahan dan kelas dengan jumlah peserta
yang terjadi selama dalam didik yang banyak maka tidak
pembelajaran. ada waktu bagi pengembangan
Setiap peserta didik pada dasarnya kreativitas.
memiliki potensi kreatif dan 3. Untuk mengembangkan
kemampuan mengungkapkan kreativitas peserta didik, peserta
dirinya secara kreatif dalam bidang didik perlu diberi kesempatan
dan kadar yang berbeda²beda. untuk bersibuk secara aktif.
Mengembangkan kreativitas Pendidik hendaknya dapat
peserta didik, ada banyak cara merangsang peserta didik untuk
untuk meningkatkan kreativitas melibatkan dirinya dalam
belajar. Upaya yang dapat berbagai kegiatan kreatif. Untuk
itu yang penting adalah memberi
kebebasan kepada peserta didik
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 10
ISSN 2086 - 3918

untuk mengekspresikan dirinya pengalaman tersebut. Dengan


secara kreatif. Pertama²tama demikian peserta didik kreatif
yang perlu adalah proses adalah peserta didik yang
bersibuk diri secara kreatif tanpa mampu menerima perbedaan.
perlu selalu atau terlalu cepat 2) Evaluasi internal, yaitu
menuntut dihasilkan produk kemampuan peserta didik
kreatif yang bermakna. dalam menilai produk yang
4. Kondisi yang memungkinkan dihasilkan ciptaan seseorang
seseorang menciptakan produk ditentukan oleh dirinya
kreatif yang bermakna adalah sendiri, bukan karena kritik
kondisi pribadi dan lingkungan dan pujian dari orang lain.
yaitu sejauh mana keduanya Walaupun demikian peserta
mendorong seseorang untuk didik tidak tertutup dari
melibatkan dirinya dalam proses kemungkinan masukan dan
(kesibukan ,kegiatan) kreatif. kritikan dari orang lain.
Hal yang tidak boleh dilupakan 3) Kemampuan untuk bermaian
adalah bahwa pendidik dan mengadakan eksplorasi
menghargai produk kreativitas terhadap unsur-unsur,
peserta didik dan bentuk-bentuk, konsep atau
mengkomunikasikannya kepada membentuk kombinasi baru
yang lain, misalnya dengan dari hal-hal yang sudah ada
mempertunjukkan atau sebelumnya.
memamerkan hasil karya b. Faktor eksternal (Lingkungan)
peserta didik. Ini akan lebih Faktor eksternal (lingkungan)
menggugah minat peserta didik yang dapat mempengaruhi
untuk berkreasi. kreativitas peserta didik adalah
lingkungan kebudayaan yang
2. Faktor yang Mempengaruhi mengandung keamanan dan
Kreativitas kebebasan psikologis. Adanya
kebudayaan creativogenic, yaitu
Faktor-faktor yang dapat kebudayaan yang memupuk dan
mempengaruhi kreativitas belajar mengembangkan kreativitas
menurut Rogers (dalam Munandar, dalam masyarakat, antara lain :
1999: 48) adalah: 1) Tersedianya sarana
kebudayaan, misal ada
a. Faktor internal peserta didik
peralatan, bahan dan media,
1) Keterbukaan terhadap
2) Adanya keterbukaan
pengalaman dan rangsangan
terhadap rangsangan
dari luar atau dalam peserta
kebudayaan bagi semua
didik. Keterbukaan terhadap
lapisan masyarakat,
pengalaman adalah
3) Menekankan pada becoming
kemampuan menerima segala
dan tidak hanya being,
sumber informasi dari
artinya tidak menekankan
pengalaman hidupnya sendiri
pada kepentingan untuk masa
dengan menerima apa
sekarang melainkan
adanya, tanpa ada usaha
berorientasi pada masa
defense, tanpa kekakuan
mendatang,
terhadap pengalaman-
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 11
ISSN 2086 - 3918

4) Memberi kebebasan terhadap kelompok yang lebih rendah.


semua warga negara tanpa Lingkungan anak kelompok
diskriminasi, terutama jenis sosioekonomi yang lebih tinggi
kelamin, memberi lebih banyak
5) Adanya kebebasan setelah kesempatan untuk memperoleh
pengalamn tekanan dan pengetahuan dan pengalaman
tindakan keras, artinya yang diperlukan bagi kreativitas.
setelah kemerdekaan 3. Urutan kelahiran
diperoleh dan kebebasan Anak dari berbgai urutan
dapat dinikmati, kelahiran menunjukkan tingkat
6) Keterbukaan terhadap kreativitas yang berbeda.
rangsangan kebudayaan yang Perbedaan ini lebih menekankan
berbeda, pada lingkungan daripada
7) Adanya toleransi terhadap bawaan. Anak yang lahir
pandangan yang berbeda, ditengah, belakang dan anak
8) Adanya interaksi antara tunggal mungkin memiliki
peserta didik yang berhasil, kreativitas yang tinggi dari pada
dan anak pertama. Umumnya anak
9) Adanya insentif dan yang lahir pertama lebih ditekan
penghargaan bagi hasil karya untuk menyesuaikan diri dengan
kreatif. harapan orangtua, tekanan ini
lebih mendorong anak untuk
Selain itu Hurlock (1993:211), menjadi anak yang penurut
mengatakan ada enam faktor yang daripada pencipta.
menyebabkan munculnya variasi 4. Ukuran keluarga
kreativitas yang dimiliki peserta Anak dari keluarga kecil
didik, yaitu: bilamana kondisi lain sama
cenderung lebih kreatif daripada
1. Jenis kelamin
anak dari keluarga besar. Dalam
Anak laki-laki menunjukkan
keluarga besar cara mendidik
kreativitas yang lebih besar dari
anak yang otoriter dan kondisi
anak perempuan, terutama
sosiekonomi kurang
setelah berlalunya masa kanak-
menguntungkan mungkin lebih
kanak. Untuk sebagian besar hal
mempengaruhi dan menghalangi
ini disebabkan oleh perbedaan
perkembangan kreativitas.
perlakuan terhadap anak laki-
5. Lingkungan
laki dan anak perempuan. Anak
Anak dari lingkungan kota
laki-laki diberi kesempatan
cenderung lebih kreatif dari anak
untuk mandiri, didesak oleh
lingkungan pedesaan.
teman sebaya untuk lebih
6. Intelegensi
mengambil resiko dan didorong
Setiap anak yang lebih pandai
oleh para orangtua dan pendidik
menunjukkan kreativitas yang
untuk lebih menunjukkan
lebih besar daripada anak yang
inisiatif dan orisinalitas.
kurang pandai. Mereka
2. Status sosioekonomi
mempunyai lebih banyak
Anak dari kelompok
gagasan baru untuk menangani
sosioekonomi yang lebih tinggi
suasana sosial dan mampu
cenderung lebih kreatif dari anak
merumuskan lebih banyak
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 12
ISSN 2086 - 3918

penyelesaian bagi konflik dianggap sebagai suatu hasil atau


tersebut. keluaran dari proses mental atau
Keratifitas belajar peserta didik kognitif yang membawa pada
dapat ditingkatkan, apabila pemilihan suatu jalur tindakan
menyadari bahwa banyak factor diantara beberapa alternatif yang
yang mendukung dan dibutuhkan tersedia.
peserta didik dalam meningkatkan
kreativitas. Kegiatan pembelajaran Keputusan sendiri terbagi menjadi
pro aktif yang melibatkan semua dua jenis yaitu keputusan pribadi
eleman pendidikan baik yang dan keputusan bersama. menutut
terdapat pada lingkungan sekolah Suryanto Rutmono (2010:300)
maupun di luar (masyarakat). hal bahwa keputusan pribadi
tersebut, akan berjalan secara merupakan keputusan yang diambil
efektif. Apabila kesedaran dari untuk kepentingan diri sendiri dan
semua dapat terbangun dengan dilakukan secara perorangan,
utuh. Kesadaran akan nasib masa sedangkan keputusan bersama
depan peserta didik, kesadarana merupakan keputusan yang diambil
akan nasib bangsa bahkan bedasarkan kesepakatan bersama
kesadaran akan kebahagiaan di dan untuk kepentingan bersama.
akhirat. Keputusan bersama tidak boleh
menguntungkan satu pihak dengan
C. Decision Making Dalam merugikan pihak lain.
Pembelajaran Matematika Pengabilan Keputusan jika dilihat
dari cara memperoleh informasi
Setiap peserta didik selalu terlibat
dapat dikategorikan menjadi empat.
didalam tindakan pembuatan
keempat kategori tersebut yaitu
keputusan atau decision making,
keputusan refresentasi, empiris,
bahkan mungkin harus dilakukan
informasi, ekpolorasi. Adapun
beberapa kali. Mulai dari masalah
penjelasan dari keampatnya sebagai
yang sederhana sampai dengan
beikut.
yang kompleks, dan menuntut
pertimbangan banyak dan 1. Keputusan Refresentasi
mendalam ketika pembelajaran Merupakan keputusan yang
berlangsung. dihadapi dengan informasi yang
cukup banyak, dan mengetahui
Kegiatan pembelajaran matematika
dengan tepat bagaimana
berbasis Problem solving menuntut
memanipulasi informasi dalam
peserta didik dan pendidik untuk
pemebelajaran.
mengambil keputusan sebagai
2. Keputusan Empiris
jawaban dari permasalahan
Merupakan keputusan yang
pembelajaran yang dipecahkan.
kurang memiliki informasi
Pengembilan keputusan yang baik
namun mengetahui bagaimana
yaitu melakukan pengambilan
memperoleh informasi dan pada
keputusan yang dipengaruhi oleh
saat informasi itu diperoleh
proses deductive reasonin.
dinamakan keputusan empiris.
Menurut Facione dan Facione 3. Keputusan Informasi
(2007:98) bahwa pengambilan Merupakan keputusan yang
keputusan (Decision Making) dapat kaya akan informasi, tetapi
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 13
ISSN 2086 - 3918

diliputi dengan kontroversi kelompok akan berpengaruh


tentang bagaimana memperoleh terhadap keberhasilan
informasi itu, dan selanjutnya kelompoknya.
akan menghasilkan keputusan
informasi. Pada pengambilan keputusan pada
4. Keputusan Ekpolorasi kegiatan pembelajaran. pendidik
Merupakan keputusan yang atau peserta didik dapat melakukan
kurang akan informasi dan tidak langkah-langkah pengambilan
ada kata sepakat yang dianut keputusan sebagai berikut.
untuk memulai mencari
informasi serta tidak tahu dari
mana usaha pengambilan
keputusan akan dimulai.

Pengambilan keputusan dalam


penyelesaian masalah dapat
dilakukan dengan menganut pola-
pola pengambilan keputusan. Pola
pengambilan keputusan disesuikan
dengan keadaan psikologis peserta
Gambar
didik. selain itu perkembangn
Decising Making
kognitif peserta didik juga
berpengaruh kepada hasil dari
Adapun penjelasan dari langkah ²
pengambil keputusan. Pendidik
langkah penerapan Decision
yang bijaksana, jika memberikan
Making pada kegiatan
kesempatan kepada peserta didik
pembelajaran sebagai berikut.
untuk berkretivitas seluas-luasnya
dan mempertimbangkan hasil 1. Pendidik menginformasikan
keputusan sesuai porsi yang tujuan dan perumusan masalah.
dibutuhkan dalam mencapai tujuan 2. Secara klasikal tayangan
pembelajaran. gambar, kasus permasalahan
yang sesuai dengan materi
1. Aplikasi Decision Making
pelajaran atau kompetensi yang
Dalam Pembelajaran
diharapkan.
Model Pembelajaran Decision
3. Buatlah pertanyaan agar peserta
Making merupakan salah satu
didik diminta mengidentifikasi
model dengan cara
permasalahan dengan gambar.
mengelompokkan peserta didik
4. Secara berkelompok peserta
menjadi kelompok kecil. Pada
didik diminta mengidentifikasi
pembelajaran problem solving,
permasalahan dan
Model Decision Making dapat
membuat alternatif
dilakukan misalnya; peserta didik
pemecahannya.
dikelompokkan dalam kelompok-
5. Secara kelompok atau individu
kelompok kecil dengan pengaturan
peserta didik diminta
setiap anggota kelompok saling
mengemukakan alasan mereka
belajar dan membelajarkan yang
memilih alternatif tersebut.
terfokus pada keberhasilan yang
6. Secara kelompok atau individu
dicapai oleh seorang anggota
peserta didik diminta mencari
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 14
ISSN 2086 - 3918

penyebab terjadinya masalah tidak mempunyai dasar


tersebut. ilmiah. Kadang-kadang
7. Secara berkelompok atau metode ini juga dapat
individu peserta didik diminta memberikan jalan keluar bila
mengemukakan tindakan untuk intuisi ini berdasarkan
mencegah terjadinya masalah analisis atau pengalaman,
tersebut. dan pengetahuan yang
dimiliki peserta didik.
2. Faktor-faktor yang 3. Learning process
Mempengaruhi Dalam Proses pembelajaran
Pengambilan Keputusan merupakan suatu langkah
Terdapat beberapa yang harus penyelesaian masalah yang
diperhatikan oleh pendidik sistematis dan didukung oleh
ketika peserta didiknya rasionalisasi secara ilmiah
melakukan pengambilan meliputi : pengkajian,
keputusan dalam pembelajaran perencanaan, implementasi
matematika. Tindakan yang dan evaluasi yang merupakan
harus diperhatika oleh pendidik suatu siklus untuk mengatasi
diantaranya sebagi berikut. masalah yang terjadi selama
1. Trial and error pembelajaran berlangsung.
Coba dan salah. Cara ini 4. Scientifik methode/Research
merupakan metode yang Process
paling rendah tingkatannya, Proses riset/ penelitian
dilakukan oleh peserta didik merupakan suatu
yang belum pernah penyelesaian masalah
mengalami/ mengenal dan berdasarkan hasil penelitian
belum tahu sama sekali. dengan menggunakan logika,
Dalam pengembangan konsep dengan pendekatan yang
matematika, hal ini sangat sistematis. kegiatan
berbahaya jika dilakukan oleh pembelajaran yang dapat
peserta didik. Ketika peserta dilakukan dengan pendekatan
didik melakukan pemecahan saintifik.
masalah yang tidak
didasarkan pada struktur dan KESIMPULAN
ketentuan konsep
Problem solving merupakan suatu
matematika. kekhawatiran
keterampilan yang meliputi
yang mungkin terjadi yaitu
kemampuan untuk mencari
miss concept. Maka perlu
informasi, menganalisa situasi dan
dikaukan pembelajaran
mengidentifikasi masalah dengan
terbimbing agar peserta didik
tujuan untuk menghasilkan
tidak keluar pada jalur
alternatif sehingga dapat
pemecahan masalah.
mengambil suatu tindakan
2. Intuisi
keputusan untuk mencapai sasaran.
Penyelesaian masalah dengan
Pembelajaran problem solving dapat
intuisi atau naluri/ bisikan
meningkatkan kreativitas belajar
hati. Penyelesaian dengan
peserta didik.
cara ini kurang dianjurkan
dalam metode ilmiah, karena
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 15
ISSN 2086 - 3918

Kreativitas belajar atau berpikir Dari Materi Pelajaran Ke


kreatif dapat dikembangkan. Pengajaran Belajar. jurnal
Kreativitas tidak hanya dikaitkan ilmu pendidika, 1 (8), 28 -37
pada pada bidang-bidang tertentu, Aris Pongtuluran dan Theresia K.
melainkan dapat merujuk pada Ibrahim. 2002. Pendekatan
semua bidang, temasuk Pendidikan Berbasiskan
matematika. Hal ini menjadi dasar Masyarakat. Jakarta: Jurnal
yang kokoh untuk merancang Pendidikan Penabur No. 01
pembelajaran matematika yang '·=XUULOOD 7- Problem-
dapat menstimulasi pengembangan Solving Theraphi: A social
kreativitas belajar. Salah satu cara competence Approach to
yang dipandang dapat digunakan clining Intervention, New
untuk mengembangkan kreativitas York: springger
peserta didik adalah penggunaan Facione, P. and Facione, N.. 2007.
pemecahan masalah dalam Thinking and Reasoning in
pembelajaran matematika. Human Decision Making, The
Pemecahan masalah dalam California Academic Press /
pembelajaran matematika perlu Insight Assessment.
dibudayakan, sehingga dapat
memperoleh hasil maksimal, yakni Gulo, W. 2002. Strategi Belajar
meningkatnya kreativitas peserta Mengajar. Jakarta : PT.
didik. dalam proses pemecahan Grasindo
masalah maka perlu diakukan pola
pengambilan keputusan atau sering Jacob, C. 1998. Mengajar
disebut sebagai Decision Making. Pemecahan Masalah Dalam
Decision Making memiliki fungsi Matematika. Makalah
yaitu sebagai pangkal permulaan disajikan pada Seminar
dari semua aktivitas peserta didik nasional Upaya-Upaya
yang sadar dan terarah, baik secara Meningkatkan Peran
individual maupun secara Pendidikan Matematika
kelompok, baik secara institusional dalam Menghadapi Era
maupun secara organisasional. Globalisasi; Perspektif
Sesuatu yang bersifat futuristik, Pembelajaran Alternatif-
artinya bersangkut-paut dengan Kompetitif. Program
hari depan, masa yang akan datang, Pascasarjana IKIP Malang, 4
dimana efeknya atau pengaruhnya April 1998.
berlangsung cukup lama.
Lawson, A.E. 1995. Science
Teaching And Development
DAFTAR PUSTAKA Thingking. California;
wordsmorth. pub.co
'XUPXü 6 $Q ,QYHVWLJDWLRQ
Related to the Modelling
Maxim, G. M. 1987. Social Studies
Levels and Values of
And The Elementary School
Elementary School
Chil. Colombus: reril
Prospective Mathematics T
publishing company
Ansyar, M. 2001.
Pengembangan Kurikulum
EduMa Vol.3 No.1 Juli 2014 16
ISSN 2086 - 3918

Moch Idochi Anwar. 1990. Anak Berbakat. Jakarta:


Kepemimpinan dalam Proses Rineka Cipta. eachers, 11(2),
Belajar Mengajar. Bandung: 1065²1071.
Angkasa
Graycar, A. (1997). Paedophilia:
Oemar Hamalik. 1994. Media Policy and Prevention.
Pendidikan. Bandung: Cipta Retrieved May 17, 2014, from
Aditya Bakti. http://www.aic.gov.au/documen
ts/A/D/2/{AD2B7912-AA15-
Rahmat J. 2001. Psikologi 4DB3-84B5-
Komunikasi. Cetakan ke16. 5AE6680D0C15}RPP12.pdf
Bandung: PT Renja
Kesdakarya. Kumar Singh, Y. (2006).
Fundamental of Research
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Methodology and Statistics.
Faktor yang New Delhi: New Age
Mempengaruhinya. Jakarta: International (P) Ltd.
Rineka Cipta.
Mhakure, D., & Mokoena, M. A.
Suryanto Rutmono dkk. 2010.
(2011). A Comparative Study of
Sukses Semua Ulangan.
the FET Phase Mathematical
Jakarta: PT Wahyumedia.
Literacy and Mathematics
Curriculum, 3, 309²323.
Utami Munandar. 1995.
Pengembangan Kreativitas

Anda mungkin juga menyukai