Oleh
MEYRA MUTIARA
NIM : 191FK01073
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SUHU TUBUH THYPOID
A. PENGERTIAN
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2008).
Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistematik bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Sumarmo, 2008).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang
terinfeksi kuman salmonella (Bruner and Sudart, 2001).
Demam thypoid adalah infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000)
B. ETIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ngastiyah (2005), demam thypoid pada anak biasanya lebih
ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari
jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang
terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan,
yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan
perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan
peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat
ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol,
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit,
yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid,
akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil
dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.
Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen,
biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari
dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan
mual, batuk, epistasis, diare, perasaan tidak enak di perut. Minggu kedua :
demam, bradikardi,. Minggu ketiga: demam mulai turun secara berangsur-
angsur, gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaitu ditutupi selaput
kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan
limpa membesar yang nyeri pada perabaan, gangguan pada
kesadaran,kesadaran yaitu apatis-samnolen. Gejala lain ”RESEOLA” ( bintik-
bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit ) ( Kapita selekta,
kedokteran, jilid 2 ).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan kasus febris typhoid
menurut Corwin (2000) antara lain:
1. Pemeriksaan Leukosit
Pada febris typhoid terhadap ileumopenia dan limfobrastis relatif
tetap kenyataan leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kasus febris
typhoid jumlah leukosit pada sediaan darah tepi pada berada dalam
batas normal, walaupun kadang-kadang terikat leukositanis tidak ada
komplikasi berguna untuk febris typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah
sembuhnya febris typhoid, kenaikan SGOT dan SGPT tidak
memerlukan pembatasan pengobatan.
3. Biakan Darah
Bila biakan darah (+) memastikan febris typhoid tetapi biakan (-)
tidak menutup kemungkinan akan terjadi febris typhoid. Hal ini
karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a) Tekhnik pemeriksaan laboratorium.
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan
teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan
darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif
pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu
berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
c) Vaksinasi di masa lampau.
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan
obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal
dari flagel kuman).
Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi
(berasal dari simpai kuman)
Pada orang normal, aglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa
sampai 1/10 sedangkan aglutinin H normal bisa 1/80 atau 1/160. 1/10.
1/80, 1/160 ini merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang normal
tetap ditemukan positif karena setiap waktu semua orang selalu
terpapar kkuman Salmonella. Tes widal dikatakan positif jika H 1/800
dan O 1/400. Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H
yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS/ TERAPI
1. Medis
Penatalaksanaan demam typhoid secara medis menurut Ngastiyah
(2005) antara lain:
a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat
sakit yang lama, lemah, anoreksia.
c. Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu
normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika
tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.
d. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan
tinggi protein. Bahkan makanan tidak boleh mengandung
banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
Susu dua gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan
makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu
makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.
e. Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali pasien tidak cocok
diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian
kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg berat
badan/hari (makanan 2 gram per hari), diberikan empat kali
sehari per oral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan
dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan
mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan
zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan.
f. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan
penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan
secara intravena.
Medikasi yang digunakan untuk demam typhoid menurut
Rampengan (2008) selain kloramfenikol, obat-obat antimikroba yang
sering digunakan antara lain:
a. Tiamfenikol: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari.
b. Kotrimoksasol: 6-8 mg/ kg berat badan/ hari.
c. Ampisilin: 100-200 mg/kg berat badan/ hari.
d. Amoksilin: 100 mg/ kg berat badan/ hari.
e. Sefriakson: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari.
f. Sefotaksim: 150-200 mg/ kg berat badan/ hari.
g. Siprofloksasin: 2 x 200-400 mg oral (usia kurang dari 10
tahun).
2. Keperawatan
Penatalaksanaan demam typhoid ditinjau dari segi
keperawatan menurut Ngastiyah (2005), adalah Pasien typhoid harus
dirawat di kamar isolasi yang dilengkapi dengan peralatan untuk
merawat pasien yang menderita penyakit menular seperti desinfektan
mencuci tangan, merendam pakaian kotor dan pot atau urinal bekas
pakai pasien. Yang merawat atau sedang menolong pasien agar
memakai celemek.
Masalah pasien typhoid yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit.
Pasien typhoid umumnya menderita gangguan kesadaran
dari apatik sampai spoorokoma, delirium (yang berat) disamping
anoreksia dan demam lama. Keadaan ini menyebabkan
kurangnya masukan nutrisi atau cairan sehingga kebutuhan
nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan berkurang pula,
dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain hal itu, pasien
typhoid menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada
usus halus sehingga makanan harus disesuaikan. Diet yang
diberikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan,
rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
Pemberiannya melihat keadaan pasien.
1) Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan makanan lunak
dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu
siam atau wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga
diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus.
Susu diberikan 2 x 1 gelas atau lebih, jika makanan tidak
habis diberikan ekstra susu.
2) Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan
makanan cair per sonde, kalori sesuai dengan
kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk
makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang
dihaluskan. Jika kesadaran membaik makanan beralih
secara bertahap ke lunak.
3) Jika pasien menderita delirium, dipasang infus dengan
cairan glukosa dan NaCl. Jika keadaan sudah tenang
berikan makanan per sonde di samping infus masih
diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan
setengah dari jumlah kalori, setengahnya masih per infus.
Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, beralih ke
makanan biasa.
b. Gangguan suhu tubuh.
Pasien tifus abdominalis menderita demam lama, pada
kasus yang khas demam dapat sampai 3 minggu. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan kondisi tubuh lemah, dan
mengakibatkan kekurangan cairan, karena perspirasi yang
meningkat. Pasien dapat menjadi gelisah, selaput lendir mulut
dan bibir menjadi kering dan pecah-pecah.
Penyebab demam, karena adanya infeksi basil
Salmonella typhosa, maka untuk menurunkan suhu tersebut
hanya dengan memberikan obatnya secara adekuat, istirahat
mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi, kemudian
mobilisasi bertahap. Jika pasien diberikan makanan melalui
sonde, obat dapat diberikan bersama makanan tetapi berikan
pada permulaan memasukkan makanan, jangan dicampur pada
semua makanannya atau diberikan belakangan karena jika
pasien muntah obat akan keluar sehingga kebutuhan obat tidak
adekuat.
Ruangan diatur agar cukup ventilisi. Untuk membantu,
menurunkan suhu tubuh yang biasanya pada sore hari dan
malam hari lebih tinggi jika suhu tinggi sekali cara menurunkan
lihat pada pembahasan tentang hiperpireksia. Di samping
kompres berikan pasien banyak minum boleh sirup, teh manis,
atau air kaldu sesuai kesukaan anak.
Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar
penguapan suhu lebih lancar. Jika menggunakan kipas angin
untuk membantu menurunkan suhu usahakan agar kipas angin
tidak langsung kearah tubuh pasien.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman.
Gangguan rasa aman dan nyaman pasien typhoid sama
dengan pasien lain, yaitu karena penyakitnya serta keharusan
istirahat di tempat tidur, jika ia sudah dalam penyembuhan.
Khusus pada pasien typhoid, karena lidah kotor, bibir kering,
dan pecah-pecah menambah rasa tak nyaman disamping juga
menyebabkan tak nafsu makan. Untuk itu pasien perlu dilakukan
perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim)
dengan sering dan sering berikan minum. Karena pasien apatis
harus lebih diperhatikan dan diajak berkomunikasi. Jika pasien
dipasang sonde perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali
juga diberikan minum agar selaput lendir mulut dan tenggorok
tidak kering. Selain itu sebagai akibat lama berbaring setelah
mulai berjalan harus mulai dengan menggoyang-goyangkan
kakinya dahulu sambil duduk di pinggir tempat tidur, kemudian
berjalan di sekitar tempat tidur sambil berpegangan. Katakan
bahwa gangguan itu akan hilang setelah 2-3 hari mobilisasi.
H. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal MRS, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien datang dengan keluhan perasaan tidak enak
badan, pusing demam, nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu
dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama
masa inkubasi)
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik
yang ada hubungannya dengan saluran cerna atau tidak.
Kemudian kaji tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh
klien, dan juga kaji mengenai riwayat alergi pada klien, apakah
alergi terhadap obat-obatan atau makanan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya
nyeri pada epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh,
sakit kepala atau pusing, letih atau lesu.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainnya.
d. Riwayat psikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan
keluarga dalam menghadapi penyakit yang diderita, biasanya
suasana hati klien kurang baik (gelisah) dan keluarga biasanya
cemas.
e. Riwayat sosial ekonomi
Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga
bagaimana dari segi ekonomi dan tinggal bersama siapa klien.
Bagaimana interaksi klien baik di kehidupan sosial maupun
masyarakat atau selama di rumah sakit.
f. Kebiasaan sehari-hari
Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh
klien sebelum sakit dan saat sakit. Hai ini berguna dalam
perbandingan antara pengobatan dan perawatan pasien, biasanya
mencakup :
Nutrisi
Eliminasi
Pola istirahat/ tidur
Pola kebersihan
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas,
puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
a) Kepala dan leher
Kepala tidak ada benjolan, rambut normal, kelopak mata
normal, konjungtiva anemia, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
b) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah
abdomen ditemukan nyeri tekan atau keadaan perut kembung
(Meteorismus).
c) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan
tidak terdapat cuping hidung.
d) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan
tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan
tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
e) Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat
banyak, akral hangat.
f) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari
normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
g) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau
tidak ada gangguan.
h) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran
kelenjar toroid dan tonsil.
i) Sistem persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan
koma, dalam penderita penyakit thypoid.
5. Pemeriksaan laboratorium
d) Pemeriksaan widal
liter zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang mungkin muncul:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella
Typhi.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).
J. PERENCANAAN
Intervensi dan Implementasi
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhi
Intervensi:
Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
R/ untuk menghindari mual dan muntah.
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat
makanan/nutrisi
R/ untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang
nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
Timbang berat badan klien setiap 2 hari.
R/ untuk mengetahui peningkatan dan penurunan
berat badan.
Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak
serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas
dan dihidangkan saat masih hangat.
R/ untuk meningkatkan asupan makanan karena
mudah ditelan.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan
nutrisi parenteral.
R/ antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi
per oral sangat kurang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed rest
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
optimal.
Kriteria hasil : - Kebutuhan personal terpenuhi
- Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi
tubuh.
- Memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi.
Intervensi:
Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam
hilang
R/ untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah
adanya dekubitus.
Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuk melakukan
mobilisasi sebatas kemampuan. (missal. Miring kanan, miring
kiri).
R/ agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya
mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum).
R/ untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang
terjadi.
Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.
R/ untuk mempermudah pasien dalam melakukan
aktivitas.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan cairan yang berlebihan (diare/muntah)