Skripsi
Oleh :
Asa Cardika Panggalih
G2A217030
ABSTRAK
Latar belakang : hipertensi disebut sebagai pembunuh diam-diam karena gejalanya
sering tanpa keluhan oleh penderitanya. Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan
non farmakologi. Salah satu buah yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi adalah
tomat (Lycopersion esculentum). Buah tomat sangat mudah dijumpai dan mudah didapat.
Buah tomat juga dapat dijadikan sebagai obat herbal. Tujuan penelitian : penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus tomat (Lycopersicum Esculentum) terhadap
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kecamatan Kutasari Kabupaten
Purbalingga. Metode penelitian : desain penelitian yang digunakan adalah pra
experiment dengan rancangan one group pre-post test design dengan jumlah sampel
sebanyak 30 responden. Pemberian jus tomat diberikan selama 10 hari dengan 2 kali
pemberian pagi dan sore. Hasil penelitian : hasil uji menggunakan Wilcoxon Signed
Rank Test didapatkan hasil skor pengaruh pemberian jus tomat terhadap tekanan darah
sistolik diastolik dan MAP lansia penderita hipertensi di Kecamatan Kutasari Kabupaten
Purbalingga dengan hasil data yang sama yaitu p = 0,000 (p < 0,005). Simpulan : ada
pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Saran :
sehingga disarankan penderita hipertensi untuk mengkonsumsi jus tomat untuk
penanganan tekanan darah tinggi.
ABSTRACT
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah gejala dari sebuah sindroma, kemudian akan memicu
pengerasan pembuluh darah sampai terjadi kerusakan target organ terkait.
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik
sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah multi faktor. Ada
banyak faktor risiko yang berberperan untuk kejadian komplikasi penyakit
kardiovaskular, ialah faktor risiko mayor seperti hipertensi, dan kerusakan
organ sasaran seperti jantung, otak, penyakit ginjal kronik, penyakit arteri
perifer (Yogiantoro, 2014)
Hipertensi disebut sebagai pembunuh diam-diam karena gejalanya sering
tanpa keluhan oleh penderitanya. Biasanya, penderita tidak mengetahui kalau
dirinya mengidap hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.
Pengukuran tekanan darah merupakan salah satu kegiatan deteksi dini terhadap
faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Hipertensi, Stroke,
Jantung, Kelainan fungsi ginjal atau yang lainnya. Kegiatan ini bisa
dilaksanakan di setiap fasilitas kesehatan termasuk puskesmas atau klinik
kesehatan lainnya. Juga bisa dilaksanakan di Pos Pembinaan Terpadu PTM
yang ada di masyarakat. (Sudiarto, 2015, hal. 45)
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang
di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% diantaranya yang
minum obat. Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013, prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka
Belitung (30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%). Survei Indikator
Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2017 menunjukkan peningkatan
prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4%.
Jumlah penduduk di Jawa Tengah berisiko (>18 tahun) yang dilakukan
pengukuran tekanan darah pada tahun 2017 tercatat sebanyak 8.888.585 atau
36,53% persen. Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak 1.153.371
orang atau 12,98% dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi. Berdasarkan
jenis kelamin, persentase hipertensi pada kelompok perempuan sebesar
11,85%, lebih tinggi dibanding pada kelompok laki-laki yaitu 11,16%.
(Depkes, 2017)
Kabupaten atau kota di Jawa Tengah persentase hipertensi tertinggi
adalah kota Salatiga dengan 77,72%. Kabupaten/kota dengan persentase
hipertensi terendah adalah Kendal yaitu 2.72%, diikuti Blora 2.25%, dan
Rembang 2.39 %. Kabupaten/kota yang tidak tersedia datanya ada 2 yaitu
Purworejo dan Sukoharjo. Purbalingga sendiri peringkat ke 12 dalam kasus
penyakit hipertensi. (Dinkes Jawa Tengah, 2017)
Menurut data Dinas Kesehatan Purbalingga (2017) jumlah kasus
hipertensi tahun 2017 yang ditemukan sebanyak 20.611 kasus (14,26%) dari
144.539 orang usia ≥18 tahun yang dilakukan pengukuran tekanan darah tinggi
di puskesmas dan jaringannya. Kecamatan Kutasari tercatat sejumlah 296
kasus dan urutan ke tiga di kabupaten Purbalingga. Kasus hipertensi di
Kecamatan Kutasari di dominasi oleh perempuan 197 kasus. (Puskesmas
Kutasari, 2018)
Hipertensi terkait dengan perilaku dan pola hidup. Kutasari dari
pengamatan peneliti sendiri masih banyak orang yang pola hidupnya kurang
baik seperti merokok dan makan makanan yang berpotensi menyebabkan
hipertensi. Pengendalian hipertensi dilakukan dengan perubahan perilaku
antara lain menghindari asap rokok, diet sehat, rajin aktifitas fisik dan tidak
mengkonsumsi alkhohol. Sampai saat ini, hipertensi menjadi salah satu
tantangan besar di Indonesia karena hipertensi merupakan kondisi yang sering
dijumpai dalam pelayanan kesehatan primer. Sehingga disini diperlukan terapi
yang adekuat. Ada 2 macam terapi pada hipertensi yaitu terapi farmakologis
dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis hipertensi dengan
mengkonsumsi obat-obatan seperti β-blocker, ACE Inhibitor, Ca-Chanel
blocker (CCB), Angiotensin Receptor Blockers (ARB), Diuretik dan lain-lain.
Terapi nonfarmakologis berupa perubahan pola hidup, yaitu penurunan berat
badan jika obesitas, membatasi konsumsi alkohol, berhenti merokok, dan
berolahraga teratur. Salah satu contoh perubahan gaya hidup sehat yaitu
dengan menerapkan pola makan Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH) dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang bervariasi.
Sayuran atau buah yang berpotensi untuk menurunkan tekanan darah antara
lain tomat, wortel, sledri, ketimun, dan labu siam. (Ilma, 2015)
Salah satu buah yang dapat menurunkan tekanan darah adalah tomat
(Lycopersion esculentum). Hal ini berkaitan dengan kandungan senyawa yang
terdapat dalam buah tomat di antaranya likopen, bioflavonoid dan kalium
melalui mekanisme kerja yang berbeda. Likopen atau yang sering disebut
sebagai α-karoten adalah suatu karotenoid pigmen merah terang yang banyak
ditemukan dalam buah tomat dan buah-buahan lain yang berwarna merah.
(Pereira, 2015)
Mengkonsumsi buah tomat tanpa membuang bijinya dapat mencegah
penggumpalan darah sebesar 72% (Lusita, 2013). Tomat memiliki efek
kardioprotektif dengan menghambat agregasi platelet atau aktifitas antiplatelet.
Nutrisi antioksidan dalam tomat, akan memperlambat atrosklerosis dengan
peningkatan degradasi LDL (Low Density Lipoprotein), mencegah
pembentukan sel busa dan plak aterosklerosis. Kandungan likopen dalam
tomat, menekan sintesis kolesterol. Tomat dan produk tomat dapat mengurangi
risiko penyakit kardiovaskular karena lycopene di dalamnya. Tomat, akan
mencegah pengerasan pembuluh darah. Vitamin E dan lycopene dalam tomat
mencegah oksidasi LDL secara efektif. (Bhowmik, 2013).
Aktivitas antiaterosklerosis likopen terjadi secara oksidatif dan non
oksidatif. Pada mekanisme oksidatif, likopen mampu mencegah aterosklerosis
dengan memproteksi atau melindungi biomolekul seluler penting, seperti lipid
dan lipoprotein. Dalam mekanisme non oksidatif, efek antiaterosklerosis
likopen menghambat laju HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzim A)
reduktase yang berperan penting pada sintesis kolesterol, serta mengaktifkan
reseptor LDL sehingga bekerja sebagai agen hipokolesterolemik. Kadar
likopen lebih tinggi jika dikonsumsi sebagai jus tomat dan olahan tomat
lainnya, likopen diserap tubuh dengan lebih baik jika diproses menjadi jus
daripada jika dikonsumsi dalam bentuk alaminya. Hal ini dikarenakan likopen
dalam buah yang belum diproses tersedia dalam bentuk trans, yang merupakan
bentuk yang tidak mudah diserap tubuh. Sedangkan pengolahan tomat menjadi
jus akan mengubah likopen dalam bentuk trans menjadi cis, sehingga
meningkatkan penyerapannya oleh tubuh. (Agarwal & Rao, 2016).
Zat lainnya selain Vitamin E dan Lycopene yang terdapat pada buah
tomat adalah kalium. Kalium lebih berhubungan erat dengan penurunan
tekanan darah. Kalium pada prinsipnya terdapat dalam sel-sel tubuh. Fungsi
kalium adalah melengkapi fungsi natrium. Kalium memegang peranan dalam
pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam dan
basa. Kalium juga mengatur pengeluaran natrium berlebih yang ada pada tubuh
dan dikeluarkan dari tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah,
mengobati penyempitan pembuluh darah jantung, serta penyakit yang timbul
karena fungsi ginjal terganggu. Kalium didalam tomat mampu menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menghambat pelepasan renin
sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air. Renin beredar didalam
darah dan bekerja dengan mengkatalisis penguraian angiotensin menjadi
angiotensin I. Angiotensin I berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu angiotensin
II dengan bantuan Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II
berpotensi meningkatkan tekanan darah karena bersifat vasoconstrictor dan
dapat merangsang pengeluaran aldosteron. Aldosteron meningkatkan tekanan
darah dengan jalan retensi natrium. Retensi natrium dan air menjadi berkurang
dengan adanya kalium, sehingga terjadinya penurunan volume plasma, curah
jantung, tekanan perifer, dan tekanan darah. (Arlita, 2014)
Kandungan lainnya yang terdapat dalam buah tomat adalah flavonoid.
Antioksidan alami seperti flavonoid yang banyak terdapat pada minuman dan
buah anggur, diketahui memiliki kontribusi dalam menghambat oksidasi LDL
(Low Density Lipoprotein). Flavonoid yang berperan dalam proses tersebut
adalah apigenin. Sebuah penelitian menunjukan bahwa apigenin memberikan
efek menurunkan tekanan darah 120 mmHg menjadi 70 mmHg. (Farah, 2013)
Berdasarkan tingginya angka hipertensi di Kecamatan Kutasari, pola
hidup yang kurang sehat masyarakat yang peneliti amati dan beberapa
penelitian mengenai manfaat kandungan tomat dan fenomena yang terjadi di
lapangan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Jus Tomat Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Penderita
Hipertensi di Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga”.
B. Rumusan Masalah
Hipertensi merupakan salah satu penyakit umum yang paling banyak
ditemukan. Ada berbagai macam faktor yang menimbulkan hipertensi. Untuk
pengobatan hipertensi ada dua macam yanitu pengobatan farmakologis dan non
farmakologis. Pengobatan non farmakologis salah satunya dengan diit dan
mengtur pola makan yang sehat. Tomat sendiri mengandung banyak zat-zat
yang baik untuk kesehatan tubuh antara lain likopen, kalium, vitamin C dan
masih banyak lagi. Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kompetensi
yang baik terkait dalam mengontrol tekanan darah dengan pengobatan non
farmakologis pada penderita hipertensi. Berdsarkan uraian sebelumnya, maka
dapat dirumuskan masalah apakah ada pengaruh jus tomat terhadap tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di kecamatan Kutasari kabupaten Purbalingga.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik lansia dengan hipertensi meliputi umur,
pekerjaan, pendidikan terakhir penderita hipertensi.
b. Mengidentifikasi tekanan darah dan MAP (Mean Arteria Pressure)
sebelum dan sesudah pemberian jus tomat (Lycopersicum Escelemtum)
pada lansia dengan hipertensi.
c. Menganalasis pengaruh jus tomat (Lycopersicum Escelemtu) terhadap
tekanan darah dan MAP (Mean Arteria Pressure) pada lansia dengan
hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Memacu peneliti untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian serta mengembangkan penelitian yang lebih luas
dimasa yang akan datang.
2. Bagi perawat
Diaharapkan dapat memberi informasi pada perawat bahwa jus tomat
berpengaruh terhadap tekanan darah pada lansia, sehingga perawat dapat
memfasilitasi pasien atau perawat agar tercapai tekanan darah yang normal.
3. Bagi institusi
Diharapkan dengan penelitian ini institusi dapat memberi edukasi mengenai
pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
sehingga tidak memperburuk kondisi hipertensi yang diderita.
4. Bagi ilmu pengetahuan
5. Melalui penelitian ini diharapkan adanya suatu manfaat yang dapat
memberikan bagi perkembangan ilmu pengethuan dibidang Keperawatan
Medikal Bedah.
Tabel 1.1
Penelitian terdahulu terkait jus tomat
Lavenia &
Nurdin 2015 Pengaruh Pemberian Quasi Terdapat pengaruh
Juice Campuran Tomat Eksperiment pemberian juice
dan Mentimun Terhadap dengan desain campuran tomat dan
penurunan Tekanan penelitian one mentimun terhadap
Darah Kepada Penderita group pretest- penurunan tekanan darah
Hipertensi postest design kepada penderita
hipertensi
Paramita,
2015 Pengaruh Pemberian Jus Quasi experiment
Tomat (Lycopersicum dengan rancangan Terdapat pengaruh jus
Commune) Terhadap pre-post test tomat (Lycopersicum
Tekanan Darah Sistolik group design Commune) terhadap
dan Diastolik tekanan darah sistolik
Laki-laki Hipertensi Usia dan diastolik
40-45 Tahun laki-laki hipertensi usia
40-45 tahun
Ilma
2015 Pengaruh Pemberian Jus True Terdapat pengaruh jus
Mentimun Dan Tomat experimental mentimun dan tomat
Terhadap Tekanan Darah dengan rancangan terhadap tekanan darah
Perempuan Overweight pre test – post test perempuan overweight
Dan Obesitas. control group dan obesitas.
design
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) lansia dalam jurnal
Keperawatan Soedirman (2014) adalah seseorang yang telah memasuki usia
60 tahun ke atas.
Definisi lansia menurut beberapa ahli dalam buku Pendidikan
Keperawatan Gerontik oleh Muhith dan Siyoto (2016) sebagai berikut :
a. Menurut Setianto, seseorang dikatakan lanjut usian (lansia) apabila
usianya 65 keatas.
b. Lansia menurut Pudjiastiti, lansia bukan penyakit, tapi merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
c. Menururt Hawari, lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
fisiologi. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
2. Penggolongan lansia
Penggolongan lansia menurut Direktorat Pengembangan Ketahanan
Keluarga BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional) dalam buku Menembus Dunia Lansia oleh Pandji (2012), pada
dasarnya dapat dibedakan :
a. Kelompok lansia awal (45-54 tahun) merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia
b. Kelompok pra lansia (55-59 tahun)
c. Kelompok lansia 60 tahun keatas (menurut UU No. 23 tahun 1998 lansia
di Indonesia ditetapkan mulai usia tersebut).
Lalu World Health Organization (WHO) mengelompokan lansia
menjadi empat katagori yang meliputi :
a. Young Old (60-69 tahun)
b. Old (70-79 tahun keatas)
c. Old Old (80-89 tahun keatas)
d. Very Old (90 tahun keatas)
Menurut Depkes RI (2015) dalam buku ajar Keperawatan Gerontik
oleh menggolongkan lansia dalam katagori berikut :
a. Pralansia (prasenilis), 45 - 59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun keatas.
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih yang mengalami masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/ jasa.
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
B. Hipertensi
1. Definisi
Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang digunakan oleh
darah untuk melawan dinding pembuluh arteri dan bisa diukur dalam satuan
millimeter air raksa (mmHg). Nilai tekanan darah dinyatakan dalam dua
angka yaitu, angka tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah
sistolik merupakan nilai tekanan darah saat fase kontraksi jantung,
sedangakan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah saat fase relaksasi
jantung. (Prasetyaningrum, 2014). Menurut Woods (2009) Mean Arterial
Pressure (MAP) adalah tekanan darah antara sistolik dan diastolik, karena
diastolik berlangsung lebih lama daripada sistolik maka MAP setara dengan
40 % tekanan sistolik ditambah 60 % tekanan diastolik.
Definisi hipertensi menurut beberapa ahli :
a. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang sering
terjadi pada lansia, dengan kenaikan darah sistolik lebih dari 150 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik 150 -
155 mmHg dianggap masih normal pada lansia. (Sudarta, 2013)
b. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung.
(Triyanto, 2014)
3. Klasifikasi hipertensi
a. Klasifikasi hipertensi menurut etiologi.
1) Hipertensi esensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi, dimana sampai saat
ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang
berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor
genetik, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet
(peningkatan penggunaan garam dan berkuranganya asupan kalium
atau kalsium).
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketehui
dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-
obatan. Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan
ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta,
kelaianan endokrin lainnya, seperti obesitas, resistansi insulin,
hipertiroidisme, dan pemakain obat-obatan seperti kontrasepsi oral
dan kortikosteroid. (Wijaya, 2014, hal. 52)
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
1) Berdasarkan Joint National Committee (JNC) VIII 2014
Tabel 2.2 Derajat hipertensi Joint National Committee (JNC) VIII 2014
Hipertensi stage 1
≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)
4. Etiologi
Menurut Sudoyo (2015) penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut
usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
predisposisi yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
predisposisi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup.
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress Merokok
4) Minum alkohol
5) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
5. Patofisiologi
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95% kasus. Bentuk
hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atau essensial. Mekanisme
bagaimana hipertensi menimbulkan kelumpuhan atau kematian berkaitan
langsung dengan pengaruhnya pada jantung dan darah. Peningkatan darah
sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventriel
kiri sehingga beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi
hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi
kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan
hipertrofi kompensasinya akhirnya terlampaui, dan terjadi dilatasi dan payah
jantung. Jantung menjadi terancam oleh semakin parahnya aterosklerosis
koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut, penyediaan oksigen
miokardium berkurang. Peningkatan kebutuhan oksigen pada miokardium
terjadi akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung
sehingga akhirnya akan menyebabkan angina atau infark miokardium.
(Price, 2009)
Menurut Price dan Anderson (2009) kerusakan pembuluh darah akibat
hipertensi terlihat jelas diseluruh pembuluh darah perifer. Aterosklerosis
yang dipercepat dan nekrosis medial aorta merupakan faktor predisposisi
terbentuknya aneurisma dan diseksi. Perubahan struktur dalam arteri-arteri
kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluh darah progresif.
Bila pembuluh darah menyempit maka aliran arteri terganggu dan dapat
menyebabkan mikro infark jaringan. Akibat perubahan pembuluh darah ini
paling nyata terjadi pada otak dan ginjal.
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam defek primer hipertensi
essensial yaitu; yang pertama adalah penurunan eksresi natrium pada
keadaan tekanan arteri normal peristiwa awal dalam hipertensi essensial.
Penurunan ekskresi natrium kemudian dapat menyebabkan meningkatnya
volume cairan, curah jantung dan vasokontriksi perifer sehinga tekanan
darah meningkat. Pada keadaan tekanan darah yang lebih tinggi, ginjal
dapat mengeksekrisikan lebih banyak nattrium untuk mengimbangi asupan
dan mencegah retensi cairan. Oleh karena itu ekskresi natrium akan berubah
tetapi, tetap steady state (penyetelan ulang natriuresis tekanan). Namun, hal
ini menyebabkan peningkatan stabil tekanan darah. Faktor kedua adalah
pengaruh vasokonstriktif (faktor yang memicu vasokontriksi fugsional atau
rangsang yang memicu perubahan struktural langsung di dinding pembuluh
sehingga resitensi perifer meningkat) merupakan penyebab hipertensi
primer. Selain itu pengaruh vasokontriksi yang kronis atau berulang dapat
menyebabkan penebalan struktural pembuluh resistensi. (Robbins, 2012)
6. Manisfestasi klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun, gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manisfestasi yang sesuai system organ yang
divaskulerisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan
kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke
atau serangan iskemik transien yang bermanifsetasi sebagai paralysis
sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.
Sebagian besar gejalan klinis hipertensi antara lain :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Nokturia karena peningkatan aliran darah ke ginjal dan filtrasi
glomerulus
d. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
(Wijaya, 2013)
C. Tomat
1. Definisi
Tomat (Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga
Solanacease, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko
sampai Peru. Kata “tomat” berasal dari kata dalam bahasa Nauhat, dimana
tomat merupakan keluarga dekat dari kentang. (Kusumaningtyas, 2016)
Tanaman tomat tergolong tanaman semusim (annual). Artinya,
tanaman berumur pendek yang hanya satu kali berproduksi dan setelah itu
mati. Tanaman tomat merupakan tanaman perdu atau semak yang menjalar
pada permukaan tanah dengan panjang mencapai ± dua meter (Firmanto,
2011). Secara taksonomi, tanaman tomat digolongkan menjadi kingdom
Plantae, subkingdom Trachebionta, divisio Magnoliophyta, kelas
Magnoliopsida, subkelas Asteridae, ordo Solanales, family Solanaceae,
genus Solamun, species Solanum Lycopersicum, nama binomial
lycopersicon esculentum L. (sumber : Jones, 2008).
2. Jenis tomat
Jenis tomat berdasarkan bentuknya, buah tomat dibedakan menjadi
lima jenis yaitu :
a. Tomat biasa (Lycopersicum esculentum Mill, var. commune Bailey).
Berbentuk bulat pipih tidak teratur, sedikit beralur terutama didekat
tungkai. Tomat jenis ini banyak ditemui di pasar-pasar local.
b. Tomat apel atau pir (Lycopersicum esculentum Mill, var. pyriforme
Alef.). berbentuk seperti buah apel atau buah pir.
c. Omat kentang atau tomat daun lebar ((Lycopersicum esculentum Mill,
var. grandifolium Bailey). Berbentuk bulat besar, padat dan kompak.
Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan ukuran tomat apel.
d. Tomat tegak (Lycopersicum esculentum Mill, var. validum Bailey).
Buahnya berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras. Sementara itu
daunnya rimbun, bentuk keriting, dan berwarna kelam. Pertumbuhan
tanaman tegak dengan percabangan tumbuh keatas.
e. Tomat chery (Lycopersicum esculentum Mill, var. cerasiforme Alef).
Buahnya yang berukuran kecil atau bulat memanjang.
Berdasarkan pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu :
a. Tipe Detirminate. Tanaman tomat yang pertumbuhannya diakhiri dengan
tumbuhnya rangkaian bunga atau buah. Umur panennya relatif lebih
pendek dan pertumbuhan batangnya cepat.
b. Tipe Indertiminate. Tanaman tomat yang diakhirnya tidak diakhiri
dengan tumbuhnya bunga dan buah. Umur panennya rerlatif lama adalah
dan pertumbuhan batangnnya relatif lama.
c. Tipe semi Indertiminate. Tanaman tomat ini memiliki ciri-ciri antara
tomat tipe pertumbuhan determinate dan tipe pertumbuhan
inderterminate. (Wiryanta, 2008)
3. Kandungan tomat
Didalam tomat banyak sekali kandungan zat-zat yang baik untuk
kesehatan tubuh. Kandungan tomat anatara lain likopen, kalium, flavonoid,
air, karbohidrat, protein, β-karoten, α-karoten dan berbgai macam vitamin
lainnya. Untuk likopen sendiri merupakan zat senyawa yang sering disebut
sebagai α-karoten adalah suatu karotenoid pigmen merah terang yang
banyak ditemukan dalam tomat dan buah-buah lain yang berwarna merah.
(Pereira, 2015)
Tabel 2.4 kandungan nutrisi dalam setiap 100 gr tomat
No Kandunga gizi Jumlah
A Energi 74 J
B Karbohidrat 3.9 g
C Gula 2.6 g
D Serat pangan 1.2 g
E Lemak 0.2 g
F Protein 0.9 g
G Air 94.5 g
H Vitamin A 42 µg
I β-karoten (Flavanoid) 449 µg
J Lutein dan Zeaxanthin 123 µg
K Thiamin (Vitamin B1) 0.037 mg
L Niacin (Vitamin B3) 0.594 mg
M Vitamin B6 0.08 mg
N Vitamin C 14 mg
O Vitamin E 0.54 mg
P Vitamin K 7.9 µg
Q Magnesium 11 mg
R Mangan 0.114 mg
S Fosvor 24 mg
T Kalium 237 mg
U Likopen 2573 µg
(Sumber : Saputri, 2016)
4. Manfaat tomat
Tomat menjadi andalan untuk melakukan detoksifikasi tubuh melalui
terapi jus. Bahkan menurut penelitian, manfaat tomat dapat mencegah atau
mengobati berbagai macam penyakit. Manfaat tomat sebenarnya sudah
diteliti sejak lama, berberapa peneliti mendapatkan bahwa tomat dapat
mengobati gangguan pencernaan, diare, memulihkan fungsi lever, dan
penyakit lainnya. Tomat kaya akan likopen, kalium dan vitamin sehingga
sangat baik dalam mengontrol tekanan darah. (Lubna, 2013, hal. 20)
Keistimewaan buah tomat salah satunya adalah tingginya tingginya
likopen dalam tomat. Adanya anti inflamasi dan antioksidan dari likopen
dalam tomat, sehingga dapat melumpuhkan radikal bebas, menyeimbangkan
kadar kolesterol darah dan tekanan darah, serta melenturkan sel-sel saraf
jantung yang kaku akibat endapan kolesterol dan gula darah dengan cara
menghambat penyerapan oksigen reaktif terhadap endotel yang
mengganggu dilatasi pembuluh darah, ini yang menjadi salah satu
patofisiologi mengapa tomat dapat menurunkan tekanan darah.
Mengkonsumsi tomat beserta olahannya dapat melindungi jantung. Likopen
merupakan bagian dari karotenoid yang larut dalam lemak, namun likopen
yang larut dalam lemak justru sulit diserap diserap oleh tubuh. Karenanya,
disarankan mengolah tomat dengan cara direbus. (Bohm, 2012).
Mengkonsumsi buah tomat tanpa membuang bijinya dapat mencegah
penggumpalan darah sebesar 72% (Lusita, 2013). Tomat memiliki efek
kardioprotektif dengan menghambat agregasi platelet atau aktifitas
antiplatelet. Nutrisi antioksidan dalam tomat, akan memperlambat
atrosklerosis dengan peningkatan degradasi LDL (Low Density
Lipoprotein), mencegah pembentukan sel busa dan plak aterosklerosis.
Kandungan likopen dalam tomat, menekan sintesis kolesterol. Tomat dan
produk tomat dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular karena
lycopene di dalamnya. Tomat, akan mencegah pengerasan pembuluh darah.
Vitamin E dan lycopene dalam tomat mencegah oksidasi LDL secara
efektif. (Bhowmik, 2013)
Aktivitas antiaterosklerosis likopen terjadi secara oksidatif dan non
oksidatif. Pada mekanisme oksidatif, likopen mampu mencegah
aterosklerosis dengan memproteksi atau melindungi biomolekul seluler
penting, seperti lipid dan lipoprotein. Dalam mekanisme non oksidatif, efek
antiaterosklerosis likopen menghambat laju HMG-CoA (3-hydroxy-3-
methylglutaryl-coenzim A) reduktase yang berperan penting pada sintesis
kolesterol, serta mengaktifkan reseptor LDL sehingga bekerja sebagai agen
hipokolesterolemik. Kadar likopen lebih tinggi jika dikonsumsi sebagai jus
tomat dan olahan tomat lainnya, likopen diserap tubuh dengan lebih baik
jika diproses menjadi jus daripada jika dikonsumsi dalam bentuk alaminya.
Hal ini dikarenakan likopen dalam buah yang belum diproses tersedia dalam
bentuk trans, yang merupakan bentuk yang tidak mudah diserap tubuh.
Sedangkan pengolahan tomat menjadi jus akan mengubah likopen dalam
bentuk trans menjadi cis, sehingga meningkatkan penyerapannya oleh
tubuh. (Agarwal & Rao, 2016).
Zat lainnya selain Vitamin E dan Lycopene yang terdapat pada buah
tomat adalah kalium. Kalium lebih berhubungan erat dengan penurunan
tekanan darah. Kalium pada prinsipnya terdapat dalam sel-sel tubuh. Fungsi
kalium adalah melengkapi fungsi natrium. dan elektrolit serta keseimbangan
asam dan basa. Kalium juga mengatur pengeluaran Kalium memegang
peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan natrium berlebih yang
ada pada tubuh dan dikeluarkan dari tubuh sehingga dapat menurunkan
tekanan darah, mengobati penyempitan pembuluh darah jantung, serta
penyakit yang timbul karena fungsi ginjal terganggu. Kalium didalam tomat
mampu menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan
menghambat pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium
dan air. Renin beredar didalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis
penguraian angiotensin menjadi angiotensin I. Angiotensin I berubah
menjadi bentuk aktifnya yaitu angiotensin II dengan bantuan Angiotensin
Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II berpotensi meningkatkan
tekanan darah karena bersifat vasoconstrictor dan dapat merangsang
pengeluaran aldosteron. Aldosteron meningkatkan tekanan darah dengan
jalan retensi natrium. Retensi natrium dan air menjadi berkurang dengan
adanya kalium, sehingga terjadinya penurunan volume plasma, curah
jantung, tekanan perifer, dan tekanan darah. (Arlita, 2014)
Kandungan lainnya yang terdapat dalam buah tomat adalah flavonoid.
Selain sebagai antihipertensi flavonoid, memiliki berbagai manfaat seperti
antisklerosis, antiinflamatori, dan anti oksidan. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara asupan flavonoid
dengan resiko munculnya penyakit jantung koroner. Efek kardioprotektif
flavonoid sebagai sumber diet. Antioksidan alami seperti flavonoid yang
banyak terdapat pada minuman dan buah anggur, diketahui memiliki
kontribusi dalam menghambat oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein).
Flavonoid yang berperan dalam proses tersebut adalah apigenin. Sebuah
penelitian menunjukan bahwa apigenin memberikan efek menurunkan
tekana darah 120 mmHg menjadi 70 mmHg. Penelitian ini dilakukan
terhadap anjing dan tikus yang teranastesi dengan dosisi 10 mg perkilogram
berat badan. (Rizki, 2013)
Tomat organik lebih sehat karena bebas dari residu kimia, baik dari
pupuk dan pestisida. Tomat dari hasil organik juga lebih tinggi kandungan
kalsiumnya, sekitar 23 mg dibandingkan tomat non oganik yang hanya
mengandung 5 mg kalsium. (Rizki, 2013)
D. Kerangka Teori
Farmakalogi
Confounding variable
1. Umur
Hipertensi 2. Jenis Kelamin
3. Aktifitas Fisik
Non Farmakologi 4. Obat-obatan
5. Stress
1. Tekanan darah
2. MAP (Mean
Arterial
1. Modifikasi gaya hidup Pressure)
2. Pembatasan garam
dalam makanan
3. Diet rendah kolestrol
4. Olahraga
5. Mengurangi berat
badan
6. Pembatasan alcohol
7. Berhenti merokok
8. Pemberian jus tomat
F. Variable Penelitian
Variabel dari penelitian ini :
Variabel independen : jus tomat
Variabel dependen : tekanan darah, MAP darah sub variabel : hipertensi
G. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
Ha : terdapat pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. (Nazir, 2014). Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2016)
Desain penelitian yang digunakan adalah pra experiment dengan
rancangan one group pre-post test design. One group pre-post test design
adalah desain penelitian yang terdapat pretest sehingga hasil perlakuan dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum
diberi perlakuan. (Sugiyono, 2016). Penelitian ini, peneliti menganalisis
pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah yang meliputi MAP pada penderita
hipertensi di Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga Penelitian ini
dilakukan selama 10 hari dengan pemberian jus tomat 2 kali dalam sehari pagi
dan sore dengan sample sejumlah 30 orang.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi operasional
Variabel Definisi operasional
No Alat ukur Hasil ukur Skala
Penelitian
D. Tempat Penelitian
Tempat penelitian tentang pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah pada
lanisa penderita hipertensi berada di Kecamatan Kutasari Kabupaten
Purbalingga.
E. Waktu Penelitian
Waktu penelitain dilakukan pada bulan 27 Maret - 9 April 2019
F. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam
melaksanakan sebuah penelitian, mengingat dalam penelitian keperawatan
akan berhubungan langsung dengan manusia, maka peneliti harus
memperhatikan etika hak dan responden dalam penelitian.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus meminta persetujuan
responden untuk dilakukan penelitian dan peneliti harus memenuhi beberapa
syarat Setelah semua syarat mendapat persetujuan barulah memperhatikan
etika dalam penelitian yaitu (Sugiyono, 2016)
1. Informed consent
Peneliti memberikan lembar persetujuan dan di tanda tangani oleh
responden sesuai dengan lampiran 2 dan 3 yang tertera pada penelitian, ini
menunjukan bahwa responden setuju untuk diwawancarai.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan penelitian, baik informasi ataupun
masalah lainnya. Pada tahap ini informasi dari responden benar-benar
bersifat rahasia dan hanya peneliti dan responden yang mengetahuinya, dan
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Hal ini
mencakup juga Informed consent dan Anonimiti yang sesuai dengan
lampiran 6 pada penelitian ini.
2. Teknis
a. Responden dilakukan pengukuran tekanan darah awal (pretest) dan hasil
tersebut dicatat dalam lembar observasi hasil pengukuran.
b. Peneliti memberikan jus tomat dengan komposisi 150 gram tomat, 20 ml
air dan 2 gram gula kepada responden
c. Peneliti melakukan pemantauan setiap harinya. Hal yang diobservasi
adalah apakah responden selalu mengkonsumsi jus tomat, dan tidak
mendapatkan terapi herbal lainya.
d. Responden kembali dilakukan pengukuran tekanan darah (posttest)
setelah diberikan jus tomat pada hari terakhir penelitian. Hasil
pengukuran tekanan darah dicatat pada lembar observasi hasil
pengukuran.
I. Rencana Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing (pemeriksaan data)
Peneliti melakukan pemeriksaan lembaran observasi berkaitan dengan
kelengkapan, kejelasan dan kesesuaian nilai tekanan darah dalam hasil
pengukuran penelitian.
5. Tabulasi data
Data tekanan darah dan MAP dan data lainnya disusun data sedemikian
rupa, sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan,
disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk mudah dipahami
J. Rencana Analisis Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat menggambarkan distribusi dari masing-masing variabel
yang diteliti yaitu tekanan darah dan MAP sesudah pemberian jus tomat.
2. Analisa bivariat
Analisi bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap kedua variabel yang
diduga ada pengaruh atau korelasi, yaitu untuk mengetahui pengaruh jus
tomat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Analisa bivariat
digunakan untuk mengetahui perubahan tekanan darah dan MAP pada
pasien hipertensi sebelum dan sesudah pemberian jus tomat. Sebelum
dilakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji normalitas dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Peneliti menggunakan Shapiro-Wilk karena
sample kurang dari 50 sample. Jenis uji hipotesis yang digunakan peneliti
disni adalah menggunakan uji non parametrik yaitu Wilcoxon Signed Rank.
Peneliti menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test karena setelah
melakukan uji normalitas didapatkan (p) <0,05, yang artinya data tidak
berdistribusi normal
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
1. Karekteristik responden
a. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Lansia Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur di Kecamatan
Kutasari Kabupaten Purbalingga, pada tahun 2018 (n=30)
b. Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Lansia Penderita Hipertensi Berdasarkan Pendidikan di
Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, pada tahun 2018 (n=30)
Penddidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 7 23,3
SMP 8 26,7
SMA 11 36,7
D3 1 3.3
S1 3 10
Total 30 100
Lain-lain 11 36,7
Wiraswasta 14 46,7
PNS 5 16,7
Total 30 100
Sistolik
Pre Test (sebelum pemberrian jus tomat) 148,73 147 144-159 3,895
Post Test (sesudah pemberrian jus tomat) 137,53 139 130-146 4,117
Diastolik
Penurunan
Tabel 4.5
Distribusi Rata-rata MAP Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian
Jus Tomat Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kecamatan Kutasari
Kabupaten Purbalingga, Tahun 2018 (n=30)
C. Pembahasan
Sub bab ini akan menjelaskan tentang pembahasan dari hasil penelitian
pada sub bab sebelumnya yang meliputi pembahasan hasil penelitian dari
setiap variabel dependen dan variabel independen. Setiap pembahasan akan
diperkuat dengan konsep atau teori dan penelitian sebelumnya. Selain itu, sub
bab ini juga akan membahas hubungan antar variabel yang dapat djelaskan
sebagai berikut :
1. Gambaran karakteristik responden lansia penderita hipertensi di Kecamatan
Kutasari Kabupaten Purbalingga.
Berdasarkan gambaran karakteristik responden setelah dilakukan
penghitungan rata-rata umur responden lansia penderita hipertensi di
Kecamtan Kutasari Kabupaten Purbalingga adalah 50,27 tahun dengan umur
yang paling muda adalah 45 tahun dan yang paling tua adalah 59 tahun.
Peneletian mengambil responden dari 45 tahun karena pada masa ini
dinding arteri menjadi kurang elastis dan akan mengalami penebalan oleh
adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit menjadi kaku. Semakin meningkatnya
umur akan menyebabkan perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer. Resistensi perifer merupakan tahanan
pembuluh darah terhadap aliran darah. Resistensi ini dipengaruhi olej jari-
jari pembuluh darah dan viskositas darah. Dinding kapiler menebal sehingga
menyebabkan melambatnya pertukaran antara nutrisi dan zat sisa
metabolisme sel dan darah. Dinding pembuluhh darah yang semakin kaku
akan meningkatkan tekanan darah sistolik maupun diastolik. (Setiawan,
2014)
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam defek primer hipertensi
essensial yaitu; yang pertama adalah penurunan eksresi natrium pada
keadaan tekanan arteri normal peristiwa awal dalam hipertensi essensial.
Penurunan ekskresi natrium kemudian dapat menyebabkan meningkatnya
volume cairan, curah jantung dan vasokontriksi perifer sehinga tekanan
darah meningkat. (Robbins,2012)
Pendidikan terakhir responden sebagian besar adalah SMA dengan
persentase 36,7 % dan terkecil adalah 10 % yaitu S1. Pekerjaan sebagai
yang terbanyak wiraswasta sebesar 46,7% dari 30 sampel yang diambil.
2. Pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah dan MAP pada lanisa penderia
hipertensi di Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga.
Semua responden dalam penelitian adalah hipertensi stage 1 .
hipertensi derajat 1 memiliki tekanan darah sistolik 140-160 mmHg dan
tekanan darah diastolik diantara 90-99 mmHg. Setelah diberikan jus tomat,
terdapat beberapa responden yang mengalami penurunan derajat hipertensi
dari hipertensi stage 1 menjadi pra hipertensi. Pra hipertensi memiliki
tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89
mmHg. Setelah diberikan jus tomat terdapat 16 responden yang mempunyai
tekanan darah sistolik <140 mmHg, dan 25 responden yang mempunyai
tekanan darah diastolik <90 mmHg. (American Heart Association, 2014)
Hasil analisa penelitian yang dilakukan rata-rata tekanan darah
sistolik diastolik sebelum diberikan jus tomat sebesar 148,73/91,27 mmHg
dan setelah diberikan jus tomat sebesar 137.53/84 mmHg. Sehingga
didapatkan rata-rata penurunan sistolik diastolik sebesar 11,2/7,27 mmHg
MAP merupakan akumulasi dari tekanan darah sehingga disini setelah
dianalisa juga mengalami penurunan rata-rata sebesar 101,57/8,2 mmHg.
Pada penelitian ini, penurunan tekanan darah sistolik tertinggi setelah
pemberian jus tomat adalah 15 mmHg dan untuk tekanan darah diastolik
adalah 15 mmHg.
Hasil analisa data yang telah diuji menggunakan uji non parametrik
Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan p < 0,005 untuk tekanan darah dan
MAP Pre Post Test yang berarti Ha diterima, sehingga ini membuktikan ada
pengaruh jus tomat yang dikonsumsi selama 10 hari terhadap tekanan darah
dan MAP pada lansia penderita Hipertensi di Kecamatan Kutasari
Kabupaten Purbalingga. Penurunan sistolik dan diastolik pada responden
yang diberi jus tomat pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai MAP.
Hal ini sejalan dengan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian
Jus Tomat Terhadap Tekanan Darah Pada Wanita Post Menopause
hipertensif di Panti Werda Pengayoman dan Panti Wredha Harapan Ibu
Semarang” dengan jumlah subjek penelitian 34 orang, yang menunjukkan
bahwa pemberian selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan tekanan
darah sistolik sebesar 11,76 mmHg (8,4%) dan tekanan darah diastolik
sebesar 8,82 mmHg (9,6%) pada wanita postmenopause hipertensif.
(Lestari, 2012)
Hal ini juga didukung oleh penelitian lain yang dilakukan dengan
judul “Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Dan Tomat Terhadap Tekanan
Darah Perempuan Overweight Dan Obesitas”, dengan pemberian 200 ml jus
mentimun dan tomat yang terbuat dari 100 gr mentimun, 100 gr tomat, 50
ml air dan sirup 0 kalori sebanyak satu kali dalam sehari selama 7 hari
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebesar 17,84 ± 9,09
mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 11,34 ± 4,02 mmHg pada
perempuan overweight dan obesitas. Dalam penelitian Ilma disebutkan
bahwa likopen juga berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Efek
dari antioksidan di dalam likopen ini dapat mengurangi kerusakan sel yang
dapat memicu aterosklerosis yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
(Ilma, 2015)
Salah satu zat yang berperan penting dalam menurunkan tekanan
darah adalah likopen dalam buah tomat. Likopen bersifat sebagai
antiarterosklerosis. Peran likopen sebagai antiaterosklerosis terjadi secara
oksidatif dan non oksidatif. Pada mekanisme oksidatif, likopen mencegah
aterosklerosis dengan memproteksi lipid dan lipoprotein. Pada mekanisme
non oksidatif, efek antiaterosklerosis likopen bekerja sebagai agen
hipokolesterolemik dengan menghambat laju HMG-CoA (3-hydroxy-3-
methylglutaryl-coenzim A) reduktase yang berperan dalam sintesis
kolesterol, serta mengaktifkan reseptor LDL (Agarwal & Rao, 2016). Selain
itu, likopen membantu pengaturan tekanan darah dengan cara mencegah
penebalan dan pengerasan dinding arteri dengan mengendalikan tonus otot
polos pembuluh darah (Aiska, 2013). Peran likopen juga sebagai
antioksidan dapat mengurangi kerusakan sel. Antioksidan yang berfungsi
menghentikan atau memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas dalam
tubuh sehingga dapat menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat
radikal bebas. Antioksidan menetralkan radikal bebas dengan memberikan
satu elektron kepada radikal bebas sehingga menjadi non radikal. Likopen
mencegah radikal bebas yang menimbulkan stress oksidatif, kemudian
memicu produksi nitrit oksida pada endothelium. Nitrit oksida sendiri
adalah senyawa dengan rumus kimia berupa NO yang berfungsi sebagai
molekul sinyal intraselular pada mamalia termasuk manusia dengan
modulasi berupa aliran darah, trombosis dan aktivitas neural. Produksi nitrit
oksida pada endothelium inilah yang menyebabkan peningkatan fungsi
vaskuler sehingga terjadi penurunan tekanan darah. (Ramadhan, 2016)
Saat penelitian ditanyakan mengenai keluhan apa saja yang
dirasakan responden dalam meminum jus tomat selama 10 hari responden
mengatakan menjadi sering buang air kecil. Ini merupakan salah satu
peranan kalium yang terdapat dalam kandungan buah tomat. Asupan kalium
berhubungan juga dengan perubahan tekanan darah. Efek antihipertensif
kalium dengan cara natriuresis, yaitu menghambat reabsorpsi natrium di
tubulus renal proksimal dan menekan sekresi renin, menormalkan kadar
substansi digitalis likeplasma, meningkatkan volume eksresi urin, relaksasi
otot halus melalui produksi oksida nitrat, menekan pementukan radikal
bebas, dan melindungi pembuluh darah akibat luka akibat hipertensi.
(Ramadhan, 2016) .Sifat kalium juga sebagai natriuretik yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan pengeluaran natrium dan cairan
berupa urine. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan
keseimbangan cairan natrium berlebih yang ada pada tubuh dan dikeluarkan
dari tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah, mengobati
penyempitan pembuluh darah jantung, serta penyakit yang timbul karena
fungsi ginjal terganggu. Kalium didalam tomat mampu menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolik dengan menghambat pelepasan renin sehingga
terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air. (Arlita, 2014)
Apigenin dalam buah tomat berfungsi sebagai beta blocker yang
dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi
jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan
darah menjadi berkurang. (Saputra, 2016)
D. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian ini memiliki
kelemahan atau keterbatasan diantaranya sebagai berikut :
1. Kurang mempertimbangkan faktor lain yang juga dapat mempengaruhi
tekanan darah responden seperti gaya hidup berat badan dan tingkat stress
sehingga data tekanan darah yang didapat dimungkinkan karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
2. Waktu pemberian jus yang dilakukan tidak bersamaan, dikarenakan
penelitian ini dilakukan secara door to door sehingga mungkin
mempengaruhi kualitas kandungan jus tomat itu sendiri
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh jus tomat
terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kecamatan Kutasari
Kabupaten Purbalingga dengan sample sebanyak 30 orang maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden dari 30 sampel yang diambil berdasarkan umur,
rata-rata umur responden adalah 50,27 tahun dari rentang umur 45 sampai
59 tahun. Berdasakan pendidikan persentase terbanyak adalah responden
dengan pendidikan SMA 36,7 %, berdasarkan perkerjaan adalah wiraswasta
46,7 %.
2. Rata-rata tekanan darah sebelum pemberian jus tomat adalah sebesar
148,73/91,27 mmHg dan setelah pemberian jus tomat 137,53/84 mmHg,
maka rata-rata penurunan tekanan darah dengan sistolik diastolik 11,2/7,27
mmHg. MAP sebelum pemberian jus tomat rata-rata adalah 109,77 mmHg
dan sesudah pemberian jus tomat adalah 101,57, rata-rata penurunan MAP
sebesar 8,2 mmHg.
3. Ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap tekanan darah sistolik diastolik
dan MAP lansia penderita hipertensi di Kecamatan Kutasari Kabupaten
Purbalingga dengan hasil data yang sama yaitu p = 0,000 (p < 0,005).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang
sudah dilakukan antara lain :
1. Bagi instansi kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat djadikan sebagai dasar pembuatan
SPO untuk dilakukannya edukasi mengenai pentingnya menjaga kualias
hidup khususnya tentang tekanan darah dengan mengkonsumsi buah tomat.
2. Bagi perawat
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar acuan bagi perawat agar dapat
menjaga tekanan darah pasien hipertensi dengan memberikan pendidikan
mengenai manfaat buat tomat.
b. Dapat mengaplikasikan intervensi keperawatan yang tepat untuk
memperbaiki tekanan darah pasien yang mengalami hipertensi.
3. Bagi perkembangan ilmu
a. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan dengan
modifikasi pada teknik sampling ataupun buah yang digunakan.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang intervensi
keperawatan yang tepat untuk menurunkan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi.
4. Bagi penderita hipertensi
Jus tomat (Lycopersicum Esculentum) dapat dijadikan obat alternatif untuk
menurunkan dan menjaga kestabilan tekanan darah. Selain mengkonsumsi
jus tomat penderita hipertensi juga harus tetap menjaga pola makan dan
gaya hidup yang sehat dan juga menghindari faktor yang memicu tekanan
darah naik dan juga agar tidak terjadi komplikasi lainnya.
5. Bagi penelitian selanjutnya
a. Penelitian lain bisa mengembangkan variasi dalam pengolahan tomat
untuk hipertensi seperti, sup tomat, kombinasi dengan buah-buah lainnya
ataupun bisa membandingkan dengan khasiat buah lainnya.
b. Penelitian selanjutnya peneliti mungkin harus lebih mempertimbangkan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi hipertensi seperti berat badan,
tingkat stress, gaya hidup dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, S. dan Rao A.V. (2016). Tomato lycopene and low density lipoprotein
oxidation : a human dietary intervention study. Diakses pada tanggal 30
Desember 2018, scholar.unand.ac.id
Departemen Kesehatan. (2017). Hipertensi membunuh diam-diam, ketahui
tekanan darah anda. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2018, http:/-
/www.depkes.go.id
Hidayat, Arief. (2013). Pengaruh terapi oksigen terhadap mean arterial pressure
(MAP) pada pasien cidera kepala di IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2018,
http://repository.ump.ac.id,
Harry, Wied. (2009). 105 Resep sedap vegetarian food combining. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Ilma, Alina. (2015). Pengaruh pemgberian jus mentimun dan jus tomat terhadap
tekanan darah perempuan overweight dan obesitas. Diakses pada tanggal 12
Oktober 2018, https://ejournal3.undip.ac.id
Leviana, Cici & Nurdin. (2015). Pengaruh pemberian juice campuran tomat dan
mentimun terhadap penurunan tekanan darah kepada penderita hipertensi.
Diakses pada tanggal 09 Oktober 2018, http://ejournal.kopertis10.or.id
Mardhiati, Retno. (2017). Delima, apel, tomat, dan penyakit jantung. Dikases
pada tanggal 30 Oktober 2018, http://journal.uhamka.ac.id
Robbins. (2012). Buku ajar patologi, Ed. 7, Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Saputri, Kurnia Apriyani. (2016). Perbedaan efektifitas jus mentimun dan jus
tomat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di desa
Sokawera Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Diakses pada tanggal
20 Oktober 2018, http://repository.ump.ac.id
Sudiarto & Soewito. (2015). Potensi licopen pada tomat untuk penurunan kadar
kolestrol (LDL) pada penderita hipertensi hiperkolesterolemi. Diakses pada
tanggal 19 November 2018, http://jurnal.akperyakpermas.ac.id
Sudoyo. (2015). Hipertensi pada lansia. Diakses pada tangal 21 November 2018,
https://www.academia.edu
Yogiantoro, M., (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam : hiperensi essensial.
Jakarta: Interna Publishing
H. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan Bapak/Ibu penelitian akan drahasiakan
dan hanya diketahui oleh peneliti dan pembimbing, hasil penelitian akan
dipublikasikan tanpa identitas Bapak/Ibu.
I. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait dengan penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
Oleh karena itu, saya secara sukarela berperan serta dalam penelitian ini.
Semarang, 31 Maret 2019
Tanda tangan
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi peneliti
dan dapat untuk mengetahui pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah pada
lansia. Saya mengharapkan tanggapan atau jawaban yang Saudara berikan sesuai
dengan apa yang dirasakan oleh Bapak/Ibu tanpa ada paksaan dan pengaruh dari
orang lain.
Dalam penelitian ini partisipasi Bapak/Ibu bersifat bebas, artinya Bapak/Ibu ikut
atau tidak ikut tidak ada sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi
responden penelitian ini, silahkan Bapak/Ibu mendatangani lembar persetujuan
ini.
Hormat saya,
Mahsiswa
Asa Cardika P
NIM. G2A217030
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Karekteristik responden
1. Nomor responden :
2. Jenis kelmain :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :