Anda di halaman 1dari 12

Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

LAPORAN KOS PRODUKSI – Lanjutan


( METODE HARGA POKOK PROSES )

PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL


Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan
menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya. Produk dalam proses awal periode
ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan
akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk
selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada
persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk
selesai tersebut.

Untuk memberikan gambaran mengenai pengaruh adanya persediaan produk dalam proses pada
awal periode terhadap penentuan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses, berikut ini
diberikan ilustrasi. Misalnya pada awal periode terdapat persediaan bahan baku sebanyak 100 kg yang
harga pokoknya Rp 1.000,- per kg. Dalam periode tersebut terjadi pembelian bahan baku sebanyak 400 kg
dengan harga Rp 1.200,- per kg. Jika pada akhir periode ternyata diketahui jumlah bahan baku yang dipakai
sebanyak 250 kg, timbul masalah harga pokok yang akan digunakan untuk menghargai bahan baku yang
dipakai tersebut. Untuk menentukan harga pokok yang akan digunakan untuk menilai bahan baku yang
dipakai tersebut, akuntansi menggunakan berbagai asumsi (anggapan) mengenai biaya. Adanya berbagai
asumsi ini menimbulkan berbagai metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai. Contohnya
adalah metode harga pokok rata-rata tertimbang (weghted average cost method), metode masuk pertama
keluar pertama (first-in, first-out method), dan metode masuk terakhir keluar pertama. (last-in, first-out
method). Dalam bab ini yang akan dibahas hanya metode rata-rata dan metode fifo.

METODE HARGA POKOK PROSES - RATA-RATA


Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan pada biaya
produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan
harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang ini kemudian digunakan untuk
menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan
cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya. Untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan
metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama keluar pertama (fifo) disajikan dalam
contoh berikut ini.

Akuntansi Biaya 1
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

Contoh :
PT. ENDANG memproduksi satu jenis produk melalui dua departemen produksi yang sifat produksinya
secara terus menerus. Kegiatan pada bulan Februari 200X memberikan data produksi dan biaya
produksinya sebagai berikut :

Data produksi awal bulan :


Dept. I Dept. II
Produk dalam proses awal 200 unit 300 unit
Tingkat Penyelesaian Harga Pokok Harga Pokok
BBB : 100 % Rp. 6.000,- Harga pokok dari dept. I Rp. 30.000,-
BTK : 80 % Rp. 7.200,- Harga tambahan dari dept. II
BOP : 80 % Rp. 4.000,- BTK ; 75% Rp. 6.750,-
Rp. 17.200,- BOP ;75% Rp. 4.500,-

Data produksi selama Februari :


Dept. I Dept. II
Produk yang diterima dari dept. I - 800 unit
Produk selesai 800 unit 900 unit
Produk dalam proses akhir bulan
TP ; BBB 100% dan Konversi 70% 100 unit
TP ; Biaya Konversi 60% - 200 unit

Biaya produksi bulan Februari :


Dept. I Dept. II
Biaya bahan baku Rp. 30.000,- -
Baiay tenaga kerja Rp. 36.300,- Rp. 34.050,-
Biaya Overhead Rp. 22.100,- Rp. 15.900,-
Rp. 88.400,- Rp. 49.950,-

Diminta :
Buatlah laporan biaya produksi dept. I dan dept. II metode harga pokok rata-rata dan metode FIFO

Metode Rata-Rata untuk Departemen Pertama


Dalam departemen produksi pertama, biaya yang harus diperhitungkan dalam penentuan harga
pokok produk adalah biaya yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal dan biaya produksi
yang dikeluarkan dalam periode sekarang. Biaya yang melekat pada persediaan pada persediaan produk
dalam proses awal merupakan biaya yang berasal dari periode sebelumnya. Dalam metode harga pokok
rata-rata ini, biaya yang berasal dari periode sebelumnya ditambah dengan biaya dari periode sekarang,
kemudian dihitung rata-ratanya dengan cara membagi jumlah tersebut dengan unit ekuivalensi unsur biaya
bersangkutan. Harga pokok rata-rata per unit ini kemudian dikalikan dengan jumlah unit produk selesai yang
ditransfer ke departemen berikutnya untuk menghitung total harga pokok produk selesai tersebut. Harga
pokok rata-rata per unit ini juga digunakan untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses
pada akhir periode.

Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen pertama dengan menggunakan metode
harga pokok rata tampak seperti di bawah ini :

Akuntansi Biaya 2
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

Biaya bahan baku Biaya bahan baku


Biaya bahan dalam proses awal + dalam periode sekarang
Baku per unit =
Unit ekuivalensi biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja


Biaya tenaga dalam proses awal + dalam periode sekarang
Kerja per unit =
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja

Biaya overhead Biaya overhead


Biaya overhead dalam proses awal + dalam periode sekarang
Pabrik per unit =
Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik

Apabila diterapkan dalam rumus, biaya per unit yang terjadi di departemen pertama :
Jumlah Biaya Januari dan Februari Unit Ekuivalen Bi. Per unit
BBB : 6.000 + 30.000 = Rp. 36.000,- : { 800 + (100 x 100%) } = Rp. 40,-
BTK : 7.200 + 36.500 = Rp. 43.500,- : { 800 + (100 x 70%) } = Rp. 50,-
BOP : 4.000 + 22.100 = Rp. 26.100,- : { 800 + (100 x 70%) } = Rp. 30,-
Rp. 105.600,- Rp. 120,-

Akuntansi Biaya 3
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

PT. Endang
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I
Bulan Februari 200X

Data Produksi :
Persediaan BDP awal (BBB;100%, BK;80%) 200 unit
Jumlah produk yang dimasukan 700 unit
900 unit
Produk selesai ditransfer Dept. II 800 unit
Produk masih dalam proses dengan
TP; BBB : 100% dan BK: 70 % 100 unit
900 unit
Data Biaya :
Jenis Biaya Jan. dan Feb. Jumlah Biaya Perunit
BBB : 6.000 + 30.000 = Rp. 36.000,- Rp. 40,-
BTK : 7.200 + 36.300 = Rp. 43.500,- Rp. 50,-
BOP : 4.000 + 22.100 = Rp. 26.100,- Rp. 30,-
Rp. 105.600,- Rp. 120,-
Perhitungan Biaya :
HPP selesai ditransfer 800 @ Rp. 120,- = Rp. 96.000,-
HP BDP akhir 100 unit :
BBB : 100 x 100% x 40 = Rp. 4.000,-
BTK : 100 x 70% x 50 = Rp. 3.500,-
BOP : 100 x 70% x 30 = Rp. 2.100,-
Rp. 9.600,-
Jumlah biaya produksi Rp. 105.600,-

Akuntansi Biaya 4
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

Metode Rata-Rata untuk Departemen Setelah Departemen Pertama


Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen produksi setelah departemen produksi yang
pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen
(atau departemen-departemen) sebelumnya dengan biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen
yang bersangkutan. Dalam metode harga pokok rata-rata, untuk menghitung harga pokok per satuan
kumulatif produk yang dihasilkan departemen setelah departemen produksi pertama, perlu dihitung rata-rata
harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya dan harga pokok rata-rata yang
ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama yang bersangkutan. Rumus perhitungan
kedua macam harga pokok per satuan tersebut disajikan di bawah ini.

Harga pokok produk per satuan yang dibawa dari departemen sebelumnya

1. HPP dalam proses awal HPP yang ditransfer dari


Dari dept. sebelumnya + dept. sebelumnya dalam
HPP per unit yang di bawa =
Sebelumnya Produk dalam proses awal + Produk yang ditransfer
Dari dept. sebelumnya
Periode sekarang

Harga per unit yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

2. BBB dalam proses awal + BBB dikeluarkan periode


sekarang
B i. Bahan per unit =
Unit ekuivalensi biaya bahan baku

3. BTK dalam proses awal + BTK dikeluarkansekarang


BTK per unit =
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja

BOP dalam proses awal + BOP dikeluarkan sekarang


4. BOP per unit =
Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik

5. Total HPP per satuan = (1) + (2) + (3) + (4)

Dari rumus di atas Perhitungan biaya per unit Dept. II :


BTK : 6.750 + 34.050 = Rp. 40.800,- : { 900 + (200 x 60%) } = Rp. 40,-
BOP : 4.500 + 15.900 = Rp. 20.400,- : { 900 + (200 x 60%) } = Rp. 20,-
Rp. 61.200,- Rp. 60,-

Akuntansi Biaya 5
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

PT. ENDANG
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
Bulan Februari 200X

Data Produksi :
Persediaan BDP awal (BK: 75%) 300 unit
Jumlah produk yang diterima dri dept. I 800 unit +
1.100 unit
produk selesai ditransfer ke Gudang 900 unit
Produk masih dalam proses dengan
TP biaya konversi 60% 200 unit +
1.100 unit
Data Biaya :
Jenis Biaya Biaya produksi Biaya per unit
HP BDP awal Rp. 30.000,- (300 unit)
HP dari dept. I Rp. 96.000,- (800 unit)
Rp. 126.000,- (1.100 unit) Rp. 114,545
Biaya tambahan dept. II :
BTK : 6.750 + 34.050 = Rp. 40.800,- Rp. 40,-
BOP :4.500 + 15.900 = Rp. 20.400,- + Rp. 20,- +
Rp. 61.200,- Rp. 60,-
Biaya Kumulatif = Rp. 187.200,- Rp. 174,545
Perhitungan Biaya :
HP Produk selesai ditransf. Gdg 900 @ Rp. 174,545 = Rp 157.090,5
HP BDP akhir :
HP dari Dept. I : 200 x Rp. 114,545 = Rp 22.909,-
Tambahan dari dept. II :
BTK : 200 x 60% Rp 40 = Rp 4.800,-
BOP : 200 x 60% Rp 20 = Rp 2.400,- +
= Rp 30.109,- +
Jumlah biaya produksi Rp. 187.199,5

Akuntansi Biaya 6
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

2. Jurnal :
a. Pencatatan jurnal pembeli persediaan barang dalam proses dept. I dan dept. II:
BDP - BBB dept. I Rp. 6.000,-
BDP - BTK dept. I Rp. 7.200,-
BDP - BOP dept. I Rp. 4.000,-
BDP - HP dept. I - dept. II Rp. 30.000,-
BDP - BTK dept. II Rp. 6.750,-
BDP - BOP dept. II Rp. 4.500,-
Persediaan BDP - dept. I Rp. 17.200,-
Persediaan BDP - dept. II Rp. 41.150,-

b. Pencatatan biaya produksi dept. I dan dept. II :


BDP - BBB dept. I Rp 30.000,-
BDP - BTK dept. I Rp 36.300,-
BDP - BOP dept.I Rp 22.100,-
BDP - BTKdept. II Rp 34.050,-
BDP - BOP dept.II Rp 15.900,-
Persediaan bahan baku Rp 30.000,-
Gaji dan upah Rp 70.350,-
BOP dept. I Rp 22.100,-
BOP dept. II Rp 15.900,-

c. Pencatatan persediaan barang jadi dept. I ditransfer ked dept. II :


BDP - Harga pokok dept. I - Dept. II Rp. 96.000,-
BDP - BBB dept. I Rp. 32.000,-
BDP – BTK dept. I Rp. 40.000,-
BDP - BOP dept. I Rp. 24.000,-
Perhitungan : BBB : 800 x 40 = 32.000
BTK : 800 x 50 = 40.000
BOP : 800 x 30 = 24.000

d. Pencatatan persediaan barang dalam proses dept. I :


Persedaiaan Barang Dalam Proses dept. I Rp. 9.600,-
BDP - BBB dept. I Rp. 4.000,-
BDP - BTK dept. I Rp. 3.500,-
BDP - BOP dept. I Rp. 2.100,-

e. Pencatatan persediaan barang jadi ditransfer ke gudang :


Persediaan Barang jadi Rp. 157.090,5
BDP - Harga pokok dept. I - dept. II Rp. 103.090,5
BDP - BTK dept. II Rp. 36.000,-
BDP - BOP dept. II Rp. 18.000,-

Perhitungan :

Akuntansi Biaya 7
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

HP dept. I : 900 x 114,545 = Rp. 103.090,50


BTK : 900 x 40 = Rp. 36.000,-
BOP : 900 x 20 = Rp. 18.000,-

f. Pencatatan persediaan barang dalam proses dept. II


Persediaan Barang Dalam Proses dept. II Rp. 30.109,-
BDP - Harga Pokok dept. I - dept. II Rp. 22.909,-
BDP - BTK dept. II Rp. 4.800,-
BDP - BOP dept. II Rp. 2.400,-

METODE HARGA POKOK PROSES - FIFO


Dalam pemakaian metode masuk pertama keluar pertama (fifo), memberikan dasar anggapan
bahwa, biaya produksi yang dikeluarkan pada periode sekarang untuk mengerjakan produk yang pertama
masuk yaitu produk dalam proses awal, dan selanjutnya baru sisanya untuk mengerjakan produk yang
dimasukkan sekarang. Pada metode masuk pertama keluar pertama ini yang dianggap produk selesai
adalah yang pertama kali masuk dan pertama kali dikerjakan, yang kemudian dikirim ke departemen
selanjutnya atau ke gudang.

Misal produk selesai di departemen I sebanyak 800 unit, itu dianggap produk yang pertama diolah
dari produk dalam proses awal yang 200 unit dengan tingkat penyelesaian bahan 100% dan konversi 89 %,
dan sisanya dianggap produk yang periode ini dimasukkan dalam produksi sebanyak 600 unit. Jadi untuk
perhitungan biaya per unit di departemen I untuk lebih jelasnya kita lihat seperti dibawah ini :

METODE FIFO UNTUK DEPARTEMEN PERTAMA


Perhitungan biaya per unit Dept. I
Jumlah Bi. Prod. Feb Unit Ekuivalensi Biaya Per unit
BBB : Rp. 30.000,- :( 200 x 0% + 600 + 100 x 100 % ) : Rp. 42,857
BTK : Rp. 36.300,- :( 200 x 20% + 600 + 100 x 70 % ) : Rp. 52,126
BOP : Rp. 22.100,- :( 200 x 20% + 600 + 100 x 70 % ) : Rp. 31,126
Rp. 88.400,- Rp. 125,109

Selanjutnya untuk menghitung harga pokok produk selesai di departemen I yang sebanyak 800 unit,
karena yang dianggap selesai lebih dahulu adalah produk dalam proses awal yang 200 unit maka perlu
penyelesaian sampai menjadi produk jadi, dan baru ditambah harga pokok produk yang baru masuk yaitu
yang 600 unit. Perhitungan harga pokok produk departemen I seperti di bawah ini :

Perhitungan Biaya :
HP Produk selesai ditransfer ke dept. II 800 unit :
HP BDP awal 200 unit Rp. 17.200
Penyelesaian :
BBB : 200 x 0% x Rp. 42,857 = Rp. 0
BTK : 200 x 20% x Rp. 51,857 = Rp. 2.045,04
BOP : 200 x 20% x Rp. 31,126 = Rp. 1.245,04
HP Produk selesai yang 200 unit = Rp. 20.490,08
HP produk selesai yang 600 x Rp. 125,109 = Rp. 75.065,40
HP Produk selesai 800 unit @ Rp. 119,444 = Rp. 95.555,48

Akuntansi Biaya 8
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

PT. ENDANG
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I
Bulan Februari 200X

Data Produksi :
Persediaan BDP awal (BBB: 100%, BK: 80 % ) 200 unit
Jumlah produk yang dimasukan 700 unit
900 unit
Produk selesai ditransfer dept. II 800 unit
Produk masih dalam proses dengan
TP BBB 100% dan BK 70% 100 unit
900 unit

Data Biaya :
Harga pokok BDP awal Rp. 17.200,-
Biaya Februari Biaya Per unit
BBB : Rp. 30.000,- Rp. 42,857
BTK : Rp. 36.300,- Rp. 51,126
BOP : Rp. 22.100,- Rp. 31,126
Rp. 88.400,- Rp. 125,109
Biaya Kumulatif Rp. 105.600,-
Perhitungan Biaya :
HP produk selesai ditransfer ke dept. II : 800 unit
HP BDP awal 200 unit Rp. 17.200
Penyelesaian :
BBB : 200 x 0% x Rp 42,857 Rp. 0
BTK : 200 x 20% x Rp 52,857 Rp. 2.045,04
BOP : 200 x 20% x Rp 31,126 Rp. 1.245,04
HP produk selesai yang 200 unit Rp. 20.490,08
HP produk selesai yang 600 x 125,109 Rp. 75.065,40
HP produk selesai 800 unit @ Rp. 119,444 Rp. 95.555,48
HP BDP akhir 100 unit :
BBB : 100 x 100 % x Rp 42,857 = Rp. 4.285,7
BTK : 100 x 70 % x Rp 51,126 = Rp. 3.578,82
BOP : 100 x 70 % x Rp 31,126 = Rp. 2.178,82
Rp. 10.043,34
Biaya Produksi Rp. 105.598,82
(selisih karena pembulatan)

METODE FIFO UNTUK DEPARTEMEN SETELAH DEPARTEMEN PERTAMA


Sedangkan perhitungan unit ekwivalen di departemen II seperti dibawah ini :
BTK : Rp. 34.050,- : ( 300 x 25% + 600 + 200 x 60 % ) = Rp. 42,830
BOP : Rp.15.900,- : ( 300 x 25% + 600 + 200 x 60 % ) = Rp. 20
Rp. 49.950,- Rp. 62,830

Akuntansi Biaya 9
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

PT. ENDANG
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
Bulan Februari 200X

Data Produksi :
Persediaan BDP awal (Biaya Konversi 75 %) 300 unit
Jumlah produk yang diterima dari Dept. I 800 unit
1.100 unit
Produk selesai ditransf. Ke Gudang 900 unit
Produk masih dalam proses dengan
TP biaya konversi 60 % 200 unit
1.100 unit
Data Biaya :
Harga pokok BDP awal Rp. 41.250
HP dari dept. I Rp. 95.555,48 Rp. 119,444
Rp. 136.805,48
Tambahan dept. II :
BTK Rp. 34.050 Rp. 42,830
BOP Rp. 15.900 Rp. 20___
Rp. 49.950 Rp. 62.830
Jumlah kumulatif Rp. 186.755.48 Rp. 182,274

Perhitungan biaya :
H.P. produk selesai ditransfer ke gudang 900 unit terdiri :
H.P. BDP awal 300 unit Rp. 41.250
Penyelesaian :
Bi. TK 300 x 25 % 42,830 Rp. 3.212,25
Perhitungan biaya :
H.P. produk selesai ditransfer ke gudang 900 unit terdiri :
H.P. BDP awal 300 unit Rp. 41.250
Penyelesaian :
BTK : 300 x 25 % x 42,830 Rp. 3.212,25
BOP :300 x 25 % x 20 Rp. 1.500
HP Produk selesai yang 300 unit Rp. 45.962,25
HP produk selesai yang 600 @ 182,274 Rp. 109.364,04
HPP selesai yang 900 unit @ Rp 172,584 Rp. 155.326,29
HP BDP akhir 200 unit :
HP dari dept. 1.200 x 119,444 : Rp. 23.888,8
Tambahan dari dept. II :
BTK : 200 x 60 % x 42,830 : Rp. 5.139,6
BOP : 200 x 60 % x 20 : Rp. 2.400__
Rp. 31.428,4_
Jumlah biaya produksi Rp. 186.754,69

Akuntansi Biaya 10
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

2. Jurnal :
a. Pencatatan biaya produksi dept. I dan dept. II :
BDP - BBB dept. I Rp. 30.000,-
BDP - BTK dept. I Rp. 36.300,-
BDP - BOP dept. I Rp. 22.100,-
BDP - HP dept.I - dept.II Rp. 30.000,-
BDP - BTK dept. II Rp. 34.050,-
BDP - BOP dept. II Rp. 15.900,-
Persediaan bahan baku Rp. 30.000,-
Gaji dan upah Rp. 70.350,-
Biaya overhead pabrik dept.I Rp. 22.100,-
Biaya overhead pabrk dept. II Rp. 15.900,-

b. pencatatan pesediaan barang jadi dept. I ditransfer ke dept. II :


BDP - harga pokok dept.I - dept. II Rp. 95.555,48
Persediaan BDP - dept. I Rp. 17.200
BDP - BBB dept. I Rp. 25.714,2
BDP - BTK dept. I Rp. 32.720,64
BDP - BOP dept. I Rp. 19.920,64
Perhitungan :
Peresdiaan BDP - dept. I = Rp. 17.200
BBB : {(200 x 0 %) + 600} x 42,857 = Rp. 25.714,2
BTK : {(200 x 20 %) + 600} x 51,126 = Rp. 32.720,64
BOP : {(200 x 20 %) + 600} x 31,126 = Rp. 19.920,64
Rp. 95.555,48

c. Pencatatan persediaan barang dalam proses dept. I :


Persediaan Barang Dalam Proses dept. I Rp. 10.043,34
BDP - biaya bahan baku dept. I Rp. 4.285,7
BDP - biaya tenaga kerja dept. I Rp. 3.578,82
BDP - biaya overhead pabrik dept. I Rp. 2.178,8

d. Pencatatan persediaan barang jadi ditransfer ke gudang :


Persediaan Barang Jadi Rp. 155.326,65
Persediaan BDP - dept. II Rp. 41.250
BDP - Harga Pokok dept. I- Dept. II Rp. 71.666,40
BDP - biaya tenaga kerja dept. II Rp. 28.910,25
BDP - biaya overhead pabrik dept. II Rp. 13.500
Perhitungan :
Persd. BDP - dept. II = Rp. 41.250
HP dept. I : 600 x 119,444 = Rp. 71.666,40
Biaya TK : {(300 x 25 %) + 600) x 42.830 = Rp. 28.910,25
Biaya OP : {(300 x 25 %) + 600) x 20 = Rp. 13.500
Rp. 155.326,65

Akuntansi Biaya 11
Dade Nurdiniah, SE, M.Ak.

e. Pencatatan persediaan barang dalam proses dept. II


Persediaan Barang Dalam Proses dept. II Rp. 31.428,4
BDP - Harga Pokok Dept. I - Dept. II Rp. 23.888,8
BDP - biaya tenaga kerja dept. II Rp. 5.139,6
BDP - biaya overhead pabrik dept. II Rp. 2.400

=============== SELAMAT BELAJAR ==============

Akuntansi Biaya 12

Anda mungkin juga menyukai