Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA

DENGAN KECANDUAN MINUMAN KERAS


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGIRIAN SURABAYA
Tanggal Praktik : 28 September 2020 – 11 Oktober 2020

Disusun Oleh:

Ramadhana Larasati P27824620036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu
membutuhkan orang lain, dan tidak ada manusia yang berdiri sendiri tanpa
peran orang lain. Seperti pada saat seseorang lahir pasti seseorang itu
membutuhkan peran orang lain dalam hal ini bisa dokter atau bidan agar sang
anak dan ibu bisa selamat. Oleh karena itu, manusia diharuskan dapat
berinteraksi dengan yang lain.
Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain
maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling
berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk
kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat
disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial
karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu
individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.
Pada masa remaja, interaksi sosial memiliki peran yang sangat penting
bagi remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman-
teman sebayanya dan juga masyarakat sekitar. Remaja yang sering
berinterakasi dengan teman-temannya sangat merasakan kehadiran
kelompoknya, sehingga tingkah laku kelompoknya akan sangat berarti bagi
dirinya. Selain itu remaja tidak terlalu membatasi tingkah laku dengan aturan
norma yang ada di masyarakat pada umumnya. Mereka kurang
mempertimbangkan konsekuensinya, tetapi mereka akan tunduk pada aturan
yang ada pada kelompoknya. Akibatnya norma-norma yang berlaku di dalam
masyarakat sudah tidak terlalu ditaati lagi.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.
Masa transisi ini seringkali menghadapakan individu yang bersangkutan
kepada situasi yang membingungkan, disatu pihak masih kanak-kanak, tetapi
dilain pihak ia sudah harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-
situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, sering menyebabkan perilaku-
perilaku yang aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol bisa menjadi
kenakalan (Sarwono, 2012:72).
Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis,
yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada
kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. Masalah sosial yang sering terjadi dalam masyarakat saat ini
salah satunya adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja yang
biasa disebut dengan istilah delinquency.
Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasakan masyarakat, baik
di negara-negara maju maupun negara berkembang. Dalam kaitan ini,
masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan keresahan tersebut, terutama
mereka yang berdomisili di kota-kota besar. Akhir-akhir ini masalah tersebut
cenderung menjadi masalah nasional yang dirasa semakin sulit untuk
dihindari, ditanggulangi, dan diperbaiki kembali. Pada zaman sekarang sering
kali kita melihat berita-berita di televisi dan surat kabar, banyak remaja yang
terlibat dalam kenakalan remaja seperti perkelahian, aborsi, miras,
pemerkosaan, narkoba dan kenakalan-kenakalan yang lain.
Walaupun berakibat hukum, pada kenyataannya remaja zaman sekarang
masih berbuat menyimpang, dan kenakalan remaja di Indonesia semakin
meningkat. Remaja tersebut berbuat kenakalan tanpa memikirkan akibatnya.
Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Bayu Ajiseno mengatakan bahwa terjadi
peningkatan kenakalan remaja sebanyak 11 kasus atau 36.66% di tahun 2012.
Total kasus kenakalan remaja yang terjadi selama 2012 mencapai 41 kasus,
sementara pada tahun 2011 hanya 30 kasus (http://news.detik.com). Situs
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
memberitakan bahwa dari 2.4 juta kasus aborsi, 700.000 hingga 800.000
pelakunya adalah remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika
Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) juga menemukan bahwa
jumlah pengguna narkoba sebesar 1.5% dari populasi remaja Indonesia yang
mencapai 30% dari jumlah penduduk Indonesia atau 3.2 juta orang
(http://ntb.bkkbn.go.id).
Banyak faktor yang menjadi penyebab kenakalan remaja. Menurut Willis
(2005: 93) kenakalan remaja disebabkan oleh empat faktor yaitu ;faktor yang
ada dalam diri anak sendiri, faktor yang berasal dari lingkungan keluarga,
faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat, dan yang terakhir yaitu faktor
yang bersumber dari sekolah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskandan mengimplementasikan asuhan
kebidanan remaja dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan
serta mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
1.2.1 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar
asuhan kebidanan pada remaja.
2. Mahasiswa mampu mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan
kebidanan serta mengimplementasikannya pada kasus yang dihadapi,
yang meliputi:
1) Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada remaja.
2) Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
remaja
3) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada
remaja
4) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan
diagnosa dan masalah aktual pada remaja.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan prakonsepsi pada remaja
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan prakonsepsi yang telah
disusun pada remaja.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada
remaja.
8) Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada remaja
9) Melakukan pembahasan asuhan kebidanan yang telah diberikan
1.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik asuhan kebidanan holistik pada remaja di Puskesmas
Pegirian pada tanggal 28 September 2020 – 11 Oktober 2020
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Remaja


2.1.1 Pengertian Remaja
Menurut WHO bahwa definisi remaja dikemukakan melalui tiga
kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan social ekonomi. Sehingga dapat
dijabarkan bahwa remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang
dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan sosial. Individu yang mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anakanak menjadi
dewasa. Serta individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan
menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2013).
Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli,
organisasi, maupun lembaga kesehatan. Menurut WHO remaja merupakan
periode usia 10 sampai 19 tahun. Menurut PBB usia remaja berada
dikisaran usia 15 sampai 24 tahun. Sedangkan, menurut The Health
Resources Services Administrations Guidelines 12 Amerika Serikat,
rentang usia remaja terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14
tahun), remaja menengah (15-17 tahun), remaja akhir (18-21 tahun)
(Kusmiran, 2011).
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegocangan taraf
mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Selain itu
remaja juga dapat didefinisikan dengan mereka yang telah meninggalkan
masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa
pembentukan tanggung jawab (Hurlock dalam Marmi, 2013).
Remaja atau adolescence , berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan social dan
psikologis (Marmi, 2013).
Dari beberapa teori diatas yang dimaksud dengan masa remaja adalah
suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa,
dengan ditandai individu telah mengalami perkembangan-perkembangan
atau pertumbuhan-pertumbuhan yang sangat pesat di segala bidang, yang
meliputi dari perubahan fisik yang menunjukkan kematangan organ
reproduksi serta optimalnya fungsional organ-organ lainnya.
2.1.2 Tahun-Tahun Masa Remaja
Batasan usia masa remaja menurut Hurlock, Awal masa remaja
berlangsung dari mulai umur 13-16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa
remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia
matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan
periode yang sangat singkat.4 Menurut Santrock, Awal masa remaja
dimulai pada usia 10-12 tahun, dan berakir pada usia 21-22 tahun.
(Santrock, 2003)
Secara umum menurut para tokoh-tokoh psikologi, remaja dibagi
menjadi tiga fase batasan umur, yaitu:
1. Fase remaja awal dalam rentang usia dari 12-15 tahun.
2. Fase remaja madya dalam rentang usia 15-18 tahun.
3. Fase remaja akhir dalam rentang usia 18-21 tahun.
Maka dengan demikian dapat diketahui dari bagian-bagian usia pada
remaja yang dapat dijelaskan sebagai berikut, usia 12-15 tahun termasuk
bagian remaja awal, usia 15-18 tahun bagian remaja tengah, dan remaja
akhir pada usia 18-21 tahun. Dengan mengetahui bagian-bagian usia
remaja kita akan lebih mudah mengetahui remaja tersebut kedalam
bagiannya, apakah termasuk remaja awal atau remaja tengah dan remaja
akhir.

2.1.3 Ciri-Ciri Masa Remaja


Menurut Hurlock, seperti halnya dengan semua periode-periode yang
penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri
tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan
sesudahnya, ciri-ciri tersebut seperti:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting. Yaitu perubahan-
perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak
langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Disini masa kanak-kanak
dianggap belum dapat sebagai orang dewasa. Status remja tidak jelas,
keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan. Yaitu perubahan pada emosi
perubahan tubuh, minat dan Pengaruh (menjadi remaja yang dewasa
dan mandiri) perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan
akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai periode mencari Identitas. Diri yang di cari
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa Pengaruhannya
dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai periode usia yang menimbulkan ketakutan.
Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berprilaku yang
kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua yang menjadi
takut.
6. Masa remaja sebagai periode masa yang tidak realistik. Remaj
cendrung memandang kehidupan dari kacamta berwarna merah jambu,
melihat dirinya sendirian orang lain sebagaimana yang di inginkan dan
bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai periode Ambang masa dewasa. Remaja
mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan
kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam meberikan kesan bahwa
mereka hamper atau sudah dewasaa, yaitu dengan merokok, minum-
minuman keras menggunakan obat-obatan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan ciri-ciri remaja menurut
para tokoh diatas, maka penulis dapat menjelaskan mengenai ciri-ciri
remaja dengan uraian sebagai berikut. Remaja mempunyai ciri-ciri
sebagai periode yang penting untuk perkembangan selanjutnya. Remaja
akan merasakan masa sebagai masa peralihan yang ditandai dengan gaya
hidup yang berbeda dari masa sebelumnya. Dengan mengetahui ciri-ciri
tersebut maka kita akan lebih mengetahui dari perkembangan-
perkembangan remaja.

2.1.4 Tugas-Tugas Masa Remaja


Perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan
sikap sikap dan perilaku-perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas pda
perkembangan masa remaja menurut Elizabet B.Hurlock adalah sebagai
berikut :
1. Mampu menerima keadaan fisiknya
2. Mampu menerima dan memahami Pengaruh seks usia dewasa.
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
4. Mencapai kemandirian emosional.
5. Mencapai kemandirian ekonomi.
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan Pengaruh sebagai anggota masyarakat
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
Hal senada juga di kemukakan tentang tugas-tugas remaja oleh
pikunas dalam William kay, yaitu bahwa tugas perkembangan remaja
adalah memperoleh kematangan moral, untuk membimbing perilakunya.
Kematangan remaja belumlah sempurna, jika tidak memiliki kematangan
moral yang dapat di terima secara universal. Selanjutnya, William kay
mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berkut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut beragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan
teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun
kelompok.
4. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan
2.2 Konsep Dasar Kenakalan Remaja
2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang yang melampaui
batas toleransi orang lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang
dapat melanggar norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja
inidapat disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga remaja
ini dapat mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
Menurut Sumiati (2009), kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang
dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku
di dalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang
menyimpang dari norma-norma dan hukum yang dilakukan oleh remaja.
Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya.
2.2.2 Karakteristik Kenakalan Remaja
Remaja nakal mempunyai sifat memberontak, mendendam, curiga,
implusif, dan menunjukkan kontrol batin yang kurang dan hal ini
mendukung perkembangan konsep diri yang negatif.
Kartono (2003), mengatakan bahwa remaja nakal mempunyai
karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja yang tidak nakal,
perbedaan kenakalan remaja itu melingkupi:
1. Struktur intelektual. Fungsi-fungsi kognitif pada remaja yang nakal
akan mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi dari
pada nilai untuk keterampilan verbal. Remaja yang nakal kurang
toleran terhadap hal-hal yang ambisius dan kurang mampu
memperhitungkan tingkah laku orang lain serta menganggap orang lain
sebagai cerminan dari diri sendiri.
2. Fisik dan psikis. Remaja yang nakal lebih ”idiot secara moral” dan
memiliki karekteristik yang berbeda secara jasmaniah (fisik) sejak
lahir jika dibandingkan remaja yang normal. Bentuk tubuhnya lebih
kekar, berotot, kuat, dan bersikap lebih agresif. Fungsi fisiologis
dandan neurologis yang khas pada remaja nakal adalah kurang
bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukkan
ketidakmatangan jasmaniah.
3. Karakteristik individual. Remaja yang nakal mempunyai sifat
kepribadian khusus yang menyimpang, seperti :berorientasi pada masa
sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan
masa depan; terganggu secara emosional; kurang bersosialisasi dengan
masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma
kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial; sangat impulsif,
suka tantangan serta bahaya; dan kurang memiliki disiplin diri serta
kontrol diri. Remaja nakal adalah remaja yang berbeda dari remaja
biasa. Remaja yang nakal lebih percaya diri, mempunyai kontrol diri
yang kurang, tidak mempunyai orientasi pada masa depan, dan kurang
dalam kematangan sosial, sehingga sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial
2.2.3 Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
Menurut Gunarsa (2004), bentuk-bentuk kenakalan remaja dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial yang tidak diatur dalam
undang-undang, sehingga sulit digolongkan sebagai pelanggaran
hokum
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaiannya
sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan
perbuatan hukum bila dilakukan pada orangdewasa.
Sedangkan Sunarwiyati, membagi bentuk kenakalan remaja menjadi
beberapa macam, yakni :
1. Kenakalan biasa, seperti : suka berkelahi, suka keluyuran, membolos
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, berkelahi dengan teman dan
berkeluyuran.
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti:
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang tua tanpa ijin,
mencuri, dan kebut-kebutan,
3. Kenakalan khusus, seperti : penyalahgunaan narkoba, hubungan seks
diluar nikah, pemerkosaan, aborsi, dan pembunuhan.
Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi
menjadi empat, yaitu:
1. Kenakalan Remaja Terisolir (Delinkuensi Terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari kenakalan remaja. Pada
umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan
nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut:
1) Keinginan meniru dan ingin conform dengan gangnya, jadi tidak
ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat
diselesaikan
2) Kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifat yang
memiliki subkultur kriminal.
3) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan,tidak
harmonis, dan mengalami banyak frustasi.
4) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali
mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur,
sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma
hidup normal.
Kenakalan remaja ini disebabkan karena faktor lingkungan terutama
tidak adanya pendidikan kepada anak, sehingga anak cenderung bebas
untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya.
2. Kenakalan Remaja Neurotik (Delinkuensi Neurotik)
Pada umumnya, kenakalan remaja tipe ini menderita gangguan
kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa
selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya.
Ciri-ciri perilakunya adalah :
1) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang
sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima
norma, dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.
2) Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin
yang belum terselesaikan.
3) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan
mempraktekkan jenis kejahatan tertentu.
4) Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah.
5) Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri
dari lingkungan.
6) Motif kejahatannya berbeda-beda.
7) Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).
3. Kenakalan Remaja Psikotik (Delinkuensi Psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum, dan segi keamanan, kenakalan remaja
inimerupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku
mereka adalah:
1) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi
banyak pertikaian keluarga.
2) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau
melakukan pelanggaran.
3) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya
yang kacau dan tidak dapat diduga.
4) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan
norma-norma sosial yang umum berlaku, jugatidak peduli terhadap
norma subkultur gangnya sendiri.
5) Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis,
sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri
sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan
karakteristik sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan
integrasi diri, orangnya tidak pernahbertanggung jawab secara
moral, selalu mempunyai konflik dengannorma sosial dan hukum.
Mereka sangat egoistis, anti sosial, dan selalumenentang apa, dan
siapapun tanpa sebab. Kenakalan remaja inipada tahap yang serius
karena mengarah kekriminal, dan sadisme. Kenakalan ini dipicu
adanya perilaku turunan atau tingkah laku dari keluarga (orang tua)
yang berbuat sadis, sehingga anaknya cenderung untuk meniru.
4. Kenakalan Remaja Defek Moral (Delinkuensi Defek Moral)
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah,
cedera,cacat, kurang. Kenakalan remaja defek moral mempunyai ciri-
ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak
terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligensinya.
Kelemahan remaja delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu
mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak
mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin
melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa
kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi
jadi ada kemiskinan afektif, dan sterilitas emosional.
2.2.4 Aspek-Aspek Kenakalan Remaja
Terdapat beberapa aspek-aspek kenakalan menurut Jensen (dalam
Sarwono, 2010), yaitu :
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain,
contohnya: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan
lain-lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misalnya:
perusakan,pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang
lain,misalnya: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status
anaksebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari
rumah,membantah perintah.
Loeber (dalam Kartono, 2003), menyatakan bahwa aspek-aspek
kenakalan remaja dapat dibagi menjadi:
1. Melawan Otoritas (pemimpin)
Pada umumnya remaja seringkali tidak mau patuh pada otoritas
/pemimpin serta dengan adanya aturan yang ditetapkan oleh pemimpin
2. Tingkah laku Agresif
Remaja cenderung memiliki sifat agresif dan cenderung sedikit
tertutup serta sering melanggar norma-norma yang ada.
3. Impulsif
Diusia remaja anak seringkali bertindak tanpa berpikir atau tanpa
memikirkan tindakan itu terlebih dalam artian tidak memikirkanresiko
dari apa yang dilakukan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dinyatakan oleh beberapa tokoh
diatas, maka aspek–aspek dari kenakalan remaja adalah melawan otoritas,
tingkah laku agresif, impulsif, perilaku yang melanggar identitas, dan
perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang.
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kenakalan Remaja
Papalia (2004), mengatakan bahwa remaja yang kurang
diawasi,dijaga, diberi bimbingan dan diperhatikan oleh orangtuanya
terlebih ibu maka akan cenderung berperilaku memberontak atau
melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang
berlakudimasyarakat.
Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kenakalan remaja menurut
Yusuf (2004) adalah:
1. Perselisihan atau konflik antar orangtua maupun antar anggota
keluarga
2. Perceraian orangtua
3. Sikap perlakuan orangtua yang buruk terhadap anak
4. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol
5. Hidup menganggur
6. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang
7. Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya
kurangmemperhatikan nilai-nilai moral)
8. Beredarnya film film bajakan dan bacaan porno
9. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok
10. Diperjual belikannya minuman keras dan obat-obatan terlarang
secarabebas
11. Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit atau berkekurangan.

Gunarsa (2004) mengelompokkan faktor–faktor penyebab kenakalan


remaja menjadi :
1. Faktor pribadi : setiap anak memiliki kepribadian khusus, dan keadaan
khusus pada anak ini dapat menjadi sumber munculnya perilaku
menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi yaitu
potensi bakat atau sifat dasar pada anak yang kemudian melalui proses
perkembangan, kematangan atau perangsangan dari lingkungan
menjadi aktual, muncul dan berfungsi .
2. Faktor keluarga : keluarga mempunyai peranan yang besar terhadap
perkembangan sosial pada anak. Keluarga secara langsung atau
tidaklangsung akan berhubungan terus menerus dengan anak,
memberikanrangsangan melalui berbagai corak komunikasi antara
orangtua dengan anak, hubungan antar pribadi dalam keluarga yang
meliputi pula hubungan antar saudara menjadi faktor yang penting
terhadap munculnya perilaku yang tergolong nakal. Struktur tanggung
jawab dalam sebuah keluarga secara umum bahwa ayah bertugas
mencarinafkah, sedangkan ibu bertugas merawat rumah dan mendidik
anak-anak, sehingga fungsi ibu dalam proses pengasuhan dan
pendidikanterhadap anak sangat penting. Fungsi ibu tersebut dapat
mengalami hambatan jika ibu keluar dari jalur tanggung jawabnya,
seperti ikutbekerja di luar rumah, sehingga pengasuhan dan pendidikan
terhadapanak bisa jadi kurang maksimal.
3. Lingkungan sosial dan dinamika perubahannya : Perubahan yang
terjadidi dalam masyarakat memunculkan ketidakserasian dan
ketegangan yang berdampak pada sikap dan lingkungan
pergaulan.Perubahan jaman yang begitu cepat dan arus informasi yang
tidak terkontrol akan membuat seseorang mudah terpengaruh
sertalingkungan yang negatif akan menjerumuskan anak pada perilaku
nakal.
Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock (2003) adalah :
1. Identitas : remaja yang tidak mampu memenuhi tuntutan peranan
sosialnya akan memiliki perkembangan identitas yang negative
2. Kontrol diri : kurang mampu membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima serta kurang
mampu mengembangkan perbedaan tingkah laku ini sehingga gagal
dalam mengembangkan kontrol diri yang sudah dimiliki orang
lainselama proses pertumbuhan
3. Usia : munculnya tingkah laku antisosial di usia remaja sehingga
menjadi pelaku tindak kenakalan remaja
4. Jenis kelamin : berdasarkan jenis kelamin, remaja laki-laki lebih
banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan
5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai disekolah: remaja yang
menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan dan motivasi
yang rendah terhadap pendidikan disekolah
6. Proses keluarga: kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya
perhatian orang tua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan
disiplin yang efektif, dan kurangnya kasih sayang dari orang tua dapat
memicu kenakalan remaja. Faktor keluarga merupakan faktor utama
karena keluarga merupakan pondasi awal pendidikan pada remaja.
Pendidikan, pengasuhan, bimbingan, dan arahan terutama dari ibu
karena secara aturan dalam rumah tangga bahwa ayah mencari nafkah,
sedangkan ibu bertugas merawat rumah dan mendidik anak-anak. Jadi
jelas bahwa peran ibu terhadap anak lebih dominan daripada ayah.
7. Pengaruh teman sebaya: memiliki teman-teman sebaya yang
melakukan kenakalan meningkatkan resiko remaja untuk menaja
dinakal dalam artian ikut meniru perilaku tindak kenakalan teman
sebayanya
8. Kelas sosial ekonomi: pelaku kenakalan remaja lebih banyak berasal
dari kelas sosial ekonomi rendah. Remaja ini merasa bahwa akan
mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan Tindakan
anti sosial. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal : masyarakat
dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati
berbagai aktivitas kriminal.
Menurut Kartono ada beberapa faktor lagi yang juga menjadi faktor
kenakalan remaja, antara lain :
1. Faktor Guru : dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam
tugasmengajar. Mutu atau kualitas guru menentukan dalam usaha
membinaanak didiknya karena gurudi dalammengajar akan
membentukkepribadian anak. Guru yang tidak mempunyai dedikasi
akan bertugassecara terpaksa, seperti tidak berminatdi dalammengajar,
sering bolos, sehingga hal ini berakibat murid-murid menjadi korban,
kelas menjadikacau, murid-murid berbuat sekehendak hatinya, dan hal
ini merupakansumber kenakalan yang disebabkan oleh guru yang
tidakmemperhatikan tugasnya.
2. Penerapan disiplin yang kaku tanpa menghiraukan perasaan anak:
Penerapan disiplin yang kaku dapat menyebabkan anak
melakukan“pemberontakan“ terhadap peraturan-peraturan yang ada
disekolahsebagai wujud protes anak terhadap sekolah maupun terhadap
guru.
3. Suasana sekolah yang buruk: suasana sekolah yang buruk menyebabkan
anak menjadi suka membolos, malas belajar, anak meninggalkan
sekolah (drop out) dan sebagainya. Suasana sekolah yang buruk
meliputi sikap guru yang tidak baik terhadap siswa, cara mengajar guru
yang tidak disenangi, adanya musuh disekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pendapat dari tokoh-tokoh diatas, maka faktor
paling berperan di dalam menimbulkan kenakalan remaja adalah faktor
keluarga dan teman sebaya karena remaja yang di dalam keluarga kurang
mendapat perhatian dan bimbingan orangtuanya akan mencari perhatian
kepada lingkungan diluar rumah dan teman-teman sebayanya

2.2.6 Akibat dari Perilaku Kenakalan Remaja


Menurut Haryanto (2011), dampak atau akibat dari perilaku kenakalan
remaja antara lain:
1. Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali
melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua
harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang
hal-hal tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan
tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang
mereka.Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara.
Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan
perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga.
2. Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling
nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak
pararemaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari
pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas. Menyeret remaja
pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja
sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan
kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan
keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.
3. Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang pendidikan
memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal
dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk,
karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang
benar.Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah,
tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.
4. Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut.
Bilatidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang
bekepribadian buruk.
5. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan
dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut
hanyaakan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang tidak
berguna.
6. Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut
bisa mengalami gangguan kejiwaan.Gangguan kejiwaan bukan berarti
gila,tapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat
sedih,atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya.
7. Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang
harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya
anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan
menyadari tentang beban keluarganya.
8. Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para
remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja
yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan
dia tidakakan memiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur
perlahan dantidak sempat memperbaikinya.
9. Kriminalitas bisa menjadi salah satudampak kenakalan. Remaja yang
terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki
keberanianuntuk melakukan tindak kriminal. Mencuri demi uang atau
merampok untuk mendapatkan barang berharga.

2.3 Konsep Dasar Minuman Keras


2.3.1 Pengertian Minuman Keras
Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol
adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan
kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman keras dibatasi ke
sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas
usia tertentu (Darmawan, 2010).
Minuman keras telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perjalanan panjang peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya bahwa
bouza, sejenis bir, merupakan penemuan Dewi Osiris dan merupakan
makanan sekaligus minuman. Anggur juga ditemukan oleh bangsa Mesir
kuno dan dipergunakan untuk perayaan atau upacara keagamaan dan
sekaligus sebagai obat. Dalam perkembangan selanjutnya, anggur
dianggap sebagai minuman kaum ningrat (aristocrat) dan bir adalah
minuman rakyat jelata (masses). Di negara Indonesia juga dijumapi
banyak minuman tradisional yang mengandung alkohol seperti tuak, arak
dan lainnya. Setelah melalui perjalanan sejarah yang amat panjang barulah
pada paruh pertengahan abad 18 para dokter di Inggris menemukan adanya
efek buruk alkohol terhadap kesehatan. Penemuan ini akhirnya melahirkan
suatu peraturan mengenai penggunaan minuman keras sebagai Gin Act
tahun 1751 (Widianarko, 2000).
Penyalahgunaan alkohol telah menjadi masalah pada hampir setiap
Negara di seluruh dunia. Tingkat konsumsi alkohol di setiap Negara
berbeda-beda tergantung pada kondisi sosio kultural, pola religius,
kekuatan ekonomi, serta bentuk kebijakan dan regulasi alkohol di tiap
negara (Sisworo, 2008). Pada saat ini terdapat kecenderungan penurunan
angka pecandu alkohol di negara-negara maju namun angka pecandu
alkohol ini justru meningkat pada negara-negara berkembang. World
Health Organization (WHO) memperkirakan saat ini jumlah pecandu
alkohol diseluruh dunia mencapai 64 juta orang, dengan angka
ketergantungan yang beragam di setiap negara (Encarta Encyclopedia,
2006).

2.3.2 Faktor Determinan Penyalahgunaan Alkohol


Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan alkohol
(sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan) yang mana peranannya sangat
kompleks dan saling terkait satu sama lainnya (WHO, 2003) :
1. Sosial
Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif sosial seperti
meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh pergaulan dan
perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain seperti sistem
norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga menjadi kunci dalam
permasalahan penyalahgunaan alcohol (Sarwono, 2011).
2. Ekonomi
Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut ekonomi.
Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alkohol di Indonesia juga
dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan harga minuman
keras (import atau lokal) dengan daya beli atau kekuatan ekonomi
masyarakat. Dan secara makro, industri minuman keras baik itu
ditingkat produksi, distribusi, dan periklanan ternyata mampu
menyumbang porsi yang cukup besar bagi pendapatan negara (tax,
revenue dan excise).
3. Budaya
Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah alkohol juga
menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak dijumpai produk lokal
minuman keras yang merupakan warisan tradisional (arak, tuak, badeg,
dll) dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan alasan tradisi.
Sementara bila tradisi budaya tersebut dikaitkan dengan sisi agama
dimana mayoritas masyarakat Indonesia adalah kaum muslim yang
notabene melarang konsumsi alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat
bertolak belakang.
4. Lingkungan
Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari
penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk peraturan dan
regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan yang tegas menjadi
kunci utama penanganan masalah alkohol ini. Selain itu yang tidak
kalah penting adalah peranan provider kesehatan dalam
mempromosikan kesehatan terkait masalah alkohol baik itu sosialisasi
di tingkat masyarakat maupun advokasi pada tingkatan decision maker
(Sarwono, 2011).

2.3.3 Klasifikasi Penyalahgunaan Alkohol


Penyalahgunaan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori
utama menurut respon serta motif individu terhadap pemakaian alkohol itu
sendiri (Sundeen, 2007) :
1. Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental. Kondisi penggunaan
alkohol pada tahap awal yang disebabkan rasa ingin tahu dari
seseorang (remaja). Sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya,
remaja selalu ingin mencari pengalaman baru atau sering juga
dikatakan taraf coba-coba, termasuk juga mencoba menggunakan
alcohol
2. Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional. Penggunaan alkohol
pada waktu berkumpul bersama-sama teman sebaya, misalnya pada
waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun atau acara pesta lainnya.
Penggunaan ini mempunyai tujuan untuk rekreasi bersama teman
sebaya.
3. Penggunaan alkohol yang bersifat situasional. Seseorang
mengkonsumsi alkohol dengan tujuan tertentu secara individual, hal
itu sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi.
Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri dari
masalah, konflik, stress dan frustasi.
4. Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan. Penggunaan
alkohol yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara
rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan. Sudah terjadi
penyimpangan perilaku, mengganggu fungsi dalam peran di
lingkungan sosial, seperti di lingkungan pendidikan atau pekerjaan.
5. Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan. Penggunaan
alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan
sindroma putus zat (alkohol). Suatu kondisi dimana indidvidu yang
biasa menggunakan zat adiktif (alkohol) secara rutin pada dosis
tertentu akan menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti
memakai, sehingga akan menimbulkan gejala sesuai dengan macam
zat yang digunakan.
Berdasarkan respon individu terhadap penyalahgunaan alkohol seperti
yan disebutkan diatas, dampak yang diakibatkan oleh individu yang sudah
berada pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan adalah paling berat.
Individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan
akan dapat berperilaku anti sosial. Perilaku agresif, emosional, acuh, dan
apatis terhadap permasalahan dan kondisi sosisalnya adalah sifat-sifat
yang sering muncul pada orang dengan penyalahgunaan dan
ketergantungan terhadap alkohol.

2.3.4 Dampak Minuman Beralkohol


Dampak negatif penggunaan alkohol dikategorikan menjadi 3, yaitu
dampak fisik, dampak neurology dan psychologi, juga dampak sosial
(Woteki dalam Darmawan, 2010) :
1. Dampak Fisik
Beberapa penyakit yang diyakini berasosiasi dengan kebiasaan
minum alkohol antara lain serosis hati, kanker, penyakit jantung dan
syaraf. Sebagian besar kasus serosis hati (liver cirrhosis) dialami oleh
peminum berat yang kronis. Sebuah studi memperkirakan bahwa
konsumsi 210 gram alkohol atau setara dengan minum sepertiga botol
minuman keras (liquor) setiap hari selama 25 tahun akan
mengakibatkan serosis hati (Darmawan, 2010).
Berkaitan dengan kanker terdapat bukti yang konsisten bahwa
alkohol meningkatkan resiko kanker di beberapa bagian tubuh tertentu,
termasuk: mulut, kerongkongan, tenggorokan, larynx dan hati. Alkohol
memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme. Salah satunya
alkohol mengkatifkan ensim-ensim tertentu yang mampu
memproduksi senyawa penyebab kanker. Alkohol dapat pula merusak
DNA, sehingga sel akan berlipatganda (multiplying) secara tak
terkendali (Tarwoto dkk, 2010).
Peminum minuman keras cenderung memiliki tekanan darah yang
relatif lebih tinggi dibandingkan non peminum (abstainer), demikian
pula mereka lebih berisiko mengalami stroke dan serangan jantung.
Peminum kronis dapat pula mengalami berbagai gangguan syaraf
mulai dari dementia (gangguan kecerdasan), bingung, kesulitan
berjalan dan kehilangan memori. Diduga konsumsi alkohol yang
berlebihan dapat menimbulkan defisiensi thiamin, yaitu komponen
vitamin B komplek berbentuk kristal yang esensial bagi berfungsinya
sistem syaraf.
2. Dampak Psikoneurologis
Pengaruh addictive, imsonia, depresi, gangguan kejiwaaan, serta
dapat merusak jaringan otak secara permanen sehingga menimbulkan
gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar,
dan gangguan neurosis lainnya (Sarwono, 2011).
3. Dampak Sosial
Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, di mana perasaan
pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung, perhatian terhadap
lingkungan menjadi terganggu. Kondisi ini menekan pusat
pengendalian diri sehingga pengguna menjadi agresif, bila tidak
terkontrol akan menimbulkan tindakan yang melanggar norma bahkan
memicu tindakan kriminal serta meningkatkan resiko kecelakaan
(Sarwono, 2011).
Berdasarkan kisaran waktu (periode) pengaruh penggunaan alkohol
dibedakan menjadi 2 kategori :
1. Pengaruh jangka pendek Walaupun pengaruhnya terhadap individu
berbeda-beda, namun terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di
dalam darah Blood Alkohol Concentration (BAC) dan efeknya.
Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring
dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah. Resiko
intoksikasi (mabuk) merupakan gejala pemakaian alkohol yang paling
umum. Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada
keracunan alkohol yang berat demikian juga nafas terhenti hingga
kematian. Selain itu efek jangka pendek alkohol dapat menyebabkan
hilangnya produktifitas kerja. Alkohol juga dapat menyebabkan
perilaku kriminal. Ditenggarai 70% dari narapidana menggunakan
alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40%
kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alcohol.
2. Pengaruh Jangka Panjang
Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan penyakit khronis seperti kerusakan jantung,
tekanan darah tinggi, stroke, kerusakan hati, kanker saluran
pencernaan, gangguan pencernaan lain (misalnya tukak lambung),
impotensi dan berkurangnya kesuburan, meningkatnya resiko terkena
kanker payudara, kesulitan tidur, kerusakan otak dengan perubahan
kepribadian dan suasana perasaan, sulit dalam mengingat dan
berkonsentrasi.

2.4 NAPZA
2.4.1 Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan (BNN, 2009).
NAPZA (Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) adalah zat yang
apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi system saraf
pusat (SPP) sehingga menimbulkan perubahan aktivitas mental,
emosional, dan perilaku penggunanya dan sering menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan terhadap zat tersebut (Hidayat 2005).
2.4.2 Jenis-jenis NAPZA
Menurut Partodiharjo (2008), NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi
lagi ke dalam beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya
rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi
(ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran
(penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga
sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak
dapat lepas dari “cengkraman”-nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika
dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II,
dan golongan III.
a) Narkotika golongan I adalah: narkotika yang paling berbahaya.
Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu
pengetahuan. Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan
lain-lain.
b) Narkotika golongan II adalah: narkotika yang memiliki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol,
dan lain-lain.
c) Narkotika golongan III adalah: narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah kodein dan turunannya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang
digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu:
a) Golongan I adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat
kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang
diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
b) Golongan II adalah: psikotropika dengan daya adiktif kuat serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
c) Golongan III adalah: psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
d) Golongan IV adalah: psikotropika yang memiliki daya adiktif
ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain- lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan
psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:
rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan dan thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu,
penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan
dicium, dapat memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain
yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong
NAPZA.
2.4.3 Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang
bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya
sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial.
Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan,
misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena
efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara
salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa
nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna
merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan
kerusakan fisik (Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah
kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara
terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek
yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan
secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu
(Sumiati, 2009):
a. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia
akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus
zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.
b. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti
menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan
yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia
tidak mengalami gejala fisik.

2.4.4 Dampak Penyalahgunaan NAPZA


Menurut Alatas (2010), penyalahgunaan NAPZA akan berdampak
sebagai berikut:
1. Terhadap kondisi fisik
1) Akibat zat itu sendiri
Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya
intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis
berlebih yang memang diharapkan oleh pemakaiannya. Sebaliknya
bila pemakaiannya terputus akan terjadi kondisi putus zat.
(1) Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga
mudah terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah
koroner.
(2) Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat
hidung, jangka panjang terjadi anemia dan turunnya berat
badan.
(3) Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi misalnya gangguan
lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot
jantung dan saraf, gangguan metabolisme, cacat janin dan
gangguan seksual.
2) Akibat bahan campuran/pelarut: bahaya yang mungkin timbul
antara lain infeksi, emboli.
3) Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril. Akan terjadi infeksi,
berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
4) Akibat pertolongan yang keliru misalnya dalam keadaan tidak
sadar diberi minum.
5) Akibat tidak langsung misalnya terjadi stroke pada pemakaian
alkohol atau malnutrisi karena gangguan absorbsi pada pemakaian
alkohol.
6) Akibat cara hidup pasien. Terjadi kurang gizi, penyakit kulit,
kerusakan gigi dan penyakit kelamin.
2. Terhadap kehidupan mental emosional
Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan pada
kehidupan mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan
perilaku tidak wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama
menimbulkan sindrom amotivasional. Putus obat golongan amfetamin
dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.
3. Terhadap kehidupan sosial
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan
mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau
sekolah. Pada umumnya prestasi akan menurun, lalu
dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan untuk
menyalahgunakan obat.
Dalam posisi demikian hubungan anggota keluarga dan kawan dekat
pada umumnya terganggu. Pemakaian yang lama akan menimbulkan
toleransi, kebutuhan akan zat bertambah. Akibat selanjutnya akan
memungkinkan terjadinya tindak kriminal, keretakan rumah tangga
sampai perceraian. Semua pelanggaran, baik norma sosial maupun
hukumnya terjadi karena kebutuhan akan zat yang mendesak dan pada
keadaan intoksikasi yang bersangkutan bersifat agresif dan impulsif
2.5 Pil Double L
2.5.1 Pengertian
Pil double L (TRIHEKSIFENIDIL HCL ) adalah obat yang termasuk
dalam obat daftar G, Huruf G berasal dari kata Gevaarlijk yang artinya
berbahaya. Kelompok obat G meliputi obat keras yang hanya dapat dibeli
menggunakan resep dokter. Jadi pil double L (TRIHEKSIFENIDIL HCL)
bukan merupakan atau termasuk kedalam Narkotika maupun Psikotropika
tetapi merupakan obat keras. Disebut obat keras karena jika pemakai tidak
memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat
menimbulkan efek berbahaya dan hanya bisa diperoleh di Apotek. Dalam
kemasannya ditandai dengan lingkaran merah dengan huruf K
ditengahnya. 3 Didalam UU no 36 tahun 2009 diatur mengenai ketentuan
pidana mengenai sanksi bagi para pengedar sediaan farmasi yang tidak
memenuhi standar keamanan dan izin edar . Sediaan farmasi adalah obat,
bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, 4 dalam hal ini pil double L
merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi karena kandungannya
didalamnya yang mengandung (TRIHEKSIFENIDIL HCL).
2.5.2 Efek Pil Double L
Obat ini bisa menyebabkan ketergantungan. Pengguna juga akan
kecanduan obat ini karena efek samping relaxasi. Sensasi ketenangan
inilah yang menjadi alasan munculnya penyalah gunaan obat Double L ini.
Penggunaan Pil Double L dalam jangka panjang akan merusak organ
tubuh bagian luar dalam karena menumpuknya zat kimia yang dikandung
obat ini. Pil ini bisa menghilangkan kesadaran (Jika dikonsumsi dalam
dosis yang berlebihan atau dalam jumlah banyak). Sehingga pasien bisa
menjadi tidak sadar diri dan tidak dapat mengontrol perbuatannya dan
bahkan mungkin lebih parahnya lagi yaitu terjadi over dosis.
Ciri-ciri obat ini adalah berbentuk bulat (tablet) berwarna putih dan
terdapat seperti ukiran berbentuk 2 huruf L. Inilah beberapa efek yang
dirasakan jika menggunakan Obat Double L secara berlebihan :
1. Nafas terasa berat
Karena tenggorokan terasa seperti kering dan seakan ada sesuatu yang
tersangkut didalamnya.
2. Dehidrasi
Lanjutan efek pertama yaitu rasa haus yang cukup parah. Namun
terkadang seperti ada dahak yang akan keluar dari tenggorokan juga.
Mungkin inilah yang menyebabkan batuk menjadi tertahan berhenti.
Pengguna akan berdiam diri Inilah tanda bahwa zat kimia dalam obat
ini mulai menjalar ke syaraf-syaraf dalam tubuh yang berujung
menjadi sensasi ketenganan.
3. Tubuh terasa ringan
Pengguna akan merasa seperti melayang dan sedikit terasa berat untuk
menggerakkan anggota tubuhnya, seperti saat akan bangun, berdiri
ataupun berjalan dan bahkan untuk berbicara pun terasa berat.
Beberapa saat kemudian efek tersebut mungkin akan berubah,
pengguna akan banyak bergeraknya alias tidak bisa diam karena
merasa tidak nyaman dan yang kedua pengguna akan banyak bicara
jika ada seseorang yang mengajaknya ngobrol.
4. Berhalusinasi
Tidak asing lagi, ini adalah salah satu ciri efek dari kebanyakan jenis
narkoba lainnya.
5. Mudah kaget
Ketika dalam sensasi ketenangan pengguna akan lebih peka terhadap
sesuatu yang mungkin akan tersentuh kulitnya dan suara-suara keras
mendadak yang terdengar olehnya, ini lah yang biasanya menyebabkan
pengguna menjadi mudah kaget.
6. Sempoyongan
Saat berjalan atau melakukan suatu kegiatan, tubuh pengguna akan
terasa loyo sempoyongan seperti orang mabuk. Bisa dikatakan seperti
hilangnya keseimbangan tubuh.
7. Emosi
Seperti orang mabuk, gampang diajak bergurau dan tertawa terbahak-
bahak . Bisa juga mudah tersinggung, mudah marah, bahkan bisa
bertindak jahat juga.
8. Bola mata selalu bergerak
Efek ini bisa dikatakan seperti panik/bingung tanpa sebab, pupil mata
melebar hingga pandangannya sedikit buram atau tidak fokus, hingga
akhirnya Bola matanya selalu bergerak.
9. Tekanan darah meningkat
Berawal dari detak jantung yang cukup cepat, tekanan darah menjadi
meningkat. Jika pengguna terluka hingga terjadi pendarahan, maka
pendarahan tersebut akan semakin parah dari pendarahan yang
biasanya.
10. Susah tidur
Kegelisahan mungkin muncul, ketika sudah tidak ada lagi kegiatan
yang membuat dia aktif. Meski berusaha untuk tidur, ada saja yang
mengganggu pikiran hingga pengguna merasa tidak tenang dan sulit
untuk tidur.
Setiap pengguna merasakan efek yang berbeda, tergantung kerentanan
masing-masing pengguna terhadap obat ini. Dengan membaca beberapa
efek diatas kita bisa sedikit berfikir bahwa obat Double L ini banyak
mempengaruhi mental dari pada fisik. Jika salah penggunaan obat ini tetap
dilanjutkan, maka akan berakibat sesuatu yang fatal seperti radang usus,
penyakit liver, kerusakan otak, dan kerusakan organ-organ lainnya.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 02 - 10 - 2020
Pukul : 19.30 WIB
Oleh : Ramadhana Larasati
Tempat : Rumah Kader

1.1 Data Subyektif


1.1.1 Biodata
Nama : Remaja “R”
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : Tenggumung Baru

Nama orang tua : Ny. T


Usia : 37 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kalimantan
1.1.2 Keluhan
Utama : Tidak ada keluhan
Tambahan :-

1.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Remaja R mengatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit
apapun.
1.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Remaja R mengatakan tidak pernah mendapatkan pelecehan seksual di
dalam rumah maupun di lingkungan sekitarnya, tidak pernah
menderita penyakit menular.
1.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Remaja R mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai penyakit
apapun seperti (hipertensi, diabetes, epilepsi, asma, jantung) maupun
penyakit menular seperti AIDS, hepatitis, sifilis.
1.1.6 Anamnesis HEADSSS :
 Home (Rumah / tempat tinggal) :
Nn. R mengatakan bahwa dirinya merasa tidak nyaman di
rumah dikarenakan tidak bersama orang tua kandungnya.
Sekarang di rumah hanya ada nenek, dan remaja R.
Komunikasi antara Remaja R dan ibunya tidak begitu baik,
karena tidak pernah bertemu dan sekarang posisi ibu berada di
Kalimantan, sedangkan komunikasi dengan ayahnya masih
cukup baik kadang-kadang ia juga menginap di rumah
ayahnya. Setelah bercerai kedua orang tuanya menikah lagi dan
masing-masing sudah mempunyai anak lagi. Dia merasa
rumahnya tidak bisa memberikan kenyamanan yang Remaja R
inginkan, sehingga ia lebih sering menginap di rumah
temannya atau di bengkel tempat ia bekerja.
 Education / employment (Pendidikan / pekerjaan) :
Remaja R mengatakan bahwa dirinya putus sekolah sejak kelas
3 SMP dikarenakan terjadi pertikaian antara dirinya dengan
kepala sekolah dan guru matematika setelah itu di memutuskan
keluar dari sekolah dan tidak melanjutkan lagi. Setelah putus
sekolah dia bekerja di bengkel jika dibutuhkan.
 Eating (Pola makan) :
Remaja R mengatakan bahwa dirinya tidak ada gangguan pola
makan dan tidak mengalami penurunan dan peningkatan berat
badan yang drastis. Biasanya Remaja R makan sebanyak 2-3
kali sehari porsi sedang dan tidak pilih-pilih makanan, menu
bervariasi : nasi, ikan, tahu, tempe, telur, ayam, sayur, dan
susu. Remaja R mengatakan tidak begitu suka ngemil.
 Activity (kegiatan / aktivitas) :
Remaja R mengatakan bahwa aktivitasnya sehari-harinya
dihabiskan di bengkel, menongkrong dengan teman-temannya,
minum-minuman arak hingga mabuk kemudian tidur seharian.
Ia mengatakan terakhir minum tadi malam dan mendapat
minuman arak dari teman-teman nongkrongnya, setiap minum
menghabiskan 2-3 botol arak. Reamaja R juga pernah memiliki
kebiasaan merokok mulai SD namun saat ini sudah tidak
pernah merokok.
 Drugs / obat- obatan (NAPZA) :
Remaja R mengatakan pernah mencoba mengkonsumsi
narkoba jenis pil (doble L) dengan cara mengoplos 3 klip + 1
botol arak. Remaja R mengatakan tidak pernah menggunakan
narkoba yang jenis suntik atau yang lain. Dia mengatakan
dirinya menggunakan obat – obatan dikarenakan pengaruh
temannya, namun saat ini sudah tidak menggunakannya.
 Sexuality (Aktivitas seksual) :
Remaja R mengatakan bahwa dirinya mempunyai pacar
seusianya namun tidak sampai berhubungan seksual tetapi dia
dan pacarnya sering membicarakan hal-hal yang berbau
seksual. Remaja R mengatakan kalau kegiatannya selama
pacaran sebatas hanya berpegangan tangan dan ia lebih sering
bertemu pacarnya di rumah.
 Safety (Keselamatan) :
Remaja R mengatakan dia merasa aman dan nyaman ketika dia
berada dekat teman-temannya.
 Suicide / Depression (Keinginan bunuh diri / depresi) :
Remaja R mengatakan dirinya tidak pernah mempunyai
keinginan untuk bunuh diri, tetapi ketika dia merasa stress dia
memilih untuk nongkrong bersama teman-temannya dan
minum-minum.

1.2 Data obyektif


1.2.1 Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36.6o C
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit

1.2.2 Pemeriksaan fisik


Wajah : tidak pucat
Mata : sclera putih, konjungtiva tidak pucat
Mulut : mukosa bibir kering, warna kehitaman
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe, tidak ada bendungan vena jugularis.
Dada : simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada
massa pada payudara.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan abdomen
Ekstremitas
Atas : terdapat tattoo di lengan kiri. ujung jari tidak
pucat, akral tidak dingin
Bawah : Ujung jari tidak pucat, akral tidak dingin
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : 18,02
LILA : 23,5 cm

1.3 Analisa Data


Remaja R usia 18 tahun dengan kenakalan remaja
1.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien. Pasien mengetahui
keadaannya sekarang
2. Mengukur Kecerdasan majemuk dan menjelaskan hasilnya.
Didapatkan hasil :
Skor tertinggi : Kecerdasan interpersonal total skor 31
Skor tertinggi ke 2 : Kecerdasan kinestetik total skor 29
Skor tertinggi ke 3 : Kecerdasan spasial total skor 29
(Kuesioner terlampir)
3. Memberikan keterampilan hidup sehat (PKHS). Pasien kooperatif dan
paham.
4. Menberikan edukasi tentang dampak konsumsi minuman keras secara
terus-menerus dan menyarankan untuk berhenti minum. Pasien memahami
namun susah untuk berhenti minum
5. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya. Pertemuan selanjutnya pada
tanggal (03-10-2020). Pasien bersedia

Catatan Perkembangan
Tanggal : 03 Oktober 2020 Jam : 20.00 WIB
S : Tidak ada keluhan
O : TD : 110/70 RR : 20 x/menit
N : 88 x/ menit S : 36,40C
A : Remaja R usia 18 tahun dengan kenakalan remaja
P :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien. Pasien mengetahui
keadaannya sekarang
2. Memberikan pelayanan terkait kesehatan JIWA dan NAPZA
(menggunakan Pediatric Symtom Checklist). hasil test terlampir,
dengan total skor 31 yang artinya > 28 yaitu terdapat masalah
psikososial, anak telah mengetahui keadaannya dan mengerti
mengenai penjelasan yang diberikan
3. Menjelaskan bahaya narkoba terhadap kesehatan reproduksi,
penggunaan narkoba dapat menganggu kesehatan reproduksi remaja
bahkan beresiko untuk tertular penyakit menular seksual seperti
HIV/AIDS, hepatitis dan bahkan penggunaan narkoba dapat
menyebabkan kematian. Pasien mengerti tentang bahaya narkoba
terhadap kesehatannya.
4. Memberikan kesehatan reproduksi remaja antara lain: masa pubertas,
tanda-tanda primer dan sekunder pubertas pada laki-laki beserta
fungsinya, cara merawat kesehatan organ reproduksi. Pasien mengerti
mengenai penjelasan yang telah diberikan dan bersedia menerapkan
pesan kesehatan yang diberi.
5. Memberikan HE mengenai gizi seimbang untuk remaja: makanan
yang dimakan dianjurkan merupakan makanan yang beragam. Setiap
kali makan terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, buahbuahan, dan
air. Yang divisualisasikan dalam “Isi Piringku”. Pasien mengerti
mengenai gizi seimbang dan bersedia mengubah pola makan sesuai
dengan yang dijelaskan
6. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya. Pertemuan selanjutnya
pada tanggal (04-10-2020). Pasien bersedia

Catatan Perkembangan
Tanggal : 04 Oktober 2020 Jam : 19.00 WIB
S : Tidak ada keluhan
O : TD : 110/70 RR : 20 x/menit
N : 84 x/ menit S : 36,50C
A : Remaja R usia 18 tahun dengan kenakalan remaja
P :
1. Mengkaji ulang edukasi yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya. Pasien masih ingat sebgaian edukasi yang disampaikan
2. Memberikan edukasi tentang penyakit tidak menular (seperti diabetes
mellitus dan hipertensi) serta pencegahan kekerasan pada remaja.
Pasien memahami
3. Menganjurkan untuk konsultasi ke puskesmas terkait masalah
psikososial. Pasien bersedia periksa pada tanggal 05 oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai