Disusun Oleh:
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskandan mengimplementasikan asuhan
kebidanan remaja dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan
serta mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
1.2.1 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar
asuhan kebidanan pada remaja.
2. Mahasiswa mampu mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan
kebidanan serta mengimplementasikannya pada kasus yang dihadapi,
yang meliputi:
1) Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada remaja.
2) Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
remaja
3) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada
remaja
4) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan
diagnosa dan masalah aktual pada remaja.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan prakonsepsi pada remaja
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan prakonsepsi yang telah
disusun pada remaja.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada
remaja.
8) Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada remaja
9) Melakukan pembahasan asuhan kebidanan yang telah diberikan
1.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik asuhan kebidanan holistik pada remaja di Puskesmas
Pegirian pada tanggal 28 September 2020 – 11 Oktober 2020
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 NAPZA
2.4.1 Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan (BNN, 2009).
NAPZA (Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) adalah zat yang
apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi system saraf
pusat (SPP) sehingga menimbulkan perubahan aktivitas mental,
emosional, dan perilaku penggunanya dan sering menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan terhadap zat tersebut (Hidayat 2005).
2.4.2 Jenis-jenis NAPZA
Menurut Partodiharjo (2008), NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi
lagi ke dalam beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya
rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi
(ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran
(penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga
sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak
dapat lepas dari “cengkraman”-nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika
dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II,
dan golongan III.
a) Narkotika golongan I adalah: narkotika yang paling berbahaya.
Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu
pengetahuan. Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan
lain-lain.
b) Narkotika golongan II adalah: narkotika yang memiliki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol,
dan lain-lain.
c) Narkotika golongan III adalah: narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah kodein dan turunannya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang
digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu:
a) Golongan I adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat
kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang
diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
b) Golongan II adalah: psikotropika dengan daya adiktif kuat serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
c) Golongan III adalah: psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
d) Golongan IV adalah: psikotropika yang memiliki daya adiktif
ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain- lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan
psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:
rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan dan thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu,
penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan
dicium, dapat memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain
yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong
NAPZA.
2.4.3 Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang
bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya
sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial.
Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan,
misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena
efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara
salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa
nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna
merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan
kerusakan fisik (Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah
kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara
terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek
yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan
secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu
(Sumiati, 2009):
a. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia
akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus
zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.
b. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti
menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan
yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia
tidak mengalami gejala fisik.
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 02 - 10 - 2020
Pukul : 19.30 WIB
Oleh : Ramadhana Larasati
Tempat : Rumah Kader
Catatan Perkembangan
Tanggal : 03 Oktober 2020 Jam : 20.00 WIB
S : Tidak ada keluhan
O : TD : 110/70 RR : 20 x/menit
N : 88 x/ menit S : 36,40C
A : Remaja R usia 18 tahun dengan kenakalan remaja
P :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien. Pasien mengetahui
keadaannya sekarang
2. Memberikan pelayanan terkait kesehatan JIWA dan NAPZA
(menggunakan Pediatric Symtom Checklist). hasil test terlampir,
dengan total skor 31 yang artinya > 28 yaitu terdapat masalah
psikososial, anak telah mengetahui keadaannya dan mengerti
mengenai penjelasan yang diberikan
3. Menjelaskan bahaya narkoba terhadap kesehatan reproduksi,
penggunaan narkoba dapat menganggu kesehatan reproduksi remaja
bahkan beresiko untuk tertular penyakit menular seksual seperti
HIV/AIDS, hepatitis dan bahkan penggunaan narkoba dapat
menyebabkan kematian. Pasien mengerti tentang bahaya narkoba
terhadap kesehatannya.
4. Memberikan kesehatan reproduksi remaja antara lain: masa pubertas,
tanda-tanda primer dan sekunder pubertas pada laki-laki beserta
fungsinya, cara merawat kesehatan organ reproduksi. Pasien mengerti
mengenai penjelasan yang telah diberikan dan bersedia menerapkan
pesan kesehatan yang diberi.
5. Memberikan HE mengenai gizi seimbang untuk remaja: makanan
yang dimakan dianjurkan merupakan makanan yang beragam. Setiap
kali makan terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, buahbuahan, dan
air. Yang divisualisasikan dalam “Isi Piringku”. Pasien mengerti
mengenai gizi seimbang dan bersedia mengubah pola makan sesuai
dengan yang dijelaskan
6. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya. Pertemuan selanjutnya
pada tanggal (04-10-2020). Pasien bersedia
Catatan Perkembangan
Tanggal : 04 Oktober 2020 Jam : 19.00 WIB
S : Tidak ada keluhan
O : TD : 110/70 RR : 20 x/menit
N : 84 x/ menit S : 36,50C
A : Remaja R usia 18 tahun dengan kenakalan remaja
P :
1. Mengkaji ulang edukasi yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya. Pasien masih ingat sebgaian edukasi yang disampaikan
2. Memberikan edukasi tentang penyakit tidak menular (seperti diabetes
mellitus dan hipertensi) serta pencegahan kekerasan pada remaja.
Pasien memahami
3. Menganjurkan untuk konsultasi ke puskesmas terkait masalah
psikososial. Pasien bersedia periksa pada tanggal 05 oktober 2020.