Mahfudz LP HDR
Mahfudz LP HDR
Disusun oleh :
MAHFUDZ NASHRUDDIN
NIM: 19650161
I. MASALAH UTAMA
A. Pengertian
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri
tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif
untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai
ancaman. (Keliat, 2011).
Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi mental atau
psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan
lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah
keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik,
keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia.
B. Penyebab
1. Factor Predisposisi
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
d. Factor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di
otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
2. Factor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen.
c. Mengalami gejala fisik, misal; tekanan darah tinggi, gangguan pengguna zat
d. Menunda keputusan
e. Sulit bergaul
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic , cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
m. Penurunan produktivitas.
D. Manifestasi klinis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), karakteristik perilaku yang ditunjukkan pada
klien dengan harga diri rendah berupa mengkritik diri sendiri atau orang lain,
penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan
dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan tidak mampu,
rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif
terhadap tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan
terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri,
menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realita, dan
khawatir.
E. Akibat
F. Mekanisme koping
G. Rentang respon
Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah kerancuan identitas Depolarisasi
Keterangan :
1.Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata
yang sukses diterima.
2.Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi
3.Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptive
4.Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan
kepribadian dewasa yang harmonis.
5.Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
Menurut Nita Fitria (2010) pohon masalah pada kasus harga diri rendah adalah
sebagai berikut:
isolasi social : menarik diri
Akibat
DS :
DO :
Menyendiri
Diam
DS :
DO :
klien menyendiri
V. RENCANA TINDAKAN
- Diskusiakn
kemungkinan
pelaksanaan di
rumah
- Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah
- Beri reinforcement
positif atas
keterlibatan
keluarga
c. Apa yang
membuat pasien
dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang
tidak dekat
dengan pasien
di rumah /di
ruang perawat.
e. Apa yang
membuat pasien
tidak dekat
dengan orang
tersebut
f. Upaya yang
dilakukan agar
dekat dengan
orang lain
2. Diskusikan dengan
pasien penyebab
menarik diri atau
tidak mau bergaul
dengan orang lain.
3. Beri pujian
teehadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya.
3. Beri pujian
terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya.
- Perawat lain
- Pasien lain
- Kelompok
3. Libatkan pasien
dalam terapi
aktivitas kelompok
sosialisasi
4. Diskusiakn jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan pasien
bersosialisasi
6. Beri pujian
terhadap
kemampuan pasien
memperluas
pergaulannya
melalui aktifitas
yang dilaksanakan
- Cara merawat
pasien menarik diri
5. Tanyak perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
melatihnya
6. Beri motivasi
keluarga agar
membantu pasie
bersosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aris R, dkk. 2008. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSUD Dr. Amino
Gondotomo.
Carpenito, Lynda Juall, 1997, Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice, 7 th edition,
New York: Lippincott.
-------, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah. Jakarta:
TIM.
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Stuart, et. al, 1997, Principles Practice of Psychiatric Nursing, 6 th edition, St Louis Mosby
Year.
Stuart, Gail W. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
KOMUNIKASI KEPERAWATAN
Tanggal : 4 september 2020
Interaksi ke : ke 1 ( satu )
Jam : 14.00
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tampak sedih, menyendiri disudut ruangan, termenung /melamun. Wajah kusut.
Diam.jika di ajak bicara klien menundukkan kepala.
2. Diagnose Keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan Keperawatan
f. Katakana kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
B. STRATEGI PELAKSANAAN.
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
b. Evaluasi /Validasi
c. Kontrak
”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja bu? Berapa
lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya bu 20
menit”
2. Fase kerja
“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya bu.
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus sekali. Cukup banyak
kemampuan dan kegiatan yang Ibu T miliki “.
” Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang kedua? sampai 5 (misalnya ada
3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”
”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.
” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T? Mari kita lihat tempat tidur Ibu T.
Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus bu T. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”
” Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak
melakukan”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu T mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat jam berapa?”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih ingat kegiatan apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus,
cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi selama 20 menit, menurut ibu bagaimana? Oke ibu,
Sampai jumpa ya”
B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK