Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun oleh :
MAHFUDZ NASHRUDDIN
NIM: 19650161

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Pengertian

Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi


kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun
negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti
bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap
kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien
gangguan jiwa(keliat, 2011).

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri
tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif
untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai
ancaman. (Keliat, 2011).

Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi mental atau
psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan
lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah
keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik,
keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan,
hubungan antara manusia.
B. Penyebab

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaanyang negatif terhadap


diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diridan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat,1999. Gangguan harga diri atau harga diri
rendah dapat terjadi secara :

1. Situasional yaitu ter!adi trauma yang tiba"tiba, misal harusoperasi,


kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll.pada klien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang di
perhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangangan , pemasangan alat yang
tidak sopan (pemasangan kateter , pemeriksaaan perihal , dll ), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat /sakit /
penyakit, perlakukan petugas yang tidak menghargai .

2. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama.

1. Factor Predisposisi

a. Factor yang mempengaruhi harga diri

Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Factor yang mempengaruhi peran

Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya.


Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang

obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang


hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut,
jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial.

c. Factor yang mempengaruhi identitas diri


Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur
sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak
menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui
rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada
anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman
sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,

d. Factor biologis

Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di
otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

2. Factor Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat
mempengaruhi komponen.

Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian


tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi
tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan
stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang
tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara,
kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan
eksternal:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran :

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan


dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.

b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota


keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan


sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas
diri, peran dan harga diri.

C. Tanda dan gejala

a. Mengejek dan mengkritik diri

b. Merasa bersalah dan khawatir,menghukum atau menolak diri sendiri

c. Mengalami gejala fisik, misal; tekanan darah tinggi, gangguan pengguna zat

d. Menunda keputusan

e. Sulit bergaul

f. Menghindari kesenanagan yang dapat memberi rasa puas.

g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic , cemburu, curiga dan halusinasi.

h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.

j. Perasaan tidak mampu.

k. Pandangan hidup yang pesimitis.

l. Tidak menerima pujian.

m. Penurunan produktivitas.

n. Penolakan terhadap kemampuan diri.

o. Kurang memperhatikan perawatan diri.

p. Berpakaian tidak rapi.

q. Berkurang selera makan.

r. Tidak berani menatap lawan bicara.

s. Lebih banyak menunduk.

t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

D. Manifestasi klinis

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), karakteristik perilaku yang ditunjukkan pada
klien dengan harga diri rendah berupa mengkritik diri sendiri atau orang lain,
penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan
dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan tidak mampu,
rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif
terhadap tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan
terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri,
menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realita, dan
khawatir.
E. Akibat

Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisamengakibatkan gangguan


interaksi sosial : menarik diri, danmemicu munculnya perilaku kekerasan yang
beresiko mencederaidiri, orang lain dan lingkungan. isolasi social merupakan
suatu keadaan dimana individu dan kelompok mengalami kebutuhan
meningkatkan keterlibatan denganorang lain tetapi tidak mampu untuk melakukan
kontak.(Copernitto LJm 1998 )

F. Mekanisme koping

Struart dan Sundeen (1998) berpendapat bahwa mekanisme koping termasuk


pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan
mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka panjang, jangka pendek, dan
ego menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah sebagai berikut:

Pertahanan jangka pendek meliputi :

 Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas,


misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif.

 Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misal:


ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok atau geng.

 Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misal: olah


raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas.

 Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah


identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misal:
penyalahgunaan obat.

Pertahanan jangka panjang meliputi :


 Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan
potensi diri individu tersebut.

 Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar, bertentangan dengan


nilai, dan harapan masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego termasuk gangguan fantasi, disosiasi, isolasi,


proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan (spiliting), berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk.

G. Rentang respon

Respon adaptif respon Malaptif

Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah kerancuan identitas Depolarisasi

Keterangan :

1.Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata
yang sukses diterima.

2.Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi

3.Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptive

4.Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan
kepribadian dewasa yang harmonis.
5.Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

III. A. POHON MASALAH

Menurut Nita Fitria (2010) pohon masalah pada kasus harga diri rendah adalah
sebagai berikut:
isolasi social : menarik diri
Akibat

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah


Core Problem

Koping individu tidak Penyebab


efektif

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. isolasi social : menarik diri

DS :

 Klien mengatakan kesepian

 Klien mengatakan tidak punya teman

 Klien mengatakan lebih sering dirumah, sendiri

 Klien mengatakan tidak dapat berhubungan social

DO :

 Menyendiri

 Diam

 Ekspresi wajah murung, sedih


 Sering larut dalam pikirannya sendiri

3. gangguan konsep diri : harga diri rendah

DS :

 klien mengatakan dirinya bodoh

 klien mengatakan malu pada dirinya sendiri

DO :

 klien menyendiri

 klien ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidupnya

 binggung bila disuruh memilih alternative tindakan

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

2. Isolasi social : menarik diri

V. RENCANA TINDAKAN

Tg No Dx. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


l . Keperawat
DX an

1 Harga diri TUM : Setelah ….x 24 jam -


rendah interaksi klien
Klien dapat menunjukan tanda – - Sapa klien
menbina tanda percaya pada dengan ramah
hubungan perawat : secara verbal dan
saling percaya nonverbal
 Klien
TUK 1: - Perkenalkan diri
menunjukan
dengan sopan
Klien dapat ekspresi wajah
membina bersahabat, - Tanyakan nama
hubungan menunjukan rasa lengkap klien dan
saling percaya senang, ada nama panggilan
menerapkan kontak mata, yang disukai klien
prinsip mau berjabat
komunikasi tangan, mau - Jelaskan tujuan
terapeutik menyebutkan pertemuan
nama, mau - Jujur dan
menjawab salam, menepati janji
klien mau duduk
berdampingan - Tunjukkan sikap
dengan perawat, empati dan
mau menerima klien apa
mengutarakan adanya
masalah yang
- Beri perhatian
dihadapi
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien

TUK 2 :  Klien - Diskusikan


menyebutkan: kemampuan dan
Klien dapat aspek positif yang
mengidentifika a. Aspek positif dimiliki
si kemampuan dan kemampuan
dan aspek yang dimiliki - Hindari memberi
positif yang klien penilaian negative
dimiliki setiap ketemu klien
b. Aspek positif
keluarga - Utamakan memberi
pujian yang realistis
c. Aspek positif
lingkungan klien - Klien dapat menilai
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki

TUK 3 :  Klien mampu - Diskusikan


menyebutkan kemampuan dan
Klien dapat aspek positif yang
kemampuan
menilai dimiliki
yang dapat
kemampuan
dilaksanakan
yang dapat - Diskusikan pula
digunakan kemampuan yang
dapat dilanjutkan
setelah pulang
kerumah

TUK 4 :  Klien mampu - Rencanakan


membuat bersama klien
Klien dapat aktivitas yang dapat
rencana kegiatan
menetapkan / dilakukan setiap
harian
merencanakan hari sesuai
kegiatan sesuai kemampuan
dengan
kemmpuan - Tingkatkan
yang dimiliki kegiatan sesuai
dengan toleransi
kondisi klien

- Beri contoh cara


pelaksanaan
kegiatan yang boleh
klien lakukan

TUK 5 :  Klien dapat - Beri kesempatan


melakukan mencoba kegiatan
Klien dapat yang telah
kegiatan sesuai
melakukan direncanakan
jadwal yang
kegiatan sesuai
dibuat.
kondisi dan - Beri pujian atas
kemmpuan keberhasilan pasien

- Diskusiakn
kemungkinan
pelaksanaan di
rumah

TUK 6:  Klien mampu - Beri pendidikan


memanfaatkan kesehatan pada
Klien dapat keluarha tentang
sistem
memanfaatkan cara merawat klien
pendukung yang
sistempenduku
ada dikeluarga
ng yang ada - Bantu keluarga
memberi dukungan
selama klien di
rawat

- Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah

- Beri reinforcement
positif atas
keterlibatan
keluarga

2 Isolasi diri TUM : 1. Pasien mampu 1. Tanyakan pada


: menarik menyebutkan pasien tentang :
diri Pasien dapat minimal satu
berinteraksi penyebab a. Orang yang
dengan orang menarik diri tinggal
lain dari : diri sendiri, serumah/teman
orang lain, sekamar
TUK 1 :
lingkungan b. Orang yang
Pasien dapat paling dekat
menyebutkan dengan pasien
penyebab di rumah /di
menarik diri ruang perawat.

c. Apa yang
membuat pasien
dekat dengan
orang tersebut

d. Orang yang
tidak dekat
dengan pasien
di rumah /di
ruang perawat.

e. Apa yang
membuat pasien
tidak dekat
dengan orang
tersebut

f. Upaya yang
dilakukan agar
dekat dengan
orang lain
2. Diskusikan dengan
pasien penyebab
menarik diri atau
tidak mau bergaul
dengan orang lain.

3. Beri pujian
teehadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya.

TUK 2 : 2. Pasien dapat 1. Tanyakan pada


menyebutkan pasien tentang :
Pasien mampu keuntungan manfaat hubungan
menyebutkan berhubungan social kerugian
keuntungan social dan menarik diri
berhubungan kerugian
social dan menarik diri 2. Diskusikan bersama
kerugian pasien tentang
menarik diri manfaat
berhubungan social
dan kerugian
menarik diri

3. Beri pujian
terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya.

TUK 3 : 3. Pasien dapat 1. Observasi perilaku


melaksanankan pasien saat
Pasien dapat hubungan social berhubungan social.
melaksanakan secara bertahap
hubungan dengan :perawat, 2. Beri motivasi dan
social secara perawat lain, bantu pasien untuk
bertahap pasien lain, berkenalan
kelompok. /berkomunikasi
dengan :

- Perawat lain
- Pasien lain

- Kelompok

3. Libatkan pasien
dalam terapi
aktivitas kelompok
sosialisasi

4. Diskusiakn jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan pasien
bersosialisasi

5. Beri motivasi untuk


melakukan kegiatan
sesuai dengan
jadwal yang telah
dibuat

6. Beri pujian
terhadap
kemampuan pasien
memperluas
pergaulannya
melalui aktifitas
yang dilaksanakan

TUK 4 : 4. Pasien dapat 1. Diskusikan dengan


menjelaskan pasien tentang
Paien mampu perasaannya perasaannya setelah
menjelaskan setelah berhubungan social
perasaannya berhubungan dengan orang lain
setelah dengan : orang dan kelompok
berhubungan lain dan
sosial kelompok 2. Beri pujian
terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya
TUK 5 : 5. a. keluarga dapat 1. diskusikan
menjelaskan pentingnya peran
Pasien tentang : serta keluarga
mendapatkan sebagai pendukung
dukungan - pengertian untuk mengatasi
keluarga dalam menarik diri perilaku menarik
memperluas diri
hubungan - tanda dan gejala
sosial menarik diri 2. diskusikan potensi
- penyebab dan keluarga untuk
akibat menarik membantu pasien
diri mengatasi perilaku
social
- cara merawat
pasien menarik 3. jelaskan pada
diri keluarga tentang :

- keluarga dapat - pengertian menarik


mempratekkan diri
cara merawat - tanda dan gejala
pasien menarik menarik diri
diri
- penyebab dan
akibat menarik diri

- Cara merawat
pasien menarik diri

4. Latih keluarga cara


merawat paien
menarik diri

5. Tanyak perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
melatihnya

6. Beri motivasi
keluarga agar
membantu pasie
bersosialisasi.

7. Beri pujian kepada


keluarga atas
keterlibatannya
merawat paien di
rumah sakit.

TUK 6 : 6. a pasien dapat 1. Diskusiakn dengan


meyebutkan : pasien tentsng
Pasien dapat manfaat dan
memanfaatkan - manfaat minum kerugain tidak
obat dengan obat minum obat, nama,
baik warna, dosis,cara,
- kerugian tidak
minum obat efek samping
pengunaan obat.
- nama warna,
dosis, efek terapi 2. Pantau pasien saat
dan efek pengunaan obat
samping obat 3. Beri pujian pada
b pasien pasien jika
mendemonstrasi menggunkan obat
kan pengunaan dengan benar
obat dengan 4. Diskusikan akibat
benar berhenti minum
c pasien dapat obat tanpa
menyebutkan konsultasi dengan
akibat berhenti dokter
minum obat 5. Anjurkan pasien
tanpa konsul untuk konsultasi
dokter. dengan perawat/
dokter jika terjadi
hal –hal yang tidak
di inginkan .

DAFTAR PUSTAKA
Aris R, dkk. 2008. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSUD Dr. Amino
Gondotomo.

Carpenito, Lynda Juall, 1997, Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice, 7 th edition,
New York: Lippincott.

-------, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah. Jakarta:
TIM.

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga,


Jakarta: PT. Fajar Interpratama.

Stuart, et. al, 1997, Principles Practice of Psychiatric Nursing, 6 th edition, St Louis Mosby
Year.

Stuart, Gail W. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

KOMUNIKASI KEPERAWATAN
Tanggal : 4 september 2020

Interaksi ke : ke 1 ( satu )

Jam : 14.00

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

Klien tampak sedih, menyendiri disudut ruangan, termenung /melamun. Wajah kusut.
Diam.jika di ajak bicara klien menundukkan kepala.

2. Diagnose Keperawatan

Harga Diri Rendah

3. Tujuan khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemmpuan yang


dimiliki

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemmpuan

f. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeotik, perkenalan diri

b. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang

c. Buat kontak yang jelas (waktu, tempat dam topic pembicaraan )

d. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya

e. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

f. Katakana kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
B. STRATEGI PELAKSANAAN.

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat mahfudz, Saya Mahasiswa Keperawatan


Unmuh Ponorogo. Saya yang akan merawat ibu dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti
ya pak”

b. Evaluasi /Validasi

“Bagaimana keadaan Ibu T hari ini? Ibu T terlihat segar“

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan yang


pernah Ibu T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Ibu
T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih. Bagaimana menurut Ibu T?”

c. Kontrak

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja bu? Berapa
lama kira-kira kita akan ngobrol bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya bu 20
menit”

2. Fase kerja

“Ibu T, apa saja kemampuan Ibu T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya bu.
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu T lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus sekali. Cukup banyak
kemampuan dan kegiatan yang Ibu T miliki “.

” Ibu T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang kedua? sampai 5 (misalnya ada
3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”

”Sekarang, coba Ibu T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.

” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ibu T? Mari kita lihat tempat tidur Ibu T.
Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus bu T. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”

” Ibu T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba Ibu T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu T lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak
melakukan”

3. Fase terminasi

a. Evaluasi

“Bagaimana perasaan Ibu T setelah berbincang-bincang dan latihan merapihkan tempat


tidur? Iya benar bu. Ibu T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di
rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu T praktekkan
dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang
ya bu.”

b. Rencana Tindak Lanjut

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu T mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat jam berapa?”

c. Kontrak yang akan datang

”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T masih ingat kegiatan apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus,
cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi selama 20 menit, menurut ibu bagaimana? Oke ibu,
Sampai jumpa ya”

B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Teknik komunikasi teapeutik yang di gunakan : mengdengar aktif dengan penuh


perhatian dan pertanyaan terbuka

2. Sikap komunikasi terapeutik yang di gunakan : tidak menghakimi, menerima,hangat,


empati, sabar, terbuka, dan dapat di percaya.

Anda mungkin juga menyukai