Anda di halaman 1dari 13

Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Untuk Men-Supply Daya

Bagi Sistem Otomatisasi Jaring Pada Bagan Ikan

Jepriansyah1, Rozeff Pramana2


Email: Jepriansyah@gmail.com, rozeff@umrah.ac.id
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK
Salah satu cara untuk meningkatkan penangkapan ikan tersebut adalah dengan
mengusahakan unit penangkapan yang produktif seperti bagan ikan, yang
memiliki jumlah dan nilai hasil tangkapannya lebih baik. Selain itu, unit
penangkapan tersebut haruslah bersifat ekonomis, efisien dan menggunakan
teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat serta tidak merusak kelestarian
sumberdaya perikanan salah satunya seperti sistem otomatisasi pengangkat jaring
pada bagan berbasis Arduino. Karena perangkat sistem otomatisasi bagan tancap
berbasis Arduino memerlukan power supply untuk mengoperasikannya. Tujuan
penelitian ini adalah merancang pembangkit listrik tenaga surya untuk men-supply
daya bagi sistem otomatisasi bagan tancap berbasis Arduino secara optimal.
Perancangan ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu bagian input yang terdiri dari
input berupa radiasi matahari pada bagian konversi energi dilakukan oleh panel
surya (photovoltaic) pada bagian output terdiri dari bateray charge controller
(BCC), baterai dan konverter DC-DC. Hasil yang didapat didapatkan pada saat
pengukuran dihari yang cerah adalah 21,7 V dan 0,41 A hasil nilai daya output
minimum yaitu 2,5 W terjadi pada pukul 17.00 WIB, sedangkan nilai daya output
maksimum yaitu 11,85 W terjadi pada pukul 13.00 WIB.

Kata Kunci : Matahari, Panel Surya, BCC, Konverter DC-DC

PENDAHULUAN
Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang menggunakan alat bantu cahaya.
Menurut Brandt (1984), bagan diklasifikasikan kedalam lift net atau jaring angkat
yang dalam pengoperasiannya menggunakan aktraktor cahaya lampu sehingga
ikan yang menjadi tujuan penangkapannya adalah ikan yang berfototaksis positif.
Bagan dibuat oleh nelayan terutama untuk tujuan perikanan. menangkap ikan.
Bagan telah lama menjadi andalan nelayan di Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu
bagan juga menghasilkan tangkapan ikan yang lebih banyak dari pada
menggunakan tali pancing.

Berdasakan dari kondisi diatas diperlukan suatu penelitian dan pengembangan


teknologi untuk memudahkan nelayan dalam penangkapan ikan seperti sistem
otomatisasi pengangkat jaring pada bagan berbasis Arduino. Karena perangkat

1
sistem otomatisasi bagan tancap berbasis Arduino memerlukan power supply
untuk mengoperasikannya.

Penelitian ini bertujuan meneliti dan merancang pembangkit listrik tenaga surya
untuk men-supply daya bagi sistem otomatisasi bagan tancap berbasis Arduino
secara optimal.

BAHAN DAN METODE


1. Panel Surya (Photovoltaic)
Panel surya (Photovoltaic) merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai konversi
energi surya menjadi energi listrik yang dihasilkan oleh sinar matahari.
Photovoltaic memiliki beberapa lapisan material semikonduktor tapis, biasanya
semikonduktor yang digunakan adalah jenis bahan silikon. Pada aplikasinya sel
surya disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah panel surya. Panel
surya pada dasarnya terdiri dari sel-sel yang memiliki sisi p-n junction atau ikatan
antara sisi positif dan negative didalam sebuah sistem semikonduktor (Handini,
2008).

Gambar1. Modul Photovoltaic Polycrystalline


(Sumber: Karakan, 2009)
2. Battery Charging Controller
Battery Charging Controller berfungsi mengatur lalu lintas listrik dari modul
surya ke baterai. Alat ini juga memiliki banyak fungsi yang pada dasarnya
digunakan untuk melindungi baterai. Pengisi baterai atau Battery Charge
Controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus
searah DC yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban (Pangeran dan
Akbar, 2014). Battery Charge Controller mengatur over charging (kelebihan
pengisian) dan kelebihan tegangan (overvoltage) dari Panel surya. Kelebihan
tegangan dan pengisian akan mengurangi umur baterai. Panel surya 12 V
umumnya memiliki tegangan output 16 - 21 VDC. Jadi tanpa Battery Charge
Controller, baterai akan rusak oleh overcharging dan ketidakstabilan tegangan.
Baterai umumnya di-charge pada tegangan 14,7VDC (Pangeran dan Akbar,
2014).

Gambar 2. Battery Charge Controller Tipe PWM


Sumber: (Pangeran dan Akbar, 2014 )

2
3. Baterai
Baterai adalah perangkat yang mengandung sel listrik yang dapat menyimpan
energi yang dapat dikonversi menjadi daya. Baterai menghasilkan listrik melalui
proses kimia. Baterai adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya berlangsung
proses elektrokimia yang reversible (dapat berkebalikkan) dengan efisiensinya
yang tinggi. Reaksi elektrokimia reversible adalah di dalam baterai dapat
berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses
pengosongan) dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia (proses
pengisian) dengan cara proses regenerasi dari elektroda – elektroda yang dipakai
yaitu, dengan melewatkan arus listrik dalam arah polaritas yang berlawanan di
dalam sel (Manurung, 2015).

Gambar 3. Baterai

Sumber: Documentasi)

4. Konverter DC ke DC
Converter adalah sebuah rangkaian pengalih tegangan, dimana rangkaian ini
mampu mengubah tegangan output DC yang sumbernya merupakan tegangan dc.
Pada rancangan ini sebuah Converter digunakan untuk menurunkan tegangan dari
sumber tegangan DC ke DC yang didapatkan dari penel surya kemudian pada aki.
Secara umum ada tiga fungsi pengoperasian dari DC to DC konverter yaitu
penaikan tegangan (boost) dimana tegangan keluaran yang dihasilkan lebih tinggi
dari tegangan masukan, penurunan tegangan (buck) dimana tegangan keluaran
lebih rendah dari tegangan masukan dan penaikan atau penurunan tegangan
(buckboost) dimana tegangan keluaran lebih rendah atau lebih tinggi dari
tegangan masukan (Marian, 2008). DC to DC konverter merupakan rangkaian
elektronika daya untuk mengubah suatu tegangan DC masukan menjadi tegangan
DC keluaran yang lebih besar atau lebih kecil. Pada tugas akhir ini, rangkaian DC
to DC konverter yang akan dirancang merupakan switched mode DC to DC
konverter (Marian, 2008).

3
Gambar 4. Rangkain Perancangan BCC
(Sumber : Marian, 2008).

Perancangan ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu bagian input yang terdiri dari input
berupa radiasi matahari pada bagian konversi energi dilakukan oleh panel surya
(photovoltaic) pada bagian output terdiri dari bateray charge controller (BCC),
baterai dan konverter DC-DC. Diagram blok pada penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 5 berikut.

Gambar 5. Diagram blok penelitian


Cara kerja dari perangkat dimulai ketika solar panel menerima energi matahari,
energi tersebut diteruskan ke Battery Charging Controller (BCC). Solar panel
berfungsi mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik yang diterima
Battery Charging Controller (BCC). BCC berfungsi memberikan pengamanan
terhadap sistem yaitu proteksi terhadap pengisian berlebih (over charge) di baterai
dan proteksi terhadap pemakaian berlebih (over discharge) pada beban. BCC akan
mengalirkan listrik menuju baterai, ketika baterai sudah dalam batas maksimal
BCC akan langsung mengarahkan listrik menuju beban.

Gambar 6. Rangkaian sistem

HASIL
Pengujian sistem bertujuan untuk mengetahui apakah komponen penyusun sistem
dapat bekerja dengan baik atau tidak. Proses pengujian dilakukan dengan menguji
setiap komponen yang terdiri dari panel surya, battery charge controller, baterai,
konverter DC-DC

4
1. Pengujian Panel Surya
Pengujian panel surya kapasitas 20 WP bertujuan mengetahui karakteristik panel
serta diketahui pula daya yang dihasilkan panel surya. Sehingga parameter yang
dibutuhkan pada pengujian ini adalah nilai tegangan open circuit (Voc), arus short
circuit (Isc). Pengukuran besaran dilakukukan secara berkala antara pukul 08:00
– 17:00 WIB dan setiap satu jam sekali dilihat pada alat ukur yang digunakan
pada pengujian dan mencatatnya. Proses pengujian panel surya dilakukan dengan
kondisi cuaca cerah yang dilakukan di area lapangan terbuka. Berikut adalah hasil
pengukuran pada pengujian panel surya yang dapa dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengujian Panel Surya Hari Pertama

Berdasarkan hasil pengujian panel surya yang di tunjukan pada tabel 1 daya yang
dihasilkan panel surya untuk menghidupkan sebuah lampu DC 12V 10 Watt dapat
bekerja maksimum pada pukul 13.00 daya yang dihasilkan sebesar 11,85 Watt
sedangkan daya minimum terjadi pada pukul 8.00 dan 17.00 daya yang dihasilkan
sebesar 2,5 watt.
Tabel 2. Hasil Penujian Panel Surya Hari Kedua

Hasil pengujian yang seperti tabel 2 diatas menunjukan besaran arus dan
tegangaan yang di hasilkan panel surya berbeda dengan pengujian hari pertama,
hal ini terjadi karena cuaca sangat mempengaruhi kinerja panel surya. Pada saat
kondisi mendung panel surya tidak dapat menyerap radiasi matahari secara
maksimal dikarenakan cuaca pada kondisi berawan mendung sehingga pada pukul
12:00 panel mampu menghasilkan tegangan sebesar 15,94 V dan arus 0.49 A ini
merupakan hasil maksimal pada pengujian hari kedua, Sedangkan hasil terendah

5
terjadi pada pukul 17:00 yaitu sebesar 13,35 V dan 0.23 A pada kondisi cuaca
berawan.

2. Pengujian BCC
Pengujian Battery Charging Controller (BCC) dilakukan dengan cara
menghubungkan panel surya pada terminal input selanjutnya pada terminal output
dihubungkan ke baterai. Pengujian pertama dilakukan dalam kondisi baterai
kosong, kemudian mengukur tegangan pada terminal output yang terhubung ke
baterai. Pengujian ke dua dilakukan dengan menghubungkan baterai dalam
kondisi penuh, hal ini dilakukan bertujuan untuk melihat respon BCC terhadap
baterai dalam kondisi kosong dan penuh.

Gambar 5. Pengujian Battery Charge Controller


Gambar 5 menunjukkan tegangan keluaran BCC pada saat kondisi baterai kosong
tegangan mencapai 14,05 Volt sedangkan pada saat baterai penuh tegangan
keluaraan BCC berada pada 13,62 Volt.
Tabel 3. Hasil Pengujian BCC
V input V Output V Output
(Panel Surya) (Baterai) (Beban)
18.45 Volt 14.24 Volt 12.1 Volt

3. Pengujian Pengisian Baterai


Parameter yang diambil pada pengujian ini adalah arus pengisian baterai (Ibat)
dan tegangan pengisian baterai (Vbat) saat jam 08.00 sampai dengan 17.00, pada
proses ini baterai dihubungkan pada output BCC yang telah terhubung ke panel
surya, sehingga dapat diketahui parameter arus pengisisan baterai (Ibat) dan
tegangan pengisian baterai (Vbat).

Gambar 6. Pengisian Baterai

6
Tabel 4. Hasil Pengujian pengisian baterai
Arus Tegangan
No Jam
(Amper) (Volt)
1 8:00 0,56 12,5
2 9:00 0,66 12,7
3 10:00 0,77 14,01
4 11:00 0,79 14,72
5 12:00 0,78 14,64
6 13:00 0,78 14,57
7 14:00 0,76 14,27
8 15:00 0,64 13,21
9 16:00 0,45 13,09
10 17:00 0,35 13,19

Arus yang dihasilkan panel surya untuk mengisi baterai bernilai fluktuatif
bergantung pada intensitas cahaya matahari yang menyinari panel surya. Arus
listrik maksimal yang dihasilkan panel surya pada pengukuran kali ini sebesar
0,78 A terjadi pada pukul 12:00, dan nilai arus minimal sebesar 0.35 A terjadi
pada pukul 17:00 sore hari. Terlihat bahwa ini sesuai dengan karakteristik baterai
yaitu tegangan sel baterai naik pada waktu pengisian yang disebabkan proses
elektrolisasi.

4. Pengujian Pengosongan Baterai


Pengujian Pengosongan baterai yang digunakan berkapasitas 12 VDC 7,2 Ah, saat
pengosongan baterai dihubungkan pada beban yaitu sistem otomatisasi jaring
pada bagan ikan berbasis arduino, pada tahap ini peneliti melakukan pengukuran
tegangan pengosongan pada beban serta waktu pengosongan sehingga dapat
diketahui kapasitas baterai sebenarnya.
Tabel 5. Hasil Pengujian Pengosongan Baterai
Waktu Baterai
No Keterangan
Pengukuran (Volt)

1 Awal 12,15 Berbeban


2 30 menit 12,11 Berbeban
3 60 menit 12,01 Berbeban
4 90 menit 11,97 Berbeban
5 120 menit 11,82 Berbeban
6 150 menit 11,74 Berbeban
7 180 menit 11,55 Berbeban
8 210 menit 10,77 Berbeban

7
Hasil pengujian yang ditunjukan pada tabel 5 kondisi tegangan baterai ketika
digunakan atau pada saat kondisi discharge. Nilai tegangan yang terukur pada
voltmeter digital terlihat menurun seiring dengan berjalannya waktu pemakaian.
Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas listrik di dalam baterai mulai berkurang
karena nilai tegangan yang terukur merupakan representasi dari daya listrik yang
tersisa pada baterai.

5. Pengujian Konverter DC-DC


Penelitian ini menggunakan sumber listrik dari baterai dengan tegangan 12 VDC.
Sistem menggunakan tegangan maksimal 5 VDC, sehingga membutuhkan
konverter untuk menurunkan tegangan dari 12 VDC menjadi 5 VDC. Pengujian
dilakukan dengan mengatur dan mengukur tegangan output pada konverter
dengan cara memutar potensiometer yang ada pada modul konverter hingga
mencapai tegangan yang sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 7. Pengaturan tegangan Output Konverter


Setelah tegangan keluaran konverter didapatkan, pengujian dilakukan dengan
memberikan variasi tegangan input dari 6 – 12 VDC, kemudian mengukur
tegangan keluaran konverter. Hasil pengujian konverter dapat dilihat pada tabel 6
berikut.
Tabel 6. Hasil Pengujian Konverter DC
Vin Vout
No
(Volt) (Volt)
1 6 5.1
2 7 5.5
3 8 5.5
4 9 5.3
5 10 5.4
6 11 5.5
7 12 5.4

Berdasarkan hasil pengujian yang di tunjukan pada tabel 6, konverter dapat


bekerja dengan baik, tegangan keluaran tetap pada 5 VDC meskipun tegangan
input berubah.

6. Analisa perancangan

Solar panel yang digunakan memiliki spesifikasi 20 Wp, 20,64 Voc, 1,3 A Isc,
17,2 Vmp, 1,16 A Imp dengan hasil yang telah didapatkan pada saat pengukuran

8
dihari yang cerah adalah 21,7 V dan 0,41 A . Hasil dari pengujian tersebut
dinyatakan bahwa solar panel memiliki kinerja yang baik sesuai dengan
spesifikasi perangkat. Berdasarkan hasil pengujian panel surya yang ditunjukan
pada tabel 3, daya maksimum yang dihasilkan panel surya pada saat dihubungkan
beban lampu DC dengan daya 20 Watt mendapatkan hasil nilai daya output
minimum yaitu 2,5 Watt terjadi pada pukul 17.00 WIB, sedangkan nilai daya
output maksimum yaitu 11,85 Watt terjadi pada pukul 13.00 WIB.

Battery Charge Controller (BCC) yang terdiri dari 1 input dan 2 output dengan
masing-masing memiliki 2 terminal Plus (+) dan Minus (-). Pada bagian input
terhubung dengan panel surya, output pada bagian tengah terhubung dengan
baterai/aki dan output pada sisi kanan terhubung dengan beban, seperti yang
ditunjukan pada gambar 21. Berdasakan hasil pengujian BCC terjadi perbedaan
antara baterai kosong dengan baterai penuh, perbedaan ini terjadi dikarenakan
pada saat baterai kosong BCC berada kondisi Charging mode merupakan suatu
mode kerja charge controller saat pengisian baterai. Sedangkan pada saat baterai
penuh BCC berada pada kondisi Operation mode adalah kondisi baterai saat
menyuplai beban. Apabila ada overdischarge atau overload, maka baterai akan
dilepaskan dari beban.

Baterai yang digunakan pada penelitian ini memiliki tegangan 12 V dengan arus
7,5 Ah, akan menghasilkan daya sebesar 86,4 Wh Daya yang dihasilkan
seharusnya dapat mengoperasikan perangkat sistem otomatisasi jaring bagan ikan
berbasis arduino. Karena penelitian ini bersifat prototipe, maka pengoperasian
perangkat sistem otomatisasi jaring bagan ikan berbasis arduino menjadi tidak
menyala secara terus menerus, akan tetapi dapat mengoperasikan perangkat sistem
otomatisasi jaring bagan ikan berbasis arduino selama 4 jam.

Saat baterai kosong setelah memberikan sumber daya untuk kamera monitoring
sistem keamanan perairan dan pulau terluar, maka baterai otomatis akan terisi
kembali selama keadaan panas radiasi matahari memiliki keadaan cerah.
Pengisian baterai yang kosong (charging) akan memerlukan waktu sekitar ± 6
jam.

Apabila perangkat dioperasikan selama 12 jam pada malam hari, sehingga


perangkat harus di optimalkan dengan memiliki daya minimal 312 Watt. Besaran
arus baterai untuk mendapatkan daya sebesar 312 watt dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
I=PxV (1)
Sehingga besaran arus baterai apabila setiap baterainya memiliki arus sebesar 7,5
amper dengan tegangan 12 Volt adalah

I= = 26 A

Dimana,
P = Daya pada beban (Watt)

9
I = Arus Beban (A)
V = Tegangan Baterai (V)
Sehingga, jumlah baterai yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan daya 312
Watt, dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut:

Jumlah Baterai = (2)

Jumlah Baterai = = 3,4

Jumlah baterai yang dibutuhkan untuk mengoperasikan beban yaitu sistem


otomatisasi jaring pada bagan ikan selama 12 jam sebanyak 4 buah. Jumlah panel
surya yang dibutuhkan apabila setiap panel yang digunakan memiliki kapasitas
daya 20 Wp dengan rata lama penyinaran matahari 5 jam perhari, maka dapt
ditentukan menggunakan persamaan berikut:

Jumlah panel = (3)

Keterangan,
Pbaterai = daya baterai (Watt)
Ppanel = Daya per panel (Watt)
Jika lama penyinaran matahari 5 jam per hari dikalikan kapasitas panel surya 20
Wp, setiap panel mampu menghasilkan daya sebesar 100 Watt, sehingga jumlah
panel yang dibutuhkan adalah:

Jumlah panel = = 3,6 (dibulatkan menjadi 4 buah)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, untuk


memenuhi kebutuhan energi listrik pada sistem otomatisasi jaring pada bagan ikan
membutuhkan 4 buah baterai dengan kapasitas masing-masing baterai 12 VDC
7,5 Ah dan 4 buah panel surya dengan kapasitas daya masing-masing panel 20
Wp. Dikarenakan sistem otomatisasi jaring pada bagan ikan masih bersifat
prototipe, sehingga perangkat tidak dijalankan selama 12 jam.

Estimasi ketahanan energi perangkat ketika dihubungkan pada sistem otomatisasi


jaring pada bagan ikan yang memiliki beban total 20,8 watt, sedangkan daya
baterai adalah 90 watt, sehingga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
T= (4)

T=

T = 4,32 jam

10
Sehingga perangkat dapat mengoperasikan sistem otomatisasi jaring pada bagan
ikan selama 4 jam 32 menit dengan keadan semua komponen menyala seperti
motor DC, driver motor, lampu dan arduino.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai


berikut.
1. Perangkat hanya berupa prototype dengan menggunakan photovoltaic 20 WP,
media penyimpanan berkapasitas 7,5 AH dan Battery Charging Controller
(BCC) berkapasitas 10 A
2. Energi listrik yang dihasilkan panel surya merupakan hasil konversi energi
dari radiasi matahari menjadi listrik
3. Panel surya 20 WP yang digunakan dapat melakukan pengisian baterai yang
digunakan. Pengisian tersebut memerlukan waktu 6 jam hingga baterai benar-
benar penuh dengan keadaan cahaya matahari yang terik pada hari tersebut
4. Perangkat dapat menghasilkan nilai daya output minimum yaitu 2,5 Watt
terjadi pada pukul 17.00 WIB, sedangkan nilai daya output maksimum yaitu
11,85 Watt terjadi pada pukul 13.00 WIB.

DAFTAR PUSTAKA

Aprizal dan R. Pramana, 2015. Rancang Bangun Sistem Monitoring Kecepatan


Arus Laut Dan Arah Arus Laut Untuk Sistem Kepelabuhanan. Repository
UMRAH, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

A. Wibawa Budi Santosa dan Imam Pujo Mulyatno, 2014. Pemanfaatan


Tenaga Angin Dan Surya Sebagai Alat Pembangkit Listrik Pada Bagan
Perahu. Universitas Diponegoro, Indonesia

A.U. Ayodhyoa, 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Halaman. 97 Brandt, A Von. 1984. Fish Cathing Methodes Of The Word.
Fao-Fishing News Books, Ltd. Famham-Surrey-England. 418pp.

A. Zulkifli, R. Pramana dan D. Nusyirwan, 2014. Perancangan Perangkat


Pendeteksi Ketinggian Air Bak Pembenihan Ikan Nila Berbasis
Mikrokontroler dan Web. Repository UMRAH, Universitas Maritim Raja
Ali Haji. Tanjungpinang.

AP Simanjuntak, R. Pramana. Mei 2013. Pengontrolan Suhu Air Pada Kolam


Pendederan Dan Pembenihan Ikan Nila Berbasis Arduino. Jurnal
Sustainable ISSN 2087-5347 Vol 4, No. 1.

B.S. Mulyono, 1999. Capture Proses Of The Floated Bamboo-Platform Lift Net
With Light Attraction. Graduate School of fisheries, Tokyo University of
Fisheries. Doctoral Course of Marine Sciences and Teknology. 129 pp.

11
B Prima, R. Pramana. 2013. Perancangan Sistem Keamanan Rumah
Menggunakan Sensor PIR (Passif Infra Red) Berbasis Mikrokontroller.
Repository UMRAH, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kepulauan Riau 2010. Buku Statistik
Perikanan Tangkap Kepulauan Riau Tahun 2010. Tanjungpinang

F. Dhyba, R. Pramana,, Farida, F., 2017. Prototipe Otomatisasi Pompa Air


Tenaga Surya Berbasis Mikrokontroler. Repository UMRAH, Universitas
Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

G. Riani dan R. Pramana, 2017. Prototipe Pemanfaatan Tenaga Surya Untuk


Kelong Di Kepulauan Riau. Repository UMARAH, Universitas Maritim
Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Jasriyanto, R. Pramana, E. Prayetno, 2016. Perancangan Solar Tracker Untuk


Men-Supply Daya Kamera Monitoring Sistem Keamanan Perairan Dan
Pulau Terluar. Repository UMRAH, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Tanjungpinang.

J.W. Lee, 2010. Pengaruh Periode Hari Bulan Terhadap Hasil Tangkapan Dan
Tingkat Pendapatan Nelayan Bagan Tancap Di Kabupaten Serang. Tesis
Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

K. Marian, 2008. Pulse-Width Modulated DC – DC Power Converters. Dayton,


Ohio, USA : Wright State University.

K. Karakan, 2015. Analisis Efesiensi Panel Surya Monocrystalline,


Polycrystalline dan Thin Film.

K. West, 2003. Solar Cell Beyond Silicon, Riso international Energy Confrence

M. Matsumura, 2009. Utilization of Solar Cell, Lecture Notes Research Center for
Solar Energy Chemistry, Osaka University.

Pangeran dan H. Akbar, 2014. Perancangan Alat Dan Modul Praktikum


Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Other thesis, Universitas Negeri
Gorontalo.

S. Astari, R. Pramana dan D. Nusyirwan, 2014. Kran Air Wudhu’ Berbasis


Arduino ATmega 328. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

S. Mariethoz, 2010. Comparison of Hybrid Control Techniques for Buck and


Boost DC-DC Converters, IEEE Trans On Control System
Technologies, vol. 18, no. 5, Sep. 2010, pages 1128-1145.

12
Sudirman dan A. Mallawa, 2000. Mengoptimalkan Penggunaan Energi Surya dan
Angin Untuk Mengurangi Ketergantungan BBM Pada Bagan Tetap Di
Kepulauan Bangka Belitung. Teknik Elektro dan Informatika, Polman
Negeri Bangka Belitung

W. Handini, H.E. Hardianto, R.S. Rinaldi, 2012. Perancangan Prototype Penjejak


Cahaya Matahari Pada Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Program
Studi Teknik Elektro, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

W. Subani dan H.R. Baru, 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta : BPPL-BPPP.
Departemen Pertanian.

S. Wisnubroto, 2006. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya,


Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai