Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lilis Banowati

Askot : Semarang

Nama Instansi : SMA Negeri 1 Ambarawa

Uniknya Negeriku

Untaian makna tak jarang bersinggah dalam suasana sekolah

Nilai pengetahuan kerap menjadi barometer kompetensi

Ilmu logika dan eksak yang berpredikat istimewa

Kutanya makna sejati kosakata matematika

Namun hanya teori yang jadi batas sahutan memori

Yang mana seni sukar jadi bahan observasi

Akankah otak kanan kian tereleminasi?

Nasib artistik tertumbuk akademik

Enigma belajar menciptakan pasal tersendiri

Gesel emosional berpadu dengan rasio analitis

Elementer seni acap kali berdemo

Riuh macam lagonder yang siap berjuang

Intuitif ialah kami yang tak sekadar ilusi

Kapan bangsa non rumus meraih afeksi?

Uniknya Negeriku
Bolehkah Aku

Awal masih terasa biasa

Benar jika kecanggungan masih membelenggu

Ada diantara mereka macam terkena jaring laba-laba

Sering dia ku perhatikan

Tak pernah dia berlindung di bawah topeng kebohongan

Jarang terdengar cerita gengsi maupun malu merayapi

Bisa dikatakan tak banyak harta

Tinggal bersama sang pengasuh

Sering dianggap kurang dalam pelajaran

Namun, tidak serta merta kurang yang hanya dia miliki

Suara emasnya sungguh meluluhkan

Lebih-lebih tatkala lantunan ayat suci keluar menggetarkan

Sayang, dirinya slalu tak dipandang oleh yang terpandang

Sering dihiasi ruang sepi

Tak nampak namun penuh emosi

Jerit tangis tanpa suara

Terusan jadi sebuah tanya

Cemooh, ejekan, yang dulu serasa gurauan, kini serasa beneran

Ketidakpahaman jadikan hindaran


Rangkaian tangkisan menjadikan sukarnya berteman

Bundaran elakan sering mengelilingi

Deritanya bukan soal fisik namun psikis

Hingga harapan jati diri makin terkikis

Rintik pilu acapkali mengaliri pipi

Katanya, bolehkah aku...

Dengan terbata tak sanggup berlanjut

Jiwa yang tersakiti

Terdesak sesak tak bergerak

Tersungkur lemah

Yang terpandang tadi berargumentasi harta, anak terpopuler jad prioritas

Anak kurang mampu bodoh yang jadi tak berdaya

Mulut pintar menginjak seseorang

Dunia memang tidak seluas surga

Tak usah ditanya

Sempit tapi banyak maunya

Rupa menjadi seni keindahan

Harta jadi seni pergaulan

Kurang adanya pembelaan

Takut tak jarang menyeringai

Yang membela ikut terkontaminasi

Akankah kata teman sudah dianggap kuman?

Pandangannya soal perbedaan


Hai kawan, ini zaman bukan pengekangan

Bukalah hati dan fikiran kawan

Dunia bagai telapak tangan

Saat ini di atas lambat laun berantakan

Bisa jadi bukan?

Sekarang di bawah lemah, tak butuh waktu lama cemerlang masa depan

Sangat mungkin kawan..

Ingat, teman, kita ini kawan !

Yang jauh dari kata pembulyan

Anda mungkin juga menyukai