Oleh Kelompok 1 ;
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dimana atas
berkat cinta kasihnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan keperawatan teoritis defisit perawatan diri” ini, dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Terima kasih kepada dosen kami Ns.Verra Karame, S.Kep., M.Kes yang telah
mengarahkan kami dalam mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II ini dan kepada
teman-teman yang juga telah membantu dan memberikan ide-idenya sehingga makalah
kami dapat tersusun.
Kelompok kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan
para pembaca. Namun terlepas dari itu kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, sehingga kami berharap mendapatkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya dengan lebih baik lagi.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………….………………………..…………..
DAFTAR ISI…………………………………………………….…………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian……………………………………………………………………….
C. Etiologi …………………………………………………………………………
F. Rentang respon…………………………………………………………………..
G. Mekanisme koping………………………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri,
berhias secara mandiri, dan toileting.
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB
atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
2. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktik
PEMBAHASAN
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK
(toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan
toileting.
B. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.
C. Etiologi
Menurut Keliat (2007), masalah kurang perawatan diri meliputi penyebab antara
lain: Faktor Predisposisi meliputi Perkembangan, Biologis, Kemampuan realitas turun,
Sosial. Faktor Prespitasi menurut Herman (2011) ialah Penurunan motivasi, kerusakan
kognisi serta cemas, lelah yang dialami klien sehingga kurang perawatan diri.
F. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen,
2000), yaitu :
1. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri.
2. Mekanisme Koping Mal Adaptif
Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak
mau merawat diri.
Asuhan Keperawatan Teoritis
Defisit Perawatan Diri
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, terhadap pengkajian terdiri dari pengumpulan data,
pengelompokkan data dan analisa data. Isi pengkajian meliputi ;
a.Identitas Klien
Biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Klien dibawa kerumah sakit pada umumnya karena Defisit dalam merawat
diri, dari perawatan -perawatan diri yang biasa dilakukan, dan sekarang jarang
dilakukan dengan diawali masalah seperti senang menyendiri, tidak mau banyak
berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
c. Faktor Predisposisi
- Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
- Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
- Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
- Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
- Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya, dan saksi penganiyaan
- Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
- Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang
dapat menimbulkan frustasi.
d. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada system dan fungsi organ; yang meliputi:
- Ukur dan observasi tanda–tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernapasan klien.
- Ukur tinggi badan dan berat badan klien
- Keluhan fisik: biasanya tidak ada keluhan fisik.
e. Aspek Psikososial
1) Gambaran diri: pada umumnya klien bisa menerima anggota tubuh
yang dimiliki.
2) Identitas diri: klien mengetahui status dan posisi klien sebelum
dirawat.
3) Peran: klien tidak mampu melaksanakan perannya sebagaimana
mestinya, baik peran dalam keluarga ataupun dalam kehidupan
masyarakat.
4) Ideal diri: klien memiliki harapan untuk segera sembuh dari
penyakitnya, dan kembali hidup normal seperti sebelum klien sakit.
5) Harga diri: klien mengalami harga diri rendah berhubungan dengan
kegagalan yang terjadi dimasa lampau dan klien merasa tidak dihargai
oleh orang lain.
f. Status Mental
1) Penampilan: penampilan klien tidak rapi, misalnya rambut acak–
acakan, kancing baju tidak tepat, dan baju tidak pernah diganti.
2) Pembicaraan: pembicaraan yang ditemukan pada klien yaitu
pembicaraan yang berbelit-belit.
3) Aktivitas motorik: klien mengalami tegang, gelisah dan agitasi.
4) Alam perasaan: putus asa atau sedih dan gembira yang berlebihan.
5) Afek: labil yaitu emosi yang cepat berubah – ubah.
6) Interaksi selama wawancara: Biasanya klien menunjukkan kurang
kontak mata dan kadang-kodang menolak bicara dengan orang lain.
7) Persepsi: Biasanya gangguan persepsi terutama halusinasi
pendengaran, klien biasanya mendengan suara-suara yang
mengancam, sehingga klien cenderung menyendiri, pandangan
kosong, kadang-kadang bicara sendiri, sering menyendiri dan
melamun,.
8) Proses pikir:
a. Arus pikiran
Sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit tetapi sampai
dengan tujuan pembicaraan dan perseverasi yaitu pembicaraan yang
diulang berkali – kali. Selain sirkumtansial dan perseverasi klien
dengan halusinasi visual biasanya juga mengalami gangguan dalam
bentuk Blocking, yaitu jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti
di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa
ia berhenti.
b. Bentuk pikiran
Klien lebih sering diam dan larut dengan menyendiri, bersikap
seperti malas-malasan
c. Isi pikiran
Klien merasa lebih senang menyendiri daripada berkumpul dengan
orang lain. Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah, klien biasanya waham
curiga atau phobia.
d. Tingkat kesadaran dan orientasi tempat dan waktu baik.
e. Memori: memori klien biasanya baik.
f. Kebutuhan persiapan pulang
9) Makan
Klien tidak bisa mengambil makanan sendiri, makanan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya
10) Mandi
Klien biasanya jarang mandi, gangguan kebersihan diri, rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
11) Berpakaian / berhias
Klien biasanya jarang mengganti pakaian, biasanya pakaian tidak
sesuai, rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak
berdandan.
12) Istirahat dan tidur
Biasanya istirahat dan tidur klien terganggu.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon
klien baik aktual atau potensial (Stuart dan Sudden, 2005).
- Defisit Perawatan Diri b.d tidak mampu
mandi/mengenakan/pakaian/makan/ketoilet/berhias secara mandiri
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis utnuk mencapai
luaran (outcame) yang diharapkan.
(1) Dukungan perawatan diri
Definisi : Memfalisitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri
Observasi :
Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik
Edukasi
Definisi : Menfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil/ buang air besar
Observasi
Terapeutik
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
A. Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri
(toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan
perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan kebersihan klien
dapat lebih meningkat dan lebih baik. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit
perawatan diri harus selalu di libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan
yang lebih. Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut
menjadi fokus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien membutuhkan
dukungan dari keluarganya sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan klien
B. Saran
Bagi perawat, hendaknya setiap melakukan tindakan keperawatan khususnya
defisit perawatan diri harus sesuai prosedur sehingga dapat optimal untuk klien dan
perawat. Meningkatkan kemampuan atau skill bagi perawat agar kedepanya perawat
lebih baik dalam menangani, melakukan tindakan yang optimal bagi klien.
Bagi mahasiswa, kiranya apa yang tertulis disini bisa menambah sedikit
pengetahuan dan skill tindakan yang akan diambil dalam asuhan keperawatan.
Kelompok kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata
baik dan sempurna dalam hal tulisan maupun materinya yang mungkin sulit
dimengerti pembaca, karena keterbatasan pengetahuan dan referensi dari kami, maka
dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan agar makalah selanjutnya
dapat disusun dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ump.ac.id/8052/3/ADITIYA%20ANGGA%20MAULANA%20BAB
%20II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/34155/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf