Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEFINISI
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak
melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Konstruktivisme merupakan
pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang
sejarawan Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta alam semesta
dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui
bagaimana membuat sesuatu”. Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat
menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu (Suparno, 1997:24).
Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui
interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat
Poedjiadi (2005 :70) bahwa “konstruktivisme bertitik tolak dari pembentukan pengetahuan, dan
rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun
atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya”.
Menegaskan pendapat tersebut, Karli (2003:2) menyatakan konstruktivisme adalah salah satu
pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan
diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari
hasil interkasi dengan lingkungannya. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal
yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga
diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan, peristiwa ini akan
terjadi secara berkelanjutan, selama siswa menerima pengetahuan baru. Model pembelajaran
konstruktivisme menekankan pada pengembangan kemampuan, keterampilan (hand-on), dan pemikiran
siswa (mind-on) Horleys, et al. (Isjoni, 2007 : 22). Tobin dan Timmons (Isjoni, 2007 : 22) menegaskan
bahwapembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme harus memperhatikan empat hal,
yaitu: 1) berkaitan dengan pengetahuan awal siswa (prior knowledge), 2) belajar melalui pengalaman
(experiences), 3) melibatkan interaksi sosial (social iriteraction), dan 4) kepahaman (sensemaking).
Menurut Samsul Hadi (2010) Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
Konstruktivisme memandang bahwa peserta didik secara individu dan atau kolaborasi membangun
pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan
bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia disekitarnya
atau dengan kata lain, anak dapat membelajarkan dirinya sendiri melalui berbagai pengalamannya.
Anak-anak belajar melalui pengalaman yang ada pada diri mereka. Kemampuan ini dapat dilihat dari
kemampuan anak dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimilikinya, anak mencoba menyesuaikan dirinya dengan situasi baru tersebut.
Paham konstruktivisme memandang bahwa ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru di sekolah tidak
boleh dipindahkan dari guru kepada murid dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu
membangun suatu pengetahuan dari pengalaman yang dimilikinya. Pembelajaran adalah hasil daripada
usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh mengajarkan begitu saja untuk muridnya. Untuk membantu
murid membangun konsep atau pengetahuan baru, guru harus mengetahui struktur kognitif yang
mereka miliki. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan bagian dan
pegangan yang kuat bagi mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan
dapat disusun. Proses ini dinamakan konstruktivisme.
Pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar
menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa
ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Jadi anak menkonstruksi pengetahuan mereka melalui
interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan
dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
yang sesuai. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh tiap-tiap orang. Pengetahuan
bukan sesuatu yang sudah jadi tetapi merupkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dan
dalam proses itulah keaktivan dan kesungguhan seseorang dalam mengejar ilmu akan sangat berperan.
Dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme adalah gagasan mengenai pemahaman dan
pengetahuan anak dibangun berdasarkan pengalamannya.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa konstruktivisme dikembangkan berdasarkan pandangan
bahwa anak atau siswa dapat mengkonstruk atau membangun pemahaman dan pengetahuannya
sendiri. Oleh sebab itu, belajar adalah proses mengakomodasi pengetahuan yang telah dimiliki untuk
memperoleh pengetahuan yang baru yang terjadi dalam rangka mencocokkan apa yang telah diketahui
dengan apa yang dihadapi.
Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari yang dalam
pembelajaran didominasi guru menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa
mengembangkan pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalaman,
pengetahuan, dan pengertiannya dan kesiapan mereka untuk tahu dari pembentukan pengertian baru
ini. Pada bagian ini, dapat dilihat permulaan aliran konstruktivisme, peranan pengalaman siswa dalam
belajar, dan cara mengasimilasi pengertiannya.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara langsung dari guru kepada pelajar, kecuali keaktifan dan
inisiatif dari pelajar untuk menalar.
3. Pelajar aktif dalam mengkonstruksi secara terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
menuju kepada konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi mpelajar dapat
terlaksana.
1. Memberikan kesempatan kepada pelajar untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit
ataupun model artifisial
3. Proses mengubah konsepsi-konsepsi pelajar yang sudah ada dan mungkin salah
a. Konstruktivisme memodifikasi teori pendidikan dan pembelajaran ke arah yang lebih manusiawi
dengan memadukan kemampuan yang ada di dalam diri individu dengan lingkungan yang ada di
sekitarnya serta pemberian kesempatan pada anak untuk menentukan strategi belajarnya, lingkungan
belajarnya, proses dan kecepatan belajarnya.
b. Konstruktivisme memodifikasi tugas-tugas dan peranan guru dari bersifat menentukan berubah
menjadi memberikan bantuan kepada siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuannya.
Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran fungsi dan perranan guru adalah sebagai fasilitator,
mediator, dan motivator.
Sebagai fasilitator, guru perlu menyediakan media dan peralatan yang diperlukan siswa untuk
memecahkan masalah dan melakukan kegiatan inquiry (penyelidikan) dan discovery (penemuan). Oleh
sebab itu, dalam mendesain proses pembelajaran guru yang dapat mengembangkan kemampuan siswa
dalam menganalisis, memprediksi, sehingga secara kreatif membangun pengetahuannya sendiri.
Sebagai mediator dalam proses pembelajaran, guru perlu dengan mengatur lingkungan belajar yang
bersifat problem based learning atau belajar berdasarkan masalah yang dihadapi yang membuat siswa
mampu memformulasikan dan mengevaluasi ide-idenya, menarik kesimpulan dan memahami
implikasinya, serta menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa bekerja sama secara
kolaboratif dengan siswa lainnya. Dengan demikian, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menggunakan strategi belajar yang dipilihnya sendiri.
Sebagai motivator dalam proses belajar siswa, guru dapat melakukannya dengan jalan mendorong siswa
untuk melaksanakan brain storming atau bertukar pikiran, berdiskusi dengan pihak-pihak terkait apabila
diperlukannya. Selanjutnya, guru juga perlu mendorong siswa untuk menggunakan berbagai
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dengan demikian, guru yang menerapkan pendekatan konstruktivisme menghargai autonomi dan
inisiatif siswa.
1. Apersepsi. Pada tahap ini, pelajar didorong untuk mengemukakan pengetahuan awaltentang konsep
yang akan dibahas. Pendidik bisa sesekali memancing dan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang
fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentunya masih berkaitan dengan konsep yag
akan dibahas. Pelajar diberi kesempatan untuk mengilustrasikan pemahamannya tentang suatu konsep.
2. Eksplorasi. Pada tahap ini pelajar diberi kesempatan untuk menyelidiki kegiatan dan menemukan
konsep melalui pengumpulan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh pendidik kemudian
didiskusikan secara berkelompok.
3. Diskusi dan penjelasan konsep. Pada tahap ini pelajar menyampaikan penjelasan dan solusi
berdasarkan hasil observasi yang telah ditentukan oleh pendidik, pendidik sesekali memberikan
penjelasan sehingga pelajar tidak ragu-ragu mengenai konsepnya.
4. Pengembangan dan aplikasi. Pada tahap ini pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang
memungkinkan pelajar dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya baik melalui kegiatan
ataupun pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu yang ada.
APLIKASI KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Aplikasi dari teori konstruktivisme dalam pendidikan dan pengajaran yang dapat langsung diterapkan
dikelas adalah :
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir
mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas kecerdasan mereka. Para siswa yang
merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah
mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah
masalah (problem solver).
2. Pendidik dapat mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
kepada pembelajar untuk merespon.
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan
komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau
menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu
menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang sederhana.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu
siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki
kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang
lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman
mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog
yang sangat bermakna akan terjadi di kelas.
5. Pembelajar terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan
berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang mereka buat,
terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam
mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa
untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut
secara bersama-sama.
Namun, secara umum aplikasi dari teori konstruktivisme ini dapat digunakan disekolah-sekolah dengan
tingkatan apapun disesuaikan dengan perkembangan setiap individu. Bagi pengajar teori
konstruktivisme ini sangat berguna untuk membantu memperlakukan siswa didik dengan benar dan
tepat untuk perkembangan kognisi, sosial dan aspek-aspek lainnya yang akan menolong anak didik
untuk berkembang secara maksimal.
Bagi anak yang diajarpun akan memiliki ruang yang cukup untuk dapat membantu dirinya belajar sendiri,
belajar untuk tidak bergantung kepada orang dewasa (dalam hal tertentu). Dan kecerdasan yang
dimilikinya akan berkembang secara optimal sesuai dengan tingkatan perkembangan yang dia miliki.
Anak usia dini bisa memperoleh pengetahuannya dengan menerapkan kegiatan yang berlandaskan
teori konstruktivisme ini. Kaum konstruktivis menyatakan bahwa kita dapat mengetahui sesuatu melalui
indera kita. Dengan berinteraksi terhadap obyek dan lingkungannya melalui proses melihat, mendengar,
menjamah, membau, merasakan dan lain-lainnya orang dapat mengetahui sesuatu. Bagi kaum
konstruktivis, pengetahuan itu bukanlah suatu yang sudah pasti, tetapi merupakan suatu proses
menjadi.
Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya, dengan mengamati pasir, bermain dengan pasir, seorang anak
membentuk pengetahuannya akan pasir. Selain itu anak juga bisa melakukan kegiatan sains sederhana
seperti percobaan terapung, melayang dan tenggelam, pencampuran warna, percobaan larut tidak larut
serta kegiatan sains sederhana lainnya yang sekiranya bisa dilakukan oleh anak.
Tentunya dalam pelaksanaannya, kegiatan yang dilakukan dibuat dengan konsep menyenangkan dan
menghadirkan suasana yang baru agar anak merasa senang dalam melakukan kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/10/pembelajaran-
konstruktivisme/amp/
arumning.blogspot.com/2012/02/pembelajaran-konstruktivisme-dalam-aud.html?m=1
http://blogmuhibbatul.blogspot.com/2017/02/resume-teori-belajar-kontruktivisme-dan.html?m=1
novitaekanurjanah.blogspot.com/2016/12/kontruktivisme.html?m=1