Anda di halaman 1dari 8

Nama : Aprila Rosita Sari

Nim : 361741311118
Kelas : 3D
Mata Kuliah : Penanganan Pasca Panen

Studi Kasus
Andi ingin mengetahui pengaruh zat etilen pada pematangan buah. Dia melakukan
pengamatan dengan menggunakan buah pisang (ripe) yang baru saja dipanen di kebun
rumahnya sendiri. Sebelumnya Andi menyiapkan timbangan analitik, plastik kemas, kertas
label, dan juga buah tomat. Pertama-tama, satu buah pisang yang sudah disiapkan
dimasukkan plastik kemudian diikat rapat.Kedua, satu buah pisang yang sudah disiapkan
dimasukkan plastik bersama dengan satu buah tomat kemudian diikat rapat. Ketiga, satu buah
pisang yang sudah disiapkan dibiarkan di udara terbuka sebagai kontrol. Setelah semua
perlakuan tersebut, Andi melakukan pengamatan selama lima hari, dan hasil pengamatannya
adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Pisang dimasukkan ke Plastik


Hari ke-
Perlakuan
0 1 2 3 4
Berat (gr) 48 48 46 45,13 44,88
Warna Hijau Hijau pupus Hijau sedikit Kuning Kuning
kuning bercak coklat
Tekstur Keras Keras Keras Sedikit lunak Sedikit lunak
Tingkat Mentah Mentah Mentah Agak matang Matang
kematangan

Tabel 2. Pisang + Tomat dimasukkan ke plastik


Hari ke-
Perlakuan
0 1 2 3 4
Berat (gr) 50 50 48 47,48 47,20
Warna Hijau Hijau Kuning Kuning Kuning
kekuningan sedikit hijau bercak coklat
Tekstur Keras Sedikit keras Sedikit keras Lunak Lunak
Tingkat Mentah Mentah Mentah Agak matang Matang
kematangan

Tabel 3. Pisang Kontrol


Hari ke-
Perlakuan
0 1 2 3 4
Berat (gr) 48 48 47,69 46 45,6
Warna Hijau Hijau Hijau Hijau sedikit Hijau banyak
kekuningan kekuningan
Tekstur Keras Keras Keras Agak keras Sedikit lunak
Tingkat Mentah Mentah Mentah Agak matang Agak matang
kematangan
Pembahasan

“Hasil Analisa Uji Zat Etilen Pada Pematangan Buah Pisang”


Pisang termasuk produk hortikultura yang tidak tahan lama, mudah rusak. Hal ini
disebabkan oleh tingginya tingkat respirasi buah dan produksi etilen endogen selama proses
pematangan setelah dipanen. Menurut Sutowijoyo (2013) semakin tua umur panen pisang
maka pencapaian kematangan semakin cepat.
Buah pisang merupakan jenis buah klimakterik yaitu buah yang mengalami
peningkatan laju respirasi yang tinggi selama proses pematangan. Jenis buah klimaterik
adalah buah yang tetap melanjutkan proses pematangannya meskipun sudah dipetik (Setiono,
2011). Sebagai buah klimakterik, buah pisang menghasilkan lebih banyak etilen endogen
daripada buah nonklimakterik. Gas etilen yang dihasilkan akan mempengaruhi pematangan
buah pisang lain yang ada disekitarnya, bahkan buah pisang yang cacat/luka akan
menghasilkan gas etilen yang lebih banyak dari pada buah pisang yang normal (Paramita,
2010).
Selain keberadaan pisang yang luka, produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu.
Etilen merupakan hormon yang berbentuk gas dan berperan penting di dalam proses
pematangan buah. Kandungan gas etilen yang terdapat pada buah-buahan klimakterik
mengalami perubahan proses pematangan, misalnya pada pisang yang akan memasuki
proses pematangan, kandungan etilen yang ada di dalamnya kira-kira 0 – 0.5 ppm dan akan
meningkat pada saat puncak klikmaterik dengan kandungan etilen kurang lebih 130
ppm (Hayati, 2012).
Seperti halnya buah-buahan klimakterik lainnya, proses pematangan buah pisang perlu
diatur agar daya simpan buah dapat di perpanjang. Hal ini disebabkan proses pematangan
yang cepat mempersulit penanganan pasca panen seperti penyortiran, penyimpanan, serta
pendistribusian untuk diolah. Pengendalian gas etilen dilakukan dengan mengontrol
parameter S (suhu tempat penyimpanan) untuk tujuan memperpanjang masa simpan buah
pisang. Solusi optimal ditentukan dengan menggunakan prinsip minimum pontryagin.
(Fenny, 2002).
Agar dapat mengetahui pengaruh Zat Etilen terhadap pengamatan buah pisang di sini
terdapat tiga perlakuan yang dilakukan sesuai dengan studi kasus pengamatan di atas yaitu:
1. Yang pertama yaitu satu buah pisang yang sudah di siapkan di masukkan ke dalam plastik
kemudian di ikat hingga rapat.
2. Yang kedua satu buah pisang yang sudah di siapkan di masukkan kedalam plastik
bersamaan dengan satu buah tomat kemudian di ikat rapat-rapat
3. Yang ketiga satu buah pisang yang telah di siapkan di biarkan begitu saja di udara terbuka
sebagai kontrol atau tidak mendapatkan perlakuan sama sekali.
Pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunak sebuah pisang yang fresh panen
dari kebun dan dari masing-masing perlakuan tersebuat dilakukan pengamatan selama 5 hari
dari mulai hari pertama pisang tersebut baru dipanen. Sehingga dari pengamatan 5 hari
tersebut di dapatkan setiap perubahan pada berta, warna, tekstur, dan tingkat kematangan
yang terjadi pada sebuah pisang tersebut di dapatkan hasil sebagai berikut:
1. Pada perlakuan pertama terjadi perubahan berat buah pada hari ke-3 sampai harike-5. Dan
perubahan warna secara teratur mulai warna hijau hingga menjadi warna kuning bercak
kecoklatan terjadi mulai hari kedua sampai hari terakhir dilakukan pengamatan. Untuk
perubahan tekstur dan tingkat kematangan mulai terjadi perubahan pada hari ke ke-4 dan
hari ke-5 yaitu buah pisang dengan tingkat kematangan agak matang dan bertekstur sedikit
lunak terjadi pada hari ke-4. Sedangkan buah yang matang dengan tekstur sedikit lunak
terjadi pada hari ke-5.
2. Pada perlakuan ke-dua buah pisang terjadi perubahan berat buah yang tidak jauh beda
dengan perlakuan pertama, akan tetapi untuk perubahan warna, tekstur, dan tingkat
kematangan pada perlakuan ke-dua ini cenderung lebih cepat di bandingkan dengan
perlakuan pisang pertama.
3. Pada perlakuan ke-tiga yaitu perlakuan kontrol ini merupakan perlakuan paling lambat di
bandingkan dengan perlakuan yang pertama dan ke-dua. Karena pada perubahan
perlakuan kontrol ini pada proses perubahan warna buah pada hari pertama hingga hari
ke-5 masih lebih cenderung menunjukkan warna hijau dan hijau kekuningan. Selain itu
juga terdapat pada perubahan tekstur kematangan yang terjadi pada hari ke-5 masih sedikit
lunak dan agak matang tingkat kematangannya.
Berdasarkan pembahasan di atas terdapat perbedaan perbedaan di setiap perlakuan yang
telah dilakukan sehingga dapat berpengaruh terhadap pematangan buah. Pada perlakuan
pertama dan ke-2 memiliki perbedaan kecepatan proses pematangan. Pada perlakuan ke-2
memiliki laju kematangan buah yang sangat cepat karena pada perlakuan ke-2 ini terdapat
buah pisang dan tomat yang dimasukkan ke dalam plastik secara bersamaan dan keduanya
termasuk ke dalam buah klimaterik sehingga pada perlakuan ke-2 ini gas etilen yang
terkandung sangat banyak sehingga menyebabkan kecepatan kematangan pada buah
pisang tersebut. Dan pada perlakuan ke-3 proses pematangan terjadi lebih lambat karena
hal tersebut di akibatkan oleh pisang yang di biarkan begitu saja di udara terbuka dan tidak
mendapatkan perlakuan sama sekali, sehingga gas etilen pun tidak dapat bereaksi pada
buah pisang karena gasnya menguap dan berhamburan. Faktor lain yang mempengaruhi
pematangan pisang secara cepat adalah kondisi tempat penyimpanan.
Kesimpulan
Buah pisang merupakan jenis buah hortikultura yang tidak bisa bertahana lama dan
termasuk kedalam jenis buah klimakterik yang dapat menghasilkan lebih banyak gas etilen
endogen daripada buah nonklimakterik. Etilen merupakan hormon yang berbentuk gas
dan berperan penting di dalam proses pematangan buah. Pengamatan tersebut dilakukan
dengan menggunak sebuah pisang yang fresh panen dari kebun dan dari masing-masing
perlakuan tersebuat dilakukan pengamatan selama 5 hari dengan 3 perlakuan yaitu
perlakuan pertama buah pisang dimasukkan kedalam plastik dan di ikat rapat, yang ke-2
buah pisang dimasukkan ke dalam plastik bersama dengan tomat dan di ikat rapat, dan
perlakuan ke-3 pisang di biarkan begitu saja pada udara terbuka.
dari pengamatan 5 hari tersebut di dapatkan setiap perubahan pada berta, warna,
tekstur, dan tingkat kematangan yang terjadi pada sebuah pisang tersebut terdapat
perbedaan perbedaan di setiap perlakuan yang telah dilakukan sehingga dapat berpengaruh
terhadap kematangan buah buah. Pada perlakuan pertama dan ke-2 memiliki perbedaan
kecepatan proses pematangan. Pada perlakuan ke-2 memiliki laju kematangan buah yang
sangat cepat karena pada perlakuan ke-2 ini terdapat buah pisang dan tomat yang
dimasukkan ke dalam plastik secara bersamaan. Dan pada perlakuan ke-3 proses
pematangan terjadi lebih lambat karena hal tersebut di akibatkan oleh pisang yang di
biarkan begitu saja di udara terbuka dan tidak mendapatkan perlakuan sama sekali
sehingga gas etilen tidak dapat bereaksi.
Daftar Pustaka
Arista, M. L., Widodo, W. D., & Suketi, K. (2017). Penggunaan Kalium Permanganat
sebagai Oksidan Etilen untuk Memperpanjang Daya Simpan Pisang Raja Bulu. Bul.
Agrohorti 5 (3) , 334-341.
Dafri, M., Ratianingsih, R., & Hajar. (Desember 2018). PENANGANAN PRODUKSI
BUAH PISANG PASCA PANEN MELALUI MODEL PENGENDALIAN GAS ETILEN.
Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan Volume 15 Nomor 2 , 173 - 187.

Anda mungkin juga menyukai