Kentang

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Kentang (Solanum tuberosum L)  termasuk produk komoditas sayuran berupa umbi yang

kebutuhannya di pasaran cukup tinggi. Di Indonesia, tanaman ini banyak dibudidayakan di


dataran tinggi di atas 1500 mdpl. Agar umbi yang dihasilkan dapat tumbuh dengan baik dan
berkualitas, kondisi tanah tempat budidaya harus gembur dan kaya akan bahan organik.
Salah satu permasalahan utama dalam budidaya kentang adalah tanaman ini rawan terserang
hama dan penyakit pada fase generatif pembentukan umbi. Hal ini menyebabkan kegagalan
panen dengan persentase cukup tinggi. Untuk itu, selama proses budidaya kentang
berlangsung dibutuhkan kesiapan modal kapital serta perawatan yang intensif dibandingkan
produk komoditas sayuran lainnya. Namun dengan manajemen pencegahan dan penanganan
hama secara terpadu dapat diminimalisir dampak kerugian dari kemungkinan terjadinya gagal
panen.

Berikut beberapa jenis hama pengganggu tanaman kentang beserta cara pengendaliannya :

Ulat penggerek daun Phthorimaea operculella

sumber: us.vocuspr.com
Hama ini adalah hama utama perusak bibit dan daun tanaman kentang. Ketika dewasa,
ngengat kecil berwarna coklat yang aktif di malam hari ini akan bertelur di permukaan bawah
daun atau pada permukaan umbi yang muncul di permukaan tanah. Ngengat yang masuk ke
dalam Gudang juga akan bertelur di permukaan umbi di sekitar mata tunas.

Manajemen pencegahan keberadaan ngengat ini di antaranya pembumbunan bedengan


budidaya agar umbi tidak tersembul ke permukaan tanah serta penanaman refugia bunga-
bungaan seperti kenikir dan tanaman labu. Bunga yang dihasilkan dari tanaman refugia
tersebut akan mengundang serangga predator Copidosoma koehleri dan Chelonius
blackbernii yang merupakan musuh utama ngengat Phthorimaea operculella.
Penanganan serangan hama ulat penggerek daun juga dapat dilakukan secara kimiawi dengan
penyemprotan insektisida seperti Dursban 20 EC dan Bayrusil 25 EC. Tetapi sebaiknya
usahakan selalu menghindari pencegahan kimiawi demi lingkungan yang sehat.

Ulat tanah Agrotis ipsilon

sumber:
cropscience.bayer.co.uk
Ulat ini bersembunyi di dalam tanah dan akan memakan pangkal batang tanaman muda di
malam hari. Biasanya tanaman yang diserang adalah yang berumur 25-35 hari setelah tanam.
Ciri dari ulat tanah ini berwarna hitam dengan ukuran tubuh 40-48 mm.

Pencegahan secara alami dapat dilakukan dengan cara melakukan rotasi tanaman. Lakukan
rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan satu keluarga. Lahan yang sebelumnya ditanami
kentang atau tanaman keluarga Solanum lain seperti tomat, cabai dan terong berisiko besar
terserang hama ulat tanah dalam skala besar.
Penanganan secara kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi Chlordane atau Heptachlor
dengan dosis 50 kg/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Penggunaan senyawa aktif
5% Carbaryl sebayak 25-60 kg/ha juga dapat menekan serangan ulat tanah secara efektif.
Tapi sekali lagi akan lebih baik jika kita menanggulangi hama secara alami.

Oteng-oteng Epilachna viginatioctopunctata

sumber: flickr.com
Kumbang kecil berwarna oranye dengan bintik hitam ini memiliki Panjang 1 cm. Larva
oteng-oteng memakan permukaan daun bagian atas dan bawah. Selain kentang, tanaman
bayam, terung, tomat, semangka dan mentimun juga berisiko terkena serangan hama ini.

Salah satu pencegahan hama ini adalah dengan tidak menanam kentang di lahan yang sama
secara terus menerus. Lahan bekas tanaman Solanum seperti tomat, cabai dan terong juga
berisiko terserang oteng-oteng lebih besar. Membiarkan lahan selama 1 minggu agar terpapar
sinar matahari juga dapat membunuh telur dan larva oteng-oteng.
Aphids Myzus persicae

sumber: fwi.co.uk
Serangga berwarna kuning dengan ukuran 1 mm dan memiliki sayap ini berisiko merusak
bagian cabang dan daun tanaman yang masih muda dengan cara menghisap cairan tanaman.
Daun yang teserang akan berukuran kecil, tergulung dan tidak dapat terbuka dengan
sempurna. Beberapa hari setelah terserang aphids daun akan mengering dan mati.

Serangga aphids ini dapat berpindah dari tanaman satu ke tanaman yang lain, sekaligus
menyebarkan virus leafroll (PLRV) dan virus mosaic (PVY).

Pencegahan secara alami dapat dilakukan dengan menyediakan habitat


serangga ladybug dengan menanam refugia bunga matahari. Ladybug dewasa maupun yang
masih muda akan memakan aphids yang menyerang tanaman kentang.
Penanganan secara kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida Thiamethoxam 25
WG dengan dosis 600 g/ha atau penyemprotan Imidacloprid 70 WG dengan dosis 125 g/ha.

Pencegahan dapat juga dilakukan dengan pemberian Phorate di tanah saat dilakukan
pengolahan tanah.

Kira-kira 4 jenis hama tersebutlah yang sering menyerang pertanian kentang di Indonesia.
Penanggulangan secara kimiawi sebenarnya sangat tidak dianjurkan. Sebab, salah dosis justru
berpotensi membuat hama lebih membesar. Atau justru memunculkan hama lainnya.

Penanganan hama tanaman kentang sebenarnya sudah digalakkan oleh dinas pertanian
melalui program Pengendalian Hama Terpadu. Dimana pada program tersebut pendekatan
pencegahan maupun penanganan hama dengan upaya pengelolaan lingkungan yang sesuai
untuk predator alami hama organisme pengganggu tanaman (OPT).

Anda mungkin juga menyukai