Anda di halaman 1dari 7

PEMBENTUK TANAH DI KABUPATEN BANYUWANGI

OLEH
Franta Avenanda Sitepu 1806541061
Agroekoteknologi B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
SUMBER : https://www.researchgate.net/figure/Gambar-3-5Peta-jenis-tanah-Kabupaten-Banyuwangi_fig1_277232892

LETAK GEOGRAFIS KABUPATEN BANYUWANGI


Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya
adalah Kota Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan
Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra
Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten
Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau
Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali
(5.636,66 km2). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang
merupakan penghubung utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk).
Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan
113º38’10” BT. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kabupaten Situbondo,
Sebelah timur : Selat Bali, Sebelah selatan : Samudera Indonesia,
Sebelah barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso.
Secara administratif Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 kecamatan, 28 kelurahan dan 189 desa.
Ciri-Ciri Faktor Pembentuk Tanah di Daerah Kabupaten Banyuwangi
JENIS TANAH KABUPATEN BANYUWANGI
Terdapat 17 jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi yaitu Aluvial Coklat Kemerahan,
Aluvial Hidromorf, Andosol Coklat Kekuningan, Assosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat
Kekelabuan, Assosiasi Andosol Coklat Kekuningan dan Regosol Coklat Kekuningan, Asosiaso
Latosol Coklat dan Regosol Kelabu, Grumosol Hitam, Grumosol Kelabu, Kompleks Latosol
Coklat Kekuningan dan Litosol, Kompleks Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol, Kompleks
Mediteran Coklat dan Litosol, Kompleks Mediteran Merah dan litosol, Kompleks Regosol Kelabu
dan Litosol, Kompleks Brown Forest Soil, Litosol dan Mediteran, Latosol Coklat Kemerahan,
Regosol Coklat, Regosol Kelabu. Dari beberapa jenis tanah tersebut, jenis tanah di Kabupaten
Banyuwangi dikelompokkan dalam beberapa kelompok berikut :
1. Alluvial
a. Bahan induk : alluvial dari aneka macam asal
b. Sifat dan Corak :
warna: kelabu;
tekstur : liat;
keasaman : aneka;
zat organik : kadar lemah;
kejenuhan : sedang hingga tinggi
permeabilitas : rendah
kepekaan erosi : tinggi, tetapi karena daerahnya datar tidak sampai lanjut tingkatnya
Pemakaian : padi sawah, palawija dan perikanan
2. Andosol
a. Bahan induk : abu dan tuf vulkan
b. Sifat dan Corak :
warna: hitam hingga kuning
tekstur : lempung hingga debu, liat menurun
keasaman : agak masam hingga netral
zat organik : lemah
Kejenuhan : basa
Permeabilitas : sedang
Kepekaan erosi : besar
Pemakaian : sayuran, bunga-bungaan, teh , kopi, hutan pinus
3. Latosol
a. Bahan induk : tuf vulkan, bahan vulkan
b. Sifat dan Corak :
warna: merah hingga kuning
tekstur : liat tetap dari atas hingga ke bawah
keasaman : masam hingga agak masam
zat organik : kadar rendah hinga agak sedang di lapisan atas, menurun ke bawah
Kejenuhan : basa rendah hingga sedang
Permeabilitas : tinggi
Kepekaan erosi : kecil
Pemakaian : padi sawah, jagung, umbian, kelapa, coklat, cengkeh, kopi maupun
hutan tropika
4. Umusol
a. Bahan induk : merjel, liat, tuf vulkan
b. Sifat dan Corak :
warna: kelabu hingga hitam
tekstur : liat makin ke bawah makin meningkat
keasaman : sedikit asam hingga alkalin
zat organik : kadar rendah
kejenuhan : basa tinggi
permeabilitas : rendah
kepekaan erosi : besar
pemakaian : padi sawah, jagung, kedele, tebu, kapas dan hutan jati
5. Regosol
a. Bahan induk : alluvial dari aneka macam asal
b. Sifat dan Corak :
warna: kelabu hingga kuning
tekstur : pasir, kadar liat <40%;
keasaman : aneka;
zat organik : kadar rendah
Kejenuhan : aneka
Permeabilitas : tinggi
Kepekaan erosi : tinggi
Pemakaian : padi sawah, palawija, tebu, sayuran
6. Mediteran Merah
a. Bahan induk : batu kapur keras, batuan sedimen dan tuf vulkan basa
b. Sifat dan Corak :
warna: kuning hingga merah
tekstur : lempung liat
keasaman : agak masam hingga netral
zat organik : rendah
Kejenuhan : basa tinggi
Permeabilitas : sedang
Kepekaan erosi : besar hingga sedang
Pemakaian : padi sawah, tegalan, rumput ternak
7. Litosol
a. Bahan induk : batuan beku, batuan sedimen keras
b. Sifat dan Corak :
warna: aneka
tekstur : aneka umumnya berpasir
keasaman : aneka
zat organik : aneka
Kejenuhan basa : aneka
Permeabilitas : aneka
Kepekaan erosi : besar
Pemakaian : tanaman keras, rumput, palawija
8. Brown Forest Soil
a. Bahan induk : batu kapur (karang/sedimen)
b. Sifat dan Corak :
warna: coklat hingga kelabu
tekstur : liat hingga lempung
keasaman : agak asam dilapisan atas makin alkalis dilapisan bawah
zat organik : rendah (< 3%)
Kejenuhan : basa tinggi
Permeabilitas : sedang
Kepekaan erosi : besar
Pemakaian : hutan jati, ilalang, pekapuran.

Tekstur tanah adalah kasar halusnya bahan padat organik tanah berdasarkan perbandingan
fraksi pasir, lempung debu dan air. Tekstur ini akan berpengaruh terhadap pengolahan tanah dan
pertumbuhan tanaman terutama dalam mengatur kandungan udara dalam rongga tanah dan
persediaan serta kecepatan peresapan air di tanah tersebut. Berdasarkan teksturnya, tanah di
Kabupaten Banyuwangi dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
• Halus (liat) tersebar di Kecamatan Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo, sebagian Genteng,
Siliragung, Cluring dan Muncar.
• Sedang (lempung) tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
kecuali Kecamatan Tegaldlimo dan Purwoharjo
• Kasar (pasir) hanya terdapat di sebagian kecil wilayah kabupaten Banyuwangi, tepatnya di
wilayah pantai selatan di Kecamatan Purwoharjo dan tegaldlimo.

PENGGUNAAN LAHAN
Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten di Jawa Timur dengan luas wilayah terbesar
yaitu 578.250 Ha dengan berbagai jenis penggunaan lahannya. Jenis penggunaan lahan di
Kabupaten Banyuwangi meliputi : 1) lahan tidak terbangun : hutan, hutan bakau, tambak, padang
rumput, pasir, perkebunan, sawah irgasi dan sawah tadah hujan, semak belukar, tanah berbatu.
ladang, rawa dan tanggul pasir, 2) lahan terbangun umumnya berupa permukiman, fasilitas dan
industri. Penggunaan lahan di Kabupaten Banyuwangi terbesar adalah untuk kawasan hutan yaitu
sebesar 183.396,34 Ha dan Permukiman terbangun dengan luas 125.240,95 Ha.
TOPOGRAFI KABUPATEN BANYUWANGI
Bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan, dan bagian selatan
sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat
dan utara 40°, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah
lainnya. Daratan yang datar sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15°,
dengan rata-rata curah hujan cukup memadai sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah.
Dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga utara dimana di dalamnya terdapat banyak
sungai yang selalu mengalir di sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 DAS,
sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas juga berpengaruh positif
terhadap tingkat kesuburan tanah. Disamping potensi di bidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi
merupakan daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru
perekonomian rakyat. Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan,
pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan
diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.
KEMIRINGAN LAHAN
Kemiringan lahan di Kabupaten Banyuwangi dibagi dalam 6 (enam) kelompok, yaitu:
• 0 - 2 %, merupakan daerah dataran aluvial sungai dan pantai. Penyebarannya meliputi
Kecamatan Banyuwangi, Giri, Rogojampi, Muncar, Kabat, Singojuruh, Genteng,
Gambiran, Srono, Cluring, Tegalsari, Wongsorejo, Kalipuro, Sempu, Kalibaru, Licin,
Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan
Tegaldlimo.
• 2 - 8 %, merupakan daerah dataran aluvial sungai dan pantai. Penyebarannya meliputi
Kecamatan Banyuwangi, Giri, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Genteng, Gambiran, Srono,
Tegalsari, Wongsorejo, Kalipuro, Sempu, Kalibaru, Licin, Glagah, Songgon, Glenmore,
Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo.
• 8 – 15 %, mempunyai bentuk medan landai (perbukitan berelief halus) dengan tingkat erosi
rendah. Penyebarannya meliputi Kecamatan Kabat, Wongsorejo, Kalipuro, Kalibaru,
Licin, Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan
Tegaldlimo.
• 15 – 25 %, mempunyai bentuk medan agak terjal dengan tingkat erosi rendah.
Penyebarannya meliputi Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Kalibaru, Licin, Glagah,
Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo.
• 25 – 40 %, mempunyai bentuk medan agak terjal dengan tingkat erosi menengah.
Penyebarannya meliputi Kecamatan Kabat, Wongsorejo, Kalipuro, Kalibaru, Licin,
Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Kabat, Sempu dan
Tegaldlimo.
• >40 %, mempunyai bentuk medan sangat terjal (perbukitan berelief kasar) dengan tingkat
erosi sedang hingga tinggi. Penyebarannya meliputi Kecamatan Kabat, Wongsorejo,
Kalipuro, Kalibaru, Licin, Glagah, Songgon, Glenmore, Siliragung, Pesanggaran,
Bangorejo, dan Tegaldlimo.
CARA MEMPERBAIKI UNTUK MEMPEROLEH SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH
YANG BAIK
Dari hasil warna tanah dan struktur tanah dapat dilihat bahwa tanah pada pada derah Kabupaten
Banyuwangi sebagian besar memiliki warna yang tidak gelap melainkan berwana kekuningan. Hal
ini berarti tanah yang berada di Kabupaten Banyuwangi kurang subur sehingga perlu diberikan
pupuk organik. Pemberian pupuk organik ini juga dapat memperbaiki tekstur tanah di Kabupaten
Banyuwangi yang dominan memiliki tekstur liat.
Sebagian besar juga tanah di Banyuwangi memiliki tingkat keasaman yang tinggi hinga ada yang
keracunan alkalin pada derah yang memiliki tanah jenis umusol. Pengapuran adalah salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keasaman dan keracunan AI yang tinggi. Dengan
pemberian kapur pada tanah maka dapat mengubah tanah yang sifatnya sangat masam atau masam
hingga mendekati pH netral. Selain itu kapur juga bisa menurunkan kadar AI.

Anda mungkin juga menyukai