Anda di halaman 1dari 11

TAKE HOME UAS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Dosen Pengampu :
Ismarwati, S.ST., S.KM., M.Keb.

Oleh :

Intan Vindi Ceylia


1810105119

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2020
1. Program unggulan ‘Aisyiyah “Terintegrasi ”

a) Pengertian dan gerakan Aisyiyah dari masa kemerdekaan hingga saat


ini :

Kemerdekaan harus inklusif gender, karena kemerdekaan merupakan hasil dari usaha
bersama. Bukan hanya peran dari pihak kaum pria tapi juga perempuan. Maka
kemerdekaan harus dirasakan oleh semua pihak tanpa terkecuali, serta terus
diusahakan untuk terwujudnya negeri yang Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghofuur.

Rentang sejarah panjang lahirnya negara bangsa Indonesia, menurut Siti Noordjanah
Djohantini, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah adalah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
yang diusahakan oleh para pahlawan-pahlawannya. Namun kebanyakan masyarakat
umum lebih mengenal sosok pahlawan dari kaum pria. Padahal peran kaum
perempuan juga tidak bisa dikesampingkan.

Refleksi sejarah awal pergerakan kaum Perempuan (first wave feminism) pada tahun
1800-an, disebabkan pada masa itu perempuan menganggap dirinya masih
ketertinggalan dikarenakan buta huruf, miskin dan tidak memiliki keadilan. Dalam
sejarah peradaban perempuan Barat, muncullah filusuf eksistensialisme, Simone de
Beauvoir, seorang Perancis tersebut merancang teori feminsime melalui karyanya
yang berjudul The Scond Sex (1949). Karya tersebut memicu munculnya pergerakan
perempuan (feminisme) yang mengugat ketidakadilan secara terbuka.

Babak baru pergerakan perempuan yang menuntut keadilan (equality) dalam


berberapa bidang menemukan kembali gairahnya. Setidaknya terdapat beberapa
tipologi pergerakan feminis, mulai dari yang paling radikal seperti menuntut klaim-
klaim bilogis, sampai pergerakan feminis yang menunut kesetaraan pada bidang
pendidikan. Bahkan sebelum 1949, gairah perjuangan kaum perempuan sudah
mendesak kaum perempuan Indonesia untuk disuarakan.

Beberapa nama seperti Siti Walidah, RA Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya’ Dien dan
beberapa nama yang tidak tersebut lainnya menjadi corong kebangkitan pergerakan
perempuan di Indonesia. Sebagai negara yang masyarakatnya hidup berlandaskan
nilai dan norma agama, pergerakan Perempuan Indonesia tidak bisa dilepaskan jauh-
jauh dari tata aturan atau norma agama yang ada, terlebih organisasi pergerakan
Perempuan ‘Aisyiyah (1917) yang didirikan oleh Siti Walidah.

Peran perempuan Indonesia untuk terlepas dari belengu kebodohan, kemiskinan dan
dominasi kaum pria (patriaki) menemukan titik terang melalui adanya perkumupulan
‘Aisyiyah (Sopo Tresno). Siti Walidah, perempuan Jawa yang hidup dalam ketatnya
budaya Jawa berhasil memotong mata rantai ketertinggalan yang mendera kaum
perempuan disekitarnya. Melalui dukungan agama dan suami yang memiliki
pandangan berkemajuan, Siti Walidah berhasil mengorbitkan tokoh-tokoh penting
perempuan yang ikut mewarnai lembaran-lembaran sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia.

Peran tokoh ‘Aisyiyah juga tercatat dalam Kongres Perempuan I Indonesia pada tahun
1928. Menurut catatan dalam surat kabar Isteri pada Mei 1929 ‘Aisyiyah tercatat
menduduki nomer wahid sebagai anggota kongres, diwakili Siti Moenjiyah yang
ditunjuk sebagai wakil ketua Kongres. Selain itu, ‘Aisyiyah juga mengutus Siti
Hajinah dalam kongres tersebut. Juga pamitnya Jendral Sudirman ke Siti Walidah
sebelum berangkat melakukan Perang Greliya, patut menjadi catatan penting peran
perempuan terhadap kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh dikesampingkan.

Hadirnya ‘Aisyiyah juga memerdekakan kaum perempuan dari budaya atau etik yang
tidak memiliki landasan ilmiah maupun agama yang menyebabkan kemunduran
perempuan, seperti ‘Surgo nunut, neroko katut’ disingkap habis oleh budaya yang
dikembangkan oleh ‘Aisyiyah yang berbasis agama dan ilmiah. Menurut alumni
Ecole des Hautes Etudes en Science Sociales, Prancis, Chamamah Soeratno, Meski
pada saat itu sudah ada tokoh bangsa dari kalangan perempuan. Namun modernitas
perempuan Indonesia baru benar-benar hadir dan dirasakan saat adanya
Muhammadiyah melalui ‘Aisyiyah.

Kini, ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan berhasil memantapkan dirinya dalam


percaturan pergerakan nasional dan global, serta sebagai organisasi perempuan Islam
tua yang tetap esksis sampai sekarang. Terlebih peran ‘Aisyiyah dalam pendidikan
ditunjukan dengan rapinya manajemen pengelolaan mulai dari Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), sampai dengan Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah
(PTA). ‘Aisyiyah juga bergerak dalam pelayanan kesehatan, seperti klinik, rumah
sakit. Serta panti sosial yang tersebar di berbagai pelosok negeri. Meski demikian
tugas liberasi terhadap penindasan yang menimpa kaum perempuan yang diemban
oleh ‘Aisyiyah belum selesai, karena masih banyak dimensi-dimensi penindasan yang
masih dirasakan oleh kaum perempuan.

b. Organisasi 'Aisiyiyah :

1) Jaringan kelembagaan Aisyiyah

➢ Pimpinan pusat

➢ Pimpinan wilayah

➢ Pimpinan daerah

➢ Pimpinan cabang

➢ Pimpinan ranting

2) Badan Pembantu Pimpinan

A) Majelis

➢ Majelis Tabligh

➢ Majelis pendidikan dasar dan menengah

➢ Majelis kesehatan

➢ Majelis ekonomi dan ketenaga kerjaan

➢ Majelis pembinaan kader

➢ Majelis kesejahteraan sosial

➢ Majelis pendidikan tinggi

➢ Majelis hukum dan ham

B) Lembaga

➢ Lembaga penelitian dan pengembangan

➢ Lembaga kebudayaan

➢ Lembaga lingkungan hidup dan penanggulangan bencana


C) Biro organisasi

➢ Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA) adalah pimpinan tertinggi yang memimpin


organisasi

secara keseluruhan.

➢ Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) adalah pimpinan organisasi yang berada di


tingkat

provinsi.

➢ Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) adalah pimpinan organisasi yang berada di


tingkat

kabupaten/kota

➢ Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) adalah pimpinan organisasi yang berada di


tingkat

Kecamatan

➢ Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) adalah pimpinan organisasi yang berada di


tingkat kelurahan, desa, atau kampung

c. Contoh program Majelis Lembaga

➢ Bidang Tabligh.

Contoh : Revitalisasi pengajian sampai di tingkat bawah secara terprogram sesui


dengan faham

Islam berkemajuan dengan mengintensifkan dakwah dengan pendekatan


pemberdayaan

masyarakat sebagai penerapan program thayyibah.

➢ Bidang Pendidikan.

Contoh : Menyongsong satu abad pendidikan Taman Kanak ‘Aisyiyah Bustanul


Athfal dengan

menyusun Sejarah TK secara Nasional.

➢ Program dan Strategi Pendidikan Tinggi

Contoh : Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi


yang mencakup

berbagai bidang ilmu.


➢ Bidang Kesehatan.

Contoh : Meningkatkan dan mengembangkan kesadaran kaum perempuan mengenai


Kesehatan

Reproduksi dan KB (Keluarga Berancana) dan kesadaran, sikap dan perilaku


masyarakat

mengenai gizi seimbang dalam pencegahan Stunting untuk peningkatan kualitas


kesehatan anak.

➢ Bidang Kesejahteraan Sosial

Contoh : Merevitalisasi Panti Asuhan Aisyiyah menjadi Panti sebagai wadah untuk

mengembangkan potensi anak asuh sehingga menjadi panti berkemajuan yang


mempunyai aksi

yang unggul, professional, dan humanis.

➢ Bidang Perkaderan.

Contoh : Mengoptimalkan perkaderan formal dan nonformal secara terencana,


periodik dan berkesinambungan

➢ Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan.

Contoh : Peningkatan kualitas Managemen kelembagaan dan managemen keuangan


organisasi.

➢ Bidang Hukum dan HAM.

Contoh : Meningkatkan upaya advokasi hukum dan HAM dengan pola dan model

pendampingan bagi masyarakat, khususnya yang termarginalkan termasuk pembelaan

terhadap perempuan, anak dan TKW bermasalah sebagai kelompok rentan.

Referensi :

http://www.umm.ac.id

http://www.aisyiyah.or.id

http://www.aisyiyah.or.id
2. Bidan X ditempatkan di suatu Desa dengan kondisi sebagai berikut:

Desa “Sukamaju” dengan jumlah penduduk 476 jiwa terdiri dari 245 laki-laki dan
231 perempuan dengan 78 KK. Jumlah Balita ada 10%, Remaja 15%, Lansia 20% dan
selebihnya adalah penduduk dewasa. Upaya pemberdayaan masyarakat di desa
tersebut terdapat 1 posyandu balita yang kurang aktif, belum ada posyandu Remaja
dan Posyandu Lansia Kondisi Lingkungan: pada musim hujan air sering menggenang
dijalan karena saluran air banyak sampah. Perilaku masyarakat: kebersihan rumah dan
lingkungan kurang, sebagian laki-laki masih merokok. Dalam pembuangan air limbah
, keluarga membuang air limbah di selokan terbuka atau tempat terbuka. Jarak jamban
dari sumur kurang dari 10 m. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang rumah yang
sehat.

1. Identifikasi masalah

LAPORAN PENGKAJIAN DATA

DESA SUKAMAJU

DATA UMUM

a. GEOGRAFI

1. Batas-batas wilayah:

a. Utara : desa sukamundur


b. Selatan : desa satu
c. Timur : desa dua
d. Barat : desa tiga
2. Luas wilayah : 1000 Ha
3. Pembagian administrasi daerah:
a. Jumlah Dusun :5
b. Jumlah RW : 10
c. Jumlah RT : 20

b. DEMOGRAFI

1. Jumlah penduduk : 476 jiwa


a. Laki-laki : 245 jiwa (51.5 %)

b. Perempuan : 231 jiwa (48,5 %)

Jumlah penduduk yang dikaji : 100 jiwa(21 %)

a. Laki-laki : 55 jiwa (55 %)

b. Perempuan : 45 jiwa (45 %)

2. Jumlah KK : 78 KK

a. KK laki-laki : 78 KK (100 %)

b. KK Perempuan : 0 KK (0 %)

Jumlah KK yang dikaji: 24 KK (5 %)

a. KK laki-laki : 24 KK (100 %)

b. KK Perempuan : 0 KK ( 0 %)

3. Sex ratio ( L ) : 14:1

4. Kepadatan penduduk: 476 jiwa/km²


5. Komposisi penduduk
a. Balita : 48 jiwa
b. Remaja : 71 jiwa
c. Dewasa : 262 jiwa
d. Lansia : 95 jiwa

c. DATA SOSIAL EKONOMI

d. DATA EKONOMI

e. DATA PENDIDIKAN

f. DATA SOSIAL BUDAYA

(1) Sarana Peribadatan:

1) Jumlah Masjid : 1 di RT02 RW01

2) Jumlah Mushola :

3) Jumlah Gereja :
4) Jumlah Pura :

KEGIATAN UPAYA KESEHATAN (triwulan terakhir)

1. Posyandu : kurang aktif

2. Pertemuan kader :

PHBSKS TATANAN RUMAH TANGGA

No Klasifikasi Jumlah Persentase

1 Merah (jumlah ya: 1-9) 3 12%

2 Kuning (jumlah ya: 10-18) 3 12 %

3 Hijau (jumlah ya: 19-27) 16 66,7 %

4 Biru (jumlah ya: 20-36) 2 8,3 %

KLASIFIKASI RUMAH SEHAT

NO. Klasifikasi Jumlah Persentase

1. Rumah Sehat 2 8,3 %

2. Rumah Tidak Sehat 22 91,7 %

Jumlah 24 100%

LINGKUNGAN

A. Kesehatan Lingkungan / lingkungan fisik (perumahan)


a. Pembuangan kotoran / jamban keluarga:
Ada memenuhi syarat : 14 KK

Ada tidak memenuhi syarat : 10 KK


Tidak ada :0 KK

b. Pembuangan sampah :
Ada memenuhi syarat : 10 KK

Ada tidak memenuhi syarat : 4 KK


Tidak ada : 10 KK
c. Pembuangan air limbah :

Ada memenuhi syarat : 10 KK


Ada tidak memenuhi syarat : 14 KK
Tidak ada : 0 KK

2. Analisa dan perumusan masalah

Berdasarkan Analisa masalahnya adalah:

a. Risiko terjadinya kurang gizi pada anak balita


b. Tingkat pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok masih kurang.
c. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan dan rumah.
d. Kader Pos yandu kurang aktif

Prioritas masalah:

Risiko terjadinya kurang gizi pada anak Balita

3. Diagnosa masalah potensial

risiko tejadinya kurang gizi pada Balita dan ISPA

Dasar : Masih terbatasnya pengetahuan keluarga tentang gizi pada balita dan
bahaya merokok.

4. Antisipasi penanganan segera

Pemberian KIE dan pemberian Makanan Tambahan Balita

5. Rencana

1.  Beri penyuluhan kepada keluarga Tn. Narsun yang merokok tentang bahaya


merokok.

2.  Beri penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang kesehatan Balita

3. Implementasi

a. Mengadakan pelatihan kader posyandu


b. Melibatkan tokoh masyarakat dalam pengelolaan Posyandu

c. Pembinaan Posyandu dari layanan kesehatan (Puskesmas atau Bidan Prantik


Mandiri)

d. Memberikan Penyuluhan kepada ibu dan keluarga tentang Kesehatan Balita.

6. Evaluasi

1. Kegiatan direncanakan bersama-sama dengan kader posyandu 1 minggu


sebelum acara.
2. Materi penyuluhan sertanleaflet telah di persiapkan 1 hari sebelum
pelaksanaan.
3. Tempat dipersiapan sebelum acara dimulai.
4. Masyarakat diinformasikan jauh hari sebelum acara di mulai.

Evaluasi proses

1. Acara berjalan dengan tertib dan lancar.


2. Acara dihadiri oleh ibu – ibu balita yaitu 59 orang.
3. 20% ibu – ibu balita ertanya tentang kondisi anaknya.
4. Kendala : kurangnya kesadaran ibu – ibu tentang pentingnya posyandu di
mana mahasiswa harus ekstra mengingatkan para ibu tentang posyandu.
5. Selama penyuluhan ibu- ibu memperhatikan dengan baik materi yang di
bawakan.
Evaluasi dampak

Ibu – ibu mengerti dan memahami tentang tumbuh kembang dan kesehatan
anak.

Evaluasi Hasil

Seluruh balita 100% tumbuh kembangnya normal

Anda mungkin juga menyukai